Studi etnoekologi pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang di Kabupaten Kutai Barat provinsi Kalimantan Timur - USD Repository
STUDI ETNOEKOLOGI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT
OLEH MASYARAKAT SUKU DAYAK TUNJUNG LINGGANG DI KABUPATEN KUTAI BARATPROVINSI KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi Oleh:
Alfret Edward Runtunuwu
091434026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
SKRIPSI
STUDI ETNOEKOLOGI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT
OLEH MASYARAKAT SUKU DAYAK TUNJUNG LINGGANG
DI KABUPATEN KUTAI BARAT
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Oleh:
Alfret Edward Runtunuwu
091434026
Telah Disetujui oleh: Dosen Pembimbing Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc Tanggal: 13 September 2013
..
“Pada Hati Yang Tertambat Sesama Ilmu Takkan Pernah Membisu ” KUPERSEMBAHKAN KARYAKU INI KEPADA
AYAH, IBU DAN ADIK SERTA KABUPATEN KU YANG KU CINTAI, KUTAI BARAT
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Oktober 2013 Penulis,
Alfret Edward Runtunuwu
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Alfret Edward Runtunuwu Nomor Mahasiswa : 091434026
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
STUDI ETNOEKOLOGI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT
OLEH MASYARAKAT SUKU DAYAK TUNJUNG LINGGANG
DI KABUPATEN KUTAI BARAT
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di : Yogyakarta Pada tanggal : 16 Oktober 2013
Yang menyatakan, Alfret Edward Runtunuwu
ABSTRAK
Dayak Tunjung terdiri dari beberapa sub suku, salah satunya yaitu suku Dayak Tunjung Linggang. Masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang memiliki keunikan tersendiri dalam pemanfaatan tumbuhan khususnya tumbuhan obat. Oleh karena itu inventarisasi dan dokumentasi pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengungkap Etnoekologi masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang terkait dengan jenis tumbuhan obat, organ tumbuhan yang dimanfaatkan, penyakit yang dapat diobati, cara pemanfaatan dan sumber perolehan tanaman obat tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara observasi dan wawancara dari 20 orang informan, para informan diambil dari tokoh masyarakat seperti kepala adat, budayawan, dan masyarakat yang mengerti mengenai pemanfaatan tanaman obat.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal yang ada di masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang masih sangat kental karena suku ini merupakan suatu suku yang sangat berpegang teguh pada adat istiadat. Jenis tumbuhan obat yang didata sebanyak 80 jenis tanaman dari 37 famili yang berbeda, suku ini menggunakan hampir semua bagian tumbuhan untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan obat, jenis penyakit yang dapat diobati oleh tanaman tersebut adalah luka luar, kram / kejang, penyakit kulit, terkilir, bengkak, penangkal racun, sakit gigi, vitalitas / daya tahan tubuh, luka dalam, kanker, kosmetik dan penyakit dalam; cara pemanfaatan tanaman obat dilakukan dengan 5 cara berbeda yang dapat dikombinasikan yaitu direbus, dioleskan, ditempelkan, dikonsumsi mentah
- – mentah / segar dan di uapkan atau dijadikan sebagai sauna. Masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang memperoleh tanaman obat dengan 2 cara yaitu didapatkan tumbuh secara liar atau di budidaya. Kata kunci : Etnoekologi, Kearifan Lokal, Tumbuhan Obat, Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang
ABSTRACT Dayak Tunjung ethnic group consists of several sub-ethnics; one of them is
Dayak Tunjung Linggang. The community of Dayak Tunjung Linggang has their
own characteristic in utilize plants; especially in utilize the medicinal plants.
