Rani Budiarti Pratiwi BAB II
a. Pengertian Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internesional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan adalah merupakan transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir (Sukarni,2013; h.63).
Berdasarkan dari referensi yang telah terkumpul maka kehamilan adalah suatu yang normal yang terjadi pada ibu jika dalam keadaan baik dan akan membesar sampai umur kehamilan 9 bulan.
b. Secara klinis tanda-tanda kehamilan dapat dibagi dalam 2 kategori besar yaitu tanda yang tidak pasti dan tanda kehamilan pasti.
Macam-macam tanda mungkin hamil dan tidak mungkin hamil, diantaranya: 1) Menurut Sujiyatini,2010.h.97-101. Tanda-tanda mungkin hamil yaitu: a) Amenorhea
b) Mual dan muntah
c) Mastodinia
d) Qiuckening
e) Keluhan kencing
f) Konstipasi
g) Perubahan berat badan
h) Perubahan temperatul basal i) Perubahan warna kulit j) Perubahan payudara k) Perubahan pada uterus l)
Tanda Piskacek’s m) Perubahan-perubahan pada serviks (1) Tanda hegar (2)
Tanda Goodell’s
(3) Tanda Chadwick (4) Tanda Mc Donald (5) Terjadi pembesaran abdomen (6) Kontraksi uterus (7) Pemeriksaan tes biologis kehamilan
Menurut Rustam, 2011; h.35 ada beberapa macam tanda mungkin hamil yaitu : a) Mengidam b) Pingsan: jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat, seorang wanita hamil dapat pingsan.
c) Lelah (fatigue)
d) Anoreksia
e) Konstipasi atau obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh karena hormon steroid.
2) Tanda pasti hamil Menurut manuaba, 2010; h. 109, ada beberapa tanda pasti hamil yang dapat ditentukan melalui : f) Gerakan janin dalam rahim.
g) Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.
h) Denyut jantung janin.
c. Pembersaran uterus pada tinggi fundus uteri :
Tabel 2.1 usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteriTinggi Fundus Uteri Usia Kehamilan 1/3 di atas simfisis 12 minggu ½ di atas simfisis-pusat 16 minggu 2/3 diatas simfisis 20 minggu Setinggi pusat
22 minggu 1/3 di atas pusat 28 minggu ½ pusat-prosesus xifoideus 34 minggu Setinggi prosesus xifoideus 36 minggu Dua jari (4cm) dibawah prosesus xifodeus 40 minggu
Sumber : Manuaba,2010; h. 100
d. Perubahan-perubahan yang terjadi pada bagian reproduksi Ada beberapa perubahan pada bagian reproduksi menurut
Sarwono,2009; h.217, diantaranya : 1) Serviks
Pada serviks terdapat tanda-tanda chadwick,goodell, dan mucus plug.
2) Uterus 3) Payudara 4) Vulva
Vulva mengalami hipervaskularisasi karena pengaruh progesteron dan estertogen, berwarna kebiruan ( tanda chadwick) e. Deteksi dini tanda bahaya kehamilan menurut Sujiyatini,2010; h. 154
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang diberikan oleh seorang bidan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin terjadi selama kehamilan muda. Adapun komplikasi ibu dan janin yang mungkin terjadi pada masa kehamilan muda meliputi perdarahan pervaginam, hipertensi gravidarum maupun nyeri perut bagian bawah.
1) Tanda bahaya pada kehamilan lanjut (1) Perdarahan pervaginam (2) Sakit kepala berat (3) Penglihatan kabur (4) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan (5) Keluar cairan pervaginam (6) Gerakan janin tidak terasa (7) Nyeri abdomen yang hebat (Sujiyatini,2010; h.163) f. Penatalaksanaan awal 1) Tanda bahaya pada kehamilan lanjut
a) Perdarahan pervaginam Menurut Manuaba,2010; h.250, deteksi dini plasenta previa : (1) Pengumpulan data : terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu, sifat perdarahan (tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba, tanpa sebab yang jelas, dapat berulang, perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim)
(2) Pemeriksaan fisik : dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok, kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma. Pada pemeriksaan dapat dijumpai (tekanan darah, nadi, dan pernafasan dalam jumlah normal; tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat; daerah ujung menjadi dingin; tampak anemis). (3) Pemeriksaan khusus kebidanan
(a) Pemeriksaan palpasi abdomen (janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, karena segmen plasenta di bawah rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi)
(b) Pemeriksaan denyut jantung janin bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.
(c) Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan ultrasonografi, mengurangi pemeriksaan dalam, menegakkan diagnosa)
Menurut Manuaba,2010; h.256 deteksi dini solutio plasenta (Abruptio plasenta) : (1) Anamnesa : terdapat perdarahan disertai rasa nyeri, terjadi spontan atau karena trauma, perut terasa nyeri diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim. (2) Pemeriksaan khusus : palpasi abdomen (perut tegang terus menerus, terasa nyeri saat dipalpasi, bagian janin sukar ditentukan), auskultasi (denyut jantung janin bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat), pemeriksaan dalam (terdapat pembukaan, ketuban tegang menonjol). (3) Pemeriksaan penunjang: dengan ultrasonografi, dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen.
b) Sakit kepala berat, deteksi dini (Menurut Sujiyatini,2010; h.165): (1) Pengumpulan data : tanyakan pada ibu apakah ia mengalami edema pada muka/tangan atau masalah visual.
(2) Pemeriksaan : periksa TD, protein urine, refleks dan edema/bengkak. Periksa suhu, jika tinggi, pikirkan untuk melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya parasit malaria.
c) Penglihatan kabur, deteksi dini : Pemeriksaan data, periksa TD, protein urine, reflek dan edema d) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan, deteksi dini : (1) Pengumpulan data : tanyakan pada ibu apakah ia mengalami sakit kepala atau masalah visual.
(2) Pemeriksaan : periksa adanya pembengkakan, ukur TD dan protein urine ibu, periksa haemoglobin ibu (atau warna konjuntiva) dan tanyakan tentang tanda dan gejala lain dari anemia.
e) Keluar cairan pervaginam, deteksi dini : Strategi pada perawatan antenatal
Deteksi faktor resiko, deteksi infeksi secara dini, USG : Biometri dan funelisasi. Pada trimester 2 dan 3 hati-hati bila ada keluhan nyeri abdomen, punggung, kram di daerah pelvis, perdarahan pervaginam, diare, rasa menekan di pelvis. (1) Pengumpulan data : konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG (2) Pemeriksaan : dengan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna dan bau) dan membedakannya dengan urine. (3) Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior.
f) Gerakan janin tidak terasa, deteksi dini : (1) Pengumpulan data : jika bayi sebelumnya bergerak dan sekarang TIDAK bergerak, tanyakan pada ibu kapan terakhir bergerak
(1) Pemeriksaan : raba gerakan bayi, dengarkan DJJ, jika pemeriksaan radiologi tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. USG merupakan sarana diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin.
g) Nyeri abdomen yang hebat, deteksi dini : (1) Pengumpulan data : tanyakan pada ibu tentang karakteristik dari nyeri, kapan terjadi, seberapa hebat, kapan mulai dirasakan. Tanyakan pada ibu apakah ia mempunyai tanda atau gejala lain seperti muntah, diare dan demam.
(2) Pemeriksaan : ukur TD, suhu dan nadi. Lakukan pemeriksaan eksternal (luar), pemeriksaan internal (dalam), raba kelembutan abdomen atau rebound tenderness (kelembutan yang berulang), periksa protein urine.
(Kusmiyati, Wahyuningsih dan Sujiyatini, 2010; h.166-167)
a. Pengertian Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. (Nining, Sumarah dan Yani. 2008; Hal. 1) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. Beberapa pengertian lain dari persalinan spontan dengan tenaga ibu, persalinan buatan, persalinan anjuran bila persalinan terjadi tidak dengan sendirinya tetapi melalui pacuan. Persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit. (Nining, Sumarah dan Yani. 2008; Hal. 2) b. Macam-macam persalinan
Ada beberapa macam persalinan yang bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan, diantaranya : 1) Persalinan normal (Spontan): proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri tanpa batuan alat 0 alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2) Persalinan buatan: proses persalinan dengan bantuan dari tenaga luar 3) Persalinan anjuran: bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
c. Tahapan-tahapan persalinan 1) Menurut Nining, Yani dan Sumarah (2009), ada 4 tahapan persalinan :
a) Kala I Kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu/wanita masih dapat berjalan-jalan.
Menurut nining, sumarah dan yani (2009), terdapat 2 fase didalam kala I yang berlangsung 18-24 jam : (1) fase laten (8jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm dan fase aktif (7jam) dari pembukaan serviks 3cm sampai pembukaan 10cm.
(2) Fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu : (a) Fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung 3 cm sampai 4 cm, (b) fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4 cm menjadi pembukaan 9 cm. (c) Fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. (3) Asuhan yang diberikan ibu ketika ibu dalam proses perdalinan kala
I menurut Sarwono,2009; h.336 : (a) Memanggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai dengan martabatnya.
(b) Menjelaskan asuhan dan perawatn yang akan diberikan kepada ibu.
(c) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga. (d) Menganjurkan kepada ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut dan khawatir.
(e) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
(f) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan mentetramkan hati ibu serta anggota keluarga lainnya.
(g) Menganjurkan ibu utnuk ditemani suami atau anggota keluarga lainnya.
(h) Mengajarkan kepada suami atau anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya. (i) Melakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan konsisten.
(j) Menghargai privasi ibu. (k) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.
(l) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum bila ia menginginkannya.
(m) Menghargai dan memperbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberi pengaruh merugikan.
(n) Menghindari tindakan tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi, pencukuran dan klisma.
(o) Mengajurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. (p) Membantu memberikan asi pada satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
(q) Menyiapakan rencana rujukan. (r) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Meyiapkan alat untuk resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
b) Kala II Kala II atau kala pengeluaran janin adalah tahap persalinan yang dimulai dengan pembukaan serviks lengkap sampai bayi keluar dari uterus. Kala II pada primipara biasanya berlangsung 1,5 jam dan pada multipara biasanya berlangsung 0,5 jam (Ambar,2010; h.4).
(1) Tanda-tanda persalinan (a) Tekanan pada rektum dan seperti orang mau buang air besar.
(b) Perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya anus.
(c) Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada saat ada his.
(d) Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his. Dengan kekuatan his dan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota bayi (Sumarah, 2009; h.10).
2) Asuhan yang diberikan pada persalinan kala II menurut JNPK-KR 2008; h. 79 :
(a) Menganjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
(b) Menganjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu mengambil posisi dan melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara dan memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya.
(c) Penolong persalinan dapat memberikan semangat dan dukungan kepada ibu dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.
(d) Mentetramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala II persalinan. Melakukan bimbingan dan menawarkan bantuan jika diperlukan. (e) Membantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
(f) Setelah pembukaan lengkap, menganjurkan ibu untuk meneran saja saat ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran.
(g) Menganjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala II (h) Memberikan rasa aman dan semangat serta mentetramkan hati ibu selama proses persalinan berlangsung.
3) Untuk melakukan penatalaksanaan asuhan persalinan normal didapatkan ada 58 langkah asuhan persalinan normal menurut Asri,2010; h. 85 (terlampir).
c) Kala III Periode waktu yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta sudah dilahirkan seluruhnya (Ambar,2010; h.9).
(1) Menurut Ari dan Esti, 2010 h.157. Permulaan proses pemisahan diri dari dinding uterus atau pelepasan plasenta :
(a) Duncan Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) disertai dengan adanya tanda darah yang keluar dari vagina apabila plasenta mulai terlepas. (b) Schultz
Plasenta mulai lepas dari bagian tengah (sentral) dengan tanda adanya pemanjangan tali pusat yang terlihat di vagina.
(c) Terjadinya serempak atau kombinasi dari keduanya (2) Ada tiga tindakan yang dapat dilakukan untuk mengecek apakah plasenta sudah terlepas atau belum :
(a) Kutsner Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, sementara tangan kiri menekan atas symphisis. Bila tali pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta belum lepas, bila plasenta tetap atau tidak masuk ke dalam vagina berarti plasenta sudah lepas
(b) Strassman Dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan tangan kiri dan tangan kanan mengerakkan tali pusat sambil merasakan apakah ada getaran yang ditimbulkan dari gerakan tangan kiri. Jika terasa ada getaran, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus, jika tidak terasa ada getaran berarti plasenta sudah lepas.
(c) Klein Untuk melakukan perasat ini, minta pasien untuk meneran, jika tali pusat tampak turun atau bertambah panjang berarti plasenta telah lepas, begitu juga sebaliknya.
(3) Tanda-tanda pelepasan plasenta (a) Semburan darah (b) Pemanjangan tali pusat (c) Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globuler (d) Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus naik di dalam abdomen. (Ari dan Esti, 2010; Hal.158)
(4) Manajemen aktif kala III Mengupayakan kala III selesai secepat mungkin dengan melakukan langkah
- – langkah yang memungkinkan plasenta lepas dan lahir lebih cepat. Tujuannya untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca melahirkan, mengurangi lamanya kala III, mengurangi penggunaan transfusi darah, mengurangi penggunaan terapi oksitosin (Ari dan Esti, 2010; Hal. 159-160).
(5) Ada beberapa teknik pelepasan plasenta menurut JNPK-KR,2008; h. 98 (terlampir).
d) Kala IV Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadahi selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Sumarah,2010; h. 12).
(1) Observasi yang harus diperhatikan pada kala IV menurut (Ambar,2010; h. 85) : (a) Kontraksi uterus (b) Perdarahan (c) Kandung kemih (d) Luka perineum (e) Keadaan umum ibu
d. Deteksi dini tanda bahaya pada persalinan
Tabel 2.2 Deteksi Dini Pada Tanda Bahaya Persalinan Temuan-temuan anamnesis/pemeriksaan Rencana asuhanRiwayat bedah sesar Perdarahan pervaginam selain lendir darah Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan) Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental.
1. Segera rujuk ke fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk melakukan bedah sesar 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
3. Berikan dukungan dan semangat.
Jangan lakukan pemeriksaan dalam.
1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer laktat atau garam fisiologis (NS)
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat.
1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Dengarkan DJJ
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan untuk melakukan bedah sesar.
Temuan-temuan anamnesis/pemeriksaan Rencana asuhan Ketuban pecah (lebih dari 24 jam)/kurang dari umur kehamilan 37 minggu Tanda-tanda/gejala-gejala infeksi :
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
2. Segera rujuk ke fasilitas yang memadai penatalaksanaan obstetri dan bayi baru lahir.
1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi, letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung. Tangan lain mendorong bayi melalui dinding abdomen agar bagian terbawah janin tidak menekan tali pusatnya.
3. Dampingi ibu selama rujukan
2. Segera rujuk ke fasilitas lebih memadai
1. Baringkan ibu miring kiri
3. Dampingi ibu selama rujukan
2. Segera rujuk ke fasilitas yang lebih memadai
1. Baringkan ibu miring kiri
4. Dampingi ibu selama rujukan
3. Segera rujuk
2. Pasang infus
1. Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk bernafas secara teratur
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan
1. Segera rujuk
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan untuk gawatdarurat obstetri
a. temperatur > 38 o C
4. Suntikan 10 gr MgSO4
3. Berikan dosis awal 4gr MgSO4 20% IV selama 20 menit
2. Pasang infus
1. Baringkan ibu miring kiri
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan serta semangat
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar.
1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstertri.
Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5 Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll) Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)
d. cairan ketuban berbau TD >160/110 terdapat protein urine dalam urin (PEB) TFU 40 cm atau lebih DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit.
c. nyeri abdomen
b. menggigil
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Temuan-temuan Rencana asuhan anamnesis/pemeriksaan Tanda dan gejala syok :
1. Baringkan ibu miring kiri
a. nadi cepat >110x/menit
2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk b. TD menurun (sistolik <90 mmHg) meningkatkan aliran darah ke jantung.
c. pucat
3. Pasang infus
d. berkeringat/kulit lembab, dingin
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
e. nafas cepat >30x/menit kemampuan untuk gawatdarurat obstetri dan
f. cemas bayi baru lahir
g. produksi urine sedikit
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan Tanda dan gejala fase laten
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang lebih berkepanjangan memadai
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan Tanda dan gejala belum inpartu :
1. Anjurkan ibu unutk minum dan makan
a. frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali 2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas. dalam 10 menit dan lamanya kurang
3. Jika kontraksi berhenti/tidak ada perubahan
dari 20 detik serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada tanda-
b. tidak ada perubahan pada servik tanda kegawatan pada ibu dan janin,
dalam waktu 1 jam hingga 2 jam. persilahkan ibu untuk pulang dengan nasehat
untuk : menjaga pola makan dan minum, datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi peningkatan frekuensi dan lama kontraksi.1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki Tanda dan gejala partus lama : kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat
sebelah kanan garis waspada 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. partograf
b. Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam c. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik
Sumber : JNPK-KR , 2008 1) Kelainan His
a) Kelemahan his His lemah jika sifatnya tidak kuat, lekas berhenti dan frekuensinya tidak seperti biasa (antara 5-10 menit). Dalam hal menentukan his lemah tersebut haruslah diingat supaya kita jangan terpengaruh oleh faktor subyektif. Ada beberapa macam kelainan his, yang pertama :
a. His lemah primer, artinya sejak dari awal, jadi dalam hamil dan pada awal persalinan sudah tampak kelemahan his tersebut. b. His lemah sekunder, setelah persalinan berlangsung beberapa lamanya otot-otot pada dinding uterus menjadi lelah, karena partus tak kunjung maju, misalnya disebabkan panggul sempit.
b) His yang terlalu kuat Memang his yang cukup kuat, biasanya baik buat berlangsungnya persalinan, akan tetapi jika kekuatannya berlebihan maka selain dapat menimbulkan nyeri bagi ibu kemungkinan juga berbahaya bagi anak, karena kekurangan tempoh untuk mengasuh (kekurangan zat asam dikarenakan gangguan peredaran darah dalam plasenta atau gangguan karena tekanan dalam otak menjadi meninggi).
c) His mengejang Ada pula kelainan his yang sangat berbahaya, yaitu apabila uterus tersebut berkontraksi terus menerus tanpa waktu beristirahat sedikitpun dan rahim tersebut seakan-akan dalam keadaan mengejang.
d) His yang tidak sempurna Perlu ditegaskan sekali lagi bahwa rahim tersebut berkontraksi sempurna bilamana dipenuhi oleh tiga syarat diantaranya ialah :
a. Uterus yang terdiri atas bagian kiri dan kanan haruslah berkontraksi simetris.
b. Adanya dominasi dari fundus uteri c. Haruslah ada istirahat (relaksasi) antara dua kontraksi.
2) Kelainan His mengejan Seperti kita ketahui pada tiap-tiap persalinan, apabila pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap, maka perempuan bersalin tersebut mulai mengejan, jadi dengan pertolongan kontraksi dari otot-otot dinding perut anak didorong kebawah sampai lahir seluruhnya. Pada primipara terkadang sebelum pembukaan lengkap perempuan tersebut harus sudah mengejan, lebih-lebih jika kepala sudah jatuh turun dalam rongga panggul dan menekan pada rongga panggul, hingga secara reflektoris membangkitkan kontraksi otot-otot dinding perut. (Marsha Khumairah,2012; h. 209-2013)
e. Penatalaksanaan awal Atur pola makan dan minum pasien untuk mempercepat kala I, II.
Jika ibu masih bisa untuk jalan-jalan maka anjurkan ibu untuk jalan-jalan. Jika ibu merasa sakit, maka suruh ibu untuk narik nafas dari hidung dan keluarkan lewat mulut supaya lebih rileks. Pada kala IV jika merasa keluar darah banyak maka tenaga kesehatan segera lakukan tindakan yang sesuai dengan diagnosa tersebut.
a. Pengertian Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia genap 37 minggu samapi 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. (Ai Yeyeh,2012 h. 2) Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah : 1) Membersihkan jalan nafas
2) Memotong dan merawat tali pusat 3) Mempertahankan suhu tubuh bayi 4) Identifikasi 5) Pencegahan infeksi
Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan krisis dan dokter memberi instruksi khusus.
a) Membersihkan jalan nafas Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menagis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut : (1) Meletakkan bayi pada posisi telentang ditempat yang keras dan hangat (2) Menggulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang. (3) Membersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang di bungkus kasa steril.
(4) Menepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.
b) Memotong dan merawat tali pusat Tali pusat di potong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru.
c) Mempertahankan suhu tubuh bayi Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat.
d) Memberi vitamin K Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi diberi Vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M.
e) Memberi obat tetes/salep mata Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Didaerah dimana prevalensi gonorea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
(1) Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat dan harus dicatat di dalam status termasuk obat apa yang digunakan. (2) Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neoporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.
f) Indentifikasi bayi Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi di pulangkan. Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
g) Pemantauan bayi baru lahir Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
(1) Dua jam pertama sesudah lahir Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi :
(a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah (b) Bayi tampak aktif atau lunglai (c) Bayi kemerahan atau biru
(2) Sebelum menolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti : (a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan (b) Gangguan pernafasan (c) Hipotermi (d) Infeksi (e) Cacat bawaan dan trauma lahir
(3) Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir (a) Suhu badan dan lingkungan (b) Tanda-tanda vital (c) Berat badan (d) Mandi dan perawatan kulit (e) Pakaian (f) Perawatan tali pusat
(4) Pemantauan tanda-tanda vital (a) Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur atau ketiak.
(b) Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa pendengar suara pada waktu inspirasi maupun ekspresi. Gerak pernapasan 30-50 kali per menit.
(c) Nadi dapat dipantau disemua titik-titik nadi perifer (d) Tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi Mencatat hasil pantauan merupakan salah satu cara kerjasam seluruh tim dalam membuat perogram perawatan. Pencegahan lebih bermanfaat dan ekonomis dari pada pengobatan.
b. Deteksi dini tanda bahaya bayi baru lahir Yang pertama adalah jika pada saat lahir bayi tidak menangis, nafas megap-megap, tonus otot tidak baik. Ada juga jika umur kehamilan tidak cukup bulan, maka bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah. Kemudian jika bayi lahir dengan warna kulit kuning dan kebiruan.
c. Penatalaksanaan Jika pada bayi yang lahir dengan asfiksia maka segera lakukan hangatkan, isap lendir, keringkan, atur posisi ulang, penilaian ulang serta lakukan resusitasi sebanyak 10x, kemudian kita nilai kembali apakah sudah berhasil atau belum, jika belum maka lakukan ventilasi 1x lagi.
Jika pada bayi yang berat badan lahir rendah maka lakukan perawatan pada berat badan lahir rendah di ruang perinatal di tempatkan di inkubator. Jika pada bayi dengan warnakulit ikterik, maka segera lakukan menyusui setiap hari serta sering untuk melakukan penjemuran pada sinar matahari supaya warna kulit berubah.
a. Pengertian Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu kedepan. (Retno dan handayani, 2011; hal.1)
Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi. (Retno dan handayani, 2011; hal.1)
Dalam bahasa latin waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata puer artinya bayi dan oarous artinya melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan pulih kembali seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas yaitu 6-8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (Puerperium) yaitu masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat kandungan pulih kembali seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Retno dan Sri Handayani,2011 h.1)
b. Deteksi dini masa nifas Ada beberapa macam deteksi dini komplikasi pada masa nifas menurut Retno dan Sri Handayani, 2011; h.151, yaitu :
1) Perdarahan pervaginam Perdarahan pervaginam / perdarahan post partum hemorargi / hemorarhi post partum/PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. Hemorargi post partum primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran. Penyebabnya : a) Uterus atonik (terjadi karena misalnya : plasenta atau selaput ketuban tertahan) b) Trauma genetal (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomi).
c) Koagulasi intravascular diseminata
d) Inversi uterus Hemorargi post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian PPH yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum. Penyebabnya :
a) Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan
b) Pelepasan jaringan setelah persalinan macet (dapat terjadi di servik, vagina, kandung kemih, rectum) c) Terbukanya luka pada uterus (setelah section caesarea, rupture uterus)
3) Infeksi Infeksi masa nifas melalui traktus genetalis setelah persalinan.
o
Suhu 38 C atau lebih yang terjadi pada hari ke-2 sampai 10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis (Prawirohardjo,2010; h. 259). Ada beberapa contoh dari infeksi masa nifa berikut ini : a) Nyeri pelvik
5 o
b) Demam 38 C atau lebih
c) Rabas vagina yang abnormal
d) Rabas vagina yang berbau busuk e) Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus (Sri Handayani, 2011; h.154).
Bakteri penyebab sepsis puerpuralis :
a) Strepkoccus
b) Stafilokokkus
c) E.Coli
d) Clostridium tetani
e) Clostridium welchi
f) Clamidia dan gonocokkus (Sri Handayani,2011; h.154).
Beberapa faktor predisposisi pada infeksi masa nifas menurut (Prawirohardjo,2010; h.259) yaitu :
a) Anemia/kurang gizi
b) Higiene yang buruk
c) Tehnik aseptik yang buruk
d) Kelelahan
e) Proses persalinan bermasalah 4) Kelainan payudara
(1) Bendungan air susu Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal berlebihan dan pengembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor reguler untuk terjadinya laktasi (Setyo Wulandari,2011; h.158). (2) Mastitis
Inflamasi perinkimatosa glandula mammae merupakan komplikasi ante partum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumpai dalam masa nifas dan laktasi. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya, yang segera diikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.
5) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas diberikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaannya kembali, oleh karena itu ibu tidak benar bila diberikan makanan sebanyak-banyaknya walaupun ibu menginginkannya.
6) Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan dikaki Selama masa nifas, dapat berbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin lebih sering mengalaminya.
Faktor predisposisi
a) Obesitas
b) Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas
c) Riwayat sebelumnya mendukung
d) Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinantrauma yang lama pada keadaan pembuluh vena.
e) Anemia maternal
f) Hipotermi atau penyakit jantung
g) Endometritis
h) Varicostitis (Setyo Wulandari,2011; h.160)
7) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri : Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebab
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan b) Rasa nyeri pada awal masa nifas
c) Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan dirumah sakit.
d) Kecemasan dan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit e) Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi
8) Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur.
9) Pembengkakan di wajah atau ekstremitas Periksa adanya varices, periksa kemerahan pada betis, periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema
10) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih Pada nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih didalam vesika sering menurun, akibat trauma persalinan serta analgesik atau spinalsensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra atau hematom dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi saluran kemih. c. Penatalaksanaan awal 1) Perdarahan pervaginam, pantau kondisi pasien secara seksam selama
24-48 jam. Meliputi : memeriksa uterus kenyal dan berkontraksi dengan baik atau tidak, darah yang hilang, suhu, denyut nadi, TD, kondisi umum, asupan cairan dan pengeluaran urine. 2) Kelainan payudara
a) Bendungan air susu, keluarkan ASI secara manual/ASI tetap diberikan pada bayi b) Menyangga payudara dengan BH yang menyongkong
c) Kompres dengan kantong es (kalau perlu) d) Pemberian analgetik atau kodein 60 mg per oral.
Mastitis Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum berbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang, sangga payudara, kompres dingin, bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus. Jika bersifat infeksius, berikan analgesic non narkotik, antipiretik (ibuprofen, asetaminofen) untuk mengurangi demam dan nyeri. Pantau suhu tubuh akan adanya demam. 3) Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
a) Jika ibu sadar periksa nadi, TD, pernafasan
b) Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon, lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per menit c) Jika pasien tidak sadar/koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri, ukuran suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
d. Tahapan-tahapan masa nifas 1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolahkan untuk berdiri dan jalan-jalan.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. (Retno dan Sri Handayani,2011 h.3)
e. Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas menurut Sitti Saleha, 2009 h.71-76 yaitu : 1) Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Sedangkan menurut (Retno dan Sri Handayani, 2010 h.125) Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas itu banyak, terutama bila menyusui akan meningkat 25% karena berguna untuk menyembuhkan luka sehabis melahirkan dan juga untuk memperoduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas dan berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin secara bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung:
a) Sumber tenaga (energi)
b) Sumber pembangun
c) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air) d) Kebersihan diri / perineum dan kebersihan bayi.
2) Perawatan payudara Ada cara-cara untuk menjaga agar payudara tetap terawat :
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu dengan menggunakan BH yang menyongkong payudara.
b) Apabila putting susu lecet, oleskan colostrum atau Asi yang keluar pada sekitar putting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting yang tidak lecet.
c) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, asi dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
d) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet setiap 4-6jam (Retno dan Sri Handayani, 2011 h.132).
3) Istirahat Anjurkan ibu untuk : a) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan
b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
c) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat : (1) Mengurangi jumlah ASI (2) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan (3) Depresi (Retno dan Sri Handayani,2011 h. 133)
4) Seksual Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum. Hasrat sexual pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatannya maupun lamanya, juga orgasme pun akan menurun. Ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat dilakukan setelah masa nifas berdasarkan teori bahwa saat itu bekas luka plasenta baru sembuh (proses penyembuhan luka post partum sampai dengan 6 minggu). Secara fisik aman untuk mamulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri (Retno dan Sri Handayani,2011 h.134). 5) Latihan atau senam nifas