KEDUDUKAN ANAK DARI PERNIKAHAN DI BAWAH TANGAN (Analisis Hukum Islam dan Hukum Positif)

  

KEDUDUKAN ANAK DARI PERNIKAHAN DI BAWAH TANGAN

(Analisis Hukum Islam dan Hukum Positif)

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (S.H) Prodi Hukum Acara Peradilan dan Kekeluargaan

  Jurusan Peradilan Pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar

  Oleh:

  

ST.HARTINA ISMAILA D

NIM: 10100114006

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

  

2018

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah swt. karena berkat rahmat dan

karunia-Nya yang telah memberikan nikmat iman, nikmat Islam, dan kesempatan

waktu bagi penulis dalam menyusun skripsi ini, shalawat beserta salam senantiasa

tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabat-Nya yang telah

memberikan inspirasi kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Anak Dari Pernikahan di Bawah Tangan (Analisis Hukum Islam dan

Hukum Positif).

  Penulis menyadari masi bayak kekurangan dalam menyusun skripsi ini.

Namun dengan segala upanya yang maksimal, bantuan, dan dorongan dari

berbagai pihak, penulis dapat menyelesikan skripsi ini dengan baik.

  Terimakasi untuk ayahanda tercinta Sumaila Damang serta Ibunda tercinta

Dahliah Sampe, yang telah melahirkan, merawat dan membesarkan dengan

pengorbanan dan usaha yang keras, mulai dari mengandung hingga saat ini

dengan penuh cinta, kasih sayang, kelembutan, dan kesabaran, serta lantunan doa

yang tak henti-hentinya demi keberhasilan penulias, meskipun penulis telah

banyak mengecewakan. Seluruh keluarga besarku dan kedua kakak tercinta

St.Yasura dan St. Nasira beserta suaminya Mahyuddin, yang tak henti-hentinya

memebrikan semangat, dorongan dan dukungan materil dalam menyelesikan

skripsi ini, Selain dari itu penulis juga tidak terlepas dari bimbingan dan

dukungan, baik itu secara moril ataupun materil dari berbagai pihak. Oleh

karenanya penyusun merasa perlu mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

  

1. Prof. Dr.H. Musafir Pababbari, M.Si., Selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar.

  

2. Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., Selaku Dekan Fakultah Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  

3. Dr. H. Supardin, M.H.I., Selaku Ketua Jurusan Hukum Acara Peradilan

  dan Kekeluargaan, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  

4. Dr. Hj. Patimah,M.Ag., Selaku Sekertaris Jurusan Hukum Acara Peradilan

  dan Kekeluargaan, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  

5. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, HT, M.S., dan Dr. Musyfikah Ilyas, S.H.I,

  M.H.I., selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan kritik yang membagun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  

6. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmunya guna

meningkatkan kadar keilmuan selama penulis menempuh pendidikannya.

  

7. Seluruh teman-teman jurusan HAPK angkatan 2014 khususnya kelas

  HAPK-A yang telah memberikan begitu banyak pengalaman yang berharga selama penyusun menempuh proses perkuliahan di UIN Alauddin Makassar.

  

8. Kepada sahabat-sahabat saya khususnya The Gengs “GIRLS SQUAD”

  Nur Aimma, Rati Kusuma Intan, Hesti Junila Handayani, Dwi Juliana, Ika Irdayanti, Ratu Permata Sari, Sri Amanda Amelia, Dwi Alfiana yang selalu memberikan masukan serta motivasi yang sangat bermamfaat sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

  

9. Kepada senior-senior saya di Fakultas Syariah dan Hukum Khususnya

  Multasyam Salmah S.H yang telah banyak membantu saya selama menyusun skripsi ini.

  

10. Kepada teman rumah saya, Efrilia Rhaswika, si kembar Mastura dan

  Ruaeda yang telah memberikan masukan dan membantu saya sehingga skripsi berjalan dengan baik.

  

11. Kepada saudara laki-laki saya terhusus Najamuddin Idris yang selalu

memberikan semangat kepada penulis untuk segera menyelesikan skripsi.

  12. Kepada teman-teman Organda KKPMB Polewali Mandar,

  ILS (Independent Law Student), taman-teman PPK dan PPL yang telah meberikan ilmu yang sangat berguna.

  

13. Kepada keluarga besar dan masyarakat posko Kuliah Kerja Nyata (KKN)

  di Kec. Gantarang, Kab. Bulukumba, Desa. Padang yang telah banyak memberikan pengalaman yang bermanfaat serta dorongan terhadap penulis.

  Serta seluruh rekan-rekan yang tidak dapat ditulis satu persatu namanya terima kasih segala bantuan, kerjasama, uluran tangan yang telah diberikan dengan ikhlas hati kepada penulis selama menyelesaikan studi sehingga rampungnya skripsi ini, tak ada kata yang dapat ucapkan selain terima kasih banyak untuk semua, melalui doa dan harapan penulis semoga amal kebajikan yang telah diberikan kepada penulis memperoleh yang lebih baik oleh Allah swt. Amin.

  Samata, 27 Maret 2017 Penyusun

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii KATA PENGANTAR ................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................ vii PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... ix ABSTRAK ................................................................................................... xvii

  BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1-11 A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Fokus Penelitian dan Defenisi Oprasinal...................................... 4 C. Rumusan Masalah ....................................................................... 5 D. Kajian Pustaka ............................................................................ 6 E. Metode Penelitian ....................................................................... 8

  1. Jenis Penelitian ...................................................................... 8

  2. Pendekatan Penelitian ............................................................ 8

  3. Sumber Data .......................................................................... 9

  4. Metode Pengumpulan Data .................................................... 9

  5. Teknik Pengolahan dan Analis Data ....................................... 9

  F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.................................................. 10

  BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN ............................. 12-32 A. Perkawinan Menurut Fiqih .......................................................... 12 B. Perkawinan Menurut Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 19 Tentang Perkawinan.................................................................................. 21 C. Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam ............................. 25 vii

  D. Perkawinan di Bawah Tangan ...................................................... 29

  BAB III ANALISIS TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN ... 33-47 A. Pengertian Perkawinan di Bawah Tangan ..................................... 33 B. Keabsahan Perkawinan di Indonesia............................................. 37 C. Akibat Hukum Adanya Perkawinan di bawah Tangan................... 44 BAB IV STATUS HUKUM ANAK PERNIKAHAN DI BAWAH TANGAN . 48-68 A. Kedudukan Anak Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif ....... 48 B. Kedudukan Anak Hasil Pernikahan di Bawah Tangan .................... 59 B. Pemenuhan hak anak hasil pernikahan di bawah tanagan ................ 64 BAB V PENUTUP ........................................................................................ 72-75 A. Kesimpulan................................................................................... 72 B. Implikasi Penelitian ...................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75 viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

  1. Konsonan

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

  Alif Tidak di lambangkan Tidak dilambangkan

  ا

  ba b Be

  ب

  ta t Te

  ت

  sa s es (dengan titik di atas)

  ث

  jim j Je

  ج

  ha h Ha (dengan titk di

  ح

  bawah) kha kh Ka dan ha

  خ

  dal d De

  د

  zal z Zet (dengan titik di atas)

  ذ

  ra r Er

  ر

  zai z Zet

  ز

  sin s Es

  س

  syin sy Es dan ye

  ش

  sad s es (dengan titik di

  ص

  bawah) dad d de (dengan titik di

  ض

  bawah) ta t te (dengan titik di bawah)

  ط

  za z zet (dengan titik di

  ظ

  bawah) ‘ain ‘ Apostrop terbalik

  ع

  gain g Ge

  غ

  ix fa f Ef

  ف

  qaf q Qi

  ق

  kaf k Ka

  ك

  lam l El

  ل

  mim m Em

  م

  nun n En

  ن

  wau w We

  و

  ha h Ha

  ه

  hamzah , Apostop

  ء

  ya y Ye

  ي

  Hamzah yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberitanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( ).

  2. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri atas vocal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.

  Vokal tungggal bahasa Arab yang lambingnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut: Tanda Nama Huruf Latin Nama

  Fathah A A Kasrah i

  I Dammah u U x Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Tanda Nama Huruf Latin Nama

  Fathah dan ya ai a dan i Fathah dan wau au a dan u

  3. Maddah

  Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

  transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama

  Fathah dan alif a a dan garis di atau ya atas Kasrah dan ya i i dan garis di

  atas

  Dammah dan u u dan garis di wau atas

  4. Ta Marbutah

  Transliterasi untuk ta marbutah ada dua, yaitu: ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, yang transliterasinya adalah [t].

  Sedangkan ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun transliterasinya adalah [h]. xi

  Kalaupada kata yang berakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al-serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta

  marbutah itu transliterasinya dengan [h].

  5. Syaddah (Tasydid)

  Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan

  sebuah tanda tasydid ( ), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

  Jika huruf ي ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (ي), maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah (i).

  6. Kata Sandang Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ﻻ (alif

  lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi

  seperti biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah Maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

  7. Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop ( ) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilam bangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia xii

  Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al- Qur’an (dari al- Qur’an), sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

  9. Lafz al-Jalalah (ﷲ) Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudafilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz a-ljalalah, ditransliterasi dengan huruf [t].

  10. Huruf Kapital Walau system tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat.

  Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf Adari kata sandang xiii tersebut menggunakan huruf kapital (AL-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). xiv

  

ABSTRAK

Nama : St.Hartina Ismaila Damang Nim : 10100114006 Jurusan : Hukum Acarara Peradilan dan Kekeluargaan.

Judul : Kedudukan Anak Dari Pernikahan di Bawah Tangan (Analisis

Hukum Islam dan Hukum Positif).

  Penelitian ini menjelaskan pokok masalah kedudukan anak hasil pernikahan di bawah tangan, adapun yang menjadi sub masalah, yakni (1) bagaimana kedudukan anak menurut hukum islam dan hukum positif (2) bagaimana kedudukan anak hasil pernikahan dibawah tangan (3) bagaimana pemenuhan hak anak hasil pernikahan di bawah tangan.

  Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukun Normatif, yang sering juga disebut dengan penelitian kepustakaan (library research) yaitu usaha untuk menemukan, mengembangkan mengumpulkan data-data dari pustaka, buku-buku atau karnya tulis yang relevan dengan permasalahan yang timbul di dalam status hukum anak yang lahir dari pernikahan di bawah tangan, dimana analisis data bersifat kualitatif yaitu upanya yang dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data, memilah-milanya menjadi suatu yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang dibaca yang mudah di fahami dan di informasikan kepada orang lain.

  Hasil penelitian ini terhadap kedudukan dan hak anak dari pernikahan dibawah tangan. Menurut hukum Islam, kedudukan anak hasil pernikahn di bawah tangan sebagai mana yang termuat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) memiliki pandangan yang sama dengan Undang-Undang Perkawinan, karena

  pasal 100 KHI mengandung rumusan yang tidak berbeda dengan pasal 43 ayat (1) Undang-Undang perkawinan tahun 1974, dimana seorang anak di luar kawin hanya memiliki hubungan nasab dengan keluarga ibunya. Pasal 103 KHI asal usul hanyalah dapat di buktikan dengan akta kelahiran atau alat bukti lainnya, setelah putusan Mahkama Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 yang di keluarkan pada tanggal 7 Februari 2012 kedudukan anak dari pernikahan di bawah tangan, apabila diakuinya sebagai anak yang sah dari bapak biologisnya berarti akan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan ayah biologisnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan tegnologi dan/atau alat bukti lainnya menurut hukum mempunyai hubungan darah termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya. Mahkamah Konstitusi tidak menyebutkan akta kelahiran anak luar kawin ataupun akibat putusan tersebut terhadap akta kelahiran anak dari pernikahan di bawah tangan yang berkonsekuensi terhadap status hukum anak dan pembuktian asal usul anak dimana akta kelahiran tersebut hanya tercantum nama ibunya kerena pada saat pembuatan akta kelahiran anak tersebut masih berstatus anak luar kawin, yang hanya diakui memiliki hubungan nasab dengan ibunya.

  Implikasi dari penelitian ini, (1) Pemerintah harusnya lebih memperhatikan aturan yang mengatur masalah anak dari pernikahan di bawah tangan secara jelas (2) menghendaki adanya aturan tersendiri mengenai ketentuan yang berlaku dalam pembuatan akta kelahiran anak dari pernikahan di bawah tangan yang telah mendapat pengakuan dari ayah biologisnya agar anak tersebut tidak cenderung mendapatkan diskriminasi (3) Mengenai pemenuhan hak terhadap setiap anak sebaiknya mendapatkan perhatian, kebijakan, dan perbaikan perangkat hukum lebih lanjut untuk menyelenggarakan perundang-undangan di Indonesia dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan mewujudkan hak-hak anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada proses perkembangann manusia dimana saling membutuhkan satu

  sama lain antara pria dan wanita untuk meneruskan Keturunan dengan cara melakukan pernikahan dan perkawinan dengan tujuan mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah, menjalani kehidupan rumah tangga bukan hanya interakasi satu sama lain yang dibutuhkan tapi perlu juga adanya bukti kuat keabsahan perkawinan menurut hukum, untuk lebih menjamin timbulnya permasalahan-permasalahan yang timbul kedepannya. Permasalahan akibat tidak adanya bukti kuat keapsahan perkawinan menurut hukum sangat banyak dijumpai di Indonesia ataupun di Negara lain dan perhatian pemerintah juga tidak luput dari permasalahan menyangkut perkawinan yang tidak sah menurut hukum.

  Pernikahan merupakan bagian dari fitrah manusia, tidak memandang ras, suku bangsa, profesi, status sosial baik yang miskin atau kaya, orang yang hidup di desa maupun di kota. Seorang yang hidup dalam masyarakat hampir dipastikan tidak tertinggal dari informasi mengenai persoalan pernikahan di bawah tangan, persoalan seperti ini bukanlah hal baru diperbicangkan. Pernikahan di bawah tangan tentu saja dianggap oleh masyarakat kita yang manyoritas beragama Islam sebagai pernikahan yang sah menurut hukum Islam sepanjang atau telah memenuhi syarat sah dan rukun perkawinan. Namun menurut hukum perkawinan di Indonesia selain sah menurut agama dan kepercanyaan, suatau perkawinan akan ada kekuatan hukumnya bila dicatatkan berdasarkan peraturan Perundang- Undangan yaitu di Kantor Urusan Agama bagi pemeluk agama Islam dan Kantor Catatan Sipil bagi yang tidak beragama Islam.

  Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa:

  

1

”Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-

  masing agamanya dan kepercayaannya ” Pernikahan merupakan ikatan yang sakral karena didalam ikatan pernikahan tersebut tidak hanya terdapat ikatan lahir atau jasmani saja tetapi ada ikatan rohani yang berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa, maksudnya ialah bahwa suatu pernikahan tersebut tidak hanya ikatan lahir batin tetapi lebih dari itu yaitu suatu ikatan atau hubungan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita dengan maksud untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sesuai yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, menyebutkan bahwa:

  “perkawinan ialah ikata n lahir batin antara seorang pria dengan seorang

  wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tanggah) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.

  2 Pernikahan sendiri adalah sunah Rasulullah saw, Islam mengajarkan dan

  menganjurkan melangsungkan pernikahan, hal ini disyariatkan supaya manusia mempunyai Keturunan dan keluarga yang sah demi kehidupan bahagia dunia dan akhirat di bawa naungan cinta, kasi dan ridha Allah swt, dan dijelaskan dalam Q.S An-Nur/24: 32:

  3           

          

  Terjemahnya:

  “Dan kawinkanlah orang -orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-

  orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan 1 Pasal 2,Undang-Undang perkawinan, RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, 2 Pasal 1,Undang-Undang perkawinan, RI Nomor 1 Tahun 1974. 3 Departemen Agama RI. Al-Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Cet. 4. Bandung:

  hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian- Nya) lagi Maha mengetahui”. Maksudnya dari ayat diatas adalah hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita-wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.

  Disamping itu perkawinan sendiri akan menimbulkan kebaikan bagi pelakunya, namun tidak relevan jika pernikahan itu sengaja direncanakan dan menimbulkan kemudharatan, seperti pernikahan di bawah tangan dimana nikah di bawah tangan sendiri adalah pernikahan yang dilakukan oleh wali pihak perempuaan dengan seorang laki-laki dan disaksikan oleh dua orang saksi yang kemudian dirahasiakan, dan pernikahan ini tidak dicatatkan dalam lembaga pencatatan Negara yaitu di Kantor Urusan Agama bagi pemeluk agama Islam dan Kantor Catatan Sipil bagi yang tidak beragama Islam. Tujuan pencatatan perkawinan sendiri bertujuan untuk menjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat. Ini merupakan upaya yang dilakukan melalui Perundang-Undangan untuk melindungi martabat dan kesucian perkawinan, lebih khusus lagi untuk melindungi hak-hak perempuan dalam kehidupan berumah tangga. Dengan pencatatan perkawinan oleh pejabat yang berwenang, hak anak yang dilahirkan juga akan menjadi jelas, karena dapat diketahui siapa orang tuanya. Didalam Pasal 2 ayat (2) Undang-

  4 Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa: “Tiap -tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

  Dalam ketentuan Undang-Undang perkawinan Nomor 1 tahun 1974 pasal

  

42 menyebutkan “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai

  akibat perkawinan yang sah dan berdasarkan hasil putusan Mahkamah Konstitusi Nomor. 46/PUU/VIII/2010 yang menguji pasal 43 ayat (1) Undang Nomor. 1

  

tahun 1974 menyerbutkan “Anak yang lahir di luar perkawinan mempunyai 4 hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata

  

dengan keluarga ayahnya”. Tetapi itu hanyalah salah satu penjamin terpenuhinya

hak-hak anak hasil penikahan di bawah tangan.

  Beberapa kasus menyangkut pernikahan di bawah tangan yang menimbulkan diskriminasi pemenuhan terhadap hak yang dimiliki seorang anak seperti relasi dalam hukum keluarga, pelanyanan sosial, pendidikan, dan pencatatan kelahiran. Penjaminan hah-hak setiap anak atas perlindungan dari diskriminasi yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28B ayat (2):

  “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang

  5

  serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi” Namun dalam praktek, pemenuhan hak terhadap setiap anak cenderung gagal dalam pelaksanaannya. Pernikahan yang tidak dicatatkan menjadi penghalang karena tidak memiliki bukti-bukti pernikhan yang sah menurut Perundang-Undangan yang berlaku sebagai persyaratan dokumen formal dalam pelanyanan sosial, pelayanan pendidikan dan penerbitan akta kelahiran, hak-hak seorang anak dengan sendirinya tidak terpenuhi dan cenderung menimbulkan diskriminasi.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  1. Fokus penelitian merupakan batasan penelitian agar jelas ruang lingkup yang akan diteliti. Olehnya itu pada penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannya pada Tinjaua hukum Islam dan hukum positif terhadap kedudukan anak hasil pernikahan di bawah tangan.

  2. Deskripsi Fokus 5 Mahkam Konstitusi RI, UUD Negara RI Tahun 1945; UU Tentang Mahkamah

  

Konstitusi, (Cet. 5; Jakarta, Kepanitraan Dan Sekertaris Jenral Mahkamah Konstitusi RI, 2015),

  Sktipsi ini berjudul “ Analis Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap

  Kedudukan Anak Hasil Pernikahan di Bawah Tangan”. Untuk menghindari kekeliruan dalam pemahaman judul skripsi ini maka penulis mencoba mengemukakan beberapa deskripsi fokus yang akan di bahas agar sasaran yang di inginkan dapat tercapai lebih jelas dan arus membahasnya harus terarah.

  Adapun deskripsi fokus:

  a. Hukum Islam adalah seperangkat kaidah-kaidah hukum yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan sunnah Rasul yang diakui dan diyakini mengikat bagi semua pemeluk Agama Islam.

  b. Hukum positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis yang pada saat ini sedang berlaku yang mengikat secara universal dan di tegakkan melalui pemerintah atau pengadilan dalam Negara Indonesia.

  c. Kedudukan anak hasil pernikahan di bawah tangan adalah keadaan yang dianggap secara resmi terhadap anak keturunan atau orang yang dilahirkan hasil dari sebuah perkawinan yang tidak di catat oleh Pegawai Pencatat Nikah.

  C. Rumusan Masalah

  Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis akan menarik suatu rumusan pokok masalah yang timbul adalah kedudukan anak hasil pernikahan di bawah tangan, adapun sub masalahnya dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana kedudukan anak menurut hukum islam dan hukum positif?;

  2. Bagaimana kedudukan anak hasil pernikahan di bawah tangan?; 3. Bagaimana pemenuhan hak anak hasil pernikahan di bawah tangan?.

  D. Kajian Pustaka

  Dalam pembahasan skripsi ini, penulis memiliki beberapa referensi dalam

  

upayah member pemahaman dan penegasan pembahasan mengenai “status hukum anak yang lahir dari perkawinan di bawah tangan dalam kaitanya dengan pemenuhan hak menurut hukum Islam dan peraturan Perundang-Undangan di Indonesia. Adapun buku yang menjadi rujukan dalam pembuatan skripsi ini, yaini sebagai berikut:

  1. Prof. Dr. Abdul Rahman Ghozali, M.A. 2010. Fiqh Munakahat. Didalam buku ini menjelaskan tentang pengertian perkawinan, prinsip-prinsip perkawinan, akad dan larangan perkawinan.

  2. Prof. H. Mohammad Daud Ali S.H. Hukum Islam dan Peradilan Agama.

  Didalam buku ini membahas berbagai problem dan nuansa hukum Islam terkait tentang peraturan perkawinan di Indonesia.

  3. Prof. Dr. H.M.A. Tihami, M.A., M.M. dan Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H. Fikih Munakahat, (Kajian fiqih nikah lengkap), didalam buku ini membahas masalah pernikahan secara terperinci baik itu sebelum akad nikah sampai bubarnya sebuah rumah tangga dan dalam buku ini pula dibahas juga beberapa kasus aktual seperti pernikahan di bawah tangan.

  4. Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, M.A, Hukum Perdata Islam di Indonesi. Di dalam buku ini membahas tentang peraturan-peraturan mengenai perkawinan, seperti pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinan, sebagai bukti otentik atas perbuatan hukum yang dilakukan.

  5. Drs. M. Thahir Maloko, M.H.I, Dinamika Hukum Dalam Perkawinan, didalam buku ini terdapat penjelasan tentang dampak dari sebuah pernikahan di bawah tangan, baik terhadap perempuan dan anak yang dihasilkan.

  6. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A. Hukum Perdata Islam di Indonesia, didalam buku ini membahas beberapa aturan-aturan tentang pernikahan baik itu menyangkut pencatatan perkawinan dan hak-hak.

  7. Prof. Dr. Jaih Mubarok S.H.,M. Ag. Pembaharuan Hukum Perkawinan di Indonesia, di dalam buku ini di uraikan gagasan, peraturan perundang- undangan, fatwa, keputusan dan masalah-masalah Undang-Undang perkawinan seperi hukum yang berkaitan dengan pernikahan di bawah tangan.

  8. Dr. Munir Fuadih, S.H, M.H., LL.M. Konsep Hukum Perdata, dalam buku ini membahas tentang perkawinan yang dinyatakan sah secara hukum dan dapat menimbulkan akibat hukum yang erat kaitannya dengan skripsi ini.

  9. Prof.Dr. H. Said Agil Husein Al-Munawar, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, di dalam buku ini membahas masalah pernikahan di bawah tangan yang meliputi contoh kasus, putusan dan aspek tujuan hukunya yang dalam kajian hukum Islam.

  10. Prof. Dr.H Abdul Maman, SH., S.IP., M.Hum. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, dalam buku ini membahas beragam maslah perdata yang dikaji secara logis dan sistematis dengan memadukan teori dan praktek, yang menjadi pembahasan pertama, pelaksanaan Undang- Undang Perkawinan (pencatatan perkawinan, tatacara perkawinan, akta perkawinan, tatacara percerainyan dan perkara lainnya), kedua, problematika nikah fasid (pernikahan yang tidak memenuhi syarat-syarat sah untuk melaksanakan pernikahan) ke tiga, masalah pengakuan anak dalam hukum Islam (anak sah, anak diluar kawin, pengakuan/pengesahan anak dan masalah pengakuan anak lainnya) dan beragam maslah lainnya yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama di Indonesia.

E. Metodologi Penelitian

  1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukun Normatif, yang sering juga disebut dengan penelitian kepustakaan (library research) yaitu usaha untuk menemukan, mengembangkan mengumpulkan data-data dari pustaka, buku-buku atau karya tulis yang relevan dengan masalah yang diteliti yang mana analis data bersifat kualitatif yaitu upanya yang dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data, memilah-milanya menjadi suatu yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang dibaca dan mudah difahami dan di informasihkan kepada orang lain.

  2. pendekatan penelitian Adapun metode pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pendekatan Syar’i, yaitu pende katan yang menelusuri pendekatan syariat Islam seperti Al- Qur’an dan hadis yang relevan dengan masalah yang dibahas.

  b. Pendekatan legalitas formal adalah Landasan hukum, yaitu pendekatan yang merujuk pada perangkat perundang-undangan yang mengatur

  

6

tentang masalah yang dibahas.

6 Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002)

  3. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data sekunder yang digunakan yaitu studi kepustakaan dengan mengumpulkan data dan mempelajari sejumlah literatur, seperti Al- Qur’an dan Hadist, peraturan Perundang-Undangan, Kompilasi Hukum Islam (KHI), buku-buku, jurnal-jurnal, dan literatur lainnya.

  4. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data merupakan hal yang utama karena untuk mendapatkan data yang akurat. Selain itu, tanpa metode pengumpulan data peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diharapkan. Maka dari itu penulis melakukan penelitian dengan melalui liberary research yaitu mengumpulkan data-data melalui bacaan dan literatur- literatur yang ada kaitannya dengan pembahasan penulis.

  5. Teknik Pengolahan dan Analis Data

  a. Teknik pengolahan data yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini yaitu menemukan pembahasan yang di inginkan, penulis mengolah data yang ada untuk selanjutnya diinterpretasikan ke dalam konsep yang bisa mendukung sasaran dan objek pembahasan.

  b. Metode Analisis Agar data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan yang akurat, maka penulis menggunakan metode pengelolaan dan analisis data dengan cara kualitatif yaitu dengan mengambil data hasil teknik pengumpulan data kemudian dilakukan klarifikasi dan pengelompokan data yang sesuai dengan permasalahan yang ingin dikaji. Adapun data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diolah dan di analisa dengan menggunakan metode pengelolaan dan analisis data, pada metode ini, penulis menggunakan dua macam metode, yaitu:

  1) Metode Deduktif, yaitu penulis menggunakan rumusan atau ketentuan yang bersifat umum untuk hal-hal yang bersifat khusus, misalnya dari suatu ayat atau dalil lainnya yang pada dhahirnya bersifat umum, kemudian penulis menggunakannya untuk hal-hal yang bersifat khusus. 2) Metode Induktif, yaitu suatu metode yang penulis gunakan dengan jalan meninjau beberapa hal yang bersifat khusus kemudian diterapkan atau dialihkan kepada sesuatu yang bersifat umum. Seluruh data yang berhasil diperoleh atau yang telah berhasil dikumpulkan selama proses penelitian dari data sekunder dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menuliskan, menjelaskan, dan memaparkan permasalahan yang timbul di dalam status hukum anak yang lahir dari perkawinan di bawah tangan menurut Undang-undang dan hukum Islam dalam kaitannya dengan diskriminasi. Guna memperoleh gambaran yang dapat dipahami secara jelas dan terarah untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian skripsi ini yaitu bagaimana penulis berupaya mengungkapkan masalah yang tercantum dalam rumusan masalah skripsi ini yaitu:

  a. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak menurut hukum islam dan hukum positif.

  b. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak hasil di bawa tangan.

  c. Untuk mengetahui bagaimana hak anak hasil pernikahan di bawah tangan.

  2. Kegunaan Penelitian a. Dengan adanya kajian ini dapat memberikan informasih terhadap dampak status hukum anak yang lahir dari perkawinan di bawah tangan.

  b. Dengan adanya kajian ini dapat menambah wawasan keilmuan kkhususnya dalam bidang hukum perkawinan.

  c. Dengan adanya kajian ini penulis berharap mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai literatur dan dorongan untuk mengkaji masalah tersebut lebih lanjut.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. Perkawinan Menurut Fiqih Perkawinan sendiri merupakan sunnahtullah yang umum dan berlaku pada

  1

  semua mahluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Dan merupakan tujuan syariat yang dibawah Rasulullah saw yaitu penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrowi, dengan pengamatan sepintas, lalu dalam batang tubuh ajaran fiqih dapat dilihat adanya empat garis dari penataan itu yakni:

  1. Rub’al -ibadat yaitu menata hubungan manusia selaku mahluk dengan khaliknya.

  2. Rub’al -muamalat yaitu menata hubungan manusia dalam lalu lintas pergaulannya dengan sesamanya untuk memenuhui hajat hidupnya sehari- hari.

  3. Rub al-munakahat yaitu menata hubungan manusia dalam lingkungan keluarga.

  4. Rub’ al -jinayat yaitu menata pengamanannya dalam suatu tertip pergaulan

  

2

yang menjamin ketentramannya.

  Pernikahan sendiri dianggap telah sah dalam Islam jika dilangsungkan sesuai rukun dan syarat perkawinan dan dalam perkembangannnya ada beberapa macam pernikah yang di kenal dalam masyarakat yaitu:

1 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakad: kajian fikih nikah lengkap, (Cet. 4; Jakarta:

  Rajawali Pers, 2014), h.6 2

  1. Pernikahan di bawah tangan yaitu pernikahan yang tidak dicatatkan dalam lembaga pencatatan Negara yaitu di Kantor Urusan Agama bagi pemeluk Agama Islam dan Kantor Catatan Sipil bagi yang tidak beragama Islam.

  2. Nikah mut ’ ah yaitu nikah dengan batasan waktu tertentu.

  3

  3. Poligami yaitu perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari seorang perempuan dalam waktu yang bersamaan.

  4

  1. Pengertian Perkawinan Secara etimologi kata nikah (kawin) mempunyai beberapa arti yaitu berkumpul, bersatu, bersetubuh, dan akad. Pada hakikatnya makna nikah adalah persetubuhan. Kemudian secara majaz diartikan aqad, karena termauk pengikatan sebab akibat.

5 Adapun pengertian perkawinan menurut Empat Mazhab fiqih

  sebagai berikut:

  6

  a. Abu Hanifah Secara termnologi pernikahan adalah “aqad yang dikukuhkan untuk memperoleh kenikmatan dari seorang wanita, yang dilakukan dengan sengaja.

  Pengukuhan yang dimaksud disini adalah suatu pengukuhan yang sesuai dengan

  

ketetapan pembuat syari’ah bukan sekedar pengukuhan yang dilakukan ol eh dua

  orang yang saling membuat akad (perjanjian) yang bertujuan hanya sekedar untuk mendapatkan kenikmatan semata.

  3 Syaikh Kamil Muhammad Uaidah, Fiqhi Wanita (Cet. 1; Jakarta: Alkautsar, 1998), h.404 4 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakad: kajian fikih nikah lengkap, h.352 5 Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia (Cet. 1; Jakarta: Kencana, `2016), h.23 6 M. Ali Hasan, pedoman hidup berumah tangga dalm Islam (Cet. 2. Jakarta: Siraja b. Imam Malik Pernikahan a dalah “aqad yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan dari wanita. Dengan aqad tersebut seseorang akan terhindar dari perbuatan haram

  (zinah)

  c. Imam Syafi’

  I Pernikahan adalah aqad yang menjamin diperbolehkanya persetubuhan.

  d. Imam Hambali Pernikahan adalah aqad yang di dalamnya terdapat lafazh pernikahan secara jelas agar diperbolehkan bercampur.

  Inti pokok perkawinan dari defenisi yang tertera diatas adalah aqad (perjanjian) yaitu serah terima antara orang tua calon mempelai wanita dengan calon mempelai pria, penyerahan dan penerimaan tanggung jawab dalam arti yang luas disamping penghalalan bercampur antara keduanya sebagi suami istri, telah terjadi setelah akad nikah.

  Menurut Sayuti Thalib, perkawinan adalah perjanjian suci untuk membentuk keluarga antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Perkawinan harus dilihat dari tiga segi pandang, yaitu:

  7

  a. Perkawinan dilihat dari segi hukum yaitu perkawinan merupakan suatu perjanjian karena, (1) cara mengadakan ikatan telah diatur terlebih dahulu yaitu dengan akad nikah dan dengan rukun dan syarat tertentu, (2) Cara menguraikan atau memutuskan ikatan perjanjian telah diatur, yaitu dengan prosedur talak, kemungkinan fasakh, syikaq dan sebagainya.

  b. Perkawinan dilihat dari segi sosial, dalam masyarakat setiap bangsa, ditemui suatu penilaian yang umum, ialah bahwa orang yang 7 berkeluarga mempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari mereka yang tidak kawin.

  c. Perkawinan dilihat dari segi Agama, pandangan perkawinan darisegi agama, perkawinan itu dianggap suatu lembaga yang suci dimana upacara perkawinan adalah upacara yang suci, kedua mempelai dijadikan sebagai suami istri atau saling meminta pasangan hidupnya dengan menggunakan nama Allah.

  2. Tujuan Perkawinan Menurut ajaran agam Islam, tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga dengan maksud melanjutkan Keturunan serta mengusahakan agar dalam

  8 rumah tannga dapat diciptakan ketenangan berdasarkan cinta dan kasi sayang.

  Imam Al-Ghazali dalam Ihyanya tentang faedah melangsungkan perkawinan,

  9

  maka tujuan perkawinan itu dapat dikembangkan menjadi lima yaitu:

  a. Mendapat dan melangsungkan Keturunan Naluri manusia mempunyai kecenderungan untuk mempunyai Keturunan yang sah keabsahannya anak Keturunan yang diakui oleh dirinya sendiri, masyarakat Negara dan kebenaran keyakinan Agama Islam member jalan untuk itu. Begitu pentingnya masalah Keturunan, Allah menyebutkan ucapan lidah hamba-Nya dengan firman dalam QS Al-Furqan/25: 74:

                 8 Terjemahnya:

  Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Cet. 2; jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2002), h. 27. 9

  “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada

  Kami isteri-isteri Kami dan Keturunan Kami sebagai penyenang hati

  10 (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang- orang yang bertakwa”.

  b. Penyalur syahwat dan penumpahan kasih sanyang berdasarkan tanggung jawab. Sudah menjadi kodrat iradah Allah swt, manusia diciptakan berjodoh- jodoh dan diciptakan oleh Allah swt mempunyai keinginan untuk berhubungan

  11

  antara pria dan wanita. Allah menuliskan pria dan wanita bagaikan pakainyan artinya yang satu memerlukan yang lain Di dalam firma-Nya QS Al-Baqarah/2: 187.

  

              

           

...       

  Terjemahnya:

  “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan

  isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af

  12 kepadamu”.

  Disamping perkawinan untuk pengaturan naluri seksual juga untuk menyalurkan cinta dan kasih sanyang di kalangan pria dan wanita secara harmonis dan bertanggung jawab. 10

  c. Memelihara diri dari kerusakan 11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 367 12 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h. 27