BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - ASRI ENDAH HANDAYANI BAB I

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah jantung dan kanker

  (Auryn, 2007). Data WHO tahun 2001 tercatat lebih dari 4,6 juta meninggal diseluruh dunia, dua dari tiga kematian terjadi di negara berkembang (Corwin, 2009). Misbach (2004) survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukkan bahwa 37,3 per 100.000 penduduk terkena stroke, stroke merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010) setiap tahunnya terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Di Indonesia usia penderita stroke kebanyakan sekitar 45 tahun keatas gejal-gejala paling umum timbulnya serangan stroke antara lain : terjadinya serangan sakit kepala, hilangnya keseimbangan, gangguan penglihatan, hilangnya kemampuan untuk berbicara dengan jelas, salah satu kelopak mata sulit dipejamkan, gangguan pencium dll (Pudiastuti, 2014).

  Penyakit stroke di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal sedangkan sisanya mengalami cacat ringan bahkan bisa menjadi cacat berat. Di Indionesia stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian dirumah sakit. Stroke sebenarnya dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat contohnya, berolahraga secara teratur, hindari minum beralkohol, jangan mengkomsumsi makanan yang berkolesterol tinggi, tidak merokok, kesibukan yang padat bisa berakibat terjadinya stress, maka perlu relaksasi.

  Pengobatan stroke sangat kompleks memerlukan waktu yang lama, biaya tidak sedikit, perlu dukungan dari keluarga (Pudiastuti, 2014).

  Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang diseluruh dunia terserang stroke. Di Amerika Serikat sekitar 5 juta orang pernah mengalami stroke. Menurut Riset Kesehatan Dasar (2008), prevalensi stroke di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 8,3 per 1000 penduduk dan pada tahun 2011 stroke menjadi peringkat penyebab kematian pertama di Indonesia. Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan pembuluh darah otak, timbul mendadak dan biasa mengenai penderita usia 45-80 tahun. Umumnya laki-laki sedikit lebih sering terkena daripada perempuan. Biasanya tidak ada gejala-gejala prodroma atau gelaja dini, dan muncul begitu mendadak (Rasyid & Soertidewi, 2007)

  Stroke mungkin menampakkan gejala, mungkin juga tidak (stroke tanpa gejala disebut silent stroke), tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan (Feigin, 2006). Sekitar 90% pasien yang terserang stroke tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan setengah badan. Tanda dan gejala lainnya adalah tiba-tiba kehilangan rasa peka, bicara cedal atau pelo, gangguan bicara dan berbahasa, gangguan penglihatan, mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai, gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat, vertigo, kesadaran menurun, dan beberapa tanda atau gejala lain yang menunjukkan adanya gangguan fungsi otak (Mulyatsih & Ahmad, 2008) Penderita stroke membutuhkan program rehabilitas. Program rehabilitas adalah bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu dengan pendekatan medik, psikososial, educational-vocational yang melibatkan multidisiplin. Hal ini dikarenakan, terapi dan rehabilitasi yang tepat dapat secara signifikan meningkatkan peluang kelangsungan hidup pasien serta pemulihan setelah stroke. Mobilisasi adalah kemampuan gerak seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah diatur dengan tujuan untuk memenuhi aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006)

  Mobilisasi dini adalah suatu pergerakkan dan posisi yang akan melakukan aktifitas atau kegiatan. Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah, selain itu mobilisasi dini suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan kemadirian (Wirnata, 2010)

  

Range of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

  mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan otot tonus ( Potter & Perry, 2010). Menurut (Adamovich et al 2005; Lewis, 2007) latihan mobilisasi dini : ROM dapat mencegah terjadinya penurunan fleksibilitas sendi dan kekauan sendi. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tseng et al (2007) yang mengungkapkan bahwa latihan Range of Motion (ROM) dapat meningkatkan fleksibilitas dan luas gerak sendi pada pasien stroke.

  Latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien yang stroke. Latihan ini adalah salah satu bentuk intervensi dasar perawat yang dapat dilakukan untuk keberhasilan regimen terapeutik bagi pasien dan dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada pasien paska perawatan dirumah sakit sehingga dapat menurunkan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga. Lewis (2007) mengemukakan bahwa sebaiknya latihan pada pasien stoke dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk mencegah komplikasi. Semakin dini proses rehabilitasi dimulai maka kemungkinan pasien mengalami defisit kemampuan akan semakin kecil (National Stroke Association, 2009). Oleh karena itu, untuk menilai latihan ROM aktif dan pasif dapat meningkatkan mobilitas sendi sehingga mencegah terjadinya berbagai komplikasi.

  Perawatan kritis adalah perawat yang mengkhususkan pada hal-hal yang terkait dengan respons manusia terhadap hal-hal yang mengancam nyawa.

  Klien dengan sakit yang parah beresiko tinggi untuk mengalami atau berpotensi terhadap kondisi yang dapat mengancam nyawa. Stroke merupakan salah satu kondisi yang dapat mengancam nyawa pasien. Maka penulis tertarik untuk memberikan tindakan keperawatan berupa Range of Motion (ROM) kepada pasien untuk meningkatkan mobilisasi pada pasien stroke karena dengan tindakan itu dapat membantu memulihkan mobilitas pasien stroke.

  Pemantauan hemodinamika perlu diperhatikan, pemantuan tersebut merupakan suatu teknik pengkajian pada pasien stroke, mengetahui kondisi perkembangan pasien, serta untuk antisipasi kondisi pasien yang memburuk (Burchell, L & Powers A, 2011). Dasar dari pemantauan hemodinamika adalah perfusi jaringan yang adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektrokimiawi sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamika berupa gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multiple (Hery dkk, 2015).

B. Rumusan Masalah

  Stroke merupakan sindrome klinis akibat gangguan pembuluh darah otak, timbul mendadak dan biasa mengenai penderita usia 45-80 tahun. Umumnya laki-laki sedikit sering terkena daripada perempuan. Biasanya tidak ada gejala- gejala prodroma atau gejala dini, dan muncul begitu mendadak. Penyebab stroke diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian : trombosis, embolisme serebral, iskhemia, dan hemoragi serebral. Penyebab stroke yang lain lebih jarang terjadi seperti cacat bawaan pada dinding pembuluh darah atau kelainan pada sistem pembekuan darah.

  Metode farmakologi yaitu dengan menggunakan obat-obatan medis, sedangkan yang non farmakologis yaitu dengan mobilisasi dini Range of

  Motion (ROM) . Mobilisasi dini adalah suatu pergerakkan dan posisi yang

  akan melakukan aktifitas atau kegiatan. Range of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk menggerakkan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan otot tonus. Berdasarkan uraian pada data latar belakang diatas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah Penerapan Range of Motion (ROM) terhadapa Peningkatan Status Hemodinamik pada Pasien Stroke”? C.

   Tujuan studi kasus

  1. Tujuan khusus Menggambarkan penerapan range of motion (ROM) terhadap peningkatan status hemodinamik pada pasien stroke.

  2. Tujuan umum

  a. Mengidentifikasikan peningkatan status hemodinamik pada pasien stroke.

  b. Mengidentifikasikan bagaimana mempertahankan kekuatan otot pada pasien stroke.

D. Manfaat studi kasus

  Karya tulis ini, diharapkan memberi manfaat bagi :

  1. Masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam salah satu cara penerapan range of motion (ROM) terhadap peningkatan status hemodinamik pada pasien stroke.

  2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan Menambah pengetahuan di bidang keperawatan khususnya pada penerapan range of motion (ROM) pada pasien stroke.

  3. Penulis Dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan berdasarkan penerapan range of motion (ROM) pada pasien stroke sebagai peningkatan pemulihan fungsional.