Industri Batik Lasem Di Lasem, Rembang, Jawa Tengah Tahun 1970 – 1990

  

Industri Batik Lasem

Di Lasem, Rembang, Jawa Tengah

Tahun 1970 – 1990

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Ilmu Sejarah

  

Oleh

RENI AGUSTIN

NIM :034314011

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

  

JURUSAN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

SKRIPSI

Industri Batik Lasem

Di Lasem, Rembang, Jawa Tengah

Tahun 1970 – 1990

  OLEH Reni Agustin

  NIM : 034314011 Telah dipertahankan didepan penguji

  Pada tanggal Dan dinyatakan memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji

  

MOTTO

“ KETIKA ORANG TERTAWA MENGEJEKU, AKU HANYA

BERKATA SEMOGA TAWA MEREKA ITU SEMAKIN

MENYEMPURNAKAN DIRIKU ”

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Tiada Kebahagiaan yang lebih hebat selain dapat mempersembahkan skripsi ini kepada :

  • Allah SWT, atas kebesaranNya yang telah mengijinkan aku untuk menyelesaikan tugas yang tidak ringan ini ALLAHU AKBAR…
  • Ibuku SOEKATMI yang tak pernah menuntut tetapi selalu membiarkan aku dengan nasihatnya yang selalu menjadi nafasku…doa yang selalu menjadi nyawaku dan kesabaran yang selalu menjadi jiwaku….”mum aku bisa…”maaf belum bisa buat kalian bangga….
  • Bapakku A. DARYONO yang manjadi PAHLAWAN HIDUPKU dan

  Manusia terbaik dalam hidupku…”bis ini reni kerja cari duit buat naikin haji bapak ibu” maturnuwun….

  • Adeku FAJAR DIAN MARTANTI ( ANJA ) yang menjadi malaikat kecilku dan spirit buat aku…
  • Keluarga besarku atas semua doa dan bantuanya
  • Mas Nanto n Keluarga, yang selalu mengajarkan tentang pentingnya harga diri sehingga aku menjadi orang yang kuat dan selalu lebih kuat, selalu mengajarkan aku tentang apa itu hidup…terimakasih karena selalu mengkritik aku.
  • Wahyu Pramestiadi dan keluarga dengan doa yang tak pernah putus… • Teman-teman seperjuangan di Ilmu Sejarah ’03,selamanya kita adalah sodara.

  • Anak-anak kos 156 keluarga baruku di jogja,mb.sri,mb melda, valent, Nyit2,

  intan, as3, sella, nawang, mb ella, teteh enoy,…yang selalu tertawa dengan onarku.

  • Keluargaku anak-anak kontrakan, Henythehood,Mas Dani, Pakde, Gundul,

  Diaz, Billy, doto, Edwin,Gatot, Kodok…cuy…gw lulus !!!!!!

  • Dan semua pihak yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu…berkat doa kalian aku berhasil menyelesaikan skripsi ini.

  

Halaman Pernyataan Keaslian karya

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta Penulis Reni Agustin

  

ABSTRAK

Industri Batik Lasem

Di Lasem, Rembang, Jawa Tengah

1970 – 1990

  

Reni Agustin

034314011

  Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta menganalisis perkembangan Industri Batik Lasem yang ada di kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, pada tahun 1970 – 1990. Untuk membantu terselesaikannya penulisan ini tidak hanya melakukan pendekatan sejarah saja akan tetapi juga menggunakan ilmu Bantu lain seperti antropologi dan sosiologi sebagai ilmu pendukung guna mendapatkan hasil penulisan yang baik.

  Dalam penulisan skripsi ini juga menggunakan teori fungsional dari Brownislow Malinowski, antropolog, yang menyatakan bahwa tugas akhir dari semua kebudayaan adalah untuk memenuhi kebutuhan psikologis manusia..

  Penggunaan teori ini lebih disebabkan oleh kedekatan dengan topik penulisan ini yang membahas batik sebagai bentuk dan fungsi kebudayaan bagi masyarakat Lasem. Selain menggunakan teori fungsional dari Malinowski, penelitian ini juga menggunakan teori fungsional dari seorang sosiolog bernama Talcott Parsons yang dinilai lebih ilmiah dan empiris, di mana hipotesisnya di uji melalui penelitian-penelitian yang sistematik, seperti pengamatan

  Penelitian ini menunjukan bahwa batik Lasem merupakan batik yang dihasilkan dari sebuah proses akulturasi antara budaya Jawa dan Tionghoa.Akulturasi yang terbentuk dengan selaras dan seimbang menghasilkan sebuah karya yang begitu indah yang dituangkan dalam sebuah kain yang selanjutnya menghasilkan batik yang indah. Akulturasi budaya yang terjadi di Lasem tidak hanya dituangkan pada sebuah lembar kain, akan tetapi mencakup semua aspek kehidupan masyarakat Lasem.

  Keindahan karya akulturasi itu sempat membuat Batik Lasem mengalami masa kejayaannya pada tahun 1970-an, keindahan warna dan motif yang penuh makna sebagai hasil dari akulturasi itu membuat Batik Lasem memiliki nilai tersendiri di kalangan pengguna batik. Akan tetapi pada tahun 1980-1990-an industrui Batik Lasem mengalami kemunduran sebagai akibat dari kemajuan teknologi pertekstilan yakni dengan munculnya teknologi cap dan printing. Kecuali itu kurangnya minat generasi muda terhadap batik, semakin kurangnya pembatik di Lasem, serta faktor harga bahan baku yang semakin tidak terjangkau oleh para pengusaha batik Lasem..

  

ABSTRACT

Industrial of Batik of Lasem

In Lasem Central Java 1970 - 1990

Reni Agustin

  

034314011

  The aimed of this theses are to description and analyse growth of Industry Batik of Lasem which in district of Lasem, Rembang Regency, in the year 1970 - 1990. For assist this writing not only use historical approach, but sociological and anthropological approach use to get result of good writing.

  Functional theory of Brownislow Malinowski, as anthropologist, expressing that that duty of is end of all cultures is to ful fill requirement of biology and psychological of human being. Usage of this is theory more because of contiguity with this writing topic which study batik as culture function and form for society of Lasem. Besides using functional theory of Malinowski, this research also use functional theory of more empirical and erudite assessed an sociologist named Talcott Parsons, where the hypothesis of in test pass through systematic research,

  This Research of indicate that batik of Lasem is yielded batik from a acculturation process among Java culture and of Tionghoa. Acculturation formed with harmony and well balanced yield a masterpiece which so respect which poured in a cloth later on yields beautiful batik. Cultural acculturation that happened in Lasem not only poured at a cloth sheet, however including all aspects life of society of Lasem.

  Beauty of that acculturation masterpiece have time to make Batik of Lasem natural a period to the feather in one's cap of in the year 1970s, beauty of motif and colour which is the full of meaning as result of that acculturation make Batik of Lasem have separate value among consumer of batik. However in the years of 1980- 1990s Batik industries of Lasem lost ground as impact of the progress of textile technology namely with technological appearance of and stamp and printing. Except that the lack of the rising generation enthusiasm to batik, progressively the lack of the artist of batik in Lasem, and also raw material price factor which is out of reach progressively by all entrepreneurs of batik of Lasem.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Kebesaran-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Industri Batik Lasem, Di Lasem, Rembang, Jawa Tengah Tahun 1970 – 1990.” Penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan , bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Rektor Universitas Sanata Dharma, Romo Dr. P. Wiryono Priyotamtomo, S.J.

  2. Bapak Drs. Hb. Hery Santosa, M.Hum selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma yang banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

  3. Bapak Drs. Silverio R.L.Aji Sampurna, M.Hum. Selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mengkoreksi skripsi ini hingga selesai.

  4. Bapak Drs. Purwanta, M.A, bapak Prof. Dr P.J Suwarno SH, bapak Drs.

  Sandiwan Suharso, Romo Dr. F.X Baskara T. Wardaya, dan semua Dosen jurusan Ilmu Sejarah yang telah meberikan bekal ilmunya kepada penulis.

  5. Pimpinan UPT. Perpustakaan dan seluruh staf Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kemudahan dalam pencarian data dan sumber pustaka yang penulis butuhkan untuk penulisan skripsi ini.

  6. Mas Tri Sekretaris Sastra yang dengan segenap hati selalu memberi kemudahan kepada penulis.

  7. Teman baiku Ndari, Domi, Bertha, Henithehood ,yang telah bersamaku dan selalu mebantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  8. Teman- teman angkatan 03 jurusan Ilmu Sejarah : Qeqe, Atik, Ndari, Domi, Anggi, Dedi, Yoga, Iren, Hafda, Ruperno.

  9. Teman-teman di Ilmu Sejarah : Daniel’02, Villa’02,Agus’04, Eka Rama’02, Nana ’02, eno ’01, Eka’01 dan semua teman teman yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu, makasih buat spiritnya.

  10. masyarakat Lasem, Bp. Sigit wicaksono, staf kecamtan Lasem, Disperindakop kabupaten Rembang, Dinas Pariwisata Kabupaten Rembang.

  11. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan ini, penulis ucapkan banyak sekali terimakasih.