Therefore, the inventory and documentation of the utilization of medicinal plants by
the Dayak Tunjung Linggang ethnic community is necessary. This study aims to find
out the ethno-ecology of the Dayak Tunjung Linggang which is related with
medicinal plants, part of plants that were used, diseases that can be treated, the way
to utilize the medicinal plants, and the source of the medicinal plants. This study is
qualitative study which used descriptive method. The data collected from
observation and interview with 20 informants. The informants were chosen from the
public figures of Dayak Tunung Linggang such as village headman and cultural
experts, and also people who understand about medicinal plants utilization. In this
study, the data were analyzed inductively; begin from the empirical fact by direct
observation to the study location, and then learn the phenomenon exist in the
location.The result of the study shows that the local wisdoms exist in Dayak Tunjung
Linggang ethnic community is still very strong. It is because they still holding fast
their traditions. There are 80 species of medicinal plants from 37 different families
which can be found in this study. Dayak Tunjung Linggang ethnic community uses
almost all parts of the plant as drug materials. Furthermore, it found that there are
several types of diseases that can be treated by the medicinal plants, such as wounds,
cramps/spasms, skin diseases, sprains, swelling, antidote, tooth pain,
vitality/endurance, injuries, cancer, cosmetic and medicine. It also found that there
are five different ways in utilized the medicinal plants, such as boiling the plants,
applying the plants, affixing the plant, consuming the raw plants, or steam the
plants, and used it as sauna. These ways can also be combined. The result of the
study also found that Dayak Tunjung Linggang ethnic community obtains medicinal
plants in 2 ways: grows wild or in cultivation.
Keyword: Ethno-ecology, local wisdom, medicinal plant, Dayak Tunjung Linggang
ethnic community.KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Etnoekologi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh masyarakat
Suku Dayak Tunjung Linggang Di Kabupaten Kutai Barat Provinsi
Kalimantan Timur. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan
akedemik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada beberapa pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, khususnya kepada: 1.
Pemerintah Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan penulis kesempatan untuk melaksanakan tugas belajar di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Kepala Kampung Tering Seberang, Muara Mujan, Muara Leban, Melapeh Lama dan Linggang Amer.
3. Kepala Adat Kampung Tering Seberang, Muara Mujan, Muara Leban, Melapeh Lama dan Linggang Amer.
4. Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc selaku Dosen Pembimbing.
5. Pdt. Tommy Runtunuwu, Ny. Elfika Runtunuwu sebagai ayah dan ibu, dan Lidya Suzeth Runtunuwu sebagai adik.
6. Natalia Cintya Arianti sebagai kekasih yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dan seluruh Staf pada Program Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
8. Teman-teman seperjuangan (Yulius, Adit bantul, Yerri, Gentili, Wisnu, Fajar, Widi, dll) & Seluruh rekan-rekan Pendidikan Biologi USD angkatan 2009 atas kerjasama dan bantuannya, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
9. Seluruh Masyarakat Dayak Tunjung Linggang yang ada di Kabupaten Kutai Barat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangannya, untuk itu saran, kritik dan masukan sangat diharapkan agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak.
Sleman, 16 Oktober 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 1 A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2 C. Batasan Penelitian .................................................................................. 3 D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3 E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5 A. Etnoekologi……………………………………………………………... 5 B. Tanaman Obat ....................................................................................... 7 C. Suku Dayak Tunjung ............................................................................. 8
BAB III. METODE PENELITIAN...................................................................... 11
A. Jenis Penelitian ....................................................... ................................ 11 B. Subjek Penelitian .................................................................................. 11 C. Tempat dan Waktu Penelitian. ............................................................... 12 D. Data dan Sumber Data.... ....................................................................... 12E.
Teknik Pengumpulan Data. .................................................................... 13 F. Analisis Data. ........................................................................................ 13 1.
Pengumpulan Data................................................................................. 14 2. Reduksi Data ..................................................................................... 14 3. Penyajian Data................................................................................... 14 4. Pengambilan Kesimpulan .................................................................. 14 G. Instrumen Penelitian . ............................................................................ 15 H. Alat – alat Penelitian .............................................................................. 15 I. Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 16
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 17
A. Daerah Penelitian ................................................................................... 17 B. Suku Dayak Tunjung Linggang .............................................................. 20 C. Tanaman Obat Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang ................................................................................. 25 1. Bakukng / Bakung (Crynum asiaticum L.)........................................ 32 2. Bakaaq ............................................................................................. 33 3. Belayatn ........................................................................................... 33 4. Beliming Tunyuk / Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ............ 34 5. Brentaleng / Mampat (Cratoxylon arborescens) ............................... 35 6. Benuang Rarikng / Binuang (Octomeles sumatrana Miq.) ................ 36 7. Uruuq Beheq / Rumput Bulu (Ageratum conyzoides L.) ................... 37 8. Baduk / Sukun (Artocarpus communis) ............................................ 39 9. Botooq / Anggrung (Trema orientalis) ............................................ 40 10. Kerurang / Terong Asam (Solanum ferox L.) .................................... 41 11. Brakat Lutuuq Kuning / Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) ............ 42 12. Butaq ............................................................................................... 43 13. Cahai / Kunyit (Curcuma domestica) ............................................... 44 14. Cahai Putiiq / Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ............... 45 15. Engkuduuq / Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ............................... 47 16. Lejaaq Uraakng ................................................................................ 49 17. Maralampukg ................................................................................... 50 18. Topus Tongau .................................................................................. 5119. Petoot ............................................................................................... 52 20.
Engkapaaq / Kadaka (Asplenium nidus) ............................................ 53 21. Gaharaaq .......................................................................................... 54 22. Gaka Bruerai (Abrus precatorius L.) ................................................ 55 23. Gaka Kedoot (Aglaia borneensis Merr.) ........................................... 56 24. Ngelagit ........................................................................................... 57 25. Lemonuq .......................................................................................... 58 26. Mukng Baluuq ................................................................................. 58 27. Gaka Omang .................................................................................... 59 28. Geringakng (Cassia alata L.) ........................................................... 60 29. Geriq / Kemiri (Aleurites moluccana) ............................................... 61 30. Isak – Isik ........................................................................................ 63 31. Jamuuq / Jambu Biji (Psidium guajava) ........................................... 63 32. Jemewer / Sambiloto (Andrographis paniculata) .............................. 65 33. Juakng Nayuq / Hanjuang Merah (Cordyline terminalis) .................. 66 34. Kajuuq Narakng ............................................................................... 67 35. Kajuuq Nriokng ............................................................................... 68 36. Gedakng / Pepaya (Carica papaya) .................................................. 68 37. Pelehet (Psychotria viridiflora Thw.) ............................................... 70 38. Keranyiiq / Asam Keranji (Dialium indum) ...................................... 71 39. Ketikookng / Kayu Kuning (Arcangelisia flava L. Merr.) ................ 72 40. Kerehau / Meniran Hutan (Callicarpa longifolia) ............................. 73 41. Kunceekng / Harendong (Melastoma affine)..................................... 74 42. Labuuq Biasa / Labu Siam (Sechium edule) ...................................... ` 74 43. Lancikng .......................................................................................... 75 44. Luukng ............................................................................................ 77 45. Nyelutuui Putaakng / Jelutung (Dyera costulata) .............................. 77 46. Limau Bintakng / Jeruk Pepaya (Citrus medica var. proper L) ......... 78 47. Lunuuk Dukutn (Ficus sp.) .............................................................. 79 48. Marauleq / Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) ................................. 80 49. Nancakng / Mahang (Macaranga mappa) ........................................ 81 50. Nilapm / Nilam (Pogostemon cablin) ............................................... 82 51. Nturuui ............................................................................................ 83
52. Paatn / Pinang (Areca catechu) ......................................................... 84 53.
Pacar / Pacar Cina (Aglaia odorata) ................................................. 85 54. Paku Ataai / Paku Sayur (Diplazium esculentum) ............................. 86 55. Paku Parapm / Paku Pedang (Nephrolepis sp) .................................. 88 56. Pangir Bohokng ............................................................................... 89 57. Pengesik........................................................................................... 90 58. Pianguuq .......................................................................................... 91 59. Raja Pengalah / Benalu (Loranthus sp.) ............................................ 92 60. Rakap / Sirih (Piper betle) ................................................................ 93 61. Rakap Bohokng / Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) ........... 94 62. Sabeeq Lemit ................................................................................... 95 63. Sabeeq Pok / Paprika (Capsicum annuum var. Grossum) .................. 96 64. Selangkat ......................................................................................... 97 65. Sempat Iliir ...................................................................................... 98 66. Sengkerapak Badak .......................................................................... 99 67. Sepaai / Secang (Caesalpinia sappan L.) .......................................... 99 68. Serempolupm / Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata) ........................... 100 69. Seweet / Pisang Hutan (Musa balbisiana) ........................................ 101 70. Sumiiq Meong / Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)................... 102 71. Tabat Barito (Ficus deltoidea) .......................................................... 103 72. Tawar Seribu .................................................................................... 104 73. Telasak / Salam (Syzygium polyanthum) ........................................... 105 74. Terok ............................................................................................... 107 75. Tempera / Nangsi (Villebrunia rubescens Bl.) .................................. 108 76. Pengooq Peay................................................................................... 108 77. Tetukng Galekng / Sarang Semut (Myrmecodia sp) .......................... 109 78. Tuuq Jarukng / Anggrek Macan (Grammatophyllum scriptum) ........ 111 79. Tuuq Nayuq (Saccharum sp.) ........................................................... 112 80. Pemusiiq Taluutn ............................................................................. 113 D.
Organ Tanaman Obat Yang Dimanfaatkan Sebagai Ramuan Obat.......... 114 E. Jenis Penyakit Yang Terdapat Di Masyarakat Suku Dayak Tunjung
Linggang ............................................................................................... 116
F.
Jenis Metode Pemanfaatan Tanaman Obat ............................................. 118 G.
Sumber Perolehan Tanaman Obat .......................................................... 121 H. Pemanfaatan Tanaman Obat Sebagai Sumber Belajar Biologi ................ 122
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 125
A. Kesimpulan ............................................................................................ 125 B. Saran ..................................................................................................... 125 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 127 LAMPIRAN.. .................................................................................................... 130
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Aspek, Data Yang Dibutuhkan dan Sumber Data. ............................. 12Tabel 3.2. Alat-alat penelitian ............................................................................ 15Tabel 4.1. Jenis Tanaman Obat Yang Terdata .................................................... 26Tabel 4.2. Proporsi Organ Tanaman Yang Digunakan ....................................... 115Tabel 4.3. Proporsi Jenis Penyakit Yang Dapat Diobati ..................................... 117DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian ................................................................. 16Gambar 4.1 Bakukng / Bakung (Crynum asiaticum L.) ...................................... 32Gambar 4.2 Bakaaq ........................................................................................... 33Gambar 4.3 Belayatn ......................................................................................... 34Gambar 4.4 Beliming Tunyuk / Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) .......... 34Gambar 4.5 Brentaleng / Mampat (Cratoxylon arborescens) ............................. 35Gambar 4.6 Benuang Rarikng / Binuang (Octomeles sumatrana Miq.) .............. 36Gambar 4.7 Uruuq Beheq / Rumput Bulu (Ageratum conyzoides L.) ................. 37Gambar 4.8 Baduk / Sukun (Artocarpus communis) .......................................... 39Gambar 4.9 Botooq / Anggrung (Trema orientalis) .......................................... 40Gambar 4.10 Kerurang / Terong Asam (Solanum ferox L.) ................................ 41Gambar 4.11 Lutuuq Kuning / Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) ................... 42Gambar 4.12 Butaq............................................................................................ 43Gambar 4.13 Cahai / Kunyit (Curcuma domestica) ............................................ 45Gambar 4.14 Cahai Putiiq / Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)............ 45Gambar 4.15 Engkuduuq / Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ............................ 47Gambar 4.16 Lejaaq Uraakng ............................................................................ 49Gambar 4.17 Maralampuk ................................................................................. 50Gambar 4.18 Topus Tongau .............................................................................. 51Gambar 4.19 Petoot ........................................................................................... 52Gambar 4.20 Engkapaaq / Kadaka (Asplenium nidus) ........................................ 53Gambar 4.21 Gaharaaq ...................................................................................... 54Gambar 4.22 Gaka Bruerai (Abrus precatorius L.) ............................................ 55Gambar 4.23 Gaka Kedoot (Aglaia borneensis Merr.) ....................................... 56Gambar 4.24 Ngelagit ....................................................................................... 57Gambar 4.25 Lemonuq ...................................................................................... 58Gambar 4.26 Mukng Baluuq.............................................................................. 59Gambar 4.27 Gaka Omang ................................................................................ 60Gambar 4.28 Geringakng (Cassia alata L.) ....................................................... 61Gambar 4.29 Geriq / Kemiri (Aleurites moluccana) ........................................... 62Gambar 4.30 Isak- – Isik ..................................................................................... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan Wawancara .............................................................. 130 Lampiran 2. Instrumen Perekaman Data ..................................................... 131 Lampiran 3. Peta Lokasi Penelitian ............................................................ 132 Lampiran 4. SILABUS............................................................................... 133 Lampiran 5. RPP ........................................................................................ 135 Lampiran 6. Materi Belajar ........................................................................ 140 Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa/Tugas Kelompok ................................... 142 Lampiran 8. Kisi-kisi Soal Evaluasi ........................................................... 143 Lampiran 9. Soal Evaluasi.......................................................................... 144 Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Dari Kampung Tering Seberang ........... 147 Lampiran 11. Surat Izin Penelitian Dari Kampung Muara Mujan ............... 148 Lampiran 12. Surat Izin Penelitian Dari Kampung Muara Leban ................ 149 Lampiran 13. Surat Izin Penelitian Dari Kampung Linggang Melapeh ....... 150 Lampiran 14. Surat Izin Penelitian Dari Universitas ................................... 151 Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian ........................................................ 152
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya pengobatan tradisional merupakan salah satu pengetahuan yang memiliki perbedaan besar antara suatu suku, etnis dengan masyarakat lainnya. Indonesia memiliki budaya pengobatan tradisional (pemanfaatan tumbuhan obat)
yang dilestarikan secara turun temurun sejak dulu. Menurut data Survei Ekonomi Nasional 2007 masyarakat yang memilih mengobati diri sendiri dengan obat tradisional mencapai 28,69% meningkat dalam waktu tujuh tahun dari yang semula hanya 15,2% pada tahun 2001. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan IPTEK serta adanya modernisasi budaya, menyebabkan hilangnya pengetahuan maupun kearifan lokal termasuk pengetahuan pengobatan tradisional yang ada di masyarakat. Pengetahuan maupun kearifan lokal ini hilang ebelum dicatat atau diketahui oleh peneliti, dimana hal tersebut merupakan informasi yang sangat berharga untuk pelestarian pemanfaatan keanekaragaman sumberdaya alam.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam strategi ekologi modern perlu dilakukan adanya pemberdayaan kapasitas pengetahuan lokal. Dengan kata lain pengetahuan lokal dan praktik-praktik tradisional seperti budaya pengobatan tradisional perlu dilegitimasi sebagai kapasitas kearifan lokal yang potensial untuk pembangunan sehingga pengetahuan lokal dan praktik-praktik tradisional seperti budaya pengobatan tradisional tidak hilang begitu saja.
Tema dari penelitian ini adalah pemanfaatan tanaman obat yang sangat suku Dayak Tunjung Linggang. Suku Dayak Tunjung Linggang merupakan salah satu suku yang terdapat di Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur dan merupakan salah satu sub suku dari suku Dayak Tunjung.
Penelitian mengenai pemanfaatan tanaman obat di suku Dayak Tunjung yang pernah dilakukan hanya masih bersifat umum dan beberapa peneliti hanya mendata tanaman obat yang telah diteliti sehingga mudah untuk diidentifikasi sedangkan tanaman endemik lain yang belum diidentifikasi di biarkan begitu saja.
Selain itu penelitian juga hanya dilakukan pada suku Dayak Tunjung secara umum, padahal berdasarkan fakta di lapangan suku Dayak Tunjung memiliki 7 sub suku yang pastinya memiliki perbedaan kultur dan bahasa Kutai Barat, Kalimantan Timur. Pendekatan dengan cara mengidentifikasi dan inventarisasi jenis tanaman obat dan pemanfaatannya merupakan langkah awal dalam mengungkapkan potensi berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Jenis Tumbuhan apa saja yang dimanfaatkan sebagai obat oleh Masyarakat
Suku Dayak Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur? 2.
Organ tumbuhan apa saja yang digunakan oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur? 3. Jenis penyakit apa saja yang dapat disembuhkan?
4. Bagaimana cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh Masyarakat Suku Dayak
Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur? 5. Bagaimana cara memperoleh tumbuhan obat oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
C. Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada kajian Etnoekologi yang berfokus pada: 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
2. Pemanfaatan tumbuhan yang diteliti terbatas pada tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
3. Tumbuhan obat diidentifikasi dari tingkat famili hingga pada tingkat spesies.
4. Variabel penelitian terbatas pada jenis tumbuhan obat, manfaat tumbuhan obat, macam organ tumbuhan yang dimanfaatkan, cara pemanfaatan, dan cara mendapatkan tumbuhan obat.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mengungkap Etnoekologi masyarakat Dayak Tunjung Linggang terkait dengan:
1. Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
2. Organ Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
3. Penyakit yang dapat diobati dengan tumbuhan obat.
4. Cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur 5. Cara memperoleh tumbuhan obat oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung
Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur E.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menambah khazanah keilmuan, khusunya mengenai studi Etnoekologi di Indonesia.
2. Dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
3. Hasilnya dapat dikaitkan dengan materi Keanekaragaman Hayati di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Kutai Barat sehingga dapat di aplikasikan bagi siswa dan guru
4. Sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah dalam pengelolaan dan perlindungan Sumber Daya Alam (SDA) secara berkelanjutan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Etnoekologi Etnoekologi (bahasa Inggris: ethnoecology) merupakan cabang ilmu yang
kehadirannya relatif baru, karenanya beberapa ahli dalam menentukan terminologinya belum ada kesepakatan. Bidang ilmu ini muncul akibat dari adanya perspektif paradigma baru ilmu ekologi yaitu sustainability. Oleh karena itu ilmu ekologi berkembang tidak hanya mempelajari interaksi antara suatu bentuk kehidupan dengan bentuk kehidupan lainnya berikut kondisi lingkungannya, tetapi bersifat holistik hingga pada analisis tentang sistim pengetahuan suatu kelompok masyarakat atau etnik dalam pengelolaan sumber daya alam beserta lingkungannya. Bidang ilmu etnoekologi berasal dari 4 sumber utama yaitu bidang ilmu Antropologi (etnosains), Etnobiologi, Agro-Ekologi, dan Geografi lingkungan (Purwanto, 2003).
Menurut Suryadarma (2005), Etnoekologi yaitu ilmu tentang bagaimana pandangan kelompok masyarakat terhadap alam terkait dengan kepercayaan, pengetahuan dan tujuan, dan bagaimana mereka mengimajinasikan penggunaannya, pengelolaan dan peluang pemanfaatan sumber daya. Penekanannya pada keseluruhan Sumber Daya Alam (SDA), melalui keterlibatan berbagai bidang keilmuan.
Toledo (1992) menyatakan Etnoekologi akan tetap terikat oleh tempat tertentu atau lebih luas, terikat pada wilayah atau Negara tertentu. Sehingga memunculkan ciri khas yang ditampilkan pada wilayah tersebut sebagai akibat dari adanya manusia sebagai penghuni dengan segala keinginan nya yang tak terbatas. Intisari ilmu Etnoekologi yang diadaptasi dari N. Daldjoeni (1982) mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Ilmu Etnoekologi sebagai ilmu pengetahuan bio ‐fisis: hal ini dikarenakan yang mendasari analisis atas seluk beluk tanah, air, iklim dan curah hujan sebagai habitat manusia adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan biotik dan abiotik.
2. Ilmu Etnoekologi sebagai ilmu land-scape study : hal ini dikarenakan yang mendasari analisis dan pembahasan pada daerah pantai, pegunungan, dataran rendah sebagai habitat manusia untuk melakukan aktifitas adaptasi keruangan (spatial adaptation) mereka 3. Ilmu Etnoekologi sebagai Ekologi budaya : hal ini dikarenakan yang mendasari analisis dan pembahasan mengenai semua aspek kebudayaan, saling berhubungan secara fungsional dengan cara yang tidak pasti.
4. Ilmu etnoekologi sebagai ilmu Ekologi dan adaptasi manusia: hal ini mendasari analisis dan pembahasan mengenai adaptasi manusia bersama budaya yang melekat terhadap habitatnya dan mahkluk hidup lainnya. Manusia tidak hanya sebagai mahkluk biotik bagian dari alam di lingkungannya tetapi manusia sebagai kekuatan untuk mengubah alam. Setiap masyarakat akan memiliki teknik-teknik adaptasi yang diwariskan dari generasi sebelumnya secara turun temurun dan teknik-teknik tersebut akan mengalami perkembangan yang dinamis. Pembahasan dan analisis yang dilakukan terkadang kurang memperhatikan adanya saling pengaruh antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan intisari ilmu Etnoekologi sebagai sebagai obat tradisional merupakan salah satu cara manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya kemudian teknik-teknik adaptasi tersebut diwariskan secara turun temurun oleh generasi sebelumnya dari Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang.
B. Tanaman Obat
Pengertian Obat menurut PerMenKes RI. No.949 / MenKes / Per / VI / 2000, adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, pengingkatan kesehatan, dan kontrasepsi.
Sulaksana dan Jayusman (2005) berpendapat bahwa tanaman obat adalah suatu jenis tumbuhan atan tanaman yank sebagian atau seluruh bagian tanaman berkhasiat menghilangkan atau menyembuhkan suatu penyakit dan keluhan rasa sakit pada bagian atau organ tubuh manusia. Sedangkan Oswald (1995) menambahkan bahwa obat tradisional merupakan ramuan dari satu tumbuhan atau lebih, yang berkhasiat sebagai obat.
Hampir setiap orang di Indonesia pernah menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit atau kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik ketika masih bayi, kanak-kanak maupun setelah dewasa (Zein, 2005). Selain itu Zein juga menambahkan bahwa sediaan obat tradisional yang digunakan masyarakat saat ini disebut dengan Herbal Medicinal atau Fitofarmaka
Menurut Andrianto (2011), Tumbuhan obat mempunyai khasiat yang bekerja sebagai antioksidan, anti radang, analgesik, dan lain-lain, mengarah pada penyembuhan suatu penyakit. Hal ini tidak terlepas dari adanya kandungan bahan menghasilkan bermacam-macam senyawa kimia yang merupakan bagian dari proses normal dalam tumbuhan.
Zudud, dkk (1994) dalam Rahayu 2005 mengatakan, apabila mengacu pada Etnofarmakologi dan Etnobotani, maka tanaman obat dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut :
1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat. Tumbuhan obat ini terbagi menjadi 3 yaitu : a.
Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat di daerah lain, dengan khasiat yang sama b.
Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat di daerah lain, tapi dengan khasiat yang berbeda.
c.
Tumbuhan yang digunakan sebagai obat hanya di daerah tersebut (tidak digunakan sebagai obat di daerah lain).
2. Tumbuhan obat modern sebagai bahan dasar (precursor) baik bahan asli maupun untuk sintesis. Tumbuhan obat ini telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan obat potensial yang belum dikenal, yaitu berdasarkan informasi diduga sebagai obat tetapi belum jelas penggunaan dan kegunaannya secara medis.
C. Suku Dayak Tunjung
Masyarakat Suku Dayak Tunjung merupakan salah satu suku yang mendiami masyarakat tradisional lain di Indonesia, masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang mempunyai seperangkat pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya tumbuhan untuk berbagai keperluan hidupnya sehari-hari.
Suku Tunjung menggunakan bahasa tunjung namun seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, beberapa daerah sudah menggunakan bahasa Indonesia, namun ada juga yang menggunakan bahasa tunjung yang bercampur dengan bahasa pergaulan sehari-hari. Sebagian besar suku tunjung beragama Katolik dan Nasrani namun ada juga sebagian kecil yang beragama muslim. Dayak Tunjung merupakan sebuah sub dari Dayak, namun didalam Dayak Tunjung itu sendiri terdapat perbedaan logat bahasa dan wujud kebudayaan, tetapi tidak begitu besar. Akibat penyebaran ini sehingga terjadi berbagai macam jenis yaitu: