Dinasti Thahiriyyah di Khusaran 205-259 H/ 820-872 M (Suatu Kajian Tentang Peranannnya dalam Perkembangan Peradaban Islam) - Repositori UIN Alauddin Makassar

  DINASTI THAHIRIYYAH DI KHURASAN 205-259 H / 820-872 M (Suatu Kajian Tentang Peranannya Dalam Perkembangan Peradaban Islam) SKRIPSI

Di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Humaniora Jurusan

Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora

  

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NAMA : FAIZAH SYUKRI

NIM : 40200110008

  

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2016

  Kata Pengantar Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

  Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Puji Syukur yang tiada henti-hentinya kita haturkan atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-NYA yang selalu dilimpahkan kepada kita semua ummatnya, berupa kesempatan, umur yang panjang serta kesehatan. Nikmat dan karunia tersebut pulalah yang patut saya haturkan karena diberi kesempatan serta kekuatan dalam penyelesaian skripsi yang berjudul Dinasti Thahiriyyah di Khurasan (Suatu kajian tentang Peranan Perkembangannya Terhadap Peradaban Islam) 205-259 H / 820-872 M ” . Skripsi ini merupakan salah satu syarat utama yang harus dipenuhi oleh penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Alauddin Makassar.

  Penulis menyadari betul bahwa seorang manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan serta kekeliruan baik itu disengaja maupun tidak. Sama halnya dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tentunya masih banyak kekurangan yang membutuhkan koreksi dari pembaca nantinya. Penulisan skripsi ini dijadikan penulis sebagai langkah awal untuk mengukur kemampuan sekaligus pacuan untuk menghasilkan karya-karya tulis yang lebih baik kedepannya. Dalam pengerjaan skripsi ini mulai dari awal hingga selesai, penulis mengambil suatu pelajaran yang sangat berarti yakni pelajaran hidup dimana seorang manusia tidk boleh memandang remeh suatu pekerjaan. Membayangkan dan melakukan adalah sesuatu hal yang sangat berbeda jauh. Pada awalnya penulis menganggap mudah mengerjakan suatu penulisan skripsi, akan tetapi saat mulai terjun langsung dalam penulisan ternyata sangat jauh dari bayangan penulis sendiri. Dibutuhkan suatu motifasi, bekal pengatahuan, keuletan dan kerja keras, serta tentunya bantuan dari orang lain dalam hal ini teman ataupun pembimbing. Penulis merasa sangat beruntung mendapat pembimbing seperti Bapak Dr. Wahyuddin G, M.Ag dan

  

Drs. Abu Haif M.Hum, yang tidak pernah membiarkan penulis berlalai-lalai

  dalam pencarian sumber maupun penulisan, serta selalu memberikan solusi dan pemecahan dalam setiap masalah yang dihadapi penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Dengan segala kejujuran, tampa bantuan dan bimbingan beliau berdua, penulis yakin akan mengalami kesusahan yang begitu berat dalam pengerjaan skripsi ini. Olehnya itu dengan segenap curahan hati yang sangat tulus, penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besar-nya kepada beliau berdua atas kesediaan untuk membimbing penulis.

  Dalam kesempatan ini pula penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua penulis, (Alamarhuma) Ibunda

  

Nuriyati dan Ayahanda Drs. H. Syukri Basondeng, atas segala pengorbanan

  untuk memenuhi keperluan penulis. Atas segala cinta dan kasih sayang yang tidak pernah berubah beliau berikan sejak penulis dilahirkan hingga saat ini. Atas segala kesedihan dan cucuran air mata jika penulis mengalami kesusahan maupun kesakitan. Atas pengertian, kepercayaan, serta kesebaran dalam mendidik penulis.

  Atas segala do’a tulus yang beliau panjatkan kepada Allah SWT disetiap sujudnya untuk keselamatan dan kebaikan penulis.

  Rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari M.SI selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar beserta para Wakil Rektor dan jajarannya.

  2. Bapak Dr. H. Barsihannor,M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar beserta para Wakil Dekan dan jajarannya

  3. Bapak Drs, Rahmat M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar beserta seluruh staf pengajar yang telah memberikan bantuan, bimbingan, serta ilmu yang telah ditransfer pada penulis sejak pertama kali duduk di bangku kuliah sampai penyelesaian studi.

  4. Ucapan terima kasih yang amat mendalam buat yang tercinta Kamil

  Adil, S.S atas waktu yang disisihkan untuk menemani penulis dalam

  meniti keseharian. Juga atas bantuan, dan motifasi pada penulis dalam penyelesaian studi, termasuk pengerjaan skripsi ini.

  5. Kanda-kanda senior yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selama ini banyak memberi bantuan, arahan, serta motivasi bagi penulis.

  6. Saudara(i)ku Himaski 010; Arni Bahar S.Hum, Apriani Kartini S.Hum, Darmawati S.Hum, Nurhidayat S. Hum, Rian Firdaus S.Hum, Muh. Rizal S.Hum, Zulkifli S.Hum, Muh. Efendi S.Hum, wawan Hermawan S.Hum, Haeral S.Hum, Keseharian penuh warna yang kita lalui bersama menyisahkan kesan yang begitu melekat dalam hati.

  Kerendahan dan keihlasan hati teman-teman yang mau saling menerima karakter yang berbeda diantara kita serta kemuliaan hati teman-teman untuk saling mengisi kekurangan adalah bukti bagaimana persaudaraan dan kesolidaritasan yang begitu erat telah terjalin dalam keluarga kecil yang sering kita beri istilah “HIMASKI 010 ”. Arti hadirmu dalam hidupku membawa mimpi indah yang tak akan pernah terlupakan.

  7. Seluruh Keluarga Besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan moril maupun materil kepada penulis. Semoga bantuan yang telah diterima oleh penulis dari berbagai pihak, dapat balasan amal dari Allah SWT. Yang terakhir, penulis ingin sampaikan, semoga karya tulis ini dapat diterima dan menjadi referensi tambahan dalam pemngembangan ilmu di Jurusan Ilmu Sejarah pada khususnya.

  Gowa-Samata, 06 Maret 2016 Penulis

  vii

DAFTAR ISI

Halaman

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................... .. i

PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii

ABSTRAK .............................................................................................................. ix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 11 C. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 11 D. Kajian Pustaka .................................................................................... 11 E. Metodologi Penelitian ......................................................................... 13 F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 15 BAB II SEJARAH BERDIRINYA DINASTI THAHIRIYYAH A. Proses Berdirinya Dinasti Thahiriyyah ............................................... 16 B. Sistem Suksesi Kepemimpinan Dinasti Thahiriyyah .......................... 21 C. Sistem Politik Dinasti Thahiriyyah ..................................................... 31

BAB III SITUASI PEMERINTAHAN DINASTI THAHIRIYYAH DAN

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM A. Aktivitas Pemerintahan dan Ekonomi ................................................ 40 B. Aktivitas Pembagunan ........................................................................ 47 C. Aktivitas Keagamaan .......................................................................... 50 D. Aktivitas Itelektual .............................................................................. 55

  viii

  BAB IV FAKTOR – FAKTOR YANG MENDUKUNG MAJUNYA PERADABAN ISLAM A. Dukungan Para Penguasa Terhadap Perkembangan Peradaban Islam

  .............................................................................................................. 62

  B. Memperkuat dan Menjalin Keharmonisan antar Etnis ....................... 74

  C. Adanya hubungan Diplomasi dengan Dinasti – Dinasti Islam ........... 77

  BABV PENUTUP

  A. Kesimpulan ......................................................................................... 82

  B. Saran ................................................................................................... 84

  

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 85

LAMPIRAN – LAMPIRAN .................................................................................. 88

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... 95

  

Abstrak

NAMA: FAIZAH SYUKRI, NIM: 40200110008. Jika membaca dan

  mengamati sejarah kemunculan, perkembangan, hingga hancurnya sebuah dinasti dalam sejarah Islam sungguh sangat menarik. Ada banyak dinasti yang bermunculan dalam Islam, satu diantaranya yang sangat berpengaruh dalam sejarah perpolitikan Islam hingga membawa Islam mencapai puncak keemasaannya adalah dinasti Thahiriyyah di Khurasan. Pada masa inilah Islam dikenal kaya akan khazanah keilmuan yang bermutu tinggi hingga menjadikan Eropa saat ini mencapai kemajuannya. Dengan berdirinya dinasti Thahiriyyah, perkembangan intelektual mengalami perkembangan yang cukup berarti. Ini terbukti dengan munculnya tokoh-tokoh intelektual pada bidangnya, baik itu dalam bidang ilmu sastra, ilmu filsafat dan kedokteran maupun dalam bidang hukum dan politik. Sebagian periodisasi Daulah Abbasiyah dapat dikategorikan kepada dua periode. Periode pertama berlangsung sejak masa Khalifah al- Ma’mun hingga masa Khalifah al-Mutawakkil, berlangsung kurang dari satu abad lebih 861 M.). Periode ini merupakan periode dominasi oleh Thahir ibn Husain – (813 dalam pemerintahan daulah tersebut yang ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang dicapainya, baik dalam kebudayaan, khususnya ilmu pengetahuan maupun politik.

  

Kata Kunci : Sejarah, Perkembangan Politik, Dinasti Thahiriyyah di Khurasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang dibawah oleh Rasulullah Saw dan disebarkan

  1

  di Jazirah Arab yang diawali dengan sembunyi-sembunyi. Setelah pengikut agama Islam telah banyak dari keluarga terdekat Nabi dan sahabat maka turun perintah Allah untuk menyebarkan Islam secara terang-terangan. Namun dalam penyebarannya tidak berjalan mulus, Rasulullah dalam menyebarkan Islam mendapatkan tantangan dari suku Quraisy. Islam disebarkan dan dipertahankan dengan harta dan jiwa oleh para penganutnya yang setia

  2 membela Islam meski harus dengan pertumpahan darah dalam peperangan.

  Setelah Rasulullah wafat, kepemimpinan Islam dipegang oleh Khulafaur Rasyidin. Pada perkembangannya Islam mengalami banyak kemajuan. Islam telah disebarkan secara meluas keseluruh wilayah Arab. Pada masa Khulafaur Rasyidin al-Quran telah dibukukan dalam bentuk mushaf yang dikenal dengan Mushaf Utsmani.

1 Jazirah Arab merupakan padang pasir Sahara yang terletak di tengah dan memiliki keadaan dan sifat

  

yang berbeda – beda sehingga di bagi menjadi tiga bagian 1. Sahara langit memanjang 2. Sahara yang

2 membentang dan Sahara Harrat, suatu daerah yang terdiri dari tanah liat.

  Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2010),h.11

  Dengan demikian, pasca Nabi Saw, ajaran Islam tersebar luas di seluruh pelosok dunia melalui jalan penetration pacifique sesuai dengan prinsip dalam al- Qur’an; “ sebagai mana Allah berfirman dalam QS Al-

3 Baqarah/2 : 256 yaitu:

  Terjemahan: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat, barang siapa ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.

  Allah Maha Mendengar Maha Mengetahui.

  Demi menegakkan ajaran tauhid dan memberikan keadilan kepada masyarakat yang tertindas oleh sesama masyarakat maupun oleh penguasa, Islam tampil sebagai penyelamat masyarakat. Ajaran tersebut selalu dipegang teguh oleh para mubalig, dai, dan para penakluk Islam dengan semboyan Islam yang mengajarkan. Meskipun Islam telah berkembang, namun juga banyak mendapat tantangan dari luar dan dalam Islam sendiri. Seperti pada masa Khalifah 3 Ali bin Abi Thalib ia menghadapi banyank pergolakan. Tidak ada masa sedikit . Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahan (Cet. Bandung: Ponegoro,2004), h.42. pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah , Ali memecat para gubenur yang di angkat oleh Usman dimana

  4

  banyak terjadi pemberontakan di daerah hingga peperangan. Salah satu perang dimasa Ali bin Abi Thalib ialah peperangan Muawiyah dengan khalifah Ali bin

  5 Abi Thalib yang menghasilkan abitrase (tahkim) sehingga Muawiyah

  menggantikan posisi Ali bin Abi Thalib. Dampak yang ditimbulkan dari abitrase ini adalah pengikut dari Ali bin Abi Thalib ingin membunuh Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah karena dianggap telah kafir dan halal di bunuh. Dalam rencana

  6 pembunuhan ini, hanya Ali bin Abi Thalib yang berhasil dibunuh.

  • – Bersamaan dengan hal itu, kebijaksanaan kebijaksanaan Ali juga

  mengakibatkan timbulknya perlawanan dari gubenur di Damaskus,

  

Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa

  kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan

  7 pemberontakan Zubair, Thalhah, dan Aisyah.

  Dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang unggul, dalam kurun waktu dua tahun lebih Abu Bakar berhasil menyatukan seluruh Jazirah 8 Arab kembali seperti zaman Nabi Muhammad Saw . Karena keberhasilannya menyelamatkan Islam dari kehancuran yang nyaris total pasca wafatnya Nabi

  4 5 Badri Yatim, . h. 39 6 Abitrase adSalah orang – orang yang keluar dari barisan Ali ( golongan ketiga al- Khawarij. 7 Ali bin Ali Thalib terbunuh pada tanggal 20 Ramadhan 40 H /660 M oleh seorang anggota Khawarij. 8 Badri Yatim,h. 40 Muahammad Ali, Early Caliphate (Lahore: The Civil & Military Gazette Ltd., 1932), h.51-52.

  Muhammad, maka ia diberi gelar Abu Bakar is the savior of Islam after 9 Prophet Muhammad ( Sang Penyelamat Islam setelah Rasulullah wafat).

  Setelah pemerintahan Dinasti Umayyah, digantikan oleh pemerintahan dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua dalam sejarah pemerintahan umat Islam. Abbasiyah dinisbatkan kepada al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw, Berdirinya dinasti ini sebagai bentuk dukungan terhadap pandangan yang diserukan oleh Bani Hasyim setelah wafatnya Rasulullah Saw. yaitu menyandarkan khilafah kepada keluarga Rasul dan kerabatnya.Yang dimaksud dengan sejarah Islam di kawasan kebudayaan Arab adalah kegiatan umat Islam yang berda di kawasan Arab meliputi kawasan Timur Tengah. Kawasan ini sangat penting untuk diketahui, di samping dari sanalah muncul agama Islam yang pertama kali memakai bahasa Arab, juga karena wilayah tersebut merupakan jantung dunia.

  Kondisi pada masa Bani Abbas telah memungkinkan untuk melaksanakan hal tersebut, mengingat bahasa Arab telah mencapai taraf kesempurnaan. Huruf Arab, tanda baca, Harakat pembendaharaan kata telah lengkap. Tata bahasanya telah mantap. Industri kertas sebagaimana yang dibuat oleh China, telah dapat diusahakan pada masa harun al-Rasyid. Dengan demikian kertas yang berlimpah telah ikut memacu perkembangan.

  Kemantapan dalam bidang politik memungkinkan ekonomi berkembang dengan pesat pembangunan disegala bidang, baik pertahanan ataupun industri

9 Reza-i- Karim, Arab Jatir Itihash (Dhaka: Bangla Academy, 1972), h. 108.

  dan perdagangan, meningkatkan luar biasa sehingga dana yang meningkat dan

  10 melimpah ruah itu menunjang pengembangan ilmu.

  Pada tahun 820 sebagai hadiah dan balas jasa atas dukungan Tahir dalam perang saudara, Khalifah mengangkat Tahir menjadi kepala wilayah Khurasan, yang berpusat di Merv. Atas namanya Dinasti Thahiriyyah dinamakan. Sesampai di sana Tahir memberontak, dua tahun kemudian ia menghapuskan tradisi baca nama khalifah dalam khutbah jumat. Turunan Tahir terkenal dengan Thahiriyyah. Mereka memindahkan ibu kota ke

  11 Nishapur. Mereka menguasai perbatasan India, sampai 872 M. Pada masa

  Khalifah Usman ibn Affan, Khalifah III, al-Khulafa al-Rasyidun merebut Merv, ibu kota Persia, setelah jatuhnya ibu kota legendaris, al-Madain, semasa Umar I kemudian menjadi ibu kota Khurasan. Kerajaan Persia yang kuat dan megah yang berdiri selama dua belas abad pun berakhir dan tidak dapat

  12 sepenuhnya bangkit kembali selama 800 tahun.

  Pada awal kekuasaan Khalifah Usman peta Islam meluas ke jantung Asia Tengah. Kota dan wilayah yang ditaklukkan pada masanya ialah Balakh, Turkistan, Herat, Kabul, Ghazni, dan hampir seluruh wilayah Khurasan, termasuk Nishapur, Tush, dan Merv. Tentara Khalifah menghadapi tentara Raja Persia, Yazdegird (w. 32 H), yang bersatu dengan tentara Turki di 10 Azarbaijan. Akhirnya sebagian besar wilayah Asia Tengah jatuh ke tangan 11 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta:Kencana,2011,h. 56-57

Abdul Karim, Islam di Asia Tengah (Sejarah Dinasti Mongol- Islam), Yogyakarta: Bagaskara, 2006, h

12 20-21.

  

Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Selamat Riyadi (Jakarta: Serambi, 2005), h. 197-198. Islam yang kedua kali. Wilayah terakhir dan wilayah Ma Wara al-Nahr (Seberang Sungai Oxo/Oxus) bahkan ditaklukkan pada masa Usman. Perlu dicatat bahwa rakyat setempat berduyun-duyun masuk Islam setelah mereka mendengar bahwa keadilan Islam telah diterapkan di seluruh Persia dan

  13

  sekitarnya secara merata. Dengan berdirinya dinasti Thahiriyyah, perkembangan intelektual mengalami perkembangan yang cukup berarti. Ini terbukti dengan munculnya tokoh-tokoh intelektual pada bidangnya, baik itu dalam bidang ilmu sastra, ilmu filsafat dan kedokteran maupun dalam bidang

  14 hukum dan politik.

  Tumbuhnya dinasti-dinasti yang memisahkan diri dari kekuasaan perintahan pusat di Baghdad, tidak terlepas dari persaingan kekuasaan antara bani Hasyim dan Bani Umayah dan muncul Bani Ali, yang merupakan

  15

  pecahan dari Bani Hasyim. Perpecahan dan tersebarnya kekuasaan tersebut,di satu segi dipandang sebagai suatu kemunduran dan perpecahan, namun di segi lain, dipandang membawa kecenderungan bagi kemungkinan persaingan di antara dinasti-dinasti. Seperti persaingan antara Baghdad yang Abbasiyah dengan Cordova yang dijadikan tempat Umawiyah II dalam memajukan Ilmu Pengetahuan. Dilihat dari segi ini barangkali tidak salah kalau dikatakan merupakan penyumbang dan sekaligus pemacu tersendiri bagi

  13 14 Ali, Early, , h. 204-205.

  

Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2010, h 118. Lihat pula, 15 Badri Yatim,. h.52 Syed Mahmudunnaseer. Islam Its Consept and History. (New Delhi: Kitab Bavhan, 1980) h 200. perkembangan di bidang kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan dalam alam

16 Islami.

  Dinasti-dinasti kecil ini sebenarnya tidak melepaskan diri secara total

  17

  dari Baghdad. Bahkan, kerja sama berjalan dengan baik. Jadi, mereka bukan oposisi Baghdad, tetapi tampak sebagai mitra Baghdad. Setelah al-Makmun wafat sampai khalifah terakhir Abbasiah, al- Mu’tashim Billah, boleh dikatakan tidak ada perluasan wilayah di Asia Tengah, bahkan, tubuh kekhalifahan dikuasai oleh pengaruh Mawali (Iran-Turan/Turki) sampai Mongol menyerang Baghdad. Pada periode Abbasiah selanjutnya para khalifah sangat lemah dan dipengaruhi oleh para wazir sehingga mereka bagaikan boneka wazir dan tidak mempunyai kekuasaan secara defacto. Dinasti-dinasti yang muncul sejak al-Makmun dan kontak Islam dengan Asia Tengah dan sekitarnya di bawah dinasti-dinasti yang merdeka atau semi merdeka.

  Telah disebut di atas bahwa sejak masa al-Makmun, baik di al-

  

Maghrib maupun di al-Masyriq, berdirilah beberapa dinasti Islam yang

  merdeka atau semi merdeka. Para khalifah Abbasiah gagal untuk menaklukkannya. Mereka hanya secara simbolis berhubungan dengan khalifah demi memperoleh legitimasi kekuasaanya. Di al-Maghrib atau di front Barat 16 berdiri dinasti-dinasti, baik besar yang bersaing, bahkan menjadi ancaman 17 Jamaludin Surur, Tarikh Al-Hazharah Al-Islamiyah Al-Masyriq. (Kairo: Dar Al-Fikr Al-Arabi, 1976), h.71

Baghdad sebagai ibu kota Negara, menjadi pusat kegiatan politik, social dan kebudayaan, dijadikan

  

kota internasional yang terbuka untuk segala bangsa dan keyakinan sehingga terkumpullah disana

bangsa – bangsa Arab, Turki, Persia, Romawi, Qibthi, Hindi, Barbari, Kurdi, dan sebagainya. Lihat Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta:Kencana,2011,h.50-51 legitimasi kekuasaan Abbasiyah dan membuat Kekhalifahan Abbasiyah hanya memiliki kekuasaan dejeur, sedangkan kekuasan defactonya ada di tangan para penguasa lokal. Khalifah al-Makmun, Tahir Ibn Husain, yang secara gemilang berhasil memimpin bala tentara kekhalifahan untuk melawan saudara al-Makmun, yaitu al-Amin. Dalam peperangan ini, Panglima Tahir ibn Husain, yang bermodal hanya satu mata, sangat lihai menggunakan pedang dengan kedua tangannya sehingga Khalifah al-Makmun menjulukinya

  18 Dzu al-Yaminain (bertangan kanan dua).

  Dengan perantaraan sekaligus jaminan dari Menteri Ahmad ibn Abu Khalid, akhirnya Khalifah al-Makmun mengangkatnya sebagai Gubernur

19 Khurasan. Pada tahun 820 sebagai hadiah dan balas jasa atas dukungan Tahir

  dalam perang saudara, maka khalifah mengangkatnya sebagai kepala wilayah

  20

  yang berpusat di Merv tersebut. Dinasti tersebut pun dinamakan dengan namanya, Dinasti Thahiriyyah. Sesampai di Khurasan, Tahir memberontak dan dua tahun kemudian ia menghapus tradisi membaca nama khalifah dalam

  21

  khotbah Jumat. Penguasa keturunan Tahir dari dinasti ini ada 5 orang yang memerintah selama 54 tahun. Keturunan Tahir ibn Husain memerintah secara

  18 19 . Hitti, History, h. 585.

  

M. Abdul Karim, “Persoalan Agama Dalam Perang” dalam Thaqafiyyat Vol. IV, 4 no 01 Januari-Juni

20 2003, h.186.

  

M. Abdul Karim, “Persoalan Agama Dalam Perang” dalam Thaqafiyyat Vol. IV, 4 no 01 Januari-Juni

21 2003, h.489.

  Ibn al Atsir, jilid vi, h. 255, 270, dalam Hitti, 2006:585. independen di Khurasan dan mereka juga merangkap jabatan sebagai kepala

  22 kepolisian di kota metropolitan Baghdad.

  Akan tetapi perkembangan dinasti-dinasti kecil di Timur tampaknya mempunyai corak dan latar belakang yang berlainan dengan sifat dan tujuan timbulnya dinasti-dinasti kecil di Barat. Bila yang kemudian dilatari oleh keinginan melepaskan diri dari ikatan Baghdad dan berdiri sebagai satu

  23

  kekuatan, yang terdahulu kalau boleh disebut sebagai dinasti yang mempunyai sifat dan tujuan yang berbeda, yakni bukan persaingan antara Bani Hasyim dan Bani Umayah dengan Alawiyah. Namun, dinasti-dinasti kecil di Timur itu merupakan gejalah perkembangan yang baru yang berada di luar persaingan utama di atas. Mereka berdiri bukan untuk melepaskan atau memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad, tetapi justru mereka pada umumnya tidak ada keinginan untuk membuat kekuasaan yang lepas dari pemerintahan pusat, apalagi menentangnya dan menandingi kekhalifahannya. Dinasti-dinasti kecil di Timur ini tetap mempertahankan ikatan dan struktur lama dengan pemerintahan pusat di Baghdad dan menyatakan tunduk pada kekuasaan

  24 Khalifah.

  22 Hamka, Sejarah Umat Islam (Jakarta: Nusantara, 1949), hlm. 208–211 dan K. Ali, Islamer Itihash 23 (Dhaka: Ali Publication, 1976), h. 400.

  

Seperti Dinasti Fatimiah di Mesir yang menentang dinasti Abbasiyah di Baghdad. Lihat misalnya

penjelasan Syed Mahmudunnasir, Islam Its Consepts and History New Delhi: Kitab Bayan 1981 h 240,

yang menyatakan bahwa dinasti Fatimiyah ingin independent dari kekuasaan Baghdad. Bahkan

menurut pernyataan Harun Nasution, berdirinya dinasti Fatimiyah di Mesir yang beraliran Syiah

tersebut menjadi saingan dinasti Abbasiyah di Baghdad yang beraliran Suni, Lihat Islam ditinjau dari

24 berbagai Aspeknya, (Jakarta : UI-Press 1985 Jilid 1), h 78.

  

Hasan Ahmad Mahmud dan Ahmad Ibrahim Syarib, Al-Islam li Al-Ashr Al-Abbasi, (Kairo: Dar Al-Fikr

Al-Arabi, 1977), h 451.

  Perbedaan sifat kemunculan itu tidak bisa begitu saja dilepaskan dari latar belakang masing-masing. Pada masa Abbasiyah, kaum Umawiyah mencoba bangkit lagi dengan mendirikan dinasti Andalusia di Sepanyol. Sementara itu, para Gubernur yang banyak mendapat dukungan dari keluarga Alawiyyin tidak memberikan reaksi menentang atau menumbuhkan gerakan revolusi untuk memisahkan diri dari Baghdad. Mereka yang berasal dari Persia maupun Turki yang tetap memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan Abbasiyah telah memberikan kesempatan secara timbal balik kepada mereka dan hal itu merupakan keuntungan untuk menaikkan jenjang yang lebih baik.

  Dengan latar belakang sejarah tersebut, secara Psikologis, mereka lebih

  25 menaruh hormat dan merasa berhutang budi kepada dinasti Abbasiyah.

  Pendapat lainnya bahwa kemungkinan munculnya dinasti-dinasti kecil

  26

  pada abad ke 3 Hijriah ini, disebabkan banyaknya goncangan politik, yang timbul dalam dunia Islam, yang dimanfaatkan oleh para keluarga yang sudah mempunyai kekuasaan di daerah. Namun, itu merupakan faktor lain yang boleh jadi bukan merupakan faktor penentu dalam memunculkan mereka, terutama dinasti-dinasti di Timur. Yang jelas, satu perkembangan pada zaman sesudahnya adalah terdapat perubahan kendali politik dalam pemerintahan Abbasiyah. Otoritas politik berpindah ketangan keluarga Buwaihi dan Sultan- sultan Turki. Khalifah Abbasiyah hanya memegang kekuasaan yang bersifat 25 spiritual semata-mata.

  

Hasan Ahmad Mahmud dan Ahmad Ibrahim Syarib, Al-Islam li Al-Ashr Al-Abbasi, (Kairo: Dar Al-Fikr

26 Al-Arabi, 1977),.h 454

Jamaludin Surur, Tarikh Al-Hazharah Al-Islamiyah Al-Masyriq. (Kairo: Dar Al-Fikr Al-Arabi, 1976), h 69

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah pokok yang akan dibahas adalah DINASTI THAHIRIYYAH DI

  “

  KHURASAN ( Suatu kajian historis tentang peranannya dalam perkembangan peradaban Islam) agar analisanya lebih menalar serta mengena pada sasaran, maka penulis membagi pokok permasalahan tersebut diatas menjadi tiga bahasan sebagai berikut :

  1. Bagaimana proses berdirinya Dinasti Thahiriyyah?

  2. Bagaimana situasi Pemerintahan Dinasti Thahiriyyah?

  3. Bagaimana bentuk faktor-faktor pendukung kemajuan peradaban Islam?

  C. Ruang Lingkup Penelitian

  Adapun ruang lingkup penulisan ini yaitu hendaknya penulis menentukan batasan spasial dan batasan temporalnya. Batasan spasialnya (ruang) adalah mencakup sejarah Dinasti Thahiriyyah. Adapun batasan temporal (waktu) mulai tahun 820 M sampai dengan 872 M.

  D. Kajian pustaka

  Kajian pustaka merupakan panduan penulisan dalam aspek konseptual- teoritis. Pada bagian ini akan dipaparkan berbagai konsep yang dijadikan sebagai alat analisis terhadap masalah yang diungkapkan dalam skripsi ini yakni mengenai ” DINASTI THAHIRIYYAH DI KHURASAN (Suatu

  Kajian Historis Tentang Peranannya dalam Perkembangan Peradaban

  

Islam) ”. Hal ini didapatkan melalui pencarian sumber -sumber dari arsip,

kepustakaan tertulis seperti buku-buku bacaan, skripsi dan tesis.

  Menurut buku Badri Yatim, dkk, 2010Sejarah Peradaban Islam.

  Buku ini mengungkapkan tentang bagaimana proses peradaban Islam, masa

  • – pemimpin Islam), kemajuan dan kemunduran para Khalifah (pemimpin Masa disintegrasi serta bagaimana Islam di zaman modern sekarang ini. Buku ini juga mengkaji periode pertengahan atau masa disintegrasi yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut a. Munculnya dinasti-dinasti kecil di barat maupun di timur Baghdad yang berusaha melepaskan diri atau meminta otonomi b. Perebutan kekuasaan oleh dinasti Buwaih dari Persia dan dinasti Seljuk dari Turki di pusat pemerintahan Bani Abbas di Baghdad sehingga mengakibatkan fungsi khalifah seperti boneka, c. Lahirnya perang salib antara pasukan Islam dan pasukan salib dari Eropa. d. Lebih spesifik lagi makalah ini akan membahas tentang munculnya dinasti- dinasti kecil di timur Baghdad yang berusaha melepaskan diri atau meminta otonomi terhadap pemerintahan pusat, dinasti tersebut adalah dinasti Thahiriyyah, dinasti Samaniyyah dan dinasti Ukailiyyah.

  Menurut buku Philip Khore Hitti, 1970. History of the Arab. Buku

  ini menjelaskan tentang persoalan Khalifah Abbasiyah,yang lebih mengutamakan persoalan politik dibandingkan dengan persoalan lain, yang menyebabkan mereka tidak begitu memberikan gambaran memadai tentang kehidupan sosial-ekonomi. Dengan adanya asimilasi, Aab-Mawali membawa dinasti ini kehilangan jati diri sebagai bangsa Arab menjadi bangsa majemuk.

  Untuk memperlancar proses pembaruan antara Arab dengan rakyat taklukan, lembaga poligami, selir, dan perdagangan budak terbukti efektif. Saat unsur Arab murni surut, orang Mawali dan anak-anak perempuan yang dimerdekakan, mulai menggantikan posisi mereka. Aristokrasi Arab mulai digantikan oleh hierarki pejabat yang mewakili berbagai bangsa, yang semula didominasi oleh Persia dan kemudian oleh Turki.

  Serta buku Musyrifah Sunanto. Sejarah Islam Klasik. Buku ini

  menjelaskan tentang Zaman keemasan Islam, yaitu Zaman kebudayaan Islam mencapai puncaknya, baik lapangan ekonomi, kekuasaan, ilmu pengetahuan maupun kesenian. Dimana zaman ini bagi dua masa yaitu masa pertama, Abbasiyyah I yang berpusat di Baghdad,. Para kekhalifaan yang mempunyai kekuasaan penuh, berpikir maju dan pecinta ilmu, masa kedua, Abbasiyyah

  II, dimana politik pusat Abbasiyyah berangsur angsur melemah, tetapi dalam – lapangan kebudayaan, terutama dalam lapangan ilmu pengetahuan, ibukota- ibukota propinsi berlomba menyaingi Baghdad dalam hal ini kemajuan. Serta membahas hingga zaman penyerbuan dari segala penjuru.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu data yang menunjukkan kualitas atau mutu dari suatu yang ada, berupa keadaan, proses, kejadian/peristiwa dan lain-lain yang dinyatakan dalam bentuk perkataan.

  2. Metode Pengumpulan Data

  Berdasarkan metode penelitian ini, maka data dan informasi diperoleh melalui kajian pustaka, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menelaah

  • – teori atau buku literatur yang didalamnya memuat teori – berbagai buku
  • – konsep yang berhubungan obyek penelitian yang akan dibahas dalam konsep skripsi ini.

  3. Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam pengolahan data, penulis menggunakan tiga macam metode.

  Sebab data yang digunakan dalam pembahasan ini bersifat kualitatif, karenanya untuk mencapai apa yang diinginkan, maka penulis mengolah data yang selanjutnya diintepretasikan. Metode penulisan yang digunakan dalam pengolahan data tersebut sebagai berikut: a. Metode induktif, menganalisa data yang bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk selanjutnya mengambil kesimpulan ke hal-hal yang bersifat umum.

  b. Metode deduktif, yaitu penganalisaan data yang didasarkan dari hal-hal yang bersifat umum, kemudian mengambil kesimpulan bersifat khusus.

  c. Metode komperatif, yaitu metode yang memecahkan masalah yang membandingkan antara data dengan data yang lain, dan kemudian menarik suatu kesimpulan.

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  a. Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan dari studi ini adalah sebagai berikut: a) Untuk mengungkapkan proses berdirinya Dinasti Thahiriyyah.

  b) Untuk mengetahui peranan dinasti Thahiriyyah terhadap perkembangan politik dan keagamaan.

  c) Untuk mengungkapkan hubungan Dinasti Thahiriyyah dengan pemerintahan dalam dan luar kerajaan pada saat itu.

  b. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari studi ini adalah sebagai berikut :

  a) Sebagai bahan referensi bagi yang berminat mengetahui sejarah kebudayaan Islam pada masa Dinasti Tahiriyyah.

  b) Untuk memperkaya khasanah kepustakaan tentang sejarah kebudayaan Islam.

  • – c) Bahan rujukan penelitian terutama hal hal yang berkaitan dengan kebudayaan Islam.

  d) Sebagai proses perubahan merupakan suatu upaya sistem pengetahuan kepada generasi yang akan datang.

  e) Penulisan karya ilmiah untuk persyaratan penutup strata guna memperoleh gelar Sarjana Sejarah Kebudayaan Islam di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

BAB II SEJARAH BERDIRINYA DINASTI THAHIRIYYAH A. Proses berdirinya Dinasti Thahiriyyah Sebagaimana diketahui bahwa kekuasaan Dinasti Bani Abbas atau Khilafah Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan Khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah

  keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) sampai dengan 656 H (1258). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan

  

1

perubahan politik, sosial, dan budaya.

  Setelah wafatnya Khalifah Harun Al-Rasyid daerah kekuasaan Daulah Abbasiyah mulai goyah dikarenakan faktor-faktor internal antara lain karena terlalu luasnya khalifah memberi otonomi kepada kawasan yang ditaklukkannya sehingga kekuasaan-kekuasaan daerah yang seharusnya memperkuat pemerintahan pusat malah menjadikan desentralisasi sebagai cara untuk memperkuat kekuasaannya sendiri. Demikian juga dari segi faktor eksternal dengan adanya invasi dari bangsa Mongol atau Tar-tar yang

1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993) h..49

  demikian dahsyat sebagai senjata pamungkas yang meluluhlantakkan kota

2 Baghdad.

  Karena adanya berbagai kepentingan dari masyarakat di bagian Barat maupun di bagian Timur Baghdad sebagai ibu kota pemerintahan tidak dapat lagi mengakomudir dan mewujudkan kepentingan pemerintahan di daerah- daerah. Beberapa diantara kelompok kecil ini mengadakan perlawanan sehingga pada akhirnya berdiri dinasti-dinasti kecil di Barat seperti Dinasti Thulun, Ikhsidiyah, dan dinasti Hamdaniyyah. Demikian juga di bagian Timur berdiri dinasti-dinasti kecil seperti Dinasti Thahiriyah, Dinasti Shafariyah, Dinasti Ghaznawi, dan dinasti Samaniyah serta dinasti Buwaihi dan dinasti

3 Seljuk.

  Dinasti Thahiriyah ini didirikan oleh Thahir Ibn Husain (150-207

4 H/820-872M) , seorang yang berasal dari Persia, lahir di desa Musanj

  dekat Marw di Khurasan. Ia adalah seorang Jenderal dengan jabatan Panglima tentara pada masa pemerintahan Al-Makmun Khalifah ke-7 yang berkuasa antara tahun 198-218H/813-833M. Beliau ini terkenal dengan sebutan Jenderal bermata satu tapi lihai menggunakan pedangnya karena Ia dijuluki oleh Khalifah Al-Makmun dengan gelaran Dzu Al-Yaminan, dan ada

  5

  yang menggambarkannya bermata satu tetapi bertangan kanan dua. Khalifah Al-Makmun memberi kesempatan kepada Thahir Ibn Al-Husayn untuk 2 memegang jabatan gubernur di Mesir pada tahun 205 H, Kemudian dipercaya 3 Philip K.Hitti, History of the Arabs,( London: The Macmillan Press LTD, 1974) h 616-619 4 Philip K.Hitti, History of the Arabs,( London: The Macmillan Press LTD, 1974) h 585-692 5 Depdiknas,Ensklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hove,2002 jilid 5), h 33 Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia,2006), h 145 pula untuk mengendalikan wilayah Timur. Thahir Ibn Al-Husayn yang memerintah tahun 205-207H menjadikan kota Marw sebagai tempat

  6 kedudukan kegubernuran.

  Thahir muncul ketika pada masa pemerintahan Abbasiyah terjadi perselisihan antara kedua pewaris tahta kekhalifahan antara Muhammad Al- Amin yang memerintah tahun 194-198H/808-813M anak dari Harun Al- Rasyid dari istrinya yang keturunan Arab yang bernama Zubaidah sebagai pemegang kekuasaan di Baghdad dengan Abdullah Al-Makmun anak dari Harun Al-Rasyid dari Istrinya yang berketurunan Persia sebagai pemegang

  7

  kekuasaan di wilayah sebelah Timur Baghdad. Dalam perselisihan itu Thahir yang terkenal sebagai ahli perang bermata satu berada dipihak Al-Makmun. Ia diutus oleh Al-Makmun memimpin pasukan sebanyak empat puluh ribu personel pasukan menghadapi pasukan dari pihak Al-Amin yang dipimpin oleh Ali bin Isa yang berkekuatan Lima puluh ribu personel. Pada peperangan ini pasukan Thahir mendapat kemenangan tepatnya di Rey kota dekat Teheran pada tahun 811M. Thahir juga dapat mengalahkan pasukan Al-Amin yang dikirim berikutnya dibawah kepemimpinan Ar-Rahman Al-Jabal. Melihat peluang yang baik ini Thahir mengarahkan pasukannya ke Baghdad, dengan bantuan Harsamah dan Zubair yakni dua Panglima yang dikirim oleh Al- Makmun, akhirnya Thahir dapat menaklukkan Baghdad setelah selama dua bulan dalam pengepungan pasukannya. Al-Amin sendiri terbunuh oleh 6 salah seorang pasukan Thahir. Atas kemenangan dan kemahiran Thahir 7 Ibn Al-Atsir, Al-Kamil fi At-Tarikh,( Beirut: Dar Ash-Shader Dar Al-Beirut,1965), h 17 dan h 134 Depdiknas,Ensklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hove,2002 jilid 5) h 33 dalam berperang Ia mendapat hadiah jabatan dari Al-Makmun Menjadi Gubernur di kawasan Timur Baghdad yakni Tahun 205H-207H/820-822M.

  Pada tahun 207H/822M Thahir meninggal dunia dengan tiba-tiba karena penyakit demam yang dideritanya. Persi lain menyatakan bahwa Ia meninggal

  8 karena keracunan.

  Wilayah kekuasaan Addullah ibn Thahir dikurangi al-Makmun menyarahkan Suriah,Mesir,dan Jazirah kepada saudarana sendiri, yaitu Abu Ishak Ibn Harun Ar-Rasyd. Hal ini dilakukan oleh Al-Ma ’mun setelah ia menguji kesetian Abdullah Ibn Thahir,yang di ketahui ternyata cenderung memihak keturunan Ali ibn Thalib. Sesudah Abdullah Ibn Thahir, jabatan gubernur Khurasan dipegang oleh,saudaranya,yaitu Muhammad Ibn Thahir 248-259 H. Ia merupakan gubernur terakhir dari keluarga Thahir. kemudian., daerah Khurasan diambil alih oleh keluarga Saffari melalui perjuangan bersanjata keluraga Safari merupakan saingan keluarga Thahir di Sejistan. Walaupun beberapa kekuasan atas wilayah- wilayah mereka dikurangi oleh kholifah, mereka terus memperluaskan wilayahnya dengan cara mempertahankan hubungan baik dengan Khalifah Abbasyiyah dan membantu dalam menjalankan kekuasaan Abbasyiyah. Hal ini terbukti ketika al-

  

mu’tasyim ha rus memerangi pemberontakan al-Maziar ibnu Karun dari

Tabarristan.

  Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama 8 Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya

  Depdiknas,Ensklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hove,2002 jilid 5), h. 34 pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di bidang politik. Dimana salah satu sebabnya adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan

  9

  kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan. Kelemahan pemerintah tersebut berdampak pada pemerintah untuk mudah berada di bawah pengaruh para pengawalnya yang menguasai keadaan. Di samping itu adanya dinasti-dinasti yang memerdekakan diri terhadap pemerintahan

  10 pusat.

  Akhir dari kekuasaan Abbasiyah ialah Bagdad dihancurkan oleh para pasukan mongol yang dipimpin oleh Hulako Khan . Bagdad dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, al- Musta’sim dibunuh . Buku -buku yang terkumpul di Baitul

  11 Hikmah dibakar dan dibuang kesungai tigris. Ortodoksi Sunni mereka yang

  kuat, dan dukungan mereka kepada kelas-kelas pemilik tanah dan militer Iran dan Arab, menjamin mereka mendapatkan dukungan dari tingkat atas, meskipun mereka juga memiliki reputasi sebagai pelindung kepentingan orang banyak sebagai pendorong pertanian dan pembangunan gedung, serta sebagai pelindung cendekiawan dan penyair. Bersamaan dengan berkuasanya garis- keturunan utama Thahiriyah di Khurasan, anggota-anggota lain keluarga ini terus mengisi pos-penting panglima garrison (pasukan yang berkedudukan

  12

  tetap dalam suatu kota) di Baghdad sampai awal abad ke-10 M. Di 9 Khurasan, upaya-upaya politik dan militer utama Thahiriyah bertujuan 10 http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Abbasiyah 11 Islam di kawasan Kebudayaan Arab, h. 106 12 Islam di kawasan Kebudayaan Arab, h 107

C. E Bosworth, Dinasti-dinasti Islam, 1993,126-127

  • mengendalikan da’i da’i Syi’ah di provinsi -provinsi Caspia, dan juga memerangi kekuasaan Shaffariyah di Sistan-sebuah daerah kekuasaan Khurasan. Namun upaya memerangi Shaffariyah gagal, dan mengakhiri

  13 kekuasaan Thahiriyyah.

  Dengan demikian, meskipun kekuasaan Thahir dapat di rebut oleh keluarga Safari, selama kekuasaannya, mereka telah menyumbangkan sejumlah perluasan wilayah kekuasaan dunia Islam ke bagian Timur.

B. Sistem Suksesi Kepemimpinan Dinasti Thahiriyyah

  Thahiriyah merupakan salah satu dinasti yang muncul pada masa Daulah Abbasiyah di Sebelah Timur Baghdad, berpusat di Khurasan dengan ibu kota Naisabur. Dinasti ini didirikan oleh Thahir ibn Husein pada 205H/821

  14 M di Khurasan, dinasti ini bertahan hingga tahun 259 H/873 M. Thahir

  muncul pada saat pemerintahan Abbasiyah terjadi perselisihan antara kedua pewaris tahta kekhalifahan antara Muhammad al-Amin (memerintah 194-198 H/809-813 M), anak Harun ar-Rasyid dari istrinya yang keturunan Arab (Zubaidah) sebagai pemegang kekuasaan di Baghdad dan Abdullah al- Makmun anak Harun al-Rasyid dari istrinya yang keturunan Persia, sebagai

  15