DETEKSI RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti YANG BERASAL DARI DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS DENGUE DI KOTA JAMBI BERDASARKAN AKTIVITAS ENZIM ESTERASE NON SPESIFIK TERHADAP INSEKTISIDA GOLONGAN PIRETROID
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DETEKSI RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti YANG
BERASAL DARI DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS
DENGUE DI KOTA JAMBI BERDASARKAN AKTIVITAS
ENZIM ESTERASE NON SPESIFIK TERHADAP INSEKTISIDA
GOLONGAN PIRETROID
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Yusuf Firmanta
NIM : 028114023
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di dalam kehidupan ini selalu ada 2 kata, yaitu menang dan kalah.
Menang, atau memenangkan sesuatu memang sangat membahagiakan.
Namun, kemenangan itu tidak lagi berharga bila
menjadi derita buat orang lain.
Lebih baik menerima kekalahan apabila menjadikan orang lain bahagia,
lebih baik,
dan kita pun menerima kekalahan itu dengan hati yang lapang.
Ajarkanlah hati ini untuk selalu mengalah,
Ajarkanlah hati ini untuk tidak menomorsatukan ego,
Ajarkanlah hati ini untuk saling berbagi,
Ajarkanlah hati ini untuk selalu melihat ke bawah, bukan ke atas.
Karena di situlah kemenangan sejati kita dapatkan.
Kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan, Pengaj ar hidupku, Kedua orang tuaku, ” Queen of my Heart ” , kakak-kakakku, dan Almamaterku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Maha Pengasih atas terselesaikannya skripsi “Deteksi Resistensi Nyamuk Aedes aegypti yang Berasal dari Daerah Endemis dan Non Endemis Dengue di Kota Jambi Berdasarkan Aktivitas Enzim Esterase Non Spesifik terhadap Insektisida Piretroid” ini, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi Ilmu Farmasi.
Semua keberhasilan ini tidak lepas pula dari bantuan berbagai pihak, yang telah berjasa membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dr. Budi Mulyaningsih, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing dan dosen penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan perhatian dengan penuh kesabaran membimbing sampai selesainya skripsi ini.
3. Bapak Drs. Mulyono, Apt., dan Bapak Dr. Sabikis, Apt., selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberi masukan kepada penulis.
4. Kepala BAPEDA Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Badan Kesbang dan Linmas Kota Jambi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di Kota Jambi dan memberikan data yang dibutuhkan penulis. vi vii
5. Bapak Purwono selaku laboran Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada yang membantu pelaksanaan penelitian skripsi.
6. Bapak Hubertus Djamulya, Ibu Catharina Rupijah, dan beserta kakak-kakakku yang selalu mendoakan, memberi dorongan serta kasih selama pengerjaan skripsi ini.
7. Victoria Hapsari dan keluarga, atas kasih, kesetiaan serta bantuan yang telah diberikan hingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Mardiono yang telah berbesar hati menyediakan tempat untuk singgah selama kuliah dan memberi semangat yang luar biasa.
9. Temen-temen kos “Gamblliz”: MBJ, Yusak, Kenthus, Ari “si Be”, Sigit, Kulit, Enggar, David, Ragil, Baroto, Iyus, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini dan tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Yogyakarta, Februari 2008 Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Pengendalian DBD masih tergantung pada pemberantasan nyamuk Aedes
aegypti . Nyamuk Ae. aegypti telah menunjukkan kecenderungan resisten terhadap
berbagai jenis insektisida, termasuk piretroid. Pemberantasan DBD di Kota Jambi dengan insektisida piretroid telah dilaksanakan selama tahun 2005 dan 2006, sehingga diperlukan penentuan status resistensi nyamuk Ae. aegypti dari Simpang III Sipin (daerah endemis DBD) dan Sijenjang (daerah non endemis DBD) Kota Jambi terhadap insektisida tersebut.
Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan deskriptif dan analitik. Uji resistensi dilakukan secara biokemis untuk mengetahui aktivitas enzim esterase non spesifik berkaitan dengan mekanisme timbulnya resistensi. Analisis hasil penelitian ini dilakukan dengan 2 cara yaitu analisis hasil uji kualitatif dan kwantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan intensitas warna sampel dengan intensitas warna kontrol positif maupun negatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan pembacaan nilai absorbansi (AV) menggunakan ELISA
reader pada
λ = 450 nm. Nilai tersebut digunakan untuk menentukan harga cut off positive dengan patokan rerata kontrol negatif + 2 SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim esterase nyamuk Ae.
aegypti dari Kelurahan Simpang III Sipin lebih tinggi daripada Kelurahan Sijenjang.
Nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari Kelurahan Simpang III Sipin berstatus rentan tehadap insektisida golongan piretroid dengan rerata AV sebesar 0,539, sedangkan nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari Kelurahan Sijenjang berstatus rentan dengan rerata AV sebesar 0,461.
Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, Ae. aegypti, insektisida golongan piretroid, status resistensi, uji biokemis viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a health problems in Indonesia and the controlling still depend on the activities to combat Aedes aegypti. The Aedes aegypti tends to be resistant toward many kinds of insecticide, including pyrethroids. DHF combating activities in the municipality of Jambi with pyrethroids were done during 2005 and 2006, so it needs to determine the resistance status of Aedes aegypti in Simpang III Sipin (DHF endemic area) and Sijenjang (DHF non endemic area) in the municipality of Jambi.
This research was non experimental research through descriptive and analytical design. Resistance assay was done biochemically to know the activity of non specific esterase enzyme related to the resistance mechanism. The result was analysed in two ways those were qualitative and quantitative analysis. Qualitatively, it was done by comparing the color intensity of the sample with the color intensity ot the positive and negative control. Quantitatively, it was done by reading Absorbance Value (AV) using ELISA Reader at
λ = 450 nm. The value was used to determine cut off positive with mean standard of negative control + 2 SD. The result showed that the esterase enzyme activity of Aedes aegypti from
Simpang III Sipin was higher than those from Sijenjang. The resistance status of
Aedes aegypti from Simpang III Sipin was susceptible toward pyrethroids insecticide
with mean AV 0,539. While, the resistance status of Aedes aegypti from Sijenjang was susceptible toward pyrethroids insecticide with mean AV 0,461. Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever, Aedes aegypti, pyrethroids insecticide, resistance status, biochemical assay
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Hal.HALAMAN JUDUL……………..………………………………………...... i HALAMAN PERSETUJUAN...…………………………………………...... ii HALAMAN PENGESAHAN………..……………………………................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN..…………………………………................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………….. v KATA PENGANTAR..................................................................................... vi
INTISARI…………………………………………………………………… viii ABSTRACT……………………………………………………………….... ix DAFTAR ISI………………………………………………………............... x DAFTAR TABEL…………………………………………………............... xiii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………........... xiv DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………................ xv BAB I PENGANTAR…………………………………………………….....
1 A. Latar Belakang……………………………………………………...........
1 B. Permasalahan……………………….......………………….………..........
4 C. Keaslian Karya…...……………….......………………………….............
4 D. Manfaat Penelitian…………………….......…….………………….........
5 E. Tujuan Penelitian………………………………………….………..........
5 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................
6 x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI A. Demam Berdarah Dengue ..............……………………………..............
6 B. Nyamuk Ae. aegypti....................................……………………………... 7 1. Pengantar...........................................................................................
7
2. Klasifikasi nyamuk Ae. aegypti ......................................................... 7
3. Morfologi nyamuk Ae. aegypti ......................................................... 8
4. Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti...................................................... 11
5. Habitat Hidup nyamuk Ae. aegypti................................................... 12
6. Kebiasaan menggigit nyamuk Ae. aegypti ......................................... 13
C. Pengendalian Vektor………………………………………...................…
13 D. Insektisida...................................................................................................
15 E. Insektisida Golongan Piretroid...................................................................
18 F. Deteksi Resistensi........................................................................................
20 G. Mekanisme Resistensi................................................................................
22 H. Enzim Esterase Non-Spesifik……………………………………….……
25 J. Landasan Teori............................................................................................
27 K.Keterangan Empiris.....................................................................................
28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................
29 A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian………………………….…...
29 B. Subjek Penelitian………………………………………………………...
29 B. Definisi Operasional……………………………………..........................
30 C. Bahan Penelitian……...........................……………….............................
30 D. Alat Penelitian…...…...........................……………….............................
31 xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI E. Tatacara Penelitian…………….………………………...........................
31 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................
35 1. Analisis Kualitatif.............................................................................
35 2. Analisis Kwantitatif..........................................................................
39 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................
48 A. Kesimpulan......................................................................................
48 B. Saran................................................................................................
48 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
49 LAMPIRAN................................................................................................... 55 BIOGRAFI PENULIS....................................................................................
69 xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Distribusi dan frekuensi nilai absorbansi (AV) nyamuk Ae. aegypti dari Kelurahan Simpang III Sipin dan
Sijenjang Kota Jambi yang diukur dengan ELISA Reader pada 42 λ = 450 nm.................................................................
Tabel II. Rerata nilai absorbansi (AV) nyamuk Ae. togoi (dari
Thailand sebagai kontrol positif) dan Ae. aegypti (dari Salatiga sebagai kontrol negatif).........................................
43 Penentuan status resistensi nyamuk Ae. aegypti Tabel III. berdasarkan nilai cut off positif dengan patokan rerata AV kontrol negatif + 2 SD........................................................
44 Tabel IV. Frekuensi status resistensi nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah Kelurahan Simpang III Sipin dan Kelurahan Sijenjang Kota Jambi terhadap insektisida golongan piretroid dengan uji biokemis ............................
45 Tabel V. Rerata nilai absorbansi (AV) nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari Kelurahan Simpang III Sipin (daerah endemis DBD) dan Sijenjang (daerah non-endemis DBD) Kota Jambi terhadap insektisida golongan piretroid .........
45 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Telur nyamuk Ae. aegypti.................................................. 8
Gambar 2. Larva nyamuk Ae. aegypti.................................................. 9
Gambar 3. Pupa nyamuk Ae. aegypti................................................... 9
Gambar 4. Nyamuk Ae. aegypti dewasa.............................................. 10
Gambar 5. Perbedaan toraks nyamuk Ae. aegypti (A) dan Ae. albopictus (B)....................................................................10 Gambar 6. Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti....................................... 11 Gambar 7. Struktur kimia cypermethrin.............................................
20 Gambar 8. Hasil uji biokemis yang menggambarkan aktivitas enzim esterase non-spesifik nyamuk Ae. aegypti dari Simpang
III Sipin dibaca dengan menggunakan ELISA Reader pada 35 λ = 450 nm.................................................................
Gambar 9. Hasil uji biokemis yang menggambarkan aktivitas enzim
esterase non-spesifik nyamuk Ae. aegypti dari Sijenjang dibaca dengan menggunakan ELISA Reader pada λ = 450 nm.......................................................................................
36 xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari BAPEDA Yogyakarta.............
55 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari KESBANGLINMAS Kota Jambi...............................................................................
56 Lampiran 3. Surat pernyataan pemberantasan nyamuk di Kota Jambi tahun 2005-2006..............................................................
57 Lampiran 4. Data kasus penyakit DBD di Kota Jambi tahun 2003- 2005.................................................................................
58 Lampiran 5. Perhitungan Nilai Status Resistensi Nyamuk Aedes
aegypti yang berasal dari Kelurahan Simpang III Sipin
(daerah endemis DBD) dan Kelurahan Sijenjang (daerah non endemis DBD) Kota Jambi.........................
60 Lampiran 6. Foto alat-alat penelitian...................................................
65 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini merupakan penyakit umum yang sering
terjadi di daerah tropis dan muncul pada musim penghujan (Larasati, Ponidi, dan
Kerami, 2005; Boesri, Suwasono, dan Suwaryono, 1996).Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus dengue dipindahkan dari satu orang ke orang lain bersama air liur nyamuk pada waktu nyamuk menghisap darah. Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk serta terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air (Adimidjaja, 2007; Sungkar, 2005).
Pengendalian DBD sampai sekarang masih tergantung pada pemberantasan
nyamuk Aedes aegypti karena belum ditemukannya vaksin untuk pencegahan
penyakit DBD. Pengendalian nyamuk dengan menggunakan insektisida sintetik telah
menimbulkan masalah, yaitu terjadinya resistensi nyamuk terhadap insektisida yang digunakan, termasuk insektisida golongan piretroid. Insektisida piretroid merupakan insektisida yang sekarang ini umum digunakan, sehingga timbulnya resistensi terhadap insektisida tersebut menjadi sebuah fenomena umum (Astari and Ahmad, 2005; Muhlisin dan Pratiwi, 2006).
1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Berdasarkan data mengenai pemberantasan penyakit DBD dari Dinas Kesehatan Kota Jambi (2006), menunjukkan pengendalian vektor DBD di Kota Jambi telah dilaksanakan dengan upaya fogging (penyemprotan) dengan insektisida piretroid selama tahun 2005 dan 2006. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor DBD. Data situasi DBD dari Dinas Kesehatan Kota Jambi (2006) melaporkan bahwa terdapat 1 daerah endemis DBD yaitu Kelurahan Simpang III Sipin karena telah terjadi 37 kasus DBD selama 3 tahun berturut-turut dan 7 Kelurahan sebagai daerah non endemis DBD, yaitu Kelurahan Teluk Kenali, Sijenjang, Tanjung Raden, Pasir Panjang, Jelmu, dan Kampung Tengah. Kelurahan Sijenjang diambil secara acak sebagai sampel daerah non endemis DBD karena selama 3 tahun berturut-turut tidak terdapat kasus DBD.
Timbulnya resistensi piretroid pada beberapa spesies nyamuk, termasuk Ae.
aegypti , dilaporkan telah terjadi di berbagai belahan dunia seperti di Thailand,
Indonesia dan Puerto Rico. Bahkan di Bandung dan beberapa kota di Jawa Barat, nyamuk Ae. aegypti telah menunjukkan kecenderungan resisten terhadap berbagai jenis insektisida, termasuk piretroid di dalamnya (Astari and Ahmad, 2005).
Menurut laporan Sahgal, Kumar, dan Pillai (1993), telah menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas esterase pada nyamuk Ae. aegypti betina terhadap insektisida piretroid (Permethrin-R) pada microplate assay. Pengujian ini juga menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas esterase yang lebih besar pada daerah endemis dengue dibandingkan dengan daerah non endemis dengue.
Sejumlah kecil enzim dibutuhkan dalam resistensi metabolik, namun tidak ada satupun enzim yang spesifik untuk tiap serangga yang resisten. Resistensi dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 terjadi karena adanya perubahan struktur pada molekul enzim yang dapat meningkatkan kemampuan enzim dalam mendetoksifikasi insektisida dan atau meningkatkan jumlah produksi enzim yang digunakan (Coleman and Hemingway, 2007). Sebuah studi mengenai resistensi deltamethrin pada nyamuk Anopheles
minimus di Thailand menunjukkan bahwa bahan toksik insektisida dapat
meningkatkan jumlah enzim yang bertanggung jawab pada proses detoksifikasi ( Chareonviriyaphap et al., 2002).
Sejak tahun 1960, World Health Organization (WHO) telah mengemukakan bahwa uji hayati (bioassay) merupakan metode kerja standar yang digunakan untuk mendeteksi resistensi serangga terhadap insektisida. Di samping uji hayati sebagai prosedur standar deteksi resistensi, uji biokemis dapat dilakukan untuk mendeteksi mekanisme resistensi pada serangga secara tunggal/individual sehingga uji ini dapat memaparkan terjadinya resistensi dengan penggunaan serangga dalam jumlah kecil (Brogdon and McAllister, 1998; Macoris et al., 2005). Uji biokemis dapat digunakan untuk menggambarkan terjadinya mekanisme resistensi dan dapat digunakan untuk mengukur perubahan frekuensi resistensi tingkat gen pada populasi serangga yang terjadi di lapangan. Hal tersebut menegaskan bahwa saat ini metode uji biokemis lapangan sederhana tidak dapat digunakan untuk menggambarkan keseluruhan mekanisme resistensi karena uji tersebut tidak dapat menggantikan uji kerentanan standar yang telah digunakan secara menyeluruh untuk mengukur terjadinya resistensi (Hemingway, 1998).