  Penulis menyadari betul atas kekurangan dan kelemahan yang ada pada skripsi ini. Maka penulis sangat menerima adanya kritik dan saran yang bersifat membangun agar lebih sempurna. Akhirnya terlepas dari semua kekurangan dan kelemahan tersebut, dengan segala kerendahan hati penulis sangat berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

  Yogyakarta, Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………..... ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………..…. iii

HALAMAN MOTTO……………………………………………….……... iv

HALAMAN PERSEMBANHAN…………………………………………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………..… vii

ABSTRAK……………………………………………………………,…..... viii

ABSTRACK………………………………………………………….…...... x

KATA PENGANTAR…………………………………………………..… x

DAFTAR ISI………………………………………………………………. xi

DAFTAR TABEL…………………………………………….………..….. xiii

BAB PERTAMA : PENDAHULUAN A.

  Latar Belakang Masalah………………………………………...….... 1 B. Identifikasi Masalah………….…………………………………...….. 9 C. Batasan Masalah…..…………….……………………………………. 10 D. Rumusan Masalah…………………………………………………..... 10 E. Tujuan Penelitian…………………………………………..……….... 11 F. Manfaat Penelitian………..…………………………………..…….... 11 G.

  Kajian Pustaka…………..……………………………………..…….. 13 H. Metode Penelian…………………..………………………………..... 14 I. Landasan Teori…….…………………………………………..…...... 15 J. Sistematika Penulisan………..………………………………..……... 18

  BAB KEDUA : LASEM KOTA TUA SEBAGAI BUKTI KEHARMONISAN ANTARA JAWA DAN TIONGHOA…………………………………………………………….. 20 A.

  Sekilas Tentang Sejarah Lasem…………………………………….. 20 B. Kondisi Fisik Lasem………………..………………………………. 26 1.

  Latek Geografis…………..………………………………..... 26 2. Iklim……………..………………………………………….. 27 3. Kondisi Perairan di Pantai Lasem…..…………………….… 27 4. Lasem Sebagai Kota Tua Dengan Berbagai Aset Wisata...… 28 C. Sosial Ekonomi Masyarakat Lasem……………………………….... 30 D. Religi Masyarakat Lasem………………………………………….... 32 1.

  Lasem Sebagai Kota Tua Yang Kental Dengan Nuansa Islam……………………………………………………….... 33 2. Lasem Kota Tua dengan Etnis Tionghoa Yang Masih Sangat

  Kental Dengan Religinya…………………………...………………

  35 E. Etnis Jawa Dan Tionghoa Di Lasem………………………..……… 36

  

BAB KETIGA : MOTIF, WARNA, SERTA PROSE PEMBUATAN

BATIK LASEM………………………………………………………………….. 40 A.

  Budaya Jawa Pada Batik Lasem……………………………..…..…… 42 B. Budaya Tionghoa Pada Motif Batik Lasem……………..…….….…... 45

  C.

  83 1. Penurunan Daya Beli terhadap hasil Kerajinan………………… 85 a.

  75 b. Batik Printing…………………………………………..

  78 2. Dampak Munculnya Batik Cap Dan Printing………………

  79 1. Dampak Positif…………………………………………. 80 2.

  Dampak Negatif………………………………………...

  80 3. Beredarnya Batik Tiruan……………………………………

  82 B. Faktor Kemunduran Industri Batik…………………………………

  Inovasi dan Ide Kreatif……………...……………………… 85 b.

  72 1. Munculnya Industri Batik Modern………………………...

  Permintaan Pasar yang Tidak Menentu…………..….…….

  86 c. Kurangnya Promosi.………………………………..……… 86 2.

  Kurangnya Perhatian Pemerintah Terhadap Pengrajin……..

  87 C. Kemunduran Industri Batik di Lasem…………………………..

  88 1. Semakin Maraknya Batik Cap dan Batik Printing…………….... 88 2.

  Semakin kurangnya Generasi Pembatik di Lasem…………….... 90 3. Kurangnya Minat Untuk Memahami Batik Tradisional……....... 91 D. Peran Pemerintah…………………………………………………..... 92 E. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dalam Melestarikan Batik……

  74 a. Batik Cap………………………………………………

  INDUSTRI…………………………………………………………

  Pola Warna Dan Proses Pembatikan Di Lasem………..….…….….... 47 1.

  Pemasaran Lokal dan Luar Negeri…………………….……. 64 d.

  Pola Warna………………………………………………….... 47 2. Pembatikan Di Lasem……………………………………….. 51

  BAB EMPAT : MASA KEEMASAN BATIK LASEM (1970)..…

  53 A.

  Perkembangan Batik Lasem tahun 1970…………………………….. 53 1.

