DINAMIKA TAMAN SISWA PADA TAHUN 1959-1965
DINAMIKA TAMAN SISWA PADA TAHUN 1959-1965
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah
Oleh : Theodorus Yanzens NIM : 064314007 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahan untuk: Keluargaku tercinta, Bapak dan Mama yang telah membesarkan aku hingga seperti saat ini dan kepada Adikku tercinta Resa dan Via. Untuk sekarang, cuman ini yang bisa aku persembahkan untuk kalian semua…
ABSTRAK
Theodorus Yanzens. 2011. Dinamika Taman Siswa Pada Tahun 1959-1965.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Skripsi dengan judul
“ Dinamika Taman Siswa Pada Tahun 1959-1965”
memiliki 3 permasalahan yang diangkat. Pertama, Bagaimana Taman Siswa sebagai Organisasi Pendidikan. Kedua, Dinamika Organisasi Taman Siswa Pada Tahun 1959- 1964. Ketiga, keadaan Taman Siswa di Tahun 1965. Ketiga permasalahan tersebut akan dijelaskan dalam beberapa bab. Penulisan ini bertujuan untuk mellihat Taman Siswa sebagai organisasi pendidikan pada tahun 1959-1965 yang bertepatan dengan masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Tulisan ini memuat pembahasan tentang dinamika yang terjadi dalam Taman Siswa baik itu berupa konflik maupun kebijakan- kebijakan dalam Taman Siswa saat itu.
Metode yang digunakan dalam melakukan penulisan ini ialah pengumpulan data dari berbagai sumber yang diantaranya sumber primer berupa lembaran organisasi, Majalah organisasi kemudian sumber sekunder yaitu dari buku-buku dan artikel di internet. Selanjutnya hasil dari pengumpulan data di analisis dan dideskripsikan dalam tulisan yang terdapat pada bab-bab sesuai dengan masalah yang dibahas.
Dalam perkembangan penulisan sejarah di Indonesia, organisasi pendidikan tidak begitu banyak dibahas atau jarang diangkat kepermukaan. Masyarakat Indonesia lebih familiar dengan organisasi politik. Taman Siswa merupakan salah satu perguruan dan organisasi pendidikan yang jarang dibahas. Padahal peran organisasi Taman Siswa dalam pendidikan di Indonesia sangat besar. Taman Siswa mengalami perkembangan cukup pesat pada masa kolonial dengan cabang hampir ada disetiap daerah di nusantara. Hal itu terus berkembang hingga memasuki Indonesia merdeka. Tetapi setelah Demokrasi Terpimpin berakhir, situasi perguruan Taman Siswa mengalami kemunduran yang luar biasa. Secara singkat tulisan ini ingin menunjukan salah satu alasan terjadinya kemunduran Taman Siswa di dunia pendidikan Indonesia. Masuknya politik ke Taman Siswa pada masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin telah menimbulkan konflik kepentingan dalam organisasi yang melibatkan para anggota dan pamong. Kepentingan politik yang terlalu berlebihan membuat tujuan perguruan yang seharusnya menjadi prioritas diabaikan. Hal itu terus berlanjut hingga akhir tahun 1965. Banyaknya anggota Taman Siswa yang dipecat dan ditangkap oleh Kopkamtib karena dituduh terlibat dalam peristiwa G 30 S. Bahkan yang tidak terlibatpun terkena imbasnya. Situasi ini pada akhirnya membawa dampak pada keadaan Taman Siswa hingga saat ini.
ABSTRACT
Theodorus Yanzens. 2011. Dinamika Taman Siswa Pada Tahun 1959-1965.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Thesis titled "Dynamics Of The Taman Siswa in years 1959-1965" has 3 issues raised. First, How the development of Taman Siswa as an Educational
Organization. Second, the dynamics of the Taman Siswa Organization the Year 1959- 1964. Third, Situation in the Year 1965 Taman Siswa. These three issues will be explained in several chapters. The study is aimed to see situation of Taman Siswa as an educational organization in the year 1959-1965 which coincided with the reign of Guided Democracy. This study discusses the dynamics that occur in Taman Siswa either in the form of conflicts or the policies in the Taman Siswa at that time.
The method used in conducting this study is collecting data from various sources including primary sources in the form of sheet organization, magazine and organization of secondary sources from books and articles on the internet. The results of data gathering will be analyzed and described in the certain chapters according to the problems discussed.
Educational organizations are rarely discussed in historical writing in Indonesia. Indonesian society is more familiar with political organizations than educational organization. Taman Siswa is one of the educational organizations that rarely discussed. Whereas the role of Taman Siswa as an educational in Indonesia is very important. Taman siswa has been developed quite rapidly in the colonial period.
It grows well until the independence of Indonesia. After the end of Guided Democracy Taman Siswa college experinces a setback. Briefly this study is to show one of the reasons for the decline of Taman Siswa in Indonesia. The entry of politics in Guided Democracy era brings a conflict in the organization that involve its members and officials. Political interests that are too excessive make the visions of the organization ignored. This is continued until late 1965. Some of the members who were fired by Taman Siswa and arrested by Kopkamtib for his alleged involvement in the events G 30 S. Even those who are not involved got the effect. This situation ultimately has an impact on Taman Siswa until now.
LEMBARAN PENYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma: Nama : Theodorus Yanzens Nomor Mahasiswa : 064314007 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“DINAMIKA TAMAN SISWA PADA TAHUN 1959-1965”
Berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dan mengelolanya dalam bentuk pengakalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lainnya untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 9 Desember 2011 Yang menyatakan Theodorus Yanzens
KATA PENGANTAR
Tidak terasa akhirnya selesai juga penantian dan usaha yang selama ini dilakukan. Usaha akan penyelesaian satu tahap jenjang ilmu telah dilalui bersamaan dengan selesainya penulisan skripsi ini. Dalam proses panjang tersebut banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi oleh penulis tetapi semua itu dapat terlewati melalui kepercayaan diri yang tumbuh oleh karena dukungan, bantuan dan doa dari orang-orang dan kerabat yang ada disekitar penulis.
Untuk pertama kali puji dan syukur dipanjatkan oleh penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah Bapa Di Surga, karena atas rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sangat yakin bahwa tanpa kehendak dan bimbingan-Nya skripsi ini tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Selain itu tidak lupa juga bahwa penyelesaian skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, bimbingan maupun doa kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menngucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka dan tidak akan pernah melupakan apa yang telah diberikan selama ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Agus Purwanto dan Ibu Mur yang merupakan pengawai Museum Taman Siswa Yogyakarta. Terima kasih atas bantuan selama ini kepada penulis dalam kemudahan mencari data dan dukungan mengakses sumber-sumber primer dari Museum. Apa yang telah dilakukan Bapak Agus Purwanto dan Mbak Mur telah menjadi bagian terpenting dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada staf-staf pengajar di Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan, bantuan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada Bapak Drs. Ig.
Sandiwan Suharso selaku pembimbing skripsi yang selalu memberikan motivasi dan dukungan serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sangat berterima kasih sekali karena banyak perubahan dan kemajuan dan ilmu yang didapat dari beliau. Penulis juga yakin tanpa beliau penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik. Selanjutnya ucapan terima kasih diucapkan kepada Bapak Drs. Silverio R.L. Aji Sampurno, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah dan pembimbing akademik penulis yang selalu memotivasi penulis untuk cepat lulus dan fokus terhadap penulisan. Hal itu sangat berarti untuk penulis. Terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Hb. Hery Santosa M.Hum. yang selalu memberikan dukungan dan kepercayaan diri bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
Terima kasih pula penulis haturkan kepada seluruh staf pengajar di Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan berbagai pengetahuan serta pengalaman pada saat kuliah. Kepada Alm. Prof. Dr. P.J Suwarno., S.H. yang telah damai bersamaNya, terima kasih atas pengetahuan yang telah diberikan selama kuliah dan atas pengalaman yang dibagi selama dikelas. Penulis akan selalu mengenang jasa beliau. Terima kasih juga diucapkan kepada Romo Dr. F.X. Baskara Wardaya., S.J atas pengetahuan dan ilmu-ilmu baru selama mata kuliah seminar dan mata kuliah lainnya. Banyak pengalaman dan pengetahuan yang penulis dapatkan dari beliau. Terima kasih juga Kepada Romo Dr. G. Subanar., S.J, Drs. H. Purwanta., M.A., Drs. Manu Joyoatmojo. Kepada semua dosen yang pernah mendidik penulis selama proses perkuliahan.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga disampaikan kepada kedua orang tua tersayang. Kepada Bapak dan Mama yang selama ini terus mendukung, memberikan motivasi dan doa serta sabar membimbing secara moril kepada penulis. Kedua orang tua bagi penulis merupakan inspirasi dan sumber kekuatan. Dedikasi beliau berdua kepada anak-anaknya sangat luar biasa. Apa yang telah dilakukan beliau berdua tidak akan pernah penulis lupakan dan akan selalu ada dihati. Kemudian kepada adik-adik tercinta yaitu Kristina Theresa Juetha dan Alberta Triana Silvia yang selalu mendukung sepenuh hati, memberikan doa-doanya. Semua itu menjadi pelecut sekaligus motivasi tersendiri bagi penulis.
Kepada teman-teman seangkatan seperjuangan di Ilmu Sejarah angkatan 2006 yaitu Serihartati, Khotifah dan Ismiyati. Terima kasih banyak atas dukungannya, doa dan kebersamaannya selama ini dalam keadaan senang maupun susah. Disaat jenuh, bosan dan kesulitan dalam hal apapun kalian selalu berusaha untuk membantu. Bagi penulis, kalian merupakan sahabat sekaligus keluarga. Terima kasih juga kepada kakak-kakak angkatan dan adik-adik tingkat di Ilmu Sejarah yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih karena selalu memberikan dukungan dan pengalamannya.
Kemudian kepada Keluarga Besar Humas Universitas Sanata Dharma. Kepada Bapak Budi Setyahandana, S.T.,M.T., selaku Kepala Humas Universitas Sanata Dharma, kepada Mas Tjahjo, Mbak Atik. Kepada Teman-teman Se-angkatan Staf PMB Humas angkatan 2010 Universitas Sanata Dharma yaitu Agus, Karina, Berto, Jati, Anin, Lita, Celli, Mimi, Orpa, Rosa, Yenny yang telah berbagi pengalaman dalam suka dan duka saat menjadi Staf PMB. Penulis sangat merindukan kebersamaan lagi disaat expo diluar kota ataupun disaat hang out bersama. Tidak lupa juga terima kasih kepada adik tingkat di Staf PMB seperti Krisna, Tati, anggita, Agus. S, Daniel, Lusi, Adi, Clay dan lain-lainnya
Terima kasih diucapkan kepada keluarga besar karyawan di BAA Pusat Universitas Sanata Dharma seperti Bu Asih selaku Kepada BAA, Bu Luci, Bu Rut, Mas Krisna, Mas Heru, Mas Anton. Kepada Mas Devi yang selalu bertanya tentang perkembangan skripsi penulis. Hal ini bagi penulis merupakan dorongan yang sangat berarti. Kepada Mbak Wira yang selalu memberikan motivasi kepada penulis serta canda tawa ketika membantu di BAA. Semua itu akan selalu penulis kenang.
Terima kasih penulis sampaikan juga kepada yang tersayang dan terindah, Bunga Ajeng Puspita Utami yang dengan sabar menemani penulis disaat susah dan senang. Selalu memberikan dukungan motivasi dan doa-doanya. Kamu merupakan inspirasi sekaligus pembangun kepercayaan diri bagi penulis untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas semuanya, tanpa bantuannya penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan dan terselesaikan. Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna sehingga sangat diharapkan kritik serta sarannya. Semoga tulisan ini dapat berguna dan menambah referensi pengetahuan dalam sejarah di Indonesia khususnya sejarah organisasi.
Yogyakarta, 21 November 2011 Theodorus Yanzens
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………...............…...i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………..........................ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………......................iii HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………...................iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………...............….....v ABSTRAK……………………………………………………………........................vi ABSTRACT…………………………………………………………........................vii LEMBARAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.........................................................viii KATA PENGANTAR…………………………………………………..............…....ix DAFTAR ISI…………………………………………………………..........…........xiv
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………….......................1
1.1 Latar Belakang…………………………………………..…......................1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah……………………………………………...................8
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………...............……......9
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………..............…........9
1.5.1 Manfaat Akademik.........................................................................10
1.5.2 Manfaat Praktis……………...........................……........................10
1.6 Tinjauan Pustaka ……………………………………..............………....11
1.7 Landasan Teori…………………………………………..............……....15
1.8 Metode Penelitian ……………………………………............…...….....20
2.2.2 Majelis Luhur…………………………………………................…31
…...………………………………………………….....................….....49
BAB III DINAMIKA ORGANISASI TAMAN SISWA PADA TAHUN 1959-
19642.4 Latar Belakang Sosial Politik Tahun 1959- 1965………….............…......41
2.3 Hubungan Taman Siswa Dan Pemerintah Indonesia……….................…37
2.2.6 Keanggotaan………………………………………..…...................35
2.2.5 Pemimpin Umum……………………………………..............…....35
2.2.4 Organisasi Keluarga Taman Sis wa……………….............……......34
2.2.3 Ibu Pawiyatan…………………………………………...................33
2.2.1 Rapat Besar……………………………………………...................30
1.8.1 Pengumpulan Data..........................................................................20
2.2 Sistem Organisasi Taman Siswa………………………............……..…..30
2.1.3 Sistem Pendidikan…………………………………….............…...28
2.1.2 Tujuan……………………………………………….…..................27
2.1.1 Asas Pendidikan………………………………………...................24
2.1 Taman Siswa Sebagai Organisasi……………………………..................23
BAB II TAMAN SISWA SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN...................23
1.9 Sistematika Penulisan…………………………………………............... 21
1.8.2 Analisis Data...................................................................................21
3.1 Taman Siswa Memasuki Tahun 1959…………………………................50
3.1.1 Politik Masuk Ke Taman Siswa ………………….…............….....52
3.1.2 Persaingan Pemilihan Anggota Majelis Luhur Dalam Rapat Besar Persatuan Taman Siswa Ke-IX Pada Tahun
1960…...........…….....57
3.2 Konflik Dalam Tubuh Taman Siswa Tahun 1960- 1964….…..................60
3.2.1 Gagalnya Rapat Besar Pemuda Pelajar Taman Siswa Tahun 1961……………………………...............................................…...61
3.2.2 Konflik Dalam Perguruan Ibu Pawiyatan dan Majelis Luhur Taman Siswa..…………………………….......................................…......66
3.2.3 Perubahan Dalam Kepengurusan Majelis Luhur Taman Siswa Pada Tahun 1963…………………………..................................…........73
3.3 Musyarawah Pimpinan Pusat Taman Siswa Tahun 1964..........................75 BAB IV TAMAN SISWA TAHUN 1965.......
…………...…………………...........78
4.1 Situasi Umum di Indonesia Pada Tahun 1965…………...............….…...78
4.2 Kebijakan Taman Siswa Terhadap Peristiwa Gerakan 30 September Tahun 1965….………………………...………...............................….....81
4.3 Dampak Dari Peristiwa Gerakan 30 September Terhadap Taman Siswa Pada Tahun 1965………………………………………...........................85
4.3.1 Kebijakan Menutup Sebagian Sekolah Taman Siswa...…...............89
4.3.2 Kebijakan Sanksi Kepada Anggota Dan Pamong Taman Siswa………………………………………………….....................92
BAB V PENUTUP
…………………………………………..……….......................95 DAFTAR PUSTAKA…………………............………………………………....…100 LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah Indonesia, organisasi muncul dan berkembang pertama kali di permukaan sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonial dan penjajahan. Kondisi ini sering disebut dengan masa pergerakan nasional. Pada masa ini terdapat banyak
1
organisasi bumiputera yang berdiri seperti Budi Utomo yang sering disebut sebagai organisasi pertama di tanah air kemudian Sarekat Islam, Indische partij, Indische Vereeniging, PNI dan sebagainya. Organisasi-organisasi ini memiliki tujuan dan cara perlawanannya masing-masing. Dalam perkembangannya sebagian dari organisasi yang berdiri saat itu kebanyakan merupakan organisasi politik walaupun begitu terdapat juga organisasi yang bersifat keagamaan, perdagangan ataupun pendidikan.
Pada abad ke-20 pemerintah kolonial Belanda menerapkan sistem politik etis di Indonesia yang salah satu isinya membangun kesejahteraan dan pendidikan formal untuk rakyat Indonesia. Tetapi pada kenyataannya rakyat Indonesia yang bersekolah dan mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda tetap diarahkan untuk mengabdi pada kepentingan penjajah.
1 Bumiputera di sini berarti masyarakat pribumi atau masyarakat asli nusantara, dan ketika pada masa kolonial merupakan golongan kelas bawah.
Sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda memang diperuntukkan bagi masyarakat pribumi tetapi masih membedakan golongan. Sekolah Belanda tidak untuk memajukan bangsa Indonesia tetapi lebih untuk menciptakan tenaga-tenaga pekerja yang murah dan nantinya mengabdi pada kekuasaan Hindia Belanda. Pendidikan diciptakan Belanda untuk mencetak tenaga-tenaga yang digunakan sebagai alat untuk memperkuat kedudukan penjajah, mengabdi kepada kepentingan kolonial, sehingga isi pendidikan diarahkan kepada kepentingan kolonial, isi pendidikan itu pun hanya sekedar pengetahuan dan kecakapan yang dapat
2 membantu mempertahankan kekuasaan politik dan ekonomi penjajahan.
Situasi inilah yang menjadi alasan munculnya organisasi pendidikan ataupun lembaga sekolah di Indonesia sebagai lembaga atau sekolah pembanding dengan sekolah Belanda. Organisasi pendidikan atau lembaga sekolah memang sengaja dibentuk, sebagai salah satu cara melawan kaum kolonial yaitu dengan mendidik rakyat Indonesia menjadi manusia yang cerdas dan pintar, berpengetahuan yang luas serta menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi. Organisasi atau lembaga pendidikan yang berdiri saat itu diantaranya adalah Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Sekolah Kautamaan Istri, Wanita Susilo serta Taman Siswa.
2 Djohan Makmur.Dkk. 1993. Sejarah Pendidikan Di Indonesia Zaman
Penjajahan . Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Kebudayaan Direktoral Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan
Berbicara mengenai perkembangan pendidikan pada masa pergerakan nasional, maka tidak bisa lepas dari peran serta Taman Siswa dalam perjuangannya menyebarluaskan pendidikan bagi rakyat Indonesia. Taman Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara memberikan nama perguruan pendidikannya dengan nama Taman Siswa sebenarnya memiliki makna dan tujuan. Kata “Taman” diartikan sebagai tempat di mana orang bisa menikmati suasana yang damai, indah serta dapat belajar banyak hal disekelilingnya tanpa merasa terbebani.
Sedangkan kata “Siswa” berarti murid atau anak didik. Maka, Taman Siswa adalah tempat para anak didik dapat belajar apapun juga dengan suasana yang tenang, damai dan menjadi diri sendirinya. Arti konsep dari nama Taman Siswa inilah yang ingin Ki Hajar Dewantara ciptakan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dalam perguruan. Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara menamakan perguruannya dengan nama Taman Siswa.
Taman Siswa menerapkan nilai-nilai kekeluargaan dan budaya nasional dalam sistem pendidikannya. Taman Siswa juga memberikan kebebasan terhadap siswanya untuk belajar apapun juga dengan syarat, selalu bertanggungjawab dan dapat berguna bagi sesama. Hal inilah yang menjadi salah satu perbedaan Taman Siswa dengan organisasi pendidikan lainnya pada saat itu. Taman Siswa memiliki tujuh asas yang disebut dengan
“Asas Taman Siswa 1922”, asas ini menjadi pedoman dasar pendidikan pada masa pergerakan nasional, yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kerakyatan, percaya pada kekuatan sendiri, menghidupi diri sendiri, dan ikhlas dalam mengabdi kepada anak didik.
Dalam perjalanannya sebagai sekolah dan lembaga pendidikan pada masa pergerakan nasional, Taman Siswa mengarahkan tujuan pendidikannya untuk mendidik rakyat Indonesia agar berjiwa kebangsaan dan berjiwa merdeka. Para murid di Taman Siswa diarahkan menjadi calon penerus bangsa yang dapat mengangkat derajat bangsa Indonesia agar dapat sebanding dengan bangsa-bangsa lain yang merdeka. Tidak hanya itu, Taman Siswa juga memiliki visi dan misi memperluas pendidikan yang saat itu banyak sekali dibutuhkan oleh rakyat Indonesia, sementara jumlah sekolah yang disediakan oleh pemerintah Belanda sangat terbatas. Ki Hajar Dewantara juga memberi suatu mandat kepada para murid-muridnya untuk terjun ke dalam masyarakat dan mengabdi serta mengerakkan rakyat ke arah kemajuan.
Perkembangan pendidikan dalam Perguruan Taman Siswa terus berjalan pada masa pergerakan nasional. Pada akhir masa penjajahan kolonial Belanda, Perguruan Taman Siswa telah mempunyai 199 cabang dengan 207 perguruan yang tersebar di
3 seluruh Indonesia dengan kurang lebih 20.000 orang murid dan 650 orang guru.
Sedangkan ketika Indonesia dikuasai oleh Jepang, Taman Siswa sempat mengalami situasi sulit karena kebijakan Jepang yang membatasi gerak sekolah partikelir dan hanya memperbolehkan sekolah kejuruan misalnya sekolah pertanian ataupun
3 Djumur. I.Dkk. 1976. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV.Ilmu Bandung.
perkebunan. Keadaan ini membuat Taman Siswa sempat mengubah mata pelajarannya sesuai kurikulum Jepang. Walaupun begitu Taman Siswa tetap dapat berdiri dan berkembang hingga akhirnya negara Indonesia memperoleh kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 situasi politik di tanah air belum bisa dikatakan kondusif. Keadaan keamanan, politik dan ekonomi sangat mempengaruhi situasi di Indonesia. Taman Siswa sebagai sekolah dan organisasi pendidikan tetap berjalan sesuai dengan waktu dan keadaan nasional.
Situasi jatuh bangun pernah dialami Taman Siswa di masa kolonial Belanda dan hal itu terus berlanjut hingga pendudukan Jepang. Setelah memasuki kemerdekaan Indonesia, Taman Siswa berusaha untuk tetap berdiri dan berkembang sampai akhirnya pada masa Demokrasi Terpimpin kembali lagi mengalami masa-masa sulit.
1.2 Identifikasi Masalah
Taman Siswa mengalami situasi sulit pada tahun 1959-1965 yang juga bertepatan dengan masa Demokrasi Terpimpin. Ada dua faktor yang menjadi alasan munculnya situasi tersebut. Pertama ialah faktor ekternal, di mana situasi Indonesia pada tahun 1959 hingga tahun 1965 mengalami banyak perubahan. Dimulai dengan sistem pemerintahan yang mengalami pergantian dari Demokrasi Liberal menjadi Demokrasi Terpimpin di tahun 1959. Setelah terjadinya pergantian sistem tersebut, situasi di masyarakat mulai menunjukan adanya perubahan dasar yang dibentuk oleh negara. Hal tersebut terlihat dengan besarnya pengaruh politik dalam kehidupan bernegara oleh karena kebijakan pemerintah. Salah satunya ialah penetapan dan penerapan Manipol Usdek atau Manifesto Politik, Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia sebagai Garis Besar Haluan Negara Indonesia. Tidak hanya itu, dalam perkembangannya pada masa Demokrasi Terpimpin kebijakan mengenai pendidikan mulai diarahkan ke nilai-nilai yang terkandung dalam tujuan politik negara seperti
4
yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional, penetapan Pancawardhana pada
5 tanggal 10 Oktober 1960 dan Penpres no.19/65 .
4 Pancawardhana terdiri dari: (1). Perkembangan cinta bangsa dan tanah air, moral nasional, internasional/keagamaan. (2). Perkembangan intelegensi, (3).
Perkembangan emosional, (4). Perkembangan keprigelan (kerajinan) tangan, (5). Perkembangan jasmani.
5 Penpres No. 19 tahun 1965 merupakan kebijakan pemerintah tentang sistem
pendidikan nasional. Salah satu isi dari Penpres No. 19/65 yang mengarah pada nilai- nilai politik di dalamnya antara lain: pasal 1 tentang asas pendidikan nasional yang berbunyi: Pancasila-Manipol/Usdek adalah Moral dan Falsafah Hidup Bangsa Indonesia serta merupakan manifesto persatuan bangsa dan wilayah Indonesia, demikian pula merupakan perasan kesatuan jiwa sebagai Weltanschaung bangsa Indonesia dalam penghidupan nasional sebagai landasan bagi semua pelaksanaan pendidikan nasional adalah Pancasila-Manipol/Usdek. Dengan demikian, Pancasila- Manipol/Usdek harus menjiwai semua segi pendidikan nasional. Ataupun pada pasal 4 tentang politik pendidikan nasional yang berisikan tentang politik pendidikan nasional adalah Manifesto Politik Republik Indonesia beserta pedoman-pedoman pelaksanaannya. Oleh karena itu maka garis dan strategi dasar pelaksanaan Pendidikan pada taraf Revolusi sekarang ini yang Nasional-Demokratis harus melahirkan patriot-patriot komplit, yang berdasarkan Pancasila-Manipol/Usdek, menentang segala bentuk penghisapan manusia atas manusia, bangsa atas bangsa ialah: (a). Imperialisme, (b). Kolonialisme dan Neo-Kolonialisme, (c). Feodalisme, (d). Kapitalisme. Serta yang berjuang dengan penuh keyakinan untuk membangun suatu masyarakat Sosialis Indonesia yang adil dan makmur serta membangun Dunia
Sedangkan alasan yang kedua berasal dari faktor internal dalam organisasi Taman Siswa. Situasi dalam Taman Siswa pada masa Demokrasi Terpimpin mendapat banyak ujian dan tantangan salah satunya diawali dengan meninggalnya Ki Hajar Dewantara pada awal tahun 1959. Tidak bisa dipungkiri bahwa peran Ki Hajar Dewantara sangat besar dalam kemajuan dan perkembangan Taman Siswa. Di sisi lain, Nyi Hajar Dewantara yang ditunjuk untuk mengantikan posisi Pemimpin Umum Perguruan Taman Siswa yang ditinggalkan Ki Hajar Dewantara mengalami situasi yang berat. Nyi Hajar Dewantara bukanlah seorang organisator, hal ini jelas mempengaruhi situasi Taman Siswa sendiri kedepannya.
Pada tahun 1959 sampai 1964 Taman Siswa berada dalam situasi penuh dinamika. Pengaruh politik mulai masuk dalam Taman Siswa. setelah itu sering terjadinya pertentangan yang disebabkan adanya kepentingan dari para anggota yang berakhir dengan konflik. Hal ini ditunjukan dengan peristiwa gagalnya pembentukan Pengurus Besar dalam Rapat Besar Pemuda Pelajar Taman Siswa pada tahun 1961, kemudian berlanjut dengan ricuhnya kepengurusan di Ibu Pawiyatan. Keadaan semakin diperburuk dengan perpecahan dalam tubuh kepengurusan Majelis Luhur. Keadaan Taman Siswa mulai kondusif setelah Nyi Hajar Dewantara mengambil semua alih pimpinan di organisasi sesuai dengan surat keputusan penertiban organisasi yang dikeluarkan Majelis Luhur saat itu.
Peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965 menjadi salah satu awal kemerosotan nama Taman Siswa di mata masyarakat. Setelah peristiwa tersebut ternyata tidak sedikit para pamong dan orang-orang di Taman Siswa yang ditangkap karena dituduh terlibat dalam gerakan tersebut. Peristiwa ini menimbulkan dampak sosial yang sangat besar pada keberlangsungan Taman Siswa. Sekolah-sekolah banyak ditutup setelah peristiwa tersebut, kepercayaan masyarakat pun berkurang
6 terhadap Taman siswa.
Pada masa Orde Baru hingga saat ini, keberadaan Taman Siswa sebagai sebuah perguruan dan organisasi pendidikan masih tetap berjalan. Akan tetapi Taman Siswa yang dulunya memiliki pengaruh besar dalam dunia pendidikan di Indonesia, saat ini hanya menjadi sebuah yayasan pendidikan swasta biasa. Kontribusi terhadap dunia pendidikan sudah sangat jarang diperdengarkan lagi. Tidak dapat dipungkiri bahwa peristiwa dan dinamika organisasi yang terjadi pada tahun 1959 hingga 1965 menjadi salah satu alasan terjadinya perubahan signifikan bagi Perguruan Taman Siswa menuju arah kemunduran.
1.3 Rumusan Masalah
Sesuai dengan topik yang akan dibahas dalam penelitian ini dan untuk mengetahui bagaimana dinamika yang terjadi dalam Taman Siswa secara mendalam
6 Sewaktu G 30 S banyak yang terlibat dan sekolah banyak yang ditutup.
“Bahkan yang di Wates dan di Purwokerto sulit didirikan lagi karena masyarakat sudah tak percaya” kata Ki Suprapto. Diakses dari www.tempointeraktif.com/Majalah Buletin Mingguan Tempo Online Print Article “ Kesederhanaan itu 57 Tahun” 19/IX khususnya pada awal hingga akhir dari tahun 1959 sampai 1965, maka ada beberapa permasalahan yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana organisasi pendidikan Taman Siswa? 2.
Apa saja dinamika yang terjadi dalam organisasi Taman Siswa pada tahun 1959 sampai 1964?
3. Bagaimana situasi organisasi Taman Siswa pada tahun 1965?
1.4 Tujuan Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat mencapai beberapa tujuan dan manfaat. Tujuan dan manfaat tesebut meliputi ruang lingkup keilmuan dan praktis. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tentang Taman Siswa di tahun 1959-1965 adalah mendeskripsikan sekaligus menganalisis situasi dan kondisi Taman Siswa dari tahun 1959 sampai 1965. Mencakup beberapa hal seperti perisitwa- peristiwa penting yang terjadi dalam Taman Siswa pada awal tahun 1959 sampai pada akhir tahun 1965.
1.5 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat akademis dan praktis sebagai berikut :
1.5.1 Manfaat Teoretis
Manfaat penelitian ini ialah memberikan informasi kepada masyarakat tentang situasi organisasi Taman Siswa di Tahun 1959 sampai 1965 yang menjadi salah satu alasan kemunduran Taman Siswa hingga saat ini. Selanjutnya ialah memberikan tambahan data kepustakaan sejarah tentang organisasi Taman Siswa.
Diharapkan penelitian ini juga dapat bermanfaat dan berguna untuk kalangan masyarakat luas terutama untuk kalangan akademis, lingkup keilmuan sejarah dan pemerhati sejarah pendidikan khususnya Taman Siswa. Melihat perisitiwa-peristiwa khusus yang terjadi di tahun 1959 -1965 dalam Taman Siswa, kemudian bagaimana kebijakan pemerintah yang bersifat politik saat itu ternyata telah banyak mempengaruhi kebijakan-kebijakan dalam tubuh Taman Siswa. Hal ini penting sebagai pembelajaran bersama serta melihat salah satu penyebab perubahan yang terjadi di Taman Siswa saat ini.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pemahaman mengenai pentingnya melihat kembali sebuah perubahan melalui peristiwa di masa lalu. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan politik di sebuah negara berimbas besar pada perkembangan diberbagai sektor di masyarakat tidak terkecuali pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan penjelasan ke masyarakat untuk melihat sebuah perubahan suatu keadaan dari masa lalu yaitu sejarah.
1.6 Tinjauan Pustaka
Situasi dan kondisi pendidikan pada masa awal kemerdekaan dan perjalanan pendidikan pada saat kepemimpinan Presiden Soekarno sebenarnya memiliki banyak sekali dinamika dan permasalahan yang menarik. Tetapi tidak banyak dari para sejarawan kita yang melihat dinamika-dinamika tersebut dan bila melihat karangan buku tentang Taman Siswa bisa dikatakan sangat minim bila dibandingkan dengan penulisan topik sejarah lainnya.
Terdapat beberapa buku yang membahas tentang Taman Siswa. Buku-buku tersebut diantaranya ialah kumpulan tulisan dan hasil pemikiran Soewardi Soerjaningrat mengenai pendidikan dan telah dibuat buku atau diterbitkan oleh
7 Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa dengan judul Karja Ki Hadjar Dewantara.
Buku ini menjelaskan tentang pikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan yang sesuai dengan hakekat rakyat Indonesia. Buku ini juga berisikan pola atau sistem pendidikan yang baik untuk rakyat Indonesia. Buku ini menjelaskan bagaimana cara pandang Ki Hajar Dewantara dalam menggabungkan antara pola pendidikan asing dengan budaya Indonesia yang dituangkannya dalam sistem pendidikan dalam
7 Hajar Dewantara, Ki. 1955. Karja Ki Hajar Dewantara Persatuan Majelis Luhur Taman Siswa . Yogyakarta: Percetakan Taman Siswa.
perguruan Taman Siswa. Buku ini sangat penting jika ingin memahami dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam membangun Taman Siswa dan mendidik para murid serta para calon pamong. Walaupun begitu buku ini sedikitpun tidak membahas tentang perkembangan ataupun situasi Taman Siswa sebagai organisasi pendidikan.
8 Selanjutnya buku dengan Judul Menuju Manusia Merdeka yang merupakan
karangan Ki Hajar Dewantara. Buku ini merupakan buku pembaharuan dari buku terdahulu yaitu buku Karja Ki Hadjar Dewantara. Isi dan tulisan buku ini hampir sama mirip dengan buku Karja Ki Hadjar Dewantara. Buku ini mengulas asas, tujuan serta sistem pendidikan Taman Siswa. Di bagian akhir, buku ini mencantumkan atau mengulas catatan pribadi Ki Hajar Dewantara tentang pendapatnya terhadap pendidikan Indonesia.
Kemudian buku dengan judul Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam
9 Sejarah Indonesia Modern karangan Abdurrachman Surjomihardjo. Buku ini
mengulas tentang perjalanan Taman Siswa mulai dari berdiri, melakukan pergerakan untuk kemerdekaan, mencapai kemerdekaan hingga perjalanan Taman Siswa di era Kemerdekaan. Dalam buku ini juga ditulis perkembangan dan berbagai permasalahan yang dihadapi Perguruan Taman Siswa baik itu bersifat eksternal ataupun internal.
8 Hajar Dewantara, Ki. 2009. Menuju Manusia Merdeka. Editor Abdul Aziz Saefudin dan M. Solahudin. Yogyakarta: Leutika.
9 Abdurrachman Surjomihardjo. 1986. Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Sinar Harapan. Saat Taman Siswa masih dalam masa pergerakan nasional hingga masalah setelah kemerdekaan. Selain itu dijelaskan juga tentang perkembangan masuknya politik dalam Taman Siswa yang berbuntut pada terjadinya konflik dalam Taman Siswa. Berkenaan dengan peristiwa politik tahun 1965 yang memakan banyak korban dari kalangan anggota dan pamong Taman Siswa, di buku ini tidak banyak diungkap dengan jelas.
Kemudian sebuah buku yang diterbitkan oleh Taman Siswa dengan
10
percetakan Taman Siswa sendiri dengan judul 60 Tahun Taman Siswa 1922-1982 buku ini merupakan buku peringatan berdirinya Taman Siswa atau buku untuk memperingati perjalanan Taman Siswa dari tahun ke tahun. Buku ini merupakan buku edisi ke 2 setelah buku peringatan 30 Tahun Taman Siswa 1922-1952 yang pertama.
Buku ini berisikan tentang pemikiran-pemikiran, tulisan dan penelitian dari para tokoh-tokoh Taman Siswa dan tokoh-tokoh pendidikan Indonesia saat itu mengenai perjalanan Taman Siswa dalam kurung waktu 60 tahun.
Dalam buku ini terdapat tulisannya Moesman Wiryosentomo dengan judul Sejarah Perjuangan Taman Siswa Sejak Kemerdekaan (1952-1982). Dalam tulisannya ini, Moesman menjelaskan tentang asas-asas Taman Siswa 1922 yang pada Kongres Taman Siswa tahun 1947 dirumuskan menjadi lima Dasar yang disebut Dasar Pancadharma dan sistem pengajaran pendidikan Taman Siswa. Setelah itu Moesman
10 Buku Peringatan 60 Tahun Taman Siswa 1922-1982. 1982. Yogyakarta:
juga menjelaskan tentang perkembangan Taman Siswa dalam mengisi Kemerdekaan. Tulisan Moesman Wiryosentomo tentang perjalanan Taman Siswa pada tahun 50an hingga 1965 juga menyoroti tentang keterlibatan anggota Taman Siswa yang aktif dalam Partai Komunis Indonesia (PKI).
Selanjutnya ialah buku dengan judul Himpunan Catatan Kecil Ki Nayono “Damar” Menyingkap Tabir Memori lebih Setengah Abad Sebagai Wong Taman
11
. Buku ini berisikan Siswa Mengabdi Pada Perguruan, Masyarakat dan Pemerintah ” perjalanan Ki Nayono dari seorang murid di Taman Siswa hingga pada pengabdiannya terhadap perguruan ini. Banyak polemik dalam Taman Siswa yang Ki Nayono alami, dari kepemimpinan Ki Hajar Dewantara sampai pada masa Demokrasi Terpimpin saat Nyi Hajar Dewantara yang menjadi Pemimpin umum hingga masa Orde Baru. Meskipun begitu, bila dikaitkan dengan penelitian ini, buku ini masih terlalu umum dalam mengulas seputar tahun 1959-1965 karena isinya lebih banyak melihat sisi kehidupan tokoh yang dibahas.
Beberapa buku yang ada di atas merupakan buku-buku yang mengulas tentang Taman Siswa. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ulasan yang dibahas khususnya yang berhubungan dengan organisasi Taman Siswa pada tahun 1959-1965 masih terlalu sedikit. Peristiwa di Taman Siswa pada Periode 1959 sampai 1965 tampak
11 Nayono, Ki. Himpunan Catatan Kecil Ki Nayono.
“Damar” Menyingkap
Tabir Memori lebih Setengah Abad Sebagai Wong Taman Siswa Mengabdi Pada
Perguruan, Masyarakat dan Pemerintah”. Yogyakarta: ND Nugroho dengan terkesan “tabu” untuk dibahas. Selain itu, jika adapun, ulasannya masih bersifat umum dan ada beberapa buku masih terkesan “tidak netral” karena kebanyakan mengikuti alur politik dan rezim saat buku tersebut diterbitkan. Hal ini khususnya dalam melihat peristiwa Gerakan 30 September tahun 1965. Penelitian ini mencoba untuk menyajikan sebuah pandangan yang berbeda dan mengkaji lebih mendalam tentang Taman Siswa khususnya pada periode 1959-1965. Mengangkat fakta-fakta yang terjadi dari awal 1959 hingga akhir 1965 yang selama ini tidak diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Selain itu juga, penelitian ini mencoba untuk menjelaskan kondisi sosial, pendidikan dan politik nasional saat itu yang pada akhirnya membawa pengaruh yang cukup besar pada keadaan Taman Siswa.
1.7 Landasan Teori
Organisasi merupakan sebuah kumpulan individu-individu yang memiliki tujuan, madsud dan keinginan yang sama. Menurut Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang
12 relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.