V.1. Analisis Pengguna - Pedestrian Mall di Kawasan Slamet Riyadi Surakarta Segmen Ngapeman hingga Gladak - UNS Institutional Repository

BAB V ANALISIS Pada bab ini dibahas mengenai dasar pertimbangan yang perlu diambil

  dalam proses penyelesaian permasalahan perancangan tugas akhir. Dasar pertimbangan diperoleh dari tinjauan pustaka dan tinjauan kawasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Analisis yang dilakukan pada bab ini meliputi analisis pengguna, analisis aktivitas, analisis peruangan, analisis tapak, analisis bentuk, dan analisis struktur serta utilitas. Dengan proses analisis tersebut diharapkan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan desain pada bab VI.

V.1. Analisis Pengguna

  Analisis pengguna dilakukan agar diperoleh macam pengguna yang kemudian dapat menjadi dasar pertimbangan pada sub-bab analisis aktivitas. Dasar pertimbangan analisis pengguna yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan lapangan dan wawancara dalam bentuk kuisioner, serta penambahan pengguna yang ada karena konsekuensi dari fungsi bangunan maupun kawasan. Berikut pengelompokan pengguna kawasan:

  1) Pengunjung

  Pengunjung yang datang ke kawasan dibagi menjadi dua kategori yaitu pengunjung berkepentingan umum dan khusus. Yang termasuk dalam pengunjung berkepentingan umum yaitu pengguna yang datang dengan tujuan rekreasi

  5

  . Pemilihan waktu kedatangan cenderung pada pagi hingga sore hari. Pengamatan menunjukkan pengunjung laki-laki dan perempuan berkisar dari umur 18 hingga 65 tahun. Asal pengunjung pun tidak hanya dari Solo namun juga dari luar Solo. Kategori pengunjung berkepentingan khusus meliputi bertemu seseorang, sebesar 15%; transit dan membeli sesuatu, masing-masing sebesar 12%; serta lain-lain

  6 , sebesar 7%. 5 diperoleh dari hasil kuisioner sebesar 27% koresponden menyatakan datang untuk rekreasi 6 Memanfaatkan jaringan internet dan kegiatan shooting

  2) Pengelola

  Pengelola meliputi pemilik dan pegawai di pertokoan maupun restoran sekitar kawasan. Jam buka tiap toko tersebut berkisar dari pagi hingga malam hari. Selain itu perlu ditambahkan pengelola kawasan, mencakup pengelola kawasan yang berkantor di area

  pedestrian mall dan pegawai kawasan seperti tukang parkir, petugas kebersihan, serta petugas keamanan.

  3) Penyedia barang dan/atau jasa

  Pelaku penyedia barang dan/atau jasa yang dimasukkan dalam kategori ini yaitu pengguna yang memerlukan sebagian ruang di dalam jalur pejalan kaki untuk barang dan/atau jasa mereka. Kategori ini meliputi penjual kuliner kaki lima dan penyedia jasa ojek, taksi, serta becak. Penambahan pengguna ini didasarkan pada hasil wawancara yang menunjukkan sebesar 76% koresponden menyatakan perlu untuk ditambahkan jajanan kuliner dan areal pangkalan jasa di dalam kawasan.

V.2. Analisis Aktivitas

  Analisis aktivitas diperoleh dari analisis pengguna yang telah dilakukan di sub-bab V.1. Hasil dari analisis aktivitas ini kemudian digunakan sebagai dasar analisis kebutuhan ruang pada sub-bab berikutnya. Proses analisis aktivitas dilakukan berdasarkan pertimbangan di antaranya:

  1) Analisis pengguna pada sub-bab sebelumnya

  2) Aktivitas eksisiting kawasan yang diperoleh melalui pengamatan lapangan dan wawancara dalam bentuk kuisioner

  3) Aktivitas tambahan yang perlu ada di dalam ruang publik dan aktivitas yang memanfaatkan potensi pedestrian mall sebagai ruang terbuka

  Berikut tabel aktivitas dari pengguna yang diklasifikasikan berdasarkan macam aktivitas tiap pengguna:

  

Tabel 12. Tabel analisis aktivitas tiap pengguna

  Aktivitas kebutuhan pengunjung Datang Metabolisme Istirahat Ibadah

  Aktivitas eksisting kawasan Sirkulasi Belanja Pertemuan individual Pemanfaatan jaringan internet

  NG

  Konsumsi

  NJU

  Olahraga

  GU

  Aktivitas tambahan terkait dengan Konser

  EN P

  fungsi ruang publik dan konsep Teater

  pedestrian mall

  Festival atau bazar Pameran Diskusi masyarakat Bermain Belajar Pengamatan atau melihat-lihat Menyampaikan aspirasi

  Aktivitas kebutuhan pengelola Datang Metabolisme Istirahat

  LA

  Ibadah

  LO

  Aktivitas bekerja Pengelolaan retail/restoran

  GE EN

  Pengelolaan kawasan

  P

  Penataan parkir Pemeliharaan kawasan

  Pengamanan kawasan Aktivitas waktu luang Sirkulasi

  Belanja Pertemuan individual Pemanfaatan jaringan internet Konsumsi Olahraga Konser Teater Festival atau bazar Pameran Diskusi masyarakat Bermain Belajar Pengamatan atau melihat-lihat Menyampaikan aspirasi

  Aktivitas kebutuhan penyedia Datang barang/jasa Metabolisme Istirahat Ibadah JASA

  AU

  Aktivitas bekerja Pengelolaan kios kaki lima Menunggu pengguna jasa

N/AT

  Aktivitas waktu luang Sirkulasi

  DA

  Belanja Pertemuan individual Pemanfaatan jaringan internet

  A BARANG DI

  Konsumsi

  YE

  Olahraga

  EN P

  Konser Teater

  Festival atau bazar Pameran Diskusi masyarakat Bermain Belajar Pengamatan atau melihat-lihat Menyampaikan aspirasi

   (analisis pribadi, 2017) V.3.

   Analisis Kebutuhan Ruang

  Analisis kebutuhan ruang dilakukan sehingga dapat diidentifikasi peruangan yang perlu ada di dalam pedestrian mall. Dasar pertimbangan penyusunan kebutuhan ruang yaitu hasil dari analisis pengguna dan analisis aktivitas yang telah dilakukan pada sub-bab sebelumnya. Hasil analisis kebutuhan ruang dalam sub-bab ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan analisis peruangan pada sub-bab V.4. hingga V.6. Berikut kebutuhan ruang dalam pedestrian mall Kawasan Slamet Riyadi:

  

Tabel 13. Tabel analisis kebutuhan ruang

  AKTIVITAS PROGRAM RUANG PENGGUNA Datang Area parkir Semua pengguna

  Area parkir pengelola

  Pengelola kawasan

  Halte bus dan area drop Semua pengguna off Pusat informasi/area Semua pengguna

penerima

  Metabolisme Toilet Semua pengguna

  Ruang nursery Semua pengguna

  Istirahat Area duduk Semua pengguna

  Sidewalk cafe Semua pengguna Ruang pegawai kawasan

  Pengelola kawasan AKTIVITAS PROGRAM RUANG PENGGUNA Pertemuan individual Area duduk Semua pengguna

  Sidewalk cafe Semua pengguna

  Ibadah Mushola Semua pengguna Sirkulasi Jalur pejalan kaki Semua pengguna

  

Jalur sepeda

  Semua pengguna

  Jalur shuttle bus Semua pengguna Jalan raya Semua pengguna

  Belanja Retail Semua pengguna

  

Kios kaki lima

  Semua pengguna Pemanfaatan jaringan internet Area free wifi internet Semua pengguna

  Konsumsi Restoran Semua pengguna

  Sidewalk café Semua pengguna

Kios kaki lima

  Semua pengguna

  

Area duduk

  Semua pengguna Olahraga Jogging track Semua pengguna

  Konser Area pertunjukkan Semua pengguna Teater Area pertunjukkan Semua pengguna

  Festival atau bazar Area pameran outdoor Semua pengguna Pameran Area pameran outdoor Semua pengguna

  Diskusi masyarakat Ruang serbaguna Semua pengguna Bermain Area bermain outdoor Semua pengguna

  Taman bermain anak Semua pengguna

  Belajar Area free wifi internet Semua pengguna

  

Taman baca

  Semua pengguna Pengamatan atau melihat- Public art Semua pengguna lihat Jalur hijau Semua pengguna

  Area duduk Semua pengguna

  Menyampaikan aspirasi Ruang serbaguna Semua pengguna Pengelolaan retail/restoran Retail/restoran Semua pengguna

  AKTIVITAS PROGRAM RUANG PENGGUNA Pengelolaan kawasan Ruang pengelola Pengelola

  Penataan parkir Area parkir Semua pengguna Pemeliharaan kawasan Ruang janitor Pengelola kawasan

  

Ruang ME

  Pengelola kawasan Pengamanan kawasan Pos satpam Pengelola kawasan

  Ruang keamanan Pengelola kawasan

  Pengelolaan kios kaki lima Kios kaki lima Penyedia barang/jasa Menunggu pengguna jasa Pangkalan Semua pengguna

   (analisis pribadi, 2017) V.4.

   Analisis Pola Hubungan Ruang

  Analisis pola hubungan ruang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antar ruang di dalam kawasan sehingga tercapai organisasi ruang yang mendorong orang untuk berlama-lama dalam kawasan. Prinsip dari pengolahan pola hubungan ruang yaitu penataan fasilitas kebutuhan pengguna dengan akses mudah. Untuk memudahkan proses analisis pola hubungan ruang, program ruang sejenis dikelompokkan menjadi satu zona, yang kemudian masing-masing zona ruang tersebut ditentukan keterkaitannya satu sama lain. Berikut bagan pengelompokkan zona ruang tersebut:

  

Tabel 14. Tabel analisis pengelompokkan zona ruang

PROGRAM RUANG ZONA RUANG

  Jalur pejalan kaki ZONA SIRKULASI Jalur sepeda

  Jalur shuttle bus Jalan raya

  Retail ZONA PENJUALAN Sidewalk cafe

  Kios kaki lima

  PROGRAM RUANG ZONA RUANG

  Restoran Area duduk

  Area free wifi internet ZONA REKREASI Jogging track

  Area pertunjukkan Area pameran outdoor

  Area bermain outdoor Taman bermain anak

  Taman baca Ruang serbaguna

  Public art Jalur hijau

  Toilet ZONA SERVIS Ruang nursery

  Mushola Ruang janitor

  Pos satpam Area parkir ZONA PENUNJANG

  Halte bus dan area drop off Pusat informasi/area penerima

  Area parkir pengelola Pangkalan ojek/taksi/becak

  Ruang pengelola Ruang pegawai kawasan

  Ruang ME Ruang keamanan

   (analisis pribadi, 2017)

  Pola hubungan antar zona dibagi menjadi hubungan langsung dan hubungan tidak langsung. Zona sirkulasi sebagai penghubung antar ruang memiliki hubungan langsung dengan empat zona lainnya. Untuk mendorong pejalan kaki berlama-lama di kawasan, zona penjualan dengan zona rekreasi perlu diletakkan berdekatan sehingga memiliki hubungan langsung. Zona servis dan zona pendukung yang pada dasarnya merupakan pelengkap untuk zona lainnya memiliki hubungan tidak langsung. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

  

Bagan 3. Pola hubungan antar zona (analisis pribadi, 2017)

V.5.

   Analisis Persyaratan Ruang

  Analisis persyaratan ruang dilakukan untuk mengidentifikasi ketentuan perancangan tiap ruang di dalam kawasan yang nantinya mempengaruhi konsep ruang. Persyaratan ruang yang diuraikan pada sub-bab ini berpedoman pada tinjauan pustaka yang telah dilakukan pada Bab II. Dengan persyaratan ruang pada sub-bab ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pembuatan gambar desain terutama site plan dan gambar interior.

V.5.1. Pengolahan akses

  Penyediaan ruang jalur pejalan kaki perlu memenuhi persyaratan ruang sebagai jalur sirkulasi. Sebagai jalur pejalan kaki, ruang di dalam

  pedestrian mall perlu mengakomodasi rute jalan yang tidak terputus

  (lihat Kesinambungan rute ini dicapai dengan penyediaan jalur penyeberangan dan jalur sirkulasi baik di permukaan tanah, di bawah, maupun di atas permukaan tanah. Pengadaan rute di bawah atau di atas permukaan tanah berpotensi untuk memastikan kesinambungan rute ini, karena rute pejalan kaki tidak bersimpangan dengan sirkulasi kendaraan. Persyaratan mengenai penyediaan jalur pejalan kaki di atas dan/atau di bawah permukaan tanah selanjutnya akan dibahas pada sub-bab analisis bentuk. Persyaratan penting lainnya pada jalur pejalan kaki yaitu pertimbangan karakter psikis pejalan kaki yang cenderung menghindari kontak fisik dengan pengguna lain, persyaratan ini akan berpengaruh pada perhitungan besaran ruang yang akan dilakukan pada sub-bab analisis besaran ruang.

  

Gambar 110. Persyaratan pengolahan akses menerus dalam pedestrian mall (analisis pribadi,

2017; gambar: dokumentasi pribadi)

  Pengolahan akses untuk pejalan kaki juga berkaitan dengan keamanan pengguna. Pengadaan jalur pejalan kaki di atas atau di bawah permukaan tanah dapat memastikan keamanan pengguna karena dengan begitu tidak berbagi jalur sirkulasi dengan sepeda maupun kendaraan. Jika pada beberapa area tidak dimungkinkan pemisahan jalur seperti itu, dapat ditambahkan fasilitas pagar pengaman. Ketentuan mengenai pengadaan pagar pengaman telah disampaikan pada bab tinjauan pustaka halama

  Akomodasi akses kendaraan pribadi pada pedestrian mall berkaitan dengan penyediaan jalur sirkulasi kendaraan, tempat memarkirkan kendaraan, dan pencapaian dari parkir ke kawasan maupun sebaliknya. Pengaturan jalur sirkulasi kendaraan terutama untuk memastikan keamanan pejalan kaki. Pengaturan ini berfungsi pula untuk menjaga arus lalu lintas jalan raya sehingga meminimalisir kemacetan akibat keberadaan pedestrian mall. Analisis mengenai pembagian jalur sirkulasi kendaraan pada pedestrian mall ini akan dibahas pada sub-bab analisis zonasi tapak.

  Kriteria penyediaan area parkir di antaranya yaitu dipilih tapak datar untuk mencegah kendaraan menggelinding, dan juga berlaku persyaratan untuk ruang publik pada umumnya yaitu akomodasi pengguna kebutuhan khusus, penerangan buatan, perlindungan cuaca, serta jaminan keamanan baik dengan petugas keamanan maupun tiket parkir. Penyediaan akomodasi parkir perlu memadai untuk menampung volume kendaraan yang direncanakan sehingga perlu dilakukan perhitungan luas dan penataan pola parkir agar diperoleh besaran ruang yang efektif, analisis ini akan dilakukan pada sub-bab besaran ruang.

  Akomodasi terhadap pengguna berkendaraan umum sama pentingnya dengan akomodasi pengguna berkendaraan pribadi. Tingkat akomodasi kendaraan umum ditunjukkan dengan penyediaan fasilitas secara merata di sepanjang kawasan, titik peletakan fasilitas pergantian moda nantinya akan di analisis pada sub-bab analisis zonasi tapak.

  Jika dalam pengolahan akses baik kendaraan umum maupun pribadi tidak dapat menjangkau seluruh kawasan, perlu dipertimbangkan penyediaan sarana shuttle bus atau sarana rapid

  transit lainnya. Penyediaan ini untuk memberikan sistem park-ride bagi

  pengguna kendaraan pribadi dan fasilitas transit bagi pengguna kendaraan umum. Analisis penambahan akses ini akan dibahas nantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak.

  V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall perlu mengakomodasi kebutuhan pengguna berkebatasan fisik karena mengingat pedestrian mall sebagai ruang publik. Persyaratan ini mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, disampaikan pada Bab II halama

  V.5.3. Perlindungan dari cuaca Perlindungan dari cuaca bertujuan untuk menciptakan kenyamanan fisik bagi pengguna. Perlindungan disediakan terutama dari panas terik matahari dan kondisi hujan.

  Perlindungan dari panas terik matahari dapat diolah dari penggunaan vegetasi di sepanjang kawasan (lihat Vegetasi dengan kemampuan menyerap panas dapat menurunkan suhu di dalam jalur pejalan kaki. Dengan penataan vegetasi dalam jarak tertentu dapat berperan sebagai continuous canopy di sepanjang kawasan. Pemakaian jenis vegetasi perlu mempertimbangkan tinggi, jenis, dan bentuk vegetasi sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan masing-masing ruang, tinjauan ini dapat dilihat pada bab II halama hingga Disampaikan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 bahwa pemilihan vegetasi disarankan tipologi tanaman peneduh pada jalur pejalan kaki dengan lebar lebih dari 1,5 meter. Perlindungan panas terik matahari dapat disediakan pula oleh bangunan di sekitar kawasan. Bangunan sekitar kawasan yang mayoritas merupakan bangunan bertingkat dapat menyediakan baying- bayang pada jalur pejalan kaki (liha

  Gambar 111. Perlindungan dari panas terik matahari (dokumentasi pribadi, 2017)

  Perlindungan dari hujan dapat dilakukan dengan menyediakan peneduh seperti kanopi di depan bangunan maupun kanopi di area duduk (lihaPenambahan jalur pejalan kaki di atas dan di bawah permukaan tanah dapat berpotensi memberikan perlindungan dari hujan di sepanjang kawasan (liha

  Gambar 112. Pengolahan desain kanopi peneduh pada area komunal (analisis pribadi, 2017; gambar atas: https://c1.staticflickr.com; gambar bawah kiri: http://footage.framepool.com; gambar bawah kanan: http://c8.alamy.com)

  

Gambar 113. Perlindungan cuaca dengan memanfaatkan bentuk objek (analisis pribadi, 2017;

gambar kiri: http://static.asiawebdirect.com; gambar kanan: http://www.francetravelplanner.com)

V.5.4. Pengaturan pandangan visual

  Pengaturan pandangan visual diperoleh melalui pengolahan fasad bangunan dan elemen di dalam jalur pejalan kaki lainnya yang bertujuan untuk memfokuskan perhatian pengguna pada aktivitas maupun detail tertentu. Sebagai contoh jika ingin mengarahkan perhatian pengguna pada toko-toko retail maka bangunan perlu dihadapkan pada jalur pejalan kaki terutama orientasi pintu masuk utama dan dilengkapi dengan jendela setinggi level jalan (liha Pengaturan pandangan visual terutama perlu diaplikasikan pada persimpangan jalan melalui penyediaan pandangan yang tidak terhalang ketika akan menyeberang.

  

Gambar 114. Pengolahan desain fasad bangunan melalui penambahan kaca display (analisis

pribadi, 2017)

  Pengaturan pandangan visual dapat diolah dengan menggunakan unsur vegetasi. Bentuk vegetasi yang beraneka ragam dapat ditambahkan sebagai elemen pembatas ruang outdoor untuk membantu fokus aktivitas ke dalam kawasan (lihat Pemilihan vegetasi dengan density daun lebat dapat membantu menahan silau matahari. Pengolahan vegetasi sebagai pengatur pandangan visual dapat digunakan untuk pembatasan privasi untuk ruang yang perlu dan menutupi pandangan tidak menyenangkan di kawasan seperti timbunan sampah. Pertimbangan penentuan vegetasi yang sesuai digunakan dapat dilihat pembagian morfologi, jenis, dan karakteristik vegetasi pada bab

  II halama

  Gambar 115. Pengaturan pandangan visual untuk membentuk ruang dengan memanfaatkan vegetasi (analisis pribadi, 2017)

  Pengaturan pandangan visual bertujuan pula untuk mencegah kekosongan visual pada kawasan. Pada beberapa titik terkadang tidak terhindarkan keberadaan dinding kosong, kondisi seperti itu dapat diatasi dengan penambahan dekorasi baik berupa vegetasi maupun

  public art . Public art ini dapat berupa patung, seni mural, maupun air

  mancur. Selain sebagai unsur dekoratif, public art dapat berperan untuk menonjolkan keasrian alam ataupun sebagai penampil humor semata.

  

Gambar 116. Penambahan public art yang difungsikan pula sebagai area duduk (https://s-media-

cache-ak0.pinimg.com)

V.5.5. Pemilihan dan peletakan material

  Dalam pemilihan dan peletakan material terutama mencakup 3 aspek yaitu estetika, fungsionalitas, serta maintenance. Pemilihan dan peletakan material yang didesain dengan tujuan menonjolkan estetika dapat menjadi public art di dalam kawasan. Pola material ini dapat menjadi aksen yang sekaligus berfungsi sebagai penghubung antar bangunan, pemisah antar jalur pengguna, dan pemecah area yang terlihat terlalu luas. Contoh pemilihan dan peletakan material untuk fungsi estetika dapat dilihat padadi bab

  II. Pada aspek fungsionalitas, pemilihan material erat kaitannya dengan intensitas kegiatan yang diakomodasi. Dasar pertimbangan pemilihan material untuk aspek fungsionalitas dapat dilihat pada bab tinjauan pustaka halamaPemilihan material selain dari aspek estetika dan fungsionalitas juga mencakup aspek maintenance yaitu melalui pemilihan material yang mudah dalam perawatan dan diganti jika mengalami kerusakan.

  Pola peletakan material mempertimbangkan konsep perancangan segmen Ngapeman hingga Gladak. Pada dokumen RTBL direncanakan bahwa segmen ini menggunakan pola paving berdasar pada batik motif ceplok. Pola batik ini mengambil bentuk bunga mekar (Sarwono, 2016) lihaKonsep motif ceplok ini tidak hanya diolah pada pola paving namun dapat pula dimunculkan pada bentuk public art lainnya.

  Gambar 117. Pola batik motif ceplok (sumber: http://3.bp.blogspot.com/- zBGHVqwB4KQ/VUIz9ZyujlI/AAAAAAAACi0/IBiIjaRXpm8/s1600/ceplok-bligon.jpg)

  Terdapat dua macam bahan dan material yang dapat diaplikasikan pada sebuah kawasan, yaitu material lunak dan material keras. Material keras sering digunakan sebagai bahan lantai, furniture ruang, maupun dekorasi. Material keras dapat diperoleh dari hasil geologi seperti batu, pasir, dan bata; dari hasil buatan manusia seperti alumunium, besi baja, plastik, serta material campuran seperti beton maupun plywood. Contoh aplikasi material keras pada kawasan dapat dilihat di bab IIMaterial lunak dalam kawasan diwujudkan dalam vegetasi maupun air. Penambahan elemen air mengalir dapat memberikan efek privasi pada pengguna karena dapat menyamarkan perbincangan dan sebagai pengalih bising jalan raya.

V.5.6. Penyediaan sarana jalur pejalan kaki

  Tujuan penyediaan sarana jalur pejalan kaki dalam kawasan yaitu untuk menciptakan perasaan nyaman dan aman selama beraktivitas. Dalam sub sub-bab ini hanya akan dibahas mengenai persyaratan penyediaan sarana, untuk persyaratan peletakan antar sarana akan dibahas selanjutnya pada sub sub-bab analisis zonasi tapak. 1)

  Area duduk Untuk memastikan tingkat kenyamanan mencukupi untuk pengguna, area duduk perlu memenuhi beberapa kriteria. Area duduk perlu dilengkapi dengan sandaran, atau dapat pula memberi kebebasan pada pengguna untuk duduk menghadap ke depan, belakang, atau samping. Pertimbangan pemilihan material tempat duduk disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Bangku dengan bahan kayu dapat memberikan kenyamanan paling tinggi bagi pengguna, sementara bangku berbahan batu atau besi biasanya difungsikan pula sebagai

  public art

  . Penting untuk menjadi pertimbangan yaitu penyediaan area duduk ini tidak mengurangi efektif untuk sirkulasi sehingga perlu dilakukan pembagian zonasi kawasan yang akan dilakukan pada sub- bab analisis tapak. Dimensi tempat duduk dapat berkisar 40 hingga 50 centimeter untuk lebar dan panjang 150 centimeter. Diutamakan material dengan durabilitas tinggi sebagai bahan tempat duduk.

  

Gambar 118. Pengolahan desain bentuk bangku (analisis pribadi, 2017; gambar atas:

dokumentasi pribadi; gambar kiri bawah: http://www.samsvojmajstor.com; gambar kanan bawah:

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com)

  Untuk mempromosikan kebersihan di dalam kawasan, di sekitar area duduk dapat ditambahkan tempat sampah. Desain bak sampah disarankan dibuat dengan material durabilitas tinggi dan dengan dimensi yang memadai.

  2) Signage

  Ketersediaan signage dalam bentuk tanda rambu-rambu jalan dapat memberikan informasi penting untuk pengguna sehingga berperan memberi rasa aman selama aktivitas. Selain rambu-rambu jalan, perlu ditambahkan pula tanda penunjuk dan peta informasi kawasan sehingga menambah rasa nyaman pengguna. Diatur oleh kementerian pekerjaan umum, pengadaan signage diletakkan pada titik interaksi sosial dengan material durabilitas tinggi dan tidak menimbulkan efek silau.

  3) Pencahayaan

  Persyaratan ruang terkait dengan pencahayaan mencakup pada tujuan menciptakan perasaan aman dan memastikan kenyamanan pandangan visual. Penyediaan pencahayaan perlu memenuhi tingkat iluminasi yang memadai namun tetap di bawah kesan glare. Perhatian khusus mengenai tata pencahayaan perlu dilakukan terutama pada perbedaan ketinggian yang dilewati jalur sirkulasi. Kementerian pekerjaan umum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 menyampaikan tinggi tiap lampu maksimal 4 meter pada jarak 10 meter dari masing-masing titik dan dengan menggunakan material durabilitas tinggi seperti metal.

V.5.7. Persyaratan khusus untuk penggunaan selain sirkulasi

  Pemanfaatan jalur pejalan kaki selain untuk sirkulasi diperbolehkan selama tidak menghambat sirkulasi pejalan kaki. Penggunaan jalur pejalan kaki untuk fungsi kegiatan jual beli diperkenankan karena dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk kawasan. Selain itu diperbolehkan pula penggunaan pameran outdoor. Pemanfaatan selain untuk sirkulasi perlu mengacu pada ketentuan pemanfaatan jalur pejalan kaki yang diperkenankan pada bab II halaman Selain itu pengadaan penggunaan selain sirkulasi juga perlu mempertimbangkan luasan yang dipakai oleh kegiatan tambahan tersebut, yang nantinya di analisis dalam sub-bab analisis besaran ruang.

  145 V.6.

   Analisis Besaran Ruang

  Analisis besaran ruang dilakukan untuk memperoleh lebar maupun luas yang dibutuhkan untuk pengguna dapat beraktivitas di dalam kawasan. Penentuan besaran ruang diperoleh dari dimensi tubuh manusia dan kriteria perancangan pedestrian mall serta dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang pedoman perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan jalur pejalan kaki. Besaran ruang yang dihasilkan dapat berupa lebar atau luas tergantung pada satuan yang sesuai untuk ruang terkait (liha

Tabel 15. Tabel perhitungan besaran ruang.

ZONA RUANG PROGRAM RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

  ZO NA S

  IRKU LA S

  I Jalur pejalan kaki

  Maksimal lebar 7,6 meter Rekomendasi ruang bebas 3-6 meter Dimensi tubuh manusia (lihat bab II halama Karakter perilaku pejalan kaki (lihat bab

  II halama Lebar jalur minimal 1,5 meter dan luas 2,25 m

  2

  untuk akomodasi pengguna difabel

ZONA PROGRAM

  Jarak minimum dengan dinding bangunan 75 cm Minimal jalur pejalan kaki untuk jalan arteri 1,8 meter Minimal jalur pejalan kaki untuk kawasan pertokoan 2 meter Jalur pejalan kaki untuk intensitas pemakaian tinggi berkisar 1,8-3 meter

  Dari dasar pertimbangan diperoleh lebar pejalan kaki yang sesuai yaitu berkisar dari 3 hingga 6 meter. Perancangan jalur pejalan

  146

ZONA PROGRAM

  kaki tersebut dapat menampung 16 hingga 23 orang/m

  Jalur sepeda Dimensi tubuh pengguna ketika Direncanakan kapasitas 2

  bersepeda (lihat bab II halama pengguna sepeda berjalan beriringan

  Jalur shuttle bus Dimensi bus yaitu lebar 2,4 meter hingga Penentuan lebar jalur shuttle bus

  3 meter dan panjang kendaraan 6 hingga tergantung dari pemilihan armada 8 meter bus. Jalur shuttle bus yang diperlukan terdiri dari 2 jalur untuk dua arah sirkulasi yang berbeda

  Jalan raya

  Kendaraan yang diakomodasi terdiri dari: Kendaraan yang diakomodasi oleh Mobil dengan dimensi lebar 1,4 pedestrian mall terdiri dari 3 lajur hingga 1,6 meter kendaraan Bus dengan dimensi lebar 2,4 hingga 3 meter

  147

ZONA PROGRAM

  Sidewalk cafe Perbandingan 1:1,5 antara lebar sidewalk Penentuan lebar sidewalk café café dengan jalur pejalan kaki yang diperbolehkan tergantung

  pada lebar jalur pejalan kaki di lokasi sidewalk café berada.

  N

  Penentuan panjang sidewalk café

  LA

  tergantung pada panjang restoran

  JUA

2 Kios kaki lima Area makan 0,5 m /orang Ditentukan kapasitas tiap kios kaki Standar besaran

  EN P

  Area penjualan lima yaitu untuk 5 penjual dengan ruang diperoleh

  NA

  2 Antrian 0,81 m /konter kapasitas area makan untuk 20 dari dimensi ZO

  2 Kasir 1,2 m /konter orang. Analisis kapasitas ini tubuh manusia

  2 Dapur 1,1 m /konter merupakan besaran ruang di tiap dan perabot.

  Kebutuhan 20% untuk keleluasaan titik kios kaki lima. sirkulasi

  Area duduk Dimensi lebar bangku 40 hingga 50 cm Masing-masing area duduk

  I S

  dan panjang 150 cm memiliki 4 bangku

  EA NA R

  Lebar minimal jalur perabot sebesar 60

  ZO EK R

  cm 148

ZONA RUANG PROGRAM RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

  2

  Area pertunjukkan dapat menampung kapasitas hingga 200 penonton dengan panggung untuk 20 performer

  /kursi Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%

  2

  /orang Ruang penyimpanan 0,02 m

  2

  /orang Area panggung dengan luas 0,92 m

  149

  Sirkulasi untuk kenyamanan fisik sebesar 30%

  Jalur jogging track dapat digabung dengan jalur pejalan kaki

  Jogging track

  Luas ruang diperoleh dari dimensi orang duduk dan perabot

  Area free wifi dapat menampung 7 orang di tiap titik lokasinya.

  /orang Kebutuhan 20% untuk keleluasaan sirkulasi

  2

  Area free wifi internet Luas yang dibutuhkan 0,52 m

  Area pertunjukkan Area penonton dengan luas 0,52 m

ZONA PROGRAM

  

2

Area pameran Kebutuhan luas pengguna 0,92 m /orang Memiliki kapasitas untuk 200 Area pameran

outdoor Kebutuhan sirkulasi 50% untuk orang outdoor

  keperluan aktivitas ditempatkan di ruang bebas pejalan kaki karena kegiatannya bersifat berkala

  Area bermain Kebutuhan bermain anak untuk semua Area dapat menampung kapasitas Dikutip dari Data

  outdoor umur memiliki standar 1,5 hingga 4 20 anak Arsitek jilid 1

2 Taman bermain m /anak

  oleh Neufert anak Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi (1996)

  20%

  2 Taman baca Rak buku 0,27 m /rak Tiap lokasi taman baca memiliki 5 Dikutip dari Data

  2 Area baca 0,52 m /orang rak buku dan menampung Arsitek jilid 2

  Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi kapasitas 20 orang oleh (Neufert, 20%

  1993) 150

ZONA PROGRAM

2 Ruang serbaguna Luas 0,52 m /orang Menampung kapasitas 50 orang

  Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%

  Public art

  Besaran public art tergantung pemilihan bentuk dan fungsi objeck

  Jalur hijau Memiliki lebar minimal 1,5 meter Jalur hijau berada di sepanjang kawasan

  2 Toilet Area toilet 0,79 m /orang Kapasitas untuk 6 orang (@gender Standar besaran

  2 Area toilet untuk difabel 3 m /orang 3 orang) ruang diperoleh

  2 Area lavatory 0,75 m /orang

  dari dimensi

  S

  

2

Area lavatory untuk difabel 1,1 m /orang tubuh dan ERVI

  Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi perabot

  S

  20%

  NA

2 ZO

  Ruang nursery Kebutuhan 0,79 m /orang Kapasitas untuk 1 orang Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%

  151

ZONA PROGRAM

  2 Mushola Area wudhu 0,75 m /orang Kapasitas area wudhu

  2 Area sholat 0,2 m /orang menampung 4 orang dan area

  Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi sholat untuk 20 orang 20%

  2 Ruang janitor Kebutuhan 0,19 m /orang Kapasitas untuk 3 orang

  Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%

  2 Pos satpam Kebutuhan 0,92 m /orang Kapasitas 1 orang

  2 Area parkir Kebutuhan 15 m /mobil dan 0,5 Kapasitas 20 mobil dan 50 motor

  2

  m /motor

  G

  Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

  JAN

  20%

  UN

2 EN Halte bus Kebutuhan 0,93 m /orang Kapasitas untuk 5 hingga 10 orang

  P

  Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

  NA

  20%

  ZO

2 Area drop off Kebutuhan 15 m /mobil Kapasitas untuk 1 hingga 2 mobil

  152

ZONA PROGRAM

  Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%

2 Pusat Kebutuhan 0,93 m /orang Kapasitas untuk 10 orang

  informasi/area Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi penerima 20%

2 Area parkir Kebutuhan 15 m /mobil dan 0,5 Kapasitas 20 mobil dan 50 motor

  2

  pengelola m /motor Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%

  2

  

2

Pangkalan Kebutuhan 15 m /taksi dan 0,5 m /ojek Kapasitas 3 taksi, 8 ojek, dan 5

  2

  taksi/ojek/becak serta 1,5 m /becak becak

  2 Ruang pengelola Area manajer 11,04 m /orang Kapasitas untuk 9 manajer, 3

  2 Area staf 2,4 m /orang staf/manajer, dan rapat untuk 12

  2 Area rapat 0,8 m /orang orang

  Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%

  153

  ZONA PROGRAM

RUANG RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

  2 Ruang pegawai Ruang loker 1,05 m /orang Kapasitas 5 orang

  2

  kawasan Ruang ganti 0,98 m /orang Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%

  2 Ruang ME Kebutuhan 0,92 m /orang Kapasitas 5 orang

  Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%

  2 Ruang keamanan Area layar cctv 0,61 m /orang Kapasitas untuk 5 orang

  Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi 20%

   (analisis pribadi, 2017)

  154

V.7. Analisis Tapak V.7.1.

  Analisis pencapaian tapak Analisis pencapaian tapak dilakukan berdasar pada data yang diperoleh dari tinjauan penggunaan lahan kawasan (bab IV.4) dan tinjauan akses transportasi kawasan (bab IV.6). Pembahasan pencapaian tapak fokus pada akses kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengolah akses masuk yang memudahkan pengguna. Analisis pencapaian tapak ini nantinya menjadi salah satu komponen dari konsep tapak yang kemudian menjadi bahan proses desain site plan.

  Pencapaian langsung kawasan dengan kendaraan pribadi memiliki berbagai alternatif karena keberadaan simpang jalan yang relatif tinggi. Secara keseluruhan segmen Ngapeman hingga Gladak dapat diakses melalui tiap simpang jalan kecuali dari Jalan Honggowongso karena diterapkan sistem satu arah ke selatan pada jalan tersebut (l.

  

Gambar 119. Pencapaian dengan kendaraan pribadi (analisis pribadi, 2017)

  Banyaknya alternatif akses ini penting karena dengan begitu pengunjung tidak perlu memutar jauh untuk datang ke toko yang diinginkan. Konsekuensi dari pencapaian ini yaitu diperlukan akomodasi parkir dengan jarak relatif dekat ke masing-masing retail. Peletakan area parkir akan dibahas selanjutnya pada sub-bab analisis zonasi tapak.

  Pencapaian langsung dan tidak langsung dapat dilakukan dengan kendaraan umum tergantung pada rute jalur yang dipilih. Dengan kendaraan umum Batik Solo Trans (disingkat BST) koridor 1 hanya dapat dilakukan pencapaian tidak langsung karena bus menuju utara di Gendengan. BST koridor 2 dapat mencapai kawasan pedestrian mall secara langsung karena rute bus ini melewati sepanjang Jalan Slamet Riyadi dari barat ke timur. Selain dengan BST, pencapaian langsung dapat dilakukan dengan menggunakan angkutan umum nomor 06 dan 07 yang melewati Jalan Slamet Riyadi di persimpangan Jalan Honggowongso dan Jalan Gajah Mada (liha

  Gambar 120. Pencapaian dengan kendaraan umum (analisis pribadi, 2017)

  Konsekuensi dari pencapaian dengan kendaraan umum yaitu perlu adanya halte di sepanjang kawasan untuk BST dan di persimpangan Jalan Honggowongso dengan Jalan Slamet Riyadi untuk angkutan umum. Peletakan halte akan dibahas selanjutnya pada sub- bab zonasi tapak.

V.7.2. Analisis sirkulasi dalam tapak

  Analisis sirkulasi dalam tapak dilakukan untuk mengetahui macam sirkulasi yang ada di dalam pedestrian mall di Kawasan Slamet Riyadi sehingga nantinya dapat menjadi dasar pertimbangan pengolahan zonasi tapak pada bab V.7.4. Dasar pertimbangan analisis sirkulasi dalam tapak yaitu dari analisis kebutuhan ruang yang menyatakan perlu disediakan sirkulasi untuk pejalan kaki, sepeda, dan kendaraan.

  Dalam rangka mencapai kriteria desain konektivitas, dalam

  pedestrian mall

  perlu memudahkan pengguna jika ingin berpindah dari lokasi satu ke lokasi lainnya. Pertimbangan yang perlu dimasukkan dalam analisis ini yaitu tidak adanya sarana akomodasi kendaraan dari arah timur ke barat. Di dalam kawasan, sirkulasi kendaraan terjadi dari barat ke timur tanpa ada arus contra flow sehingga hanya mengakomodasi satu arah arus lalu lintas. Untuk mengakomodasi arus pengguna dari timur ke barat, perlu disediakan sarana shuttle bus. Sirkulasi shuttle bus ini dapat digabung dengan jalur sirkulasi pejalan

  th

  kaki seperti pada bangunan preseden 16 mall di Denver (lihat sub-bab tinjauan pedestrian mall, sub sub-bab preseden) atau dapat pula diberikan sirkulasi khusus di area jalan raya bersama dengan kendaraan umum dan pribadi. Peletakan sarana shuttle bus akan dibahas selanjutnya pada sub sub-bab analisis zonasi tapak.

  Untuk memudahkan proses analisis, maka dalam analisis sirkulasi ini dilakukan penyusunan prioritas sirkulasi. Fungsi penyusunan prioritas sirkulasi ini yaitu untuk menunjukkan jenis sirkulasi yang diutamakan dalam proses pengolahan desain. Prioritas sirkulasi ini terlihat memberikan konsekuensi pada analisis terutama pada analisis besaran ruang dan analisis zonasi tapak. Sebagai contoh

  pedestrian mall yang berfungsi terutama sebagai area pejalan kaki tentu

  perlu memprioritaskan kepentingan pejalan kaki. Dengan memprioritaskan sirkulasi pejalan kaki, maka dari analisis peruangan hingga analisis bentuk perlu mementingkan kebutuhan dan karakter pejalan kaki. Begitu pula pertimbangan proses pengolahan kawasan mengikuti urutan prioritas selanjutnya (lihat Kendaraan pribadi sebagai prioritas terakhir menunjukkan akomodasi sirkulasi ini namun dalam hal pengolahan desain tidak terlalu diutamakan. Hal lain yang perlu dimasukkan dalam prioritas sirkulasi yaitu keberadaan kereta api pariwisata Jaladara. Rel kereta jaladara berada di sisi selatan Jalan Slamet Riyadi dan tidak dimungkinkan untuk dipindahkan.

  Bagan 4. Urutan prioritas jenis sirkulasi dalam kawasan (analisis pribadi, 2017) V.7.3.

  Analisis zonasi tapak Analisis zonasi tapak dilakukan agar diperoleh pembagian jalur dan area yang sesuai dengan aktivitas di dalam kawasan. Analisis zonasi tapak mengambil dasar pertimbangan tinjauan pustaka dan tinjauan kawasan serta dari analisis pada sub-bab sebelumnya.

  1) Zonasi pembagian jalur sirkulasi

  Analisis zona sirkulasi dilakukan untuk menentukan area untuk masing-masing aktivitas dan pengguna. Pembagian zona sirkulasi dapat bermanfaat untuk menciptakan perasaan aman bagi tiap pengguna karena diminimalisir kemungkinan tumpang tindih jalur yang tidak direncanakan.

  Pengolahan zona sirkulasi perlu mempertimbangkan kebutuhan penyediaan jalur pejalan kaki untuk Kawasan Slamet Riyadi. Sesuai dengan ketentuan penyediaan jalur pejalan kaki berdasarkan fungsi jalan dan penggunaan bangunan dalam peraturan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014, pada jalan arteri dan dengan fungsi bangunan sebagai bangunan komersial maka jaringan jalur pejalan kaki dikembangkan di kedua sisi jalan. Sirkulasi eksisting tapak perlu diolah kembali karena sisi utara masih berupa jalur lambat yang diperuntukkan tidak hanya bagi pejalan kaki namun juga kendaraan motor.

  Pertimbangan lain yang dilingkupi dalam analisis yaitu penambahan fungsi shuttle bus di dalam kawasan. Penambahan fungsi ini menimbulkan konsekuensi penyediaan jalur sirkulasi menerus di sepanjang kawasan. Jalur sirkulasi shuttle bus dapat diletakkan berbatasan dengan jalur pejalan kaki sisi utara sehingga sirkulasi nya tidak terhambat oleh kendaraan yang melintas di Jalan Slamet Riyadi. Untuk tetap menjaga keamanan pejalan kaki, antara jalur pejalan kaki dengan jalur shuttle bus dapat ditambahkan pagar pengaman atau perbedaan ketinggian lantai. Skenario lain yaitu shuttle bus diletakkan di jalan raya bersama dengan kendaraan lainnya (liha

  Jalur hijau dan jalur kereta merupakan zona yang diminimalisir berbeda dengan eksisting. Jalur hijau di sepanjang kawasan memiliki vegetasi eksisting yang dapat menjadi peneduh jalur pejalan kaki sehingga perlu dipertahankan keberadaannya. Jalur kereta di sisi selatan jalan adalah rel kereta aktif untuk sirkulasi kereta api pariwisata jaladara sehingga tidak dimungkinkan untuk di relokasi.

  Dalam upaya meminimalisir perubahan tersebut, maka zona lain diolah untuk menyesuaikan kondisi tersebut. Terutama jalur shuttle

  bus

  yang akan terhambat dengan keberadaan vegetasi di jalur hijau dan dihindari bertabrakan sirkulasi dengan kereta api, kedua jalur

  

shuttle bus dapat diletakkan di utara jalan mengapit jalur hijau. Selagi

  tidak ada shuttle bus yang melintas, jalur dapat digunakan oleh pejalan kaki.

  Gambar 121. Pembagian jalur sirkulasi antar pengguna (analisis pribadi, 2017)

  2) Zonasi pembagian area pejalan kaki

  Zonasi pembagian area pejalan kaki dilakukan untuk mengolah jalur pejalan kaki agar dapat mengakomodasi aktivitas yang direncanakan. Proses analisis pembagian area pejalan kaki dilakukan dengan dasar pertimbangan tipologi pembagian area pejalan kaki menurut peraturan kementerian pekerjaan umum (lihat bab II halaman poin a-c) dan adanya penambahan beberapa fungsi ruang dalam pedestrian mall.

  Penambahan fungsi ruang menimbulkan konsekuensi penambahan ruang yang harus diakomodasi jalur pejalan kaki. Pokok ketentuan pengolahan pembagian area pejalan kaki yaitu peletakan fungsi ruang tanpa mengganggu sirkulasi pejalan kaki. Hasil analisis besaran ruang berupa kisaran lebar efektif pejalan kaki dapat digunakan sebagai parameter pengolahan pembagian area pejalan kaki. Fungsi ruang di dalam zona rekreasi dan zona penjualan yang masing-masing mengambil dimensi cukup besar tidak dapat diletakkan pada titik yang sama. Jika zona rekreasi dan zona penjualan tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada jalur pejalan kaki, kedua zona dapat mengambil sebagian lebar jalur hijau atau jalur bagian depan gedung. Street furniture peletakannya lebih fleksibel karena tidak mengambil dimensi yang cukup luas dari jalur pejalan kaki. Street

  furniture

  dapat diletakkan pada jalur pejalan kaki ketika tidak bersama zona lainnya dan dapat diletakkan pada jalur hijau ketika berada pada titik yang sama dengan zona rekreasi atau zona penjualan. Zona servis dan zona penunjang sebagai zona komplemen untuk pejalan kaki dapat diletakkan di zona sirkulasi. Lrikut.

  Gambar 122. Analisis pengolahan pembagian area pejalan kaki (analisis pribadi, 2017)

  3) Zona penerima

  Penambahan zona penerima bertujuan untuk memberi tanda batas kawasan pedestrian mall. Zona area penerima dapat memberi pengguna sense pencapaian kawasan. Area penerima dipertimbangkan untuk diletakkan di tiap simpang jalan yang dilalui

  pedestrian mall

  . Di dalam area penerima juga dapat ditambahkan area informasi yang memudahkan aktivitas pengunjung. Karena fungsinya sebagai gerbang penyambut pengunjung, maka pengolahan desain bentuk area ini dapat dibuat menjadi point of interest kawasan.