Aplikasi uji biokemis mampu menunjukkan hasil dalam waktu relatif singkat yaitu 15 menit, lebih cepat bila dibandingkan dengan uji hayati (bioassay) yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 membutuhkan waktu 24 jam dan hasilnya dapat dilihat secara langsung dengan mata telanjang karena bersifat kolorimetrik (Mardihusodo, 1996). Oleh karena itu pada penelitian ini untuk penentuan status resistensi nyamuk Ae.aegypti digunakan metode uji biokemis.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. bagaimana status resistensi nyamuk Ae. aegypti dari daerah endemis DBD yaitu Kelurahan Simpang III Sipin dan daerah non endemis DBD yaitu
Kelurahan Sijenjang di Kota Jambi terhadap insektisida golongan piretroid? 2. bagaimana aktivitas enzim esterase non spesifik nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah endemis DBD yaitu Kelurahan Simpang III Sipin dan daerah non endemis DBD yaitu Kelurahan Sijenjang di Kota Jambi? C.
Keaslian Penelitian
Berdasarkan sumber-sumber informasi yang diperoleh, penelitian ilmiah mengenai penentuan status resistensi nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida golongan piretroid sudah banyak dilakukan, namun penelitian ilmiah mengenai penentuan status resistensi nyamuk Ae. aegypti dari daerah Kota Jambi, yaitu dari Kelurahan Simpang III Sipin (daerah endemis DBD) dan Kelurahan Sijenjang (daerah non endemis DBD) terhadap insektisida golongan piretroid dengan uji biokemis belum pernah dilakukan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 D.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. manfaat teoritis
Penelitian ini dapat berguna untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan kesehatan terutama dalam menentukan status resistensi nyamuk Ae. aegypti dalam kaitannya dengan pemilihan insektisida yang efektif untuk usaha pengendalian vektor DBD.
2. manfaat praktis Penelitian ini diharapkan mampu menjadi gambaran tidak langsung mengenai status resistensi insektisida piretroid dari daerah endemis DBD yaitu Kelurahan Simpang III Sipin dan daerah non endemis DBD yaitu Kelurahan Sijenjang di Kota Jambi.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. untuk menentukan status resistensi nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah endemis DBD yaitu Kelurahan Simpang III Sipin dan daerah non endemis DBD yaitu Kelurahan Sijenjang di Kota Jambi terhadap insektisida golongan piretroid.
2. untuk memperoleh gambaran aktivitas enzim esterase non spesifik nyamuk Ae.
aegypti yang berasal dari daerah endemis DBD yaitu Kelurahan Simpang III
Sipin dan daerah non endemis DBD yaitu Kelurahan Sijenjang di Kota Jambi Jambi terhadap insektisida golongan piretroid. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever ialah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Adimidjaja, 2007).
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses) dengan diameter 30 nm yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Adimidjdja, 2007; Djunaedi, 2006).
Penyakit DBD ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama di negara tropik dan subtropik baik secara endemik maupun epidemik dan menjangkit manusia pada waktu musim penghujan tiba. Di Asia Tenggara termasuk Indonesia, epidemik DBD merupakan masalah abadi dan penyebab morbiditas dan mortilitas pada anak- anak (Djunaedi, 2006).
Peluang penyebaran penyakit DBD ke depan nampaknya masih terus meningkat sehubungan dengan adanya kendala pemberantasan vektor (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) dan tingkat mobilitas manusia yang semakin tinggi (Djunaedi, 2006).
6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Satu-satunya cara pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan memberantas nyamuk penularnya, guna memutuskan rantai penularan karena vaksin untuk mencegah DBD masih dalam taraf penelitian dan obat yang efektif terhadap virus DBD belum ditemukan (Sungkar, 2005).
B.
Nyamuk Aedes aegypti
1.Pengantar
Nyamuk Aedes aegypti merupakan serangga dengan ukuran tubuh kecil (± 5 mm) dan memiliki garis-garis hitam putih pada kaki dan punggungnya. Nyamuk
Aedes aegypti yang memiliki virus dengue dalam tubuhnya dapat menyebabkan
infeksi pada manusia lewat gigitannya (Anonim, 2004a).2. Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti
Menurut Gandahusada, Ilahude dan Pribadi (1998), nyamuk Ae. aegypti dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Filum : Arthropoda Kelas : Hexapoda/Insekta Anak kelas : Pterygota Bangsa : Diptera Anak bangsa : Nematocera Suku : Culicidae Anak suku : Culicinae PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jenis : Ae. aegypti 3.
Morfologi nyamuk Aedes aegypti
a. Telur Telur Ae. aegypti berwarna hitam seperti sarang tawon, diletakkan satu demi satu di permukaan atau sedikit di bawah permukaan air dalam jarak ± 2,5 cm dari dinding tempat perindukan. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu - 2 ºC sampai 40 ºC. Namun, bila kelembabannya terlalu rendah, maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari (Soedarmo, 1988).
Gambar 1. Telur nyamuk Ae. aegypti (Anonim, 2006c)
b. Larva Larva Ae. aegypti terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen. Pada ujung abdomen terdapat segmen anal dan sifon. Larva instar IV mempunyai tanda khas yaitu pelana yang terbuka pada segmen anal, sepasang bulu pada sifon, dan gigi sisir yang berduri lateral pada segmen abdomen ke-7. Larva Ae. aegypti bergerak sangat lincah dan sangat sensitif terhadap rangsang getaran dan cahaya. Bila ada rangsangan, larva segera menyelam selama beberapa detik kemudian muncul kembali ke permukaan air. Larva mengambil makanannya di dasar TPA sehingga disebut pemakan makanan di dasar (bottom feeder). Pada saat larva PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan sifonnya di atas permukaan air sehingga abdomennya terlihat menggantung pada permukaan air (Sungkar, 2005).
Gambar 2. Larva nyamuk Ae. aegypti (Bowles and Swaby, 2006)
c. Pupa Pupa terdiri atas sefalotoraks, abdomen dan kaki pengayuh. Sefalotoraks mempunyai sepasang corong pernapasan berbentuk segitiga. Pada bagian distal abdomen ditemukan sepasang kaki pengayuh yang lurus dan runcing. Jika terganggu, pupa akan bergerak cepat untuk menyelam selama beberapa detik kemudian muncul kembali ke permukaan air (Sungkar, 2005).
Gambar 3. Pupa nyamuk Ae. aegypti (Anonim, 2002a)
d. Nyamuk dewasa Bagian tubuh nyamuk dewasa terdiri atas kepala, toraks dan abdomen (Sungkar, 2005). Ae. aegypti dewasa berukuran kecil dengan warna dasar hitam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Probosis bersisik hitam, palpi hitam dengan ujung hitam bersisik putih perak.
Oksiput bersisik lebar, berwarna putih terletak memanjang. Femur bersisik putih pada permukaan posterior dan setengah basal, anterior dan tengah bersisik putih memanjang. Tibia (betis) semuanya hitam. Tarsi belakang berlingkaran putih pada segmen basal kesatu sampai keempat dan segmen kelima berwarna putih.
Sayap berukuran 2,5 – 3 mm bersisik hitam (Soedarmo, 1988). Gambar nyamuk dewasa Ae. aegypti dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Nyamuk Ae. aegypti (Bowles and Swaby, 2006)
Pada stadium ini, morfologi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dapat dibedakan. Perbedaan thoraks antara Aedes aegypti dan Aedes albopictus dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
A B
Gambar 5. Perbedaan toraks nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
(Leisnham, 1999). (A). Nyamuk Aedes aegypti; (B). Nyamuk Aedes
albopictus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Toraks Aedes aegypti memiliki gambaran bulan sabit yang dibentuk oleh sisik-sisik putih keperakan, sedangkan toraks Aedes albopictus terdapat satu garis longitudinal yang dibentuk oleh sisik-sisik putih keperakan.
4. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti
Gambar 6. Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti (Anonim, 2002a; Anonim, 2006c;
Bowles and Swaby, 2006). (1). telur; (2). larva; (3). pupa; (4).dewasa. Nyamuk Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna: telur – larva – pupa
- – dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air sedangkan stadium dewasa hidup di udara (Gandahusada et.al, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nyamuk betina dewasa akan meletakkan telurnya pada dinding tempat air, telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari, selanjutnya larva akan berubah menjadi pupa dalam waktu 5-15 hari. Stadium pupa biasanya berlangsung 2 hari. Perkembangan dari telur sampai dewasa dalam suasana optimum memerlukan waktu sekurang-kurangnya 9 hari (Sungkar, 2005). Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti dapat dilihat pada Gambar 6 di atas.
5. Habitat hidup nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Ae. aegypti merupakan spesies nyamuk yang hidup dan ditemukan di negara-negara yang terletak antara 35° Lintang Selatan pada temperatur udara paling rendah sekitar 10°C. Pada musim panas, spesies ini kadang-kadang ditemukan di daerah yang terletak sampai sekitar 45° Lintang Selatan. Selain itu ketahanan hidup spesies ini juga tergantung pada ketinggian daerah yang bersangkutan dari permukaan laut (Djunaedi, 2006).
Nyamuk Ae. aegypti mampu terbang sejauh 2 kilometer, walaupun umumnya jarak terbangnya adalah pendek yaitu kurang lebih 40 meter (Gandahusada, et.al, 1998). Ae. aegypti bersifat antropofilik (senang sekali kepada manusia) dan hanya nyamuk betina yang menggigit. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Ae. aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan ini sangat membantu Ae. aegypti dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita demam dengue atau DBD di satu rumah. Nyamuk jantan tertarik juga pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6.
Kebiasaan menggigit nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Ae. aegypti aktif menghisap darah pada siang hari dengan 2 puncak aktivitas, yaitu pada pukul 8.00-12.00 dan 15.00-17.00. setelah menghisap darah, Ae.
aegypti hinggap (beristirahat) di dalam rumah atau kadang-kadang di luar rumah,
berdekatan dengan tempat berkembangbiaknya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Pada tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat berkembangbiaknya, sedikit di atas permukaan air (Sungkar, 2005).
C.
Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor DBD dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu pengelolaan lingkungan, perlindungan diri, pengendalian biologis, dan pengendalian dengan bahan kimiawi (Anonim, 2004b).
1. Pengendalian lingkungan Pengelolaan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkut upaya pencegahan atau mengurangi perkembangbiakan vektor sehingga dapat mengurangi kontak antara vektor dengan manusia. Metode ini dilakukan antara lain dengan cara mengeringkan genangan air, menimbun wadah-wadah yang dapat menampung air dan perbaikan desain rumah untuk mengurangi kesempatan masuknya nyamuk, misalnya dengan memasang kawat nyamuk di jalan angin atau jendela rumah (Anonim, 2004b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Perlindungan diri Tindakan perlindungan diri telah dilakukan secara luas dalam upaya untuk perlindungan terhadap penyakit. Tindakan dapat dilakukan dengan pengendalian diri, seperti menggunakan obat nyamuk baik semprot, bakar maupun memakai obat oles anti nyamuk, penggunaan kelambu saat tidur dan pemasangan kawat kasa atau kawat nyamuk (Anonim, 1999).
3. Pengendalian biologis Pengendalian ini dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan populasi serangga secara alami tanpa mengganggu ekologi. Termasuk dalam pengendalian serangga secara biologik adalah menggunakan predator (binatang pemangsa serangga), misalnya dengan memelihara ikan untuk memberantas larva nyamuk, menyebarkan parasit penyebab penyakit pada serangga (Soedarto, 1989).
4. Pengendalian dengan bahan kimia Pengendalian ini menggunakan bahan kimia yang berkhasiat membunuh serangga (insektisida) atau hanya menghalau serangga saja (Repellant). Contoh cara
R
ini adalah menaburkan bubuk Abate pada tempat-tempat penampungan air untuk membunuh larva nyamuk, penggunaan insektisida bentuk spray untuk membunuh nyamuk dewasa (Gandahusada, et al., 1998).
Selama kurun waktu 40 tahun, bahan kimia telah digunakan secara luas untuk pengendalian vektor nyamuk dan serangga lain dalam kepentingan kesehatan masyarakat. Hasilnya, Ae. aegypti dari berbagai negara terbukti resisten terhadap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilanjutkan dengan proses pemantauan tingkat resistensi secara periodik, alangkah baiknya apabila ada proses pencarian data tentang status resistensi suatu daerah terhadap insektisida terlebih dahulu (Anonim, 2007).
D. Insektisida
Insektisida merupakan suatu bahan yang mempunyai efek menolak atau mematikan serangga dengan maksud membasmi serangga pengganggu atau vektor penyakit yang merugikan bagi kehidupan tanaman dan manusia (Sastroutomo, 1991 cit Dewi, 2006).
Menurut Sudarmo (1991), ada bermacam-macam golongan insektisida, baik yang berasal dari bahan alami maupun yang berasal dari bahan sintetik. Ada beberapa cara insektisida membunuh jasad sasaran atau serangga hama yaitu secara fisis, dengan merusak enzim, merusak syaraf, dan dengan menghambat metabolisme.
Insektisida dapat dikelompokkan menurut cara masuknya dalam tubuh serangga dan menurut sifat kimianya (Untung, 2001). Pengelompokan insektisida menurut cara masuknya ke tubuh serangga dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Racun perut Insektisida memasuki tubuh serangga melalui saluran pencernaan makanan
(perut). Insektisida lama umumnya merupakan racun perut. Namun ada juga insektisida modern yang beraksi pada serangga melalui perut yaitu kelompok insektisida sistemik, yang dapat diserap oleh tanaman dan ditranslokasikan dalam jaringan tanaman. Serangga yang mencucuk tanaman dan kemudian menghisap
2. Racun kontak Insektisida memasuki tubuh serangga bila serangga mengadakan kontak dengan insektisida atau serangga berjalan di atas permukaan tanaman yang telah mengandung insektisida. Di sini insektisida masuk ke dalam tubuh serangga melalui dinding tubuh.
3. Fumigan Fumigan merupakan insektisida yang mudah menguap menjadi gas dan masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem pernapasan serangga atau sistem trachea yang kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
Pengelompokan insektisida menurut sifat kimiawi bahan dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
1. Organoklorin/hidrokarbon terklorinasi (OC) Insektisida organoklorin merupakan insektisida paling banyak digunakan dalam praktek kesehatan masyarakat. Penggolongan untuk insektisida organoklorin adalah sebagai berikut:
a. DDT dan Analog DDT DDT digunakan di dalam rumah pada permukaan dinding dan pada tempat-tempat yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk. Insektisida ini memiliki toksisitas tinggi pada serangga dan mampu membunuh serangga dengan kontak sederhana, namun memiliki toksisitas yang rendah pada manusia. Penggunaan DDT sekarang ini mengalami penurunan dikarenakan terjadinya resistensi dari serangga (Anonim, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Heksakloroheksan (HCH) Insektisida ini digunakan secara luas untuk melawan serangga dan kepentingan medis sejak tahun 1942. HCH memiliki aksi yang kuat, membunuh dengan cepat, dan sedikit meninggalkan residu. HCH secara khusus digunakan sebagai pengganti DDT pada daerah yang resisten terhadap DDT (Anonim, 2007).
c. Siklodien Insektisida yang termasuk ke dalam golongan insektisida ini adalah aldrin, klordane, dieldrin, heptaklor, endrin, endosulphan. Dieldrin paling luas digunakan dalam pengendalian malaria sebagai pengganti DDT. Dieldrin memiliki toksisitas lebih tinggi daripada DDT dan HCH pada serangga, manusia maupun binatang (Anonim, 2007).
2. Organofosfat (OP) Insektisida OP telah digunakan secara luas dalam bidang pertanian, namun karena adanya resistensi terhadap organoklorin, OP digunakan dalam praktek kesehatan masyarakat. Kebanyakan OP merupakan ester atau amida dari ikatan asam fosfor/pirofosfor organik. Temefos dan malation termasuk dalam insektisida ini.
Mekanisme kerja insektisida ini adalah dengan mempengaruhi reseptor asetilkolinesterase (AchE) (Anonim, 2007).
3. Karbamat Insektisida karbamat adalah ester asam yang memiliki kemiripan dengan insektisida OP. Mekanisme kerjanya sama dengan insektisida OP yaitu mempengaruhi reseptor asetilkolinesterase (AchE) (Anonim, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Piretroid Insektisida piretroid digunakan karena terjadinya resistensi pada insektisida
OC, OP, dan Karbamat. Insektisida ini mudah terdegradasi/ tidak meninggalkan residu di tanah, memiliki toksisitas tinggi, dan aksinya cepat pada sejumlah besar serangga. Saat ini piretroid digunakan sebagai senjata ampuh dalam pengendalian serangga dalam kepentingan umum maupun kesehatan (Anonim, 2007).
5. Biopestisida Biopestisida adalah insektisida yang menggunakan suatu organisme dalam pemberantasan serangga. Insektisida ini muncul karena adanya resistensi pada OC,