Pengaruh Gradasi Limbah Plastik Pet Sebagai Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan Beton Ringan Struktural Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini digunakan metodologi kajian eksperimental dimana

pelaksanaan pencetakan dan pengujian beton dilakukan di Laboratorium Beton
Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Sedangkan
pembuatan agregat kasar dari limbah plastik PET dilakukan di rumah/kontrakan
peneliti yang berlokasi di Jalan Jamin Ginting Psr. VI Padang Bulan, Medan.

3.2.

Prosedur Penelitian
Secara garis besar, prosedur penelitian yang akan dilakukan dapat

digambarkan dengan flow chart berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1. Flow Chart Proses Penelitian
Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Agregat Kasar dari Limbah Plastik PET

Variasi Gradasi Agregat Kasar dari Limbah Plastik PET

Variasi Gradasi (FM)
6,01

Variasi Gradasi (FM)
6,56

Variasi Gradasi (FM)
7,00

Pemeriksaan Material


Perencanaan Campuran (Mix Design)

Pengadukan (Mixing)

Pengujian Slump

Pembuatan Benda Uji

Perawatan Benda Uji

Pengujian Benda Uji

Data Pengujian

Kesimpulan

Selesai

Pada penelitian ini, fokus utama sebelum melakukan pengadukan (mixing)

adalah persiapan agregat kasar dari limbah plastik PET, pengujian agregat kasar
tersebut, dan mix design beton ringan menggunakan metode ACI 211.2-98,
disamping melakukan pengujian bahan penyusun beton lainnya sesuai dengan
peraturan atau persyaratan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

Untuk mengetahui pengaruh gradasi limbah plastik PET sebagai agregat
kasar terhadap kuat tekan beton ringan struktural, maka pada penelitian ini akan
dibuat beberapa benda uji dengan variasi gradasi (Fineness Modulus - FM) kecil,
sedang, dan besar. Gradasi ini diperoleh dengan memisahkan agregat kasar dari
limbah plastik PET secara manual lