EVALUASI PROGRAM SATU KECAMATAN SATU MILYAR DI KECAMATAN JOMBANG KOTA CILEGON

  

EVALUASI PROGRAM SATU KECAMATAN

SATU MILYAR DI KECAMATAN JOMBANG

KOTA CILEGON

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada

Konsentrasi Ilmu Kebijakan Publik

  

Program Studi Ilmu Administarasi Negara

  Oleh: ANINDITA. M NIM. 6661082028

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG AGUSTUS 2015

  

ABSTRAK

Anindita Mustikaningtiyas. NIM. 802028. Evaluasi Program Satu

Kecamatan Satu Milyar di Kecamatan Jombang Kota Cilegon. Program

Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa. Pembimbing I Listyaningsih, M.Si. Pembimbing II Arenawati,

M.Si

  Program Satu Kecamatan Satu Milyar merupakan satu dari empat fase program Pro Rakyat Pemerintah Kota Cilegon, berupa bantuan modal bagi masyarakat yang hendak menjadi wirausahawan. Program ini merupakan kerja sama dengan PT. Krakatau Steel yang ditargetkan untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS) dan bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan di Kota Cilegon melalui

  

entrepeneurship . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

  keberhasilan Program Satu Kecamatan Satu Milyar di Kecamatan Jombang kota Cilegon dengan metode penelitian kualitatif dan menggunakan teori evaluasi kebijakan publik Hanif Nurcholis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Satu Kecamatan Satu Milyar di Kecamatan Jombang Kota Cilegon belum berhasil sebagaimana tujuan awal ditetapkannya program. Kualitas SDM, sarana dan prasarana tidak mendukung keberhasilan program. Tidak ada jadwal sosiasilasi serta tidak ada waktu tunggu yang jelas bagi mitra binaan. Pemerintah Kota Cilegon tidak menyediakan fasilitas lanjutan bagi mitra binaan. Saran peneliti adalah agar pemerintah lebih konsisten dalam mencapai tujuan program.

  Kata Kunci : “Evaluasi, Program, Satu Kecamatan Satu Milyar”

  

ABSTRACT

Anindita Mustikaningtiyas. NIM. 082028. Evaluation of One District One

Billionaire in Jombang Cilegon. Program study of Public Administration.

Faculty of Social and Public Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa.

Advisor I Listyaningsih, M.Si. Advisor II Arenawati, M.Si.

  

One district one billionaire is one of four phases of Cilegon City Government’s

Pro Rakyat Program in the form of capital assistance for people who want to

become entrepreneurs. This program is a collaboration with PT. Krakatau Steel,

targeted for Rumah Tangga Sasaran (RTS) and aimed to reduce Cilegon’s poverty

rate through entrepeneurship. The purpose of this research was to determine the

extent of this program evaluation using qualitative research mode and Hanif

Nurcholi s’s theory of evaluation of public administration. The result of this

research showed that, this one district one billionaire program has not been

successful as its goals. The quality of human resources, facilities dan

infrastructure does not support the success of the program. There is no

socialization’s schedule and no certainly waiting time for mitra binaan. Cilegon

city government also not providing any advanced facilities for mitra binaan to

expand their business. Reasearcher’s suggestion is the government must be more

consistent in achieving this program’s goal Keywords : “Evaluation, Program, One district one billionaire

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan yang terhingga termasuk nikmat sehat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat dan pada seluruh umatnya. Syukur Alhamdulillah, dengan izin Allah SWT pembuatan skripsi dengan judul “EVALUASI PROGRAM SATU KECAMATAN SATU MILYAR” dapat diselesaikan.

  Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyaj pihak yang selalu mendukung peneliti baik dukungan moril maupun materil. Maka dengan ketulusan hati, peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:

  1. Prof. DR. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 2. DR. Agus Sjafari, S.Sos,. M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

  Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 3. Kandung Sapto Nugroho S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas

  Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 4. Mia Dwianna W M.I.Kom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  5. Gandung Ismanto S.Sos., MM selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  6. Rachmawati S.Sos., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 7. Ipah Ema Jumiati S.IP., M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu

  Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 8. Listyaningsih S.Sos., M.Si selaku Pembimbing I dalam penyusunan skripsi. Yang telah dengan sabar membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Terimakasih ibu atas semua arahan, masukan dan pembelajaran selama proses penyusunan skripsi ini

  9. Arenawati S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II dalam penyusunan skripsi. Yang telah dengan sabar membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Terimakasih ibu atas semua arahan, masukan dan pembelajaran selama proses penyusunan skripsi ini

  10. Semua Dosen jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan dan membekali banyak ilmu pada penulis

  11. Semua Staff jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak membantu dalam proses administrasi selama perkuliahan

  12. Bapak Ahmad Effendi S.Ag selaku Anggota Komisi II DPRD Kota Cilegon

  13. Ibu Eka Patria SE selaku Kepala Unit Pemberdaya Ekonomi Masyarakat (UPT PEM) Kota Cilegon 14. Bapak Amali Azhar S.Sos selaku Koordinator sub-unit UPT PEM

  Kecamatan Jombang Kota Cilegon 15. Bapak Eka Setya selaku Bagian Survey dan Seleksi Pinjaman di UPT

  PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon 16. Untuk kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan motivasi dan sabar menunggu hingga skripsi ini selesai

  17. Untuk adikku Maslachatus Shofi yang mau menemani selama proses penelitian dan bimbingan

  18. Untuk adikku Safira Wulandari dan Annisa Fathunnida yang mau menemani bergadang dalam menyelesaikan skripsi

  19. Untuk Ichy Rizki yang selalu ada dibagian terdepan memotivasi dan siap sedia menjadi teman berbagi dan berkeluh kesah

  20. Untuk Gembul, Nyunying, Item, Nunu, Lala, Cuning, Belang, Tompel, Bono, Boni, Cuput, Belcil, Uban dan Gondong yang selalu ada menjadi penghibur

  21. Sahabat dan teman-temanku Administrasi Negara 08 yang sudah lulus maupun yang masih berjuang untuk lulus

  22. Semua pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Sepenuhnya peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh kerena itu, peneliti menerima dengan senang hati semua kritik dan saran sebesar-besarnya apabila ada kesalahpahaman yang kurang berkenan selama proses penyusunan skripsi dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak serta dapat menambah pengetahuan kepada yang membaca. Demikian yang disampaikan, peneliti mengucapkan banyak terimakasih.

  Cilegon, Juli 2015 Anindita Mustikaningtiyas

  

DAFTAR ISI

  2.1 Deskripsi teori ............................................... 22

  2.7 Kerangka berfikir .......................................... 72

  2.6 Kajian Program Satu Kecamatan Satu Milyar 64

  2.5 Konsep Pemberdayaan Masyarakat .............. 61

  2.4 Evaluasi Kebijakan........................................ 43

  2.3 Tahapan Kebijakan Publik ............................ 34

  2.2 Konsep Kebijakan Publik .............................. 24

  BAB II DESKRIPSI TEORI

  LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBARPENGESAHAN MOTTO KATA PENGANTAR ....................................................... i DAFTAR ISI .................................................................... v DAFTAR TABEL .......................................................... viii DAFTAR GAMBAR ....................................................... ix

  1.6 Sistematika Penulisan ................................... 18

  1.5 Manfaat Penelitian ........................................ 17

  1.4 Tujuan Penelitian .......................................... 17

  1.3 Pembahasan dan Pemusan Masalah .............. 17

  1.2 Identifikasi Masalah ..................................... 16

  1.1 Latar Belakang Masalah .................................. 1

  BAB I PENDAHULUAN

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.2 Ruang lingkup/Fokus penelitian ................... 75

  3.3 Lokasi Penelitian ........................................... 76

  3.4 variabel Penelitian ......................................... 77

  3.5 Instrumen penelitian ...................................... 78

  3.6 Informan Penelitian ....................................... 80

  3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......... 83

  BAB IV PEMBAHASAN

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................ 88

  4.2 Informan Penelitian ....................................... 97

  4.3 Deskripsi dan Analisis Data .......................... 98

  4.4 Program Satu Kecamatan Satu Milyar di Kecamatan Jombang Kota Cilegon ........................................................ 109

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  5.1 Kesimpulan ................................................. 141

  5.1 Saran ............................................................ 143

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 1 Persentase penduduk miskin menurut kabupaten/kota di

  

habhjbsaj Provinsi Banten .................................................................................. 4

Tabel 1.2 Jumlah mitra binaan periode Juli 2011

  • – Februari 2012 …………… 13

Tabel 1.3 Perbandingan Jumlah Masyarakat Miskin di Kota Cilegon kankalcka

  jbajbxkka

  Tahun 2011 dengan mitra binaan RTS ……………………………... 14

Tabel 1.4 Perbandingan jumlah masyarakat miskin di Kecamatan jbdakb kabcak

  kbakjcbja Tahnu 2009-

  2014…………………………………………………… 15 Tabel

  2.1 Kriteria Evaluasi Menurut Dunn …………………………………… 52

Tabel 3.1 Daftar informan penelitian ………………………………………...…80Tabel 4.1 Jumlahj Penduduk Berdasarkan jenis kelamin ………………….….. 89Tabel 4.2 Jumlah penduduk Kecamatan Jombang berdasarkan tingkat

  Pendidikan ……………………………………………………….…...90

Tabel 4.3 Jumlah penduduk kecamatan jombang Berdasartkan

  Mata Pencaharian ……………………………………………….….. 90

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Penerima Raskin dan jumlah penduduk

  Penerima JAMKESMAS/JAMKESD A ……………………….…….91

Tabel 4.5 Jumlah sarana pendidikan dan keagamaan ……………….…............91Tabel 4.6 Jumlah sarana kesehatan ………………………………….……….. 92Tabel 4.7 Jumlah perusahaan ………………………………………….………92Tabel 4.8 Tingkat pendidikan masyarakat Cilegon ………………….……….109Tabel 4.9 jumlah penduduk Kecamatan Jombang berdasarkan

  Mata pencaharian …………………………………………….….…111

Tabel 4.10 Jumlah UKM di Kecamatan Jombang …………………….……..128Tabel 4.11 jumlah warung kaki lima di Kecamatan Jombang tahun

  2009- 2014 ………………………………………………………. 132

Tabel 4.12 Jumlah toko di Kecamatan Jombang tahun 2009- 2014 ………... 132Tabel 4.13 perbandingan jumlah masyarakaty miskin di Kecamatan

  Jombang tahun 2009- 2014 …………………………………….. 134

Tabel 4.14 Pembahasan dan temuan lapangan

  ……………………….……. 135

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alur pengajuan pinjaman ………………………………… 7Gambar 2.1 Kebijakan sebagai suatu proses ………………………….. 29Gambar 2.2 Siklus skematik Kebijakan Publik ……………………….. 32Gambar 2.3 Siklus Imlementasi Kebijakan …………………………… 37

  Gambar 2.4 Derivat Kebijakan Publik ………………………………….40

Gambar 2.5 Model Sederhana Evaluasi Kebijakan …………………… 59Gambar 2.6 kerangka berfikir …………………………………………. 72Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPT PEM Kota Cilegon ……………. 95Gambar 4.2 Struktu Organisasi UPT PEM Kecama tan Jombang …….. 96

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal

  17 Agustus 1945, pada saat itulah Bangsa Indonesia mulai melakukan pembangunan pada berbagai aspek dan bidang. Hingga saat ini proses pembangunan masih terus berlanjut di hampir seluruh provinsi dan kabupaten. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Sejak diberlakukanya Undang-Undang Otonomi Daerah yang tercantum dalam UU No 32 tahun 2004, pemerintahan Indonesia menganut sistem desentralisasi dimana setiap daerah yang ada di Indonesia diberikan hak otonomi oleh pemerintah pusat untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri, memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri serta mengelola seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk memajukan daerah dan mensejahterakan masyarakatnya. Setiap pemerintahan di suatu daerah memiliki unsur pelaksana pemerintahan daerah yang dibagi menjadi beberapa bidang atau sering disebut dengan dinas.

  Pembangunan pada bidang ekonomi merupakan salah satu bidang yang sedang gencar dikembangkan di berbagai daerah. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan bagi penduduk suatu negara (Bannock :2004 dalamdi akses pada 5 Juli 2014). Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Oleh karena itu, masyarakat merupakan komponen utama dalam pembangunan.

  Komponen selanjutnya adalah sumber daya alam, bagaimana caranya sumber daya alam suatu daerah dapat bermanfaat semaksimal mungkin dalam proses mensejahterakan masyarakatnya. Begitu pula dengan pembangunan yang sedang gencar dilakukan oleh pemerintah Kota Cilegon, dalam bidang ekonomi khususnya.

  Cilegon adalah sebuah kota di Provinsi Banten, Indonesia. Cilegon dulunya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Serang, kemudian diangkat statusnya menjadi Kota Administratif (KOTIF), dan sejak 21 April 1999 melalui UU No 15/1999 tentang pembentukan Kotamadya Depok dan Kotamadya Cilegon, ditetapkan sebagai kotamadya. Cilegon dikenal sebagai kota industri dan menjadi pusat industri di kawasan Banten bagian barat. Posisi kota Cilegon sangat strategis, dilintasi jalan negara lintas Jakarta-Merak, dilalui jalur kereta api Jakarta-Merak, selain itu terdapat pelabuhan di Kecamatan Pulomerak yang menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera. Kota Cilegon dikenal sebagai kota industri yang memiliki sebutan lain yaitu Kota Baja mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara karena sekitar 6 juta ton baja dihasilkan tiap tahunnya di Kawasan Industri Krakatau Steel (KS), Cilegon. Selain itu, di Cilegon terdapat 127 industri yang terdiri dari 84 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan 43 perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) s pada 5 Juli 2014 )

  Kota Cilegon sebagai daerah tujuan investasi memiliki daya tarik bagi investor dalam dan luar negeri, hal ini dapat dilihat dari tingginya minat investor yang menanamkan modalnya di kota Cilegon yang berasal dari Amerika, Perancis, Jepang, Australia, Jerman, Inggris, Argentina, Austria dan Korea. Dalam jangka panjang, arah kebijakan yang telah dirumuskan Pemerintah Kota Cilegon adalah mewujudkan Kota Cilegon sebagai kota industri dan jasa terdepan di pulau Jawa. Visi tersebut lebih didasari pada berbagai potensi daerah dan kondisi geografisnya.

  Peningkatan investasi Kota Cilegon sebagaimana disebutkan oleh Badan Perizinan Terpadu Nasional Penanaman Modal (BPTNPM) pada tahun 2011 PMA (Penanaman Modal Asing) di Cilegon mencapai 40 proyek dengan nilai 1.17 milyar US$, 2012 sebanyak 56 proyek dengan nilai 1.58 milyar US$, 2013 85 proyek dengan nilai 2.07 milyar US$. Pada tahun 2014 triwulan pertama, Kota Cilegon menduduki peringkat 2 dengan 30 proyek dengan nilai 1.6 triliun

  Meningkatnya investasi di Kota Cilegon, pada kenyataannya tidak diikuti oleh pengurangan jumlah angka kemiskinan dan pengangguran di Cilegon. Seperti yang diberitakan kemiskinan dan pengangguran masih menjadi isu strategis dan permasalahan utama yang harus diselesaikan oleh Pemerintah Kota Cilegon. Seperti yang tercatat dalam website resmi Badan Statistik Sosial (BPS) Provinsi Banten dan tercantum dalam tabel 1.1 di bawah ini

  Tabel 1.1

Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

  Kabupaten/Kota Persentasi Penduduk Miskin 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

  Pandeglang 15,64 12,55 12,01 11,4 9,80 9,24 10,25 Lebak 14,43 12,05 10,63 10,38 9,20 8,62 9,50

  Tangerang 7,18 7,41 6,55 7,18 6,42 5,71 5,78 Serang 9,47 6,48 5,80 6,34 5,63 5,28 5,02

  Kota Tangerang 4,92 6,83 6,42 6,88 6,14 5,55 5,26 Kota Serang - - 6,19 7,03 6,25 5,69 5,59

  Kota Cilegon 4,71 3,95 4,14 4,46 3,98 3,81 3,99 Kota Tangerang

  • 1,67 1,50 1,33 1,75 Banten 9,07 8,15 8,15 7,46 6,26 5,71 5,89

  Selatan

  Sumberkses pada 25 Februari 2015) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka kemiskinan di Kota Cilegon, tidak mengalami penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun bahkan setelah program Pro Rakyat yang salah satunya berfokus pada pengentasan kemiskinan dan pengangguran telah berjalan hampir lima tahun. Angka kemiskinan justru terlihat berkurang pada tahun 2007-2008 sebelum program Pro Rakyat, Satu Kecamatan Satu Milyar dilaksanakan. Hal ini menarik peneliti untuk meneliti lebih lanjut tentang program Pro Rakyat dan berfokus pada Program Satu Kecamatan Satu Milyar di Kecamatan Jombang Kota Cilegon.

  Sebagaimana visi Kota Cilegon yaitu masyarakat Cilegon sejahtera melalui daya dukung industri, perdagangan dan jasa, Peraturan Walikota Cilegon Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota Cilegon, Keputusan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pada Unit Pelaksana Teknis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota Cilegon, Perjanjian antara Pemerintah Kota Cilegon dengan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Nomor 500/84-Huk/2011 dan 19/C/DU-KS/Kontr/2011 tentang Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. serta tercantum dalam kerangka otonomi daerah bahwa penyelenggaraan pembangunan daerah termasuk pemberdayaan usaha mikro dan kecil (UMKK) sebagian besar menjadi tanggung jawab daerah. Selain itu, dalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SKPD) kota Cilegon tahun 2011

  • – 2015 salah satu isu utamanya adalah pengembangan dan menjamin keberlanjutan UMK. Usaha mempercepat pemberantasan kemiskinan dan pengangguran telah menajadi komitmen Pemerintah Kota Cilegon melalui program pro rakyat. (Buku Panduan Program Satu Kecamatan Satu Milyar)

  Program Pro Rakyat yang digulirkan oleh Pemerintah Kota Cilegon merupakan program yang berpihak pada rakyat dan langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat, terutama masyarakat miskin atau disebut Rumah Tangga Sasaran (RTS). Progam Pro Rakyat dilaksanakan sebagai bagian dari salah satu upaya penguatan dalam sektor ekonomi. Program ini terdiri dari empat fase yang salah satu di antaranya adalah program One District One Billion Toward (Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Mendukung Wirausaha).

  Enterpreneurship

  Merupakan program berupa bantuan pinjaman dana kepada masyarakat Kota Cilegon, yang target sasaran utamanya yaitu masyarakat RTS, yang ingin menjadi masyarakatnya dengan jalan pemberian bantuan yang memancing masyarakat menjadi masyarakat yang produktif. Program Satu Kecamatan Satu Milyar adalah dana bergulir yang ditujukan kepada calon wirausaha baru, serta pelaku usaha ekonomi mikro dan kecil yang tengah meretas jalan untuk membuka usaha, mereka yang ingin mengembangkan ekonomi keluarga, dan juga mereka yang ingin mengembangkan kapasitas usahanya serta penguatan koperasi.

  Pemerintah Kota Cilegon menargetkan setiap tahun lahir 100 wirausahawan baru di setiap kecamatan. Program Satu Kecamatan Satu Miliar ini merupakan program kerja sama antara Pemerintah Kota Cilegon dengan PT Krakatau Steel, yang diluncurkan pada pertengahan Juni 2011 dan efektif dilaksanakan Juli 2011.

  Pemerintah Kota Cilegon mengalokasikan dana sebesar 9 miliar Rupiah yang bersumber dari APBD Kota Cilegon 5 miliar Rupiah dan PT Krakatau Steel sebesar 4 miliar rupiah. Masing-masing dari 8 kecamatan dialokasikan sebesar 1 miliar Rupiah dan sisanya digunakan untuk biaya operasional.

  Program Satu Kecamatan Satu Milyar bertujuan untuk: meningkatkan pendapatan masyarakat miskin (RTS), meningkatkan minat masyarakat untuk berusaha, mewujudkan UMK dan koperasi yang tangguh, meningkatkan kepedulian perusahaan (BUMN/S) termasuk perbankan dalam pemanfaatan dana CSR yang terintegrasi dengan program pemerintah Kota Cilegon (Petunjuk teknis pemberdaya ekonomi masyarakat berbasis kecamatan hal. 3).