  Industri Batik Lasem Pernah menjadi Satu dari Enam Besar Sentra Industri batik di Indonesia…………………………………... 57 2. Aspek Sumber Daya Manusia……..………………………… 58 3. Aspek Permodalan………....………..……………………… 60 4. Aspek Produktivitas………………………...………………. 62 B. Daerah Pemasaran Batik Lasem…………………………………….. 63 a. Aspek Pemasaran…………………………………………….

  63 b. Daerah Pemasaran………...………………………….…..…. 64 c.

  Segmen Pasar……………………………………………….. 65 e. Volume Pasar……………………….………………………. 65 f. Saluran Distribusi…………………………………………… 65 g.

   BAB LIMA : INDUSTRI KERAJINAN BATIK DI LASEM TAHUN

1980 – 1990………………………………………………………………… 72

A.

  Sistem Promosi Batik Lasem……………………………….. 66 C. Peran Pemerintah Dalam Perkembangan Industri Batik di Lasem....

  66 1. Peran Dinas Perindustrian………………………………….. 67 2.

  Peran Dinas Pariwisata…………………………………….. 68 D. Pengaruh Perkembangan Industri Batik Lasem Untuk Masyarakat Lasem

  ………………………………………………………………………

  69 1. Penyerapan Tenaga Kerja…....…………………………….. 70 2.

  Peningkatan Perekonomian………………………………… 71

  97

  BAB VI PENUTUP………..…………………………………............

  99 DAFTAR PUSTAKA…………………...……………………............. 103

  

DAFTAR INFORMAN.......................................................................... 106

LAMPIRAN……………………………………………………........... 107

  DAFTAR TABEL 1. Tempat Bersejarah Di Lasem Hal.28.

  2. Penduduk, Luas Desa, Serta Kepadatan Penduduk Perdesa Tahun 1980 Hal.30.

  3. Kecamatan, Desa, Banyaknya Industri Batik di Lasem pada Tahun 1970. Hal.54.

  4. Modal Awal, Jumlah Pengusaha,Prosentase. Hal. 60.

  5. Pendapatan rata-rata Pengusaha dan Pekerja Batik Di Lasem pada Tahun 1980. Hal. 68.

  

DAFTAR BAGAN

1. Bagan Distribusi Penyalutran Batik. Hal.64.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku

  bangsa dan adat istiadat. Wujud dari kegiatan peradaban dari tiap-tiap suku di Indonesia menghasilkan sebuah karya seni yang menjadi identitas bagi setiap kelompok masyarakat di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan pada setiap kelompok didasarkan pada kepercayaan masing-masing kelompok. Dilihat dari keanekaragaman kelompok yang terdapat di Indonesia, maka berpengaruh pula terhadap kebudayaanya. Kebuadayaan yang dihasilkan pada setiap suku bangsa yang ada di Indonesia menjadi sebuah budaya yang majemuk sesuai dengan sejarahnya sendiri.

  Berbagai bentuk dan wujud kebudayaan telah tumbuh dan berkembang menjadi sebuah norma, etika, dan adat hasil sebuah kesenian. Seni merupakan ungkapan cita rasa dan karsa dari manusia yang dituangkan alam berbagai bentuk. Bentuk karya seni antara lain seni rupa, seni musik, seni lukis. Seni lukis sendiri mempunyai beberapa macam, diantaranya adalah seni rupa. Seni rupa yang merupakan bagian dari seni lukis memiliki berbagai ragam, diantaranya adalah ukir, dan pahat. Melukis sendiri tidak hanya dapat dilakukan diatas kanvas, melukis juga dapat dilakukan di atas kain, melukis diatas madia kain dengan menggunakan lilin malam adalah kegiatan yang biasa disebut dengan membatik.

  Membatik bagi masyarakat Indonesia khususnya Jawa bukan sesuatu yang asing. Kata “batik” sendiri pada awalnya adalah berasal dari kata “tik” yang

  1

  mempunyai arti titik. “ Batik” sendiri mempunyai arti bertitik, karena proses membatik diawali dengan memberikan titik-titik serta garis pada sebuah kain, untuk selanjutnya titik dan garis tersebut dikembangkan menjadi pola yang indah. Membatik juga dikategorikan dalam kegiatan melukis, ini dikarenakan metode membatik atau melukis di atas kain mempunyai kesamaan dengan metode melukis di atas kanvas. Perbedaannya terdapat pada bahan yang digunakan untuk melukis, melukis yang dilakukan di atas kanvas dengan menggunakan kuas dan cat air, sedangkan membatik menggunakan canting dan lilin.

  Dari zaman ke zaman kesenian membatik terus tumbuh dan berkembang. Perkembangan batik disesuaikan dengan tuntutan zaman serta situasi dan kondisi masyarakat. Perkembangan yang terjadi dalam kasenian membatik ini bukan saja dalam fungsi tetapi juga meliputi motif, bahan, serta proses pembuatanya. Batik mempunyai sifat yang universal, batik merupakan seni tekstil yang fleksibel sehingga dapat diterapkan pada karya seni yang lain, baik itu seni pahat maupun

  2 seni yang berbentuk hiasan.

  Asal mula batik sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Beberapa sumber termasuk perajin batik dan para sejarawan berpendapat batik

  1 Chandra Irawan Soekamto, 1984. Batik dan Membatik, Jakarta,

  Akodama, hal. 9

  2 Ardiyanto. 1998. Batik perkembanganya pada era industri awal sampai

dengan batik lukis masa kini. Suntingan Soedarso SP. Seni Lukis Batik Indonesai.

  Yogyakarta, Taman Budaya Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. muncul pada sekitar abad ke-VI-VII yang dibawa oleh para pedagang dan

  3

  penyebar agama Hindu-Budha. Selain para pedagang dan penyebar agama Hindu Budha, masuknya batik juga di bawa oleh para pedagang asal Tionghoa pada tahun 1479 di pesisir pantai utara Jawa, banyaknya pendatang yang membawa batik semakin menambah keragaman corak serta bentuk batik di Jawa. Dalam perkembangannya kesenian batik dari India dan Tionghoa dapat diterima, khususnya oleh masyarakat Jawa. Semenjak zaman Majapahit kemudian terus

  4

  berkembang pada kerajaan-kerajaan berikutnya hingga abad XIX. Akulturasi tersebut menghasilkan ragam motif batik yang berbeda-beda dalam setiap daerah penghasil batik.

  Selanjutnya kesenian batik, dapat berkembang menjadi sebuah tradisi yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat di Jawa sampai saat ini, pada awalnya batik merupakan pakaian yang dipakai para bangsawan keraton, akan tetapi pada kelanjutanya batik menjadi pakaian adat masyarakat jawa, bahkan pakaian batik dijadikan sebagai pakaian nasional oleh pemerintah. Seiring perkembangan batik yang semakin diminati oleh sebagian besar masyarakat, beberapa daerah mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan para pegawai negeri sipilnya untuk menggunakan batik pada hari jumat. Batik pun sekarang berkembang bukan hanya sebagai pakaian adat dan tren akan tetapi sudah menjadi identitas nasional.

  3 Ueoka, Takamasa. 2001. “Batik: Sejarah dan Daya Tarik.” Skripsi:

  Jurusan: Bahasa Indonesia dan Kebudayaan Asia Tenggara. Osaka Jepang, Universitas Setsunan.hal. 9

  4 Batik Indo Admin, 2003, Batik”. Posted in Batik Indonesia, 9 Januari,

  2003.,hal. 12

  Batik disamping memiliki keindahan, juga mengandung filosofi yang cukup mendalam pada setiap motifnya. Setiap daerah yang menjadi pusat penghasil batik memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing, ciri khas yang sekaligus menjadi identitas pada masing-masing daerah ini dapat dilihat baik dari motif maupun penggunaan warna. Meskipun demikian, sering perkembangannya terdapat perbedaan serta persamaan antara daerah penghasil batik satu dengan lainnya.

  Perbedaan tersebut disebabkan karena beberapa faktor antara lain latar belakang budaya, lingkungan serta letak geografis masing masing daerah penghasil batik. Sedangkan persamaannya disebabkan adanya hubungan dagang,

  5 pemerintahan, adat, budaya maupun agama.

  Batik merupakan suatu kerajinan daerah yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa Tengah. Khusus bagi daerah-daerah penghasil batik tulis kain tradisional seperti Pekalongan, Solo, dan Yogyakarta. Tiap-tiap daerah penghasil batik memiliki perbedaan yang mendasar sebagai ciri khas, misal dalam hal warna serta motif. Sebagi contohnya batik Sidomukti khas Solo dan batik Sidomukti khas Yogyakarta. Batik Sidomukti khas Solo memakai warna coklat sebagai warna yamg mendominasi, sedangkan batik Sidomukti khas Yogyakarta lebih di dominasi oleh warna putih. Batik yang berasal dari Yogyakarta dan Solo lebih menonjolkan simbol filosofi serta makna-makna dari sudut pandang magis.

5 Ibid, hal 12

  Selain batik Solo dan Yogyakarta yang khas dengan warna warna natural dan masih kental dengan filosofi jawa, hadir juga batik Pekalongan yang muncul dengan warna-warna yang lebih berani, seperti merah, biru, hijau, kuning serta warna yang lain. Keragaman warna yang menjadi ciri khas batik Pekalongan lebih disebabkan oleh faktor geografis, ini dikarenakan melihat letak Pekalongan sebagai kota pantai di pesisir utara Jawa. Pekalongan sebagai kota pesisir pantai merupakan tempat berkumpulnya para pedagang dari berbagai daerah, ini tentu saja membuat batik Pekalongan lebih mempunyai warna yang beragam karena merupakan hasil dari percampuran budaya yang dibawa para pedagang dari berbagai wilayah.

  Selain batik Pekalongan, Solo, serta Yogyakarta, ada satu tempat lagi di wilayah pesisir pantai Jawa yang menjadi tempat penghasil batik. Daerah itu adalah Lasem. Lasem adalah salah satu kecamatan dari Kabupaten Rembang yangterletak di bagian timur. Menurut sejarah yang ditulis dalam Kitab Badrasanti batik Lasem dibawa oleh pedagang Tionghoa, adalah Putri Na Li Ni yang merupakan istri dari Bi Nang Un pedagang dari Negeri Campa yang mengenalkan batik pada masyarakat Lasem. Batik Lasem yang dibawa oleh pedagang dari Tionghoa misalnya memiliki khas kaya akan warna, bermotif bebas, naturalis serta realistis. Dalam hal motif misalnya cenderung menonjolkan motif binatang seperti terlihat pada motif burung hong, corak lain khas Tionghoa adalah bunga seruni, motif pagi sore,tiga negeri, lokcan, kupu-kupu. Walaupun batik Lasem identik dengan budaya Tionghoa, batik Lasem tidak meninggalkan atau masih memasukan unsur motif batik Jawa asli, ini terlihat pada corak geometris yang merupakan corak Jawa Vorstenlanden (Surakarta dan Yogyakarta), seperti parang, kawung, dan udan liris.

  Batik Lasem merupakan salah satu bukti terjadinya akulturasi budaya yang dinamis pada masyarakat Lasem, ini terlihat dari percampuran corak yang menjadi symbol akuturasi budaya. Selain kental dengan motif khas budaya Tionghoa, batik Lasem juga memasukan corak yang dihasilkan oleh masyarakat asli Lasem. Corak asli Lasem sendiri adalah merupakan corak batik asli dari hasil karya masyarakat Lasem. sebagai masyarakat pribumi sebelum masuknya orang-orang Tionghoa ke Lasem, masyarakat di Lasem memang sudah banyak yang menggantungkan hidupnya dengan membatik. Corak asli dari masyarakat Lasem ini dapat terlihat dari motif latohan, gunung ringgit serta kricak.

  Sampai dengan saat ini pengaruh budaya Tionghoa masih begitu kental tertuang dalam setiap kain batik yang dihasilkan oleh para pengarajin batik Lasem. Selanjutnya sebagai salah satu bukti eksistensi batik Lasem yang mempunyai nilai tinggi, adalah batik Lasem berkembang menjadi pemasok batik yang cukup besar. Direktur IPI William Kwan HL menyebutkan, pemasaran batik Lasem tidak hanya di Jawa, tetapi juga merambah Sumatera, Bali, Sulawesi, Semenanjung Malaka (Pulau Penang, Johor, dan Singapura), wilayah Asia Timur (terutama Jepang), bahkan Suriname. ”Suriname termasuk yang terbanyak. Dulu,

  6

  hampir tiap bulan ayah saya mengirim batik hingga 500 lembar kain.”

6 Wawancara dengan Njo Tjoen Hian atau yang juga dikenal dengan Sigit

  Witjaksono. Pengusaha batik di lasem.tanggal 25 oktober 2008,di kediaman sigit wicaksono,desa babagan lasem,jawa tengah.

  Kreasi batik mulai berkembang pada tahun 1970-an. Banyaknya permintaan memunculkan metode baru dalam membatik untuk mempersingkat proses produksi, yakni dengan menggunakan metode cap serta printing sebagai alternatifnya. Proses pembuatan batik dengan cap sangat sederhana, karena tinggal mencap dengan stempel yang telah di beri motif ke sebuah kain, sedang

  

printing adalah metode dengan menggunakan teknik sablon. Dengan metode cap

  serta printing para pembatik dapat membuat sebuah batik dengan waktu kurang dari satu hari.

  Selain menggunakan metode cap dan printing, perkembangan proses pembuatan batik juga terjadi dalam hal pewarnaan. Hal ini terjadi dengan adanya penggunaan zat warna sintetis seperti naptol. Penggunan zat warna sintetis jauh lebih cepat dibanding proses tradisional dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan.

  Kelebihan lain dari zat warna sintetis adalah lebih tahan lama terhadap sinar

  7

  matahari maupun gosokan jika dibandingkan dengan zat warna alam. Munculnya batik cap dan printing membuat kreasi berkembang. Batik tidak hanya digunakan untuk membuat busana saja, tetapi juga berupa kain seprei, gorden, taplak serta penutup kepala bagi wanita dan masih banyak kreasi lainya yang dapat dihasilkan dari kain batik.

  Bersamaan dengan semakin banyaknya minat terhadap batik yang awalnya hanya menjadi konsumsi golongan tertentu dan hanya menjadi pakaian adat saja, perhatian mulai muncul dari para pelukis di Indonesia. Para pelukis Indonesia

7 Ibid hal. 24

  8

  mulai menaruh perhatiannya terhadap perkembangan batik. Ini dapat dilihat dari para pelukis yang mulai membuat kreasi motif-motif batik baru yang mendobrak kehalusan dan keanggunan batik dalam sebuah kanvas. Sejak saat itu batik mulai berkembang dengan motif dan kreasi baru, yang lebih beragam tanpa meninggalkan khasanah batik yang kental dengan budaya Jawa.

  Dampak dari munculnya batik cap dan printing membuat perusahaan batik tradisional mengalami kemunduran karena kalah bersaing. Hasil batik cap dan

  

printing sangat berbeda dengan batik tulis tangan, baik dari segi kualitas maupun

  harga. Dari batik kain yang dihasilkan dari metode tradisional memiliki tingkat kehalusan yang lebih tinggi. Jika dilihat dari harga, memiliki selisih yang cukup banyak, batik cap dan printing dijual dengan harga yang lebih murah, selisihnya bisa mencapai 50% daripada harga batik tulis tradisional. Hal itu membuat masyarakat dan wisatawan beralih dari batik tulis tradisional ke batik cap dan printing .

  Keadaan itu membuat para pengusaha batik tradisional mengalami keterpurukan, bahkan mengalami kebangkrutan. Hal ini disebabkan semakin menurunnya daya jual batik tradisional, karena kalah bersaing dengan batik cap

  9

  serta batik printing yang mulai menjadi trend di awal tahun 1980 an. Selain itu, dicabutnya ijin importir tunggal GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) oleh pemerintah pada tahun 1966 menjadi faktor naiknya harga bahan baku batik.

8 Chandra Irawan Soekanto, op. cit, hal. 16.

  9

  ibid, hal 45 Keadaan ini membuat batik Lasem banyak sekali mengalami kemerosotan dalam produksi batik, dikarenakan banyaknya pasar batik yang mulai beralih pada batik cap yang lebih murah, juga karena mulai kurang berminatnya para keturunan dari pembatik di Lasem.

B. Identifikasi Masalah

  Pemilihan topik batik Lasem di sini karena batik Lasem mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan batik dari daerah lain. Ini dikarenakan di dalam batik Lasem terdapat unsur percampuran budaya yang dapat dilihat pada motifnya. Pengambilan topic batik Lasem juga dikarenakan nilai histories batik Lasem,di mana batik Lasem merupakan bentuk dari akulturasi budaya antara Jawa dan Tionghoa. Maka dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya adalah pendekatan social, pendekatan psikologi serta pendekatan budaya. Pendekatan psikologi dipakai untuk melihat masyarakat lasem secara psikologis. Pendekatan sosial dipakai untuk melihat masyarakat Lasem sebagai kelompok masyarakat yang masih tetap mempertahankan peninggalan nenek moyang. Pendekatan budaya adalah untuk melihat masyarakat Lasem terutama pada budayanya, ini dikarenakan batik merupakan salah satu bentuk keharmonisan kehidupan dua etnis yang berbeda, serta batik merupakan salah satu identitas budaya masyarakat Lasem.

  C. Batasan Masalah

  Kreasi batik mulai berkembang pada tahun 1970-an. Banyaknya permintaan memunculkan metode baru dalam membatik untuk mempersingkat proses produksi, yakni dengan menggunakan metode cap serta printing sebagai alternatifnya. Proses pembuatan batik dengan cap sangat sederhana, karena tinggal mengecap,dengan alat cap yang telah diberi motif ke sebuah kain.sedang

  

printing menggunakan teknik sablon. Dengan metode cap serta printing para

pembatik dapat membuat sebuah batik dengan waktu kurang dari satu hari.

  Hal itu juga menyebabkan kemunduran batik Lasem. Selama tahun 1970- an, akan dilihat kemunduran batik Lasem sebagai akibat dari munculnya batik cap dan printing. Pengambilan tahun 1970 - 1980 karena pada tahun ini kondisi batik Lasem berada pada keadaan yang kritis, karena krisis ekonomi, kurang nya minat para generasi muda di Lasem,serta kemunduran industri batik secara nasional.

  D. Rumusan Masalah

  Untuk mengetahui secara detail dan jelas tentang BATIK LASEM TAHUN 1970 - 1990, maka akan dikaji empat permasalahan sebagai berikut: 1.

  Bagaimana latar belakang kemunculan Batik Lasem ? 2. Bagaimana bentuk batik Lasem setelah mendapat pengaruh dari Tionghoa? 3. Batik Lasem berada pada masa kejayaan pada tahun 1970an ? 4. Mengapa Batik Lasem mengalami kemunduran pada tahun 1980 – 1990 ?

  E. Tujuan Penelitian

  Secara Akademis : Berdasarkan pokok permasalahan di atas yaitu untuk :

  1. Melihat batik lasem sebagai salah satu bentuk akulturasi 2 budaya yang berbeda etnis, yaitu budaya Jawa dan Tionghoa yang berjalan harmonis sampai

  2. Mendeskripsikan bagaimana kehidupan masyarakat Lasem sebaagai cerminan kahidupan 2 etnis yang terjalin dengan harmonis sampai saat ini dari sudut pandang historis.

  3. Mendeskripsikan batik Lasem, mulai dari sejarah, motif, serta keadaan industri batik lasem pada tahun 1970 – 1990.

  . Secara Praktis : Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar strata satu ( S1 ).

  F. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan di sini akan di bagi menjadi 2 yaitu :

  Secara Akademis :

  1. Diharapakan penulisan ini dapat menjadi sumber informasi berupa referensi tentang batik Lasem baik dari sejarah, bentuk, industri, serta perkembangnya.

  Dan diharapkan dapat memberikan informasi pada rekan–rekan mahasiswa / mahasiswi yang mengambil jurusan yang sama, selanjutnya dapat dijadikan studi perbandingan.

  2. Bagi penulis peneltian ini sangat bermanfaat, karena penulis dapat berlatih kerja ilmiah, dimulai dengan mengumpulkan sumber hingga merumuskan permasalahan-permasalahan dan kemudian menuliskannya secara historis. Secara praktis : 1.

  Bagi masyarakat secara umum, diharapkan dapat memberikan informasi tentang batik Lasem sebagai salah satu batik yang mempunyai keunikan, ini dikarenakan dalam batik Lasem tersimpan banyak sekali makna kebersamaan dalam perbedaan budaya.

  2. Bagi masyarakat Rembang diharapkan penulisan ini dapat memicu semangat untuk terus menjaga kelestarian batik Lasem, sebagai warisan nenek moyang. Dan diharapakan selanjutnya dapat menjadi semangat untuk bersama memajukan indutri batik Lasem sebagai salah satu identitas dari kota Rembang dan Lasem pada khususnya.

  3. Mengetahui Lasem secara historis sehingga dapat menarik wisatawan untuk melihat lasem lebih dalam, serta melihat lasem dari sudut pandang historis.

G. Kajian Pustaka

  Kajian tentang batik telah banyak dilakukan, tetapi penelitian tentang batik Lasem sebagai akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa masih sedikit. Salah satunya adalah skripsi karya Siska Narulia; Koperasi Batik PPBI Yogyakarta Tahun 1950- 1980, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Dalam penelitian ini membahas mengenai peran serta Koperasi Pengusaha Batik Indonesia pada tahun 1950 sampai dengan kesulitan bahan baku yang dihadapi para pembatik tahun 1980. Skripsi ini masih memiliki kelemahan, yakni hanya membahas kesulitan para pembatik dalam bahan baku tanpa memaparkan bagaimana cara pembatik untuk terus dapat melanjutkan usaha pembatikan.

  Sumber kedua yakni buku Departemen Perindustrian, 1977. Batik Dengan

  

Proses dan Corak Baru , Jakarta, Departemen Perindustrian. Dalam buku ini

  memaparkan tentang proses pembuatan batik dengan metode baru yakni cap serta printing. Selain itu juga mengulas mengenai corak-corak baru dalam batik dengan tema dan corak bebas. Buku tersebut masih memiliki kelemahan, yakni tidak membahas perubahan yang mendasar dalam proses pembuatan batik, seperti misal dalam media yang digunakan. Seperti yang telah diuraikan pada bagian lain sebelum ini bahwa kajian yang mengangkat tentang perkembangan batik Lasem masih sangat langka. Kebanyakan hanya mengkaji tentang batik kain tradisional serta perubahan metode baru dalam membatik.