BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian - MUFLIHAH BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

  berbahasa yang diajarkan secara berkesinambungan pada jenjang pendidikan formal. Mulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi, keterampilan menulis diajarkan dari aspek yang paling sederhana hingga yang paling kompleks

  • – mengutip istilah Brown (2004: 220), mulai dari imitative writing , intensive writing, responsive writing, hingga extensive writing.

  Kebijakan pendidikan yang menetapkan pembelajaran menulis dalam kurikulum pendidikan formal menunjukkan bahwa menulis adalah keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap siswa. Penguasaan keterampilan menulis ini menjadi sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari, mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan dapat menjadi wahana bagi penyebaran gagasan atau ide secara lebih luas dalam jangkauan waktu yang tidak terbatas. Sebuah gagasan yang diungkapkan dalam bentuk tulisan masih dapat dinikmati oleh pembacanya bahkan sampai ribuan tahun setelah penulisnya wafat. Gambaran ini menunjukkan bahwa pentingnya penguasaan keterampilan menulis tidak diragukan lagi.

  Dilihat dari perspektif yang lain, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang cukup menjanjikan, baik secara akademik maupun ekonomis. Dalam dunia akademik, kemampuan menulis ini akan memudahkan seorang siswa atau mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kepenulisan seperti menulis makalah, laporan perjalanan, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Sementara itu, di luar dunia akademik, kemampuan menulis juga sangat menjanjikan secara ekonomis. Maraknya dunia pers, baik digital maupun konvensional, membutuhkan semakin banyak tulisan untuk dipublikasikan kepada para pembacanya. Tentu saja, tulisan yang dimuat akan dikonversikan dengan imbalan finansial sesuai dengan kesepakatan pihak-pihak yang terkait.

  Namun demikian, keterampilan menulis bukanlah keterampilan yang mudah untuk dikuasai. Hal ini dapat dilihat dari minimnya jumlah penulis yang ada jika dibandingkan dengan jumlah personal yang menguasai baca tulis. Selain itu, keterampilan menulis juga membutuhkan penguasaan berbagai komponen kebahasaan dengan baik. Ide atau gagasan bagus yang dimiliki oleh seseorang tidak serta merta dapat diekspresikan dalam bentuk tulisan karena menulis membutuhkan penguasaan kaidah-kaidah kebahasaan yang lebih mendalam, seperti pemakaian ejaan dan pungtuasi, struktur kalimat, kosakata, dan penyusunan paragraf.

  Jalur pendidikan formal semestinya menjadi jalur yang cukup diandalkan untuk mengembangkan keterampilan menulis. Pendidikan formal sudah selayaknya menjadi tumpuan karena di dalam lembaga formal, seperti sekolah dan universitas, terdapat sumber daya manusia yang mumpuni dalam bidang ini. Selain itu, sumber dana yang konsisten baik dari pemerintah maupun masyarakat yang telah dialokasikan untuk pendidikan di jalur formal ini sudah semestinya berkorelasi dengan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan di dalamnya, termasuk pembelajaran menulis.

  Paparan di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis memiliki signifikansi yang tinggi bagi keberhasilan seseorang dalam bidang akademik maupun ekonomi. Selain itu, peran pendidikan formal dalam mengembangkan kemampuan menulis juga sangat dibutuhkan. Sayangnya, belum ada bukti yang signifikan tentang keberhasilan lembaga pendidikan formal dalam mencetak penulis-penulis berbakat.

  Berdasarkan pengamatan peneliti, belum berhasilnya lembaga pendidikan formal dalam melahirkan penulis yang handal lebih disebabkan oleh model pembelajaran menulis di lembaga pendidikan formal yang berbasis materi dan teori. Contohnya, dalam pembelajaran menulis di sekolah siswa diajarkan tentang menulis cerpen dan dimulai dengan teori-teori tentang penulisan cerpen, mulai dari definisi, unsur-unsur instrinsik, unsur ekstrinsik, dan sebagainya. Kecenderungan sebagian besar siswa dapat menghafal teori- teori tersebut, tetapi praktik menulis yang dilakukan belum banyak menghasilkan karya tulis.

  Selain itu, hasil karya tulis siswa biasanya hanya bersifat formalitas untuk memenuhi tuntutan pembelajaran

  • – untuk memperoleh penilaian dari guru sebagai komponen nilai rapor. Tindak lanjut yang bersifat apresiatif dan motivatif jarang dijumpai dalam lembaga pendidikan formal. Idealnya, pemebelajaran menulis lebih ditujukan untuk melahirkan penulis-penulis yang produktif dan berbakat. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan kajian-
kajian terhadap pembelajaran menulis yang telah berhasil melahirkan penulis- penulis yang produktif dan kreatif.

  Dengan mempertimbangkan bahwa pendidikan non-formal maupun informal sangat besar kontribusinya terhadap keberhasilan pembelajaran menulis, sudah selayaknya model-model pembelajaran yang diterapkan dalam lembaga atau keluarga yang telah berhasil melahirkan penulis-penulis mudah berbakat dijadikan rujukan atau inspirasi untuk mengembangkan model pembelajaran di lembaga pendidikan formal. Upaya ini perlu dilakukan karena sangat sedikit siswa yang dapat mengakses lembaga non formal maupun informal yang memiliki keunggulan dalam pembelajaran menulis.

  Sementara itu, lebih sedikit lagi siswa yang hidup di lingkungan keluarga yang memiliki ketertarikan menulis. Oleh karena itu, model pembelajaran yang telah terbukti dapat meningkatkan minat dan kemampuan menulis siswa-siswinya dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan model pembelajaran menulis di lembaga pendidikan formal.

  Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, di wilayah Purwokerto terdapat sebuah lembaga pendidikan nonformal yang berupaya memberikan pembelajaran kreativitas kepada anak-anak di lingkungan sekitarnya. Salah satu bentuk kreativitas yang dikembangkan di lembaga ini adalah kreativitas bahasa. Dalam mengembangkan kreativitas bahasa ini, salah satu unsur yang dominan adalah kreativitas menulis.

  Lembaga tersebut adalah Rumah Kreatif Wadas Kelir (RKWK) yang berlokasi di Jl. Wadas Kelir, Desa Karangklesem, Kecamatan Purwokerto

  Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Lembaga nonformal ini membelajarkan anak-anak di lingkungan sekitarnya dengan mengacu kepada teori multiple intelligence (kecerdasan jamak). Jadi, selain menulis yang merupakan salah satu bagian dari kecerdasan bahasa, pengembangan- pengembangan kecerdasan yang lain pun mendapatkan porsinya masing- masing. Akan tetapi, di antara beberapa kecerdasan yang dikembangkan, kecerdasan bahasalah, dalam hal ini menulis, yang paling banyak mendapatkan perhatian dalam pembelajarannya.

  Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis dari pendiri RKWK, Heru Kurniawan, S.Pd., M.A., pemberian porsi yang cukup besar ini dilatarbelakangi oleh latar belakang pendidikan dan ketertarikan beliau terhadap keterampilan berbahasa. Selain itu, beliau juga memiliki impian, yang salah satunya adalah menjadikan lembaganya sebagai pusat pengembangan kreativitas berbahasa, khususnya menulis. Beliau menambahkan bahwa meskipun saat ini pembelajaran menulis sangat menonjol di lembaga yang didirikannya itu, pengembangan kecerdasan yang lain tetap ingin beliau maksimalkan. Namun untuk saat ini, karena SDM yang tersedia belum mendukung pengembangan kecerdasan yang lain sama baiknya dengan pengembangan kecerdasan bahasa (perbincangan dengan Heru, 30 Desember 2015).

  Jika dibandingkan dengan pembelajaran bahasa pada lembaga pendidikan formal, pembelajaran bahasa yang diterapkan oleh RKWK memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Dalam lembaga pendidikan formal, target pembelajaran yang utama adalah pencapaian standar-standar dan indikator yang telah ditetapkan dalam silabus, sedangkan di RKWK, target pembelajaran yang utama adalah pengembangan kreativitas. Oleh karena itu, para anak didiknya diarahkan dan didampingi untuk melahirkan ide-ide baru yang segar dan menarik.

  Karakteristik lain yang penulis amati dalam pembelajaran menulis di RKWK adalah fokus pembelajaran yang diarahkan pada anak-anak. Dari lebih kurang 30 siswa yang belajar di RKWK, semuanya adalah anak-anak mulai usia TK hingga SLTP. Beberapa siswa yang kini telah duduk di bangku SLTP pun telah mulai mengikuti pembelajaran di RKWK beberapa tahun yang lalu, saat mereka masih duduk di bangku SD.

  Berdasarkan penuturan Heru (10 Januari 2016), anak-anak menjadi sasaran kegiatan di RKWK karena bentuk keprihatinan beliau terhadap kondisi sebagian besar anak-anak yang seringkali hanya menghabiskan waktu di depan televisi atau play station. Selain itu, kecintaannya kepada pendidikan dan sastra, yang kemudian mengerucut kepada sastra anak, lebih menguatkan pemilihan sasaran kegiatan di RKWK, yaitu anak-anak.

  Bukti keberhasilan RKWK dalam mengembangkan kemampuan menulis anak-anak dan relawannya sudah cukup banyak dalam waktu lebih kurang 3 tahun sejak berdirinya. Setiap minggu pasti ada karya anak RKWK yang dimuat di surat kabar lokal maupun nasional dan jumlahnya sudah lebih dari 100 karya. Sementara itu, tidak terhitung karya tulis siswa yang terdokumentasikan dalam bentuk majalah dinding, buku kumpulan karya, dan dokumentasi yang lain. Selain itu, RKWK juga telah berhasil membimbing anak-anak yang belajar di sana hingga beberapa di antara mereka telah berhasil memenangi berbagai kejuaraan menulis, baca puisi, dan pidato pada tingkat sekolah, kecamatan, dan kabupaten, propinsi, bahkan tingkat nasional.

  Dua prestasi tingkat nasional yang pernah dicapai oleh anak RKWK adalah adalah terpilihnya salah satu siswa RKWK mewakili Jawa tengah untuk menghadiri konferensi penulis cilik tingkat nasional (2014) dan diraihnya gelar juara II tingkat nasional lomba penulisan surat untuk Presiden (2016).

  Berbagai capaian tersebut menjadi bukti keberhasilan RKWK dalam membelajarkan anak-anak di lingkungannya.

  Pada observasi awal yang dilakukan pada tanggal 30 November 2015, peneliti melihat keceriaan anak-anak, kegigihan para relawan, dan ketulusan pendiri RKWK dalam membelajarkan anak-anak. Anak-anak berebutan bertanya, bergelanyut di lengan relawan, memanggil-manggil Pak Heru, Sang Pendiri RKWK, dengan panggilan Pak Guru. Respon dalam bahasa daerah bercampur dengan bahasa Indonesia dari Pak Heru mengindikasikan suasana yang akrab dan hubungan yang dekat antara anak-anak, relawan, dan Sang Pendiri RKWK.

  Di dinding ruang pembelajaran, yang merupakan teras rumah yang didesain sedemikian rupa, terpajang beberapa majalah dinding dengan desain yang berwarna-warni dan mudah menarik perhatian orang yang melihatnya. Di papan stereofon ditempel karya tulis siswa berupa puisi, pantun, cerita pendek, dan lukisan. Heru menjelaskan bahwa ini adalah salah satu cara pengelola RKWK mengapresiasi karya siswa. Dengan dipajang, siswa merasa bangga karyanya dibaca orang.

  Sementara itu, di dalam rumah Heru terdapat sebuah ruang kerja khusus untuk Heru dan para relawan. Di dalam ruangan tersebut terpajang sebuah rak buku, dengan ratusan koleksi buku mulai dari buku-buku referensi akademik, buku cerita anak, dan buku-buku karya warga RKWK, komputer, printer, dan dokumen-dokumen kegiatan pembelajaran. Di dindingnya terpasang beberapa ilustrasi sampul buku produk RKWK yang telah diterbitkan. Singkatnya, suasana di ruangan ini sangat mencerminkan jiwa suka membaca dan semangat menulis dari warga RKWK.

  Berdasarkan informasi dan pengamatan tentang RKWK yang telah peneliti peroleh pada observasi awal, dapat disimpulkan bahwa lembaga ini memiliki karakteristik yang cukup unik dan menonjol di bidang kepenulisan dibandingkan dengan lembaga pendidikan informal yang lain. Oleh karena itu, peneliti ingin mengungkap lebih dalam tentang pembelajaran kreativitas menulis yang telah mampu mengantarkan anak-anak RKWK bukan hanya terampil menulis, tetapi juga berprestasi dan unggul dalam bidang kepenulisan dibandingkan dengan anak-anak lain.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan paparan dalam latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Konsep apa sajakah yang menjadi dasar pembelajaran menulis di RKWK?

  2. Bagaimanakah praktik pembelajaran menulis di RKWK?

  3. Faktor apa sajakah yang berperan dalam meningkatkan keterampilan menulis anak-anak didik RKWK?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. konsep yang menjadi dasar pembelajaran menulis di RKWK, 2. praktik pembelajaran menulis di RKWK, 3. faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan keterampilan menulis anak-anak didik RKWK.

  D. Definisi Operasional

  Untuk menghindari perbedaan persepsi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam tesis ini, peneliti menyusun definisi operasional sebagai berikut.

  1. Pembelajaran menulis berbasis pengembangan kreativitas Yang dimaksud dengan pembelajaran menulis adalah proses kegiatan menghasilkan karya berupa tulisan oleh anak-anak yang diterapkan di RKWK dengan beraneka macam strategi agar muncul ide-ide baru dari para siswanya untuk diekspresikan dalam bentuk tulisan.

  2. Rumak Kreatif Wadas Kelir (RKWK) RKWK adalah sebuah lembaga informal yang beralamat di Jl. Wadas Kelir, Desa Karang Klesem, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Lembaga ini melakukan kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan potensi anak-anak di lingkungan sekitarnya.

E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut.

  a. Bagi guru, khususnya guru bahasa Indonesia, hasil kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk mengembangkan pembelajaran menulis yang mampu melahirkan siswa yang kreatif dan produktif dalam menulis.

  b. Bagi akademisi dan peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian berikutnya, terutama yang berhubungan dengan pembelajaran menulis.

  a. Bagi masyarakat, khususnya pemerhati pendidikan anak, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan sumber inspirasi untuk membelajarkan anak-anak, mengembangkan komunitas belajar, dan merumuskan konsep-konsep baru, khususnya di bidang kepenulisan.

  b. Bagi RKWK, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refleksi dan inspirasi untuk mengembangkan model pembelajaran yang semakin kreatif dan variatif.