  Secara operasional program ini dikelola oleh Badan Pemberdayaan badan ini membentuk Unit Pelaksana Teknik Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (UPT PEM) di tiap-tiap kecamatan. UPT PEM di tiap kecamatan ini diberikan wewenang untuk melaksanakan proses rekruitasi calon mitra binaan hingga pendampingan/monitoring.

  UPT Kecamatan Jombang mendapat kewenangan untuk menangani program satu kecamatan satu miliar di Kecamatan Jombang, mulai dari proses rekruitmen sampai tahap pendampingan. Jenis pinjaman yang diberikan antara lain adalah pinjaman untuk perintisan usaha yang ditujukan terutama untuk RTS (Rumah Tangga Sasaran), pinjaman untuk penguatan usaha yang ditujukan untuk UMK dan non RTS termasuk koperasi, serta pinjaman untuk pengembangan usaha yang ditujukan untuk UMK dan koperasi (buku panduan program satu kecamatan satu milyar)

  Tahap pemberian pinjaman berdasarkan buku petunjuk teknis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasi Kecamatan, yaitu :

  Rekruitasi Seleksi Survai Usaha Pembekalan & Pemutusan Pencairan Pinjaman Kelayakan Pinjaman

  Analisa Pinjaman Pendampingan & Monitoring

Gambar 1.1 Alur Pengajuan pinjaman

  Sumber : buku panduan program Satu kecamatan satu milyar (2011)

  Rekruitasi adalah tahapan dimana calon mitra binaan mengajukan permohonan pinjaman pada pihak UPT PEM dengan menyerahkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu keluarga (KK), foto peminjam beserta ahli warisnya, dan proposal pengajuan pinjaman yang berisi tentang keterangan jelas usahanya. Selanjutnya tahapan seleksi adalah tahapan dimana pihak UPT PEM kecamatan melakukan audit terhadap proposal yang masuk. Selanjutnya pihak UPT PEM melakukan survey mengenai kebenaran dan kelayakan usaha calon mitra binaan yang lolos proses auditing. Survey dilakukan oleh satu orang perwakilan UPT PEM Kecamatan dan satu orang pendamping dari masing- masing Kelurahan.

  Pihak UPT PEM mewajibkan calon peminjam memberikan jaminan sebagai tanggung jawab peminjam terhadap kewajiban yang harus diselesaikan sesuai perjanjian. Pemberian jaminan ini ditujukan bagi calon peminjam yang sedang menguatkan dan mengembangkan usahanya. Jaminan tersebut dapat berupa Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), sertifikat tanah atau surat- surat berharga lainnya. Bunga pinjaman diberikan berbeda bagi mitra binaan yang berasal dari kalangan RTS dan baru akan memulai usaha dengan mitra binaan yang berasal dari non RTS yan akan mengembangkan kapasitas usahanya. Bagi RTS bunga yang dibebankan yaitu sebesar 0-3% sedangkan bagi non RTS sebesar 6%.

  Selanjutnya pihak UPT PEM melakukan analisa apakah dana yang diminta sesuai dengan jenis usaha yang tertera pada proposal untuk selanjutnya dilakukan sebelum pencairan dana, pembekalan dilakukan oleh bagian manajemen konseling. Setelah dana cair UPT PEM melakukan pendampingan dan monitoring, memastikan apakah dana digunakan sebagaimana mestinya.

  Namun, sebagaimana sebuah kebijakan pemerintah pada umunya, berdasarkan observasi dan wawancara awal peneliti dengan pihak UPT PEM dan beberapa RTS serta masyarakat (wawancara dilaksanakan dilaksanakan bertahap mulai tanggal 4 sampai 27 Februari 2014), peneliti menemukan beberapa masalah teknis dalam pelaksanaan program Satu Kecamatan Satu Milyar selain belum tercapainya tujuan program walaupun telah berjalan selama 4 tahun.

  Pertama, jumlah mitra binaan di Kecamatan Jombang meningkat

  sebanyak 404 orang dari launching pada Juli 2011 menjadi 705 mitra binaan pada Juli 2014. Dana yang telah bergulir yaitu sebesar Rp 1.465.200.000 (laporan sub unit UPT PEM Kecamatan Jombang Juli 2014). Peningkatan jumlah mitra binaan tersebut disebabkan oleh rendahnya biaya administrasi atau bunga yang diberikan dan proses serta syarat peminjaman yang tidak berbelit. Peningkatan jumlah mitra binaan tidak disertai dengan penambahan jumlah anggota UPT PEM yang hanya memiliki 10 anggota yang terdiri dari kepala sub unit, palaksana pembukuan merangkap kasir, pelaksana konsultasi dan manajemen, pelaksana seleksi dan analisis pendamping dari masing-masing kelurahan di Kecamatan Jombang yang berjumlah 5 orang, dan seorang tenaga bantuan operasional. Sedikitnya anggota UPT PEM di Kecamatan Jombang tidak sebanding dengan banyaknya proposal yang masuk, menyebabkan banyaknya proposal yang menumpuk sehingga proses

  Selain jumlah pegawai yang terlalu sedikit, UPT PEM Kecamatan

  Kedua,

  Jombang juga tidak memiliki fasilitas yang memadai. Hanya ada satu komputer dalam satu gedung, bahkan kasir yang bertugas mencacat ketika ada mitra binaan mencicil, dilakukan secara manual, hanya menggunakan pulpen dan buku. Kemudian, gedung UPT PEM yang berpindah-pindah juga menyulitkan mitra binaan yang akan membayar cicilan atau calon mitra binaan yang akan mengajukan proposal karna gedung baru berada di tempat yang kurang strategis. Selain itu, berpindahnya gedung menyebabkan beberapa arsip dan dokumen hilang. Diperburuk dengan adanya kebijakan rolling atau perputaran petugas UPT PEM di tiap-tiap kecamatan mengakibatkan petugas tidak

  ’ bisa terfokus pada satu tempat.

