BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Longsorlahan - Rizky Maulana Yusuf BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Longsorlahan Longsorlahan adalah gerakan menuruni lereng dari batuan dan / atau tanah

  yang tergelincir sepanjang bidang permukaan. Longsorlahan berasosiasi dengan gangguan dari keseimbangan antara tekanan dan kekuatan hubungannya dengan material di atas lereng. Aktivitas manusia yang berpengaruh terhadap longsorlahan seperti pembuatan kontruksi jalan dan jalan kereta api, pertambangan, pengembangan kota pada area pegunungan (Sassa, 2007, dalam Suwarno, 2014). Kejadian dan sebaran longsorlahan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Sebaran longsorlahan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) topografi, 2) kondisi batuan, torehan, struktur dan stratigrafi, 3) kandungan air, air hujan, 4) gempa dan getaran, dan 5) vegetasi dan penggunaan lahan. Kejadian longsorlahan yang sering terjadi dan mempunyai kerapatan tinggi adalah terdapat pada bentuklahan kaki lereng bergelombang yang tertoreh moderat dan kuat, bentuklahan vulkanik pada lereng atas, serta sisi lereng lembah dan kerucut vulkanik. Bahan sedimen berumur Tersier yang berupa material kombinasi pasir dan lempung kejadian longsorlahan dengan intensitas longsoran paling tinggi (Arifin, dkk., dalam Suwarno, 2014).

B. Kerawanan Longsorlahan

  Longsor adalah suatu proses perpindahan massa tanah/batuan dengan arah miring dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang mantap, karena pengaruh gravitasi, dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan translasi. Kawasan rawan bencana longsor adalah kawasan lindung atau kawasan budi daya yang meliputi zona-zona berpotensi longsor (Pedoman Penataan Ruang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/Prt/M/2007 Pasal 1 ayat 1 dan 2). Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu (UURI No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pasal 1 ayat 14).

  Tingkat kerawanan adalah ukuran yang menyatakan tinggi rendahnya atau besar kecilnya kemungkinan suatu kawasan atau zona dapat mengalami bencana longsor, serta besarnya korban dan kerugian bila terjadi bencana longsor yang diukur berdasarkan tingkat kerawanan fisik alamiah dan tingkat kerawanan karena aktifitas manusia (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/Prt/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang).

  Menurut Suwarno (2014) Karakteristik longsorlahan dan kerawanan longsorlahan terkontrol oleh beberapa faktor seperti curah hujan, lereng, morfologi, tebal lapukan, tekstur tanah, permeabilitas tanah, batuan, struktur lapisan, gempa, airtanah dan penggunaan lahan. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap karakteristik dan kerawanan longsorlahan diuraikan berikut ini.

1. Morfologi dan lereng berpengaruh terhadap karakteristik longsorlahan dan kerawanan longsorlahan. Morfologi terdiri atas bentuk permukaan dan elevasi.

  Lereng terdiri atas kemiringan lereng, bentuk lereng, hadap lereng, dan panjang lereng. Longsorlahan banyak terdapat pada morfologi perbukitan dan pegunungan, derajad kemiringan lereng besar (15 % - 70 %), bentuk lereng cekung, pada lereng yang menghadap ke Matahari. Besar sudut lereng dan bentuk lereng berpengaruh terhadap tipe longsorlahan.Tipe translasi terdapat pada sudut lereng besar, sedang tipe terputar terdapat pada bentuk lereng cekung.Lahan rawan longsorlahan bila besar sudut lereng ≥ 15 %.

  2. Tekstur, ketebalan lapukan, dan permeabilitas tanah berpengaruh terhadap

  karakteristik longsorlahan dan kerawanan longsorlahan. Tekstur berpengaruh terhadap porositas tanah yang menyebabkan terdapatnya variasi permeabilitas tanah. Longsorlahan banyak terdapat pada tekstur pasir dan lempung. Variasi permeabilitas berpengaruh terhadap penjenuhan tanah dan kejadian longsorlahan.

  Lahan dengan tingkat permeabilitas lambat hingga sangat lambat dikategorikan rawan longsorlahan. Ketebalan lapukan berhubungan erat dengan beban lereng, pada ketebalan lapukan ≥90cm longsorlahan banyak terjadi dan rawan longsorlahan. Ketebalan lapukan berpengaruh terhadap tipe longsorlahan, tipe terputar terpengaruh oleh ketebalan lapukan.

  3. Jenis dan sifat batuan atau material, struktur geologi (sesar, kekar, lipatan) dan

  stratigrafi berpengaruh terhadap karakteristik longsorlahan dan kerawanan longsorlahan. Sifat batuan yang berbeda berpengaruh terhadap laju air permukaan masuk dalam batuan. Batuan yang kedapair menyebabkan tanah di atasnya jenuh air, dan batuan tersebut merupakan bidang gelincir. Struktur perlapisan batuan yang arah kemiringannya sejajar dengan kemiringan lereng akan mudah terjadi longsorlahan dan rawan longsorlahan. Urutan perlapisan atau stratigarfi akan berpengaruh terhadap longsorlahan. Batuan yang sama dengan urutan stratigrafi yang berbeda, maka memiliki kerawanan yang berbeda. Umur batuan terkait erat dengan proses pelapukan batuan. Batuan sedimen umur Tersier lebih banyak terjadi longsorlahan. Pada batuan sedimen yang berumur Tersier dan batuan piroklastik dikategorikan rawan longsorlahan.

  4. Keterdapatan airtanah dangkal, mataair, dan rembesan airtanah berpengaruh

  terhadap beban lereng. Permukaan airtanah yang dangkal mempercepat penjenuhan tanah di atasnya. Mataair dan rembesan airtanah berpengaruh terhadap keberadaan bidang gelincir yang mempercepat proses longsorlahan.

  5. Penggunaan lahan terdiri atas penggunaan lahan alami dan nonalami. Penggunaan

  lahan alami terdiri atas hutan dan belukar, sedang penggunaan lahan nonalami terdiri atas permukiman, tegalan, sawah, dan kebun. Penggunaan lahan merupakan wujud dari aktivitas manusia dalam pengelolaan lahan. Pengelolaan lahan yang intensif terutama untuk pertanian musiman, permukiman berpengaruh pada kejadian dan kerawanan longsorlahan. Sistem pertanian lahan basah dengan cara penerasan mempercepat tingkat kejenuhan air dalam tanah dan batuan.

  Kejenuhan air dalam tanah dan batuan mempercepat terjadinya longsorlahan. Penggunaan lahan alami atau penggunaan lahan hutan produksi perlu dipertahankan untuk dapat mengurangi laju kejenuhan air dalam tanah dan batuan. Pada penggunaan lahan untuk permukiman dan pertanian tanaman semusim diklasifikasikan rawan longsorlahan.

  6. Curah hujan berpengaruh terhadap karakteristik longsorlahan dan kerawanan

  longsorlahan. Faktor hujan merupakan faktor yang dapat mempercepat atau memicu longsorlahan. Lahan dengan tebal curah hujan ≥ 2.500 mm/th masuk kategori rawan longsorlahan.

C. Sistem Online

  Sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berkaitan yang bertanggungjawab memproses masukan (input) sehingga menghasilkan keluaran

  (output) (Kusrini, 2007). Sedangkan menurut Kadir, sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam sebuah sistem terdapat elemen - elemen yang membentuk sebuah sistem yaitu:

  1. Tujuan, setiap sistem mempunyai tujuan (goal), entah hanya satu atau mungkun banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi untuk mengarahkan sistem.

  Tanpa tujuan, sistem menjadi tidak terarah dan tidak terkendali.

  2. Masukan, masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sebuah sistem dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses.

  3. Proses, proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguana.

  4. Keluaran, keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan.

  5. Mekanisme pengendalian dan umpan balik, mekanisme pengendalian (control ) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback). Umpan

  mechanism

  balik ini digunakan untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan (Kadir, 2014).

  Sistem online adalah sistem yang menerima langsung input pada area dimana

  input tersebut direkam dan menghasilkan output yang dapat berupa hasil komputasi

  pada area dimana mereka dibutuhkan. Area sendiri dapat dipisah-pisah dalam skala, misalnya ratusan kilometer. Biasanya digunakan bagi reservasi angkutan udara, reservasi kereta api, perbankan dan lain- lain (O’brien, 2010).

D. Dreamweaver Cs4

  dreamweaver CS4 adalah salah satu aplikasi untuk membuat website

  Adobe

  yang cukup populer. Dengan adobe dreamweaver CS4, anda dapat dengan mudah membuat halaman web secara dinamis dan menarik. Adobe dreamweaver CS4 mendukung pemrograman CSS secara visual, sehingga anda tidak perlu menuliskan secara kode-kode CSS untuk mengatur tampilan web. Selain itu, adobe dreamweaver CS4 juga mendukung pembuatan web dinamis secara visual, dimana script PHP otomatis akan dituliskan untuk anda. Dengan demikian, adobe dreamweaver CS4 adalah perangkat lunak yang mudah digunakan untuk membangun website walaupun anda hanya sedikit mengerti tentang CSS dan PHP (Sulistiyani, 2010).

E. PHP

  PHP (Hyper Text Preprocessor) adalah sebuah pemrograman scripting untuk membuat halaman web yang dinamis (Zaki, 2008). Walaupun dikenal sebagai bahasa untuk membuat halaman web, tapi PHP sebenarnya juga dapat digunakan untuk membuat apikasi command line dan juga GUI. Cara kerja PHP adalah dengan menyelipkannya diantara kode HTML (hypertext markup language).

  Website yang dibuat menggunakan PHP memerlukan software bernama webserver tempat pemrosesan kode PHP dilakukan. Webserver yang memiliki software PHP Parser akan memproses input berupa kode PHP dan menghasilkan

  output berupa halaman web. PHP bersifat terbuka dan multiplatform, karenanya dapat dijalankan di banyak merk webserver (seperti Apache dan IIS). Saat ini, pengguna PHP sangat banyak, diklaim ada lebih dari 20 juta website yang menggunakan PHP yang dijalankan lebih dari 1 juta server.

  F.

   Xampp

  Menurut Wicaksono (2008) xampp adalah sebuah software yang berfungsi untuk menjalankan website berbasis PHP dan menggunakan pengolah data MySQL di komputer lokal. Xampp berperan sebagai webserver pada komputer anda. Xampp juga dapat disebut sebuah Cpanel server virtual, yang dapat membantu anda melakukan

  preview sehingga dapat memodifikasi website tanpa harus online atau terakses dengan

  internet. Berikut adalah beberapa paket yang telah disediakan : 1.

   Apache

  2. MySQL

  3. FilZilla FTP Server

  4. PHP MyAdmin G.

   Database MySQL

  MySQL merupakan salah satu sistem database yang sangat handal karena menggunakan sistem SQL. Pada awalnya SQL berfungsi sebagai bahasa penghubung antara program database dengan bahasa pemrograman yang kita gunakan. MySQL (My Structure Query Language) adalah salah satu Database Management System (DBMS) dari sekian banyak DBMS seperti Oracle, MS SQL, Postagre SQL dan lainnya. MySQL berfungsi untuk mengolah database menggunakan bahasa SQL.

  MySQL bersifat open source sehingga kita bisa menggunakannya secara gratis. Pemograman PHP juga sangat mendukung dengan database MySQL (Anhar, 2010).

  H.

   Bootstrap Bootstrap merupakan framework ataupun tools untuk membuat aplikasi web

  ataupun situs web responsive secara tepat, mudah dan gratis. Bootstrap terdiri dari CSS dan HTML untuk menghasilkan Grid, Layout, Typography, Table, Form,

  Navigation , dan lain-lain. Di dalam Bootstrap juga sudah terdapat jQuery plugins

  untuk menghasilkan komponen UI yang cantik seperti Transitions, Modal, Dropdown,

  Scrollspy , Tooltip, Tab, Popover, Alert, Button, Carousel dan lain-lain (Husein, 2013).

  Dengan bantuan bootstrap, kita bisa membuat responsive website dengan cepat mudah dan dapat berjalan sempurna pada browser-browser populer seperti Chrome,

  Firefox , Safari, Opera dan Internet Explorer (Alatas, 2013).

I. Browser

  Browser adalah aplikasi yang bisa digunakan untuk menjelajah internet yang

  gunanya untuk mendapatkan berbagai informasi berharga (Juju & Studio, 2008). Saat ini telah banyak browser yang dapat digunakan untuk menjelajah internet, seperti

  Internet Explorer (IE), Firefox, Opera, Safari, Flock, Google Chrome dan masih

  banyak lagi. Browser-browser tersebut saling bersaing untuk menjadi browser yang paling tangguh, mulai dari performa, keamanan dan interface-nya.

  J. Sistem Informasi Geografi

  Sistem informasi geografis (SIG) adalah sebuah sistem atau teknologi berbasis komputer yang dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah dan menganalisa, serta menyajikan data dan informasi dari suatu obyek atau fenomena yang berkaitan dengan letak atau keberadaannya di permukaan bumi (Ekadinata, 2008).

  K. Penelitian Terdahulu

  Penelitian yang telah dilakukan dalam studi kasus ini diantaranya adalah: 1.

  Eko (2016) telah melakukan penelitian tentang sistem informasi geografis untuk menyusun model bahaya erosi di Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Logawa Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menghasilkan bahaya erosi terluas terdapat pada pada kategori tinggi dan erosi tersempit terdapat pada kategori sangat tinggi.

  Faktor yang berpengaruh terhadap erosi adalah faktor kemiringan lereng dan curah hujan, karena dengan wilayah yang memiliki kemiringan lereng curam dan didikung dengan adanya curah hujan yang tinggi akan sangat mempercepat terjadinya erosi.

  2. Penelitian tentang kerawanan longsorlahan di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji bahaya longsorlahan dan faktor-faktor yang dominan yang berpengaruh terhadap bahaya longsorlahan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah survei lapangan dengan satuan bentuk lahan sebagai satuan analisis dan satuan pemetaan. Hasil penelitian terdapat 58 titik lokasi longsorlahan dan terdapat tiga kelas bahaya yaitu bahaya rendah, bahaya sedang dan bahaya tinggi. Sebaran kejadian longsorlahan terbesar pada kelas bahaya tinggi pada satuan bentuk lahan perbukitan dengan bentuk penggunaan lahan permukiman. Faktor dominan yang berpengaruh terhadap tingkat kerawanan longsorlahan adalah sifat batuan dan penggunaan lahan permukiman. Penelitian ini dilakukan oleh Suwarno dan Sutomo (2012).

  3. Penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2008) tentang pengembangan model sistem informasi penentuan kawasan rawan longsor sebagai masukan rencana tata ruang di Kabupaten Tegal. Model GIS penentuan kawasan longsor menganalisis beberapa data spasial dengan input data skoring dan melakukan overlay data secara sistematis sehingga menghasilkan peta tingkat kerawanan longsor dengan jumlah kriteria yang dapat ditentukan sendiri. Setelah diaplikasikan pada wilayah studi yaitu Kabupaten Tegal, maka dihasilkan peta tingkat kerawanan longsor dimana sekitar 4% lahan dari seluruh luas wilayah Kabupaten Tegal atau ± 3600 ha merupakan zona sangat rawan longsor. Dalam tahapan selajutnya, peta tersebut kemudian digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan sehingga dapat dipergunakan sebagai masukan rencana tata ruang.

  4. dimana sekitar 4% lahan dari seluruh luas wilayah Kabupaten Tegal atau ± 3600 ha merupakan zona sangat rawan longsor. Dalam tahapan selajutnya, peta tersebut kemudian digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan sehingga dapat dipergunakan sebagai masukan rencana tata ruang.