  Tidak adanya standar waktu dalam buku panduan pelaksana

  Ketiga,

  program satu kecamatan satu milyar menyebabkan tidak adanya kepastian waktu berapa lama mitra binaan harus menunggu. Berdasarkan wawancara awal peneliti dengan pihak UPT PEM dan beberapa mitra binaan, mulai dari masuknya proposal sampai dengan pencairan dana membutuhkan waktu antara 3 minggu hingga 1 tahun 3 bulan

  Keempat , pola pikir masyarakat. Sulitnya mengubah pola pikir masyarakat

  yang menganggap dana dari pemerintah dalam program satu kecamatan satu miliar adalah hibah yang diberikan secara cuma-cuma. Sehingga masyarakat banyak yang berbongong-bondong datang ke kantor UPT PEM untuk memasukkan proposal yang tidak sesuai hanyak untuk mendapatkan uang gratis. kurangya pemahaman masyarakat didukung oleh kurangnya

  Kelima,

  sosialisasi yang diberikan oleh pihak UPT PEM baik pusat maupun UPT PEM Kecamatan. Sosialisasi hanya dilakukan sekali ketika program satu kecamatan satu miliar di-launching pada juni 2011. Berdasarkan wawancara awal dengan beberapa pihak kelurahan UPT PEM mengandalkan masing-masing kelurahan untuk melakukan sosialisasi tapi tidak memberikan jadwal yang pasti kapan sosialisasi harus dilaksanakan dan kelurahan mengandalkan masing-masing ketua RW atau RT. Kurangnya sosialisasi menyebabkan penyebaran info tidak merata yang berakibat kurang fahamnya masyarakat akan program satu kecamatan satu miliar. Beberapa mitra binaan mengaku mengetahui program ini dari mulut ke mulut bukan melalui sosialisasi (sumber: wawancara dengan beberapa mitra binaan)

  Keenam, tidak ditetapkannya sanksi yang jelas dalam buku panduan

  pelaksanaan program bagi mitra binaan yang telat membayar angsuran. Pihak UPT PEM Kota Cilegon (wawancara awal dengan Kepala UPT PEM) mengakui, masih kesulitan menetapkan sanksi bagi mitra binaan yang tidak membayar angsuran. Hal ini membuat pihak UPT PEM kurang mempercayai calon mitra binaan dari kalangan RTS dan merugikan RTS yang benar-benar ingin mencoba berwirusaha. tidak ada fasilitas bagi mitra binaan. Pemerintah Kota Cilegon

  Ketujuh,

  tidak menyediakan sarana/tempat bagi mitra binaan mengembangkan usahanya., contohnya berupa pasar atau pertokoan yang dibuat khusus bagi para mitra binaan program berjalan, Pemerintah hanya menyediakan sedikit tempat, di lantai dasar gedung pemerintahan Kota Cilegon (eks. Matahari lama) yang sebagian besar diisi dengan produk batik dari “Ratu Collection” milik keluarga Walikota. tidak ada konseling bagi RTS untuk meningkatkan minat

  Kedelapan,

  berwirausaha dan konseling/pelatihan keterampilan dan kreatifitas bagi mitra binaan yang mampu membantu kemajuan usaha mereka. Koseling hanya diberikan sekali ketika proposal pengajuan dana mitra binaan disetujui oleh UPT PEM. Sehingga banyak usaha mitra binaan terutama yang berasal dari kalangan RTS berhenti ditengah jalan, kurangnya pengetahuan, kreatifitas dan keterampilan, media pemasaran menjadi penyebab utamanya.

  Kesembilan, Program satu kecamatan satu miliar merupakan salah satu

  program pengentasan kemiskinan di Kota Cilegon dan membentuk masyarakat yang mandiri dengan berwirausaha yang sasaran utamanya adalah Rumah Tangga Sasaran atau RTS, namun data di lapangan menunjukkan sebaliknya. Pihak UPT PEM Kecamatan Jombang hampir tidak pernah meloloskan proposal permohonan pinjaman calon mitra binaan yang berasal dari kalangan Rumah Tangga Sasaran yang belum mempunyai usaha atau baru akan memulai usahanya. (sumber: wawancara dengan pihak UPT PEM Kecamatan Jombang)

  Salah satu kebijakan UPT PEM Kecamatan Jombang dalam meloloskan proposal calon mitra binaan adalah mitra binaan tersebut harus sudah dan sedang menjalankan sebuah usaha. Kebijakan tersebut dibuat karena dikhawatirkan jika calon mitra binaan belum memiliki usaha, dana yang didapat tidak digunakan semestinya atau akan terjadi penunggakan dalam pembayaran cicilan karena tidak adanya pemasukan yang dapat menjamin kelancaran pembayaran cicilan.

Tabel 1.2 dibawah ini merupakan perbandingan jumlah keseluruhan mitra binaan dengan jumah mitra binaan yang berasal dari kalangan Rumah Tangga

  Sasaran (RTS) pada saat program diluncurkan periode Juli 2011-Februari 2012.

Tabel 1.2 Jumlah mitra binaan periode Juli 2011-Februari 2012

  Kecamatan Jumlah mitra Dana yang Mitra binaan yang binaan digulirkan berasal dari RTS Grogol 104 orang 256,3 juta 46 orang

  Cibeber 141 orang 363,6 juta 55 orang Ciwandan 116 orang 345,9 juta 50 orang

  Purwakarta 46 orang 105,1 juta 13 orang Cilegon 93 orang 161,9 juta 35 orang

  Jombang 221 orang 376,6 juta 106 orang Citangkil 159 orang 497 juta 39 orang

  Pulomerak 89 orang 193 juta 14 orang Jumlah 969 orang 385 orang Sumber

  Dari tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa program satu kecamatan satu milyar sudah berjalan merata di seluruh kecamatan sekota Cilegon. Jumlah mitra binaan dan RTS terbanyak ada di Kecamatan Jombang dan Kecamatan Purwakarta menempati urutan akhir. Walaupun demikian dari total 969 orang mitra binaan, hanya 385 orang yang berasal dari kalangan target sasaran program yaitu RTS yang sebagian berasal dari Kecamatan Jombang. Padahal di Kecamatan Jombang saja berdasarkan sensus yang dilaksanakan oleh BPS Kota Cilegon pada tahun 2011 pada saat program diluncurkan, masyarakat miskinnya berjumlah

Tabel 1.3 Perbandingan Jumlah Masyarakat Miskin di Kota Cilegon Tahun

  

2011 Dengan Mitra Binaan yang Berasal Dari RTS

  Kecamatan Hampir Miskin Sangat Jumlah Mitra binaan miskin miskin dari RTS Ciwandan 695 932 1019 2464

  50 Citangkil 307 799 924 2030

  39 Pulomerak 395 755 715 1865

  14 Purwakarta 209 567 471 1247

  13 Grogol 202 550 537 1289

  46 Cilegon 248 420 484 1152

  35 Jombang 386 670 628 1684 106 Cibeber 456 814 726 1996

  55 Jumlah 2898 5507 5504 13909 385 Sumber : Cilegon dalam angka (2012:13)

  Dari tabel 1.3 dan keterangan di atas di atas dapat dilihat bahwa ketika program satu Kecamatan Satu Milyar diluncurkan, program belum berjalan sebagaimana mestinya. Target atau sasaran dibuatnya program, yaitu untuk masyarakat miskin tidak banyak tersentuh, karena sebagian besar penerima bantuan bukan berasal dari kalangan Rumah Tangga Sasaran (RTS). Hal itu dapat dilihat dari tidak sebandingnya jumlah mitra binaan yang berasal dari masyarakat miskin (RTS) dengan total keseluruhan jumlah mitra binaan.

  Berdasarkan sensus yang dilakukan oleh BPS Kota Cilegon. Pada saat program Satu Kecamatan Satu Milyar diluncurkan, jumlah masyarakat miskin di Kecamatan Jombang sebanyak 1684 berdasarkan sensus yang dilakukan oleh BMKB, namun hanya sebanyak 106 orang yang menjadi mitra binaan program ini. jumlah masyarakat miskin semakin meningkat dibandingkan dengan sebelum adanya program. Seperti yang digambarkan dalam tabel 1.4 di bawah ini

Tabel 1.4 Perbandingan jumlah masyarakat miskin di Kecamatan Jombang tahun

  

2009-2014

Kelurahan 2009 2010 2011 2012 2013 2014

  249 573 626 701 532 806

  Jombang wetan Masigit 187 388 439 491 401 565

  82 193 225 258 189 297

  Panggung rawi

  94 155 195 224 359 258

  Gedong dalem Sukmajaya 116 283 357 399 325 459 Jumlah 728 1592 1842 2073 1797 2.385

  Sumber: Kecamatan Jombang dalam angka (2010-2014) Dari tabel 1.4 di atas dapat dilihat jumlah masyarakat miskin yang justru semakin meningkat dari tahun ke tahun, padahal program Satu Kecamatan Satu

  Milyar sudah berjalan hampir 5 tahun, bahkan meningkat jauh dibandingkan dengan tahun 2009 ketika program belum dilaksanan. Walaupun pada tahun 2013 angka kemiskinan pengalami penurunan, hal tersebut bukan pertanda bahwa program Satu Kecamatan Satu Milyar telah berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.

  Berdasarkan masalah-masalah yang telah dijabarkan di atas, peneliti tertarik untuk memfokuskan dan meneliti lebih jauh mengenai :

  

“EVALUASI PROGRAM SATU KECAMATAN SATU MILIAR DI

KECAMATAN JOMBANG KOTA CILEGON”

1.2 Identifikasi Masalah 1.

  Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana yang kurang mendukung keberhasilan pelaksanaan Program Satu Kecamatan Satu Milyar di Kecamatan Jombang Kota Cilegon.

  2. Tidak adanya kepastian waktu dalam panduan pelaksanaan program yang mendukung program. berjalan tidak tepat waktu dan menyebabkan ketidakpastian berapa lama calon mitra binaan harus menunggu proposalnya disetujui.

  3. Pola fikir masyarakat yang salah tentang program dan menganggap dana dari pemerintah adalah hibah.

  4. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah pada masyarakat tentang program Satu Kecamatan Satu Milyar.

  5. Tidak ditetapkannya sanksi yang pasti dalam buku panduan pelaksanaan program bagi mitra binaan yang bermasalah ditengah-tengah angsuran.

  6. Tidak ada fasilitas pendukung usaha dari Pemerintah Kota Cilegon bagi masyarakat yang telah menjadi mitra binaan. Baik itu berupa fasilitas fisik maupun pelatihan.

  7. Program kurang tepat sasaran, sebagian besar mitra binaan bukan berasal dari kalangan Rumah Tangga Sasaran (RTS).

  8. Tujuan utama program pengentasan kemiskinan dan peningkatan jumlah wirausahawan serta minat berwirausaha terutama dari kalangan RTS, tidak terealisasikan

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

  1.3.1 Pembatasan Masalah

  Dalam penelitian ini, karena keterbatasan waktu dan sumber daya, peneliti membatasi penelitian hanya pada pelaksanaan program satu kecamatan satu miliar di Kecamatan Jombang Kota Cilegon sebagai Kecamatan yang memiliki mitra binaan terbanyak pada saat launching.

  Apakah implementasinya berhasil dan berdayaguna untuk masyarakat Kecamatan Jombang sesuai dengan pernyataan narasumber atau sebaliknya.

  1.3.2 Perumusan Masalah

  Dengan melihat latar belakang yang telah dijabarkan di atas Peneliti merumuskan masalahnya adalah “Bagaimana keberhasilan pelaksanaan Program Satu Kecamatan Satu Milyar di Kecamatan Jombang Kota Cilegon?

  ”

  1.4 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana evaluasi program Satu Kecamatan Satu Miliar di Kecamatan Jombang Kota Cilegon.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah a.

  Manfaat teoritis 1.

  Mempertajam dan mengembangkan teori-teori yang ada dalam dunia

  2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu administrasi negara khususnya mengenai kendala dalam mengimplementasikan suatu kebijakan publik.

  3. Menambah wawasan penulis mengenai kebijakan publik dan evaluasi.

  4. Dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya b. Manfaat praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan sara pada pihak UPT PEM Kecamatan Jombang khususnya dan UPT PEM Kota Cilegon pada umumnya mengenai pelaksanaan program satu kecamatan satu miliar agar berhasil dengan baik sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat Kecamatan Jombang dan Kota Cilegon sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sejak awal.

1.6 Sistematika Penulisan

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah menerangkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari lingkup yang paling umum sehingga menukik ke masalah yang paling spesifik dan menjelaskan mengapa peneliti mengambil judul penelitian tersebut.

  1.2 Identifikasi Masalah masalah. Untuk mengidentifikasi masalah peneliti biasanya melakukan observasi terlebih dahulu.

  1.3 Batasan dan Rumusan Masalah Batasan dan rumusan masalah dari hasil identifikasi tersebut ditetapkan masalah yang paling berkaitan dengan judul penelitian dan berbentuk dalam kalimat pertanyaan.

  1.4 Tujuan Penelitian Maksud tujuan penelitian dalam hal ini mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakan penelitian.

  1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian menjelaskan manfaat yang teoritis dan praktis dari penelitian yang akan diteliti.

  1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang menjelaskan isi dari bab per bab yang termuat dalam penelitian.

  BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

  2.1 Deskripsi teori Memaparkan kembali teori-teori yang berhubungan dengan penelitian

  2.2 Kerangka Berfikir Menggambarkan alur berfikir peneliti terhadap masalah yang sedang ditelitinya sebagai kelanjutan deskripsi teori

  2.3 Asumsi Dasar Menggambarkan asumsi atau pemikiran dasar peneliti yang digunakan untuk mengambil keputusan atau bertindak dalam proses penelitian

  BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang metode penelitian yang digunakan peneliti mencakup beberapa uraian yaitu : teknik pengumpulan data penelitian, instrument penelitian, informan penelitian, analisis dan olah data yang telah peneliti kumpulkan dari lapangan, serta waktu dan tempat penelitian dilaksanakan

BAB II DEKSRIPSI TEORI

2.1 Deskripsi Teori

  Deskripsi teori merupakan kajian berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan penelitian yang disusun secara sistemis. Dengan mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep maka peneliti akan memiliki konsep yang jelas.

  Penggunaan teori dalam penelitian akan memberikan acuan bagi peneliti dalam melakukan analisis terhadap masalah sehingga dapat menyusun pertanyaan dengan rinci untuk penyelidikan sehingga memperoleh temuan lapangan yang menjadi jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah peneliti.

  Menurut Erwan dan Diah (2007) teori adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu diakses pada 12 Juni 2014). Teori merupakan dasar yang harus dipahami oleh peneliti. Karena teori yang ada, peneliti dapat merumuskan dan mengetahuai ada masalah dalam sebuah kehidupan sosial.

  Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi dan detail yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud

  (diakses pada 12 Juni 2014) mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variabel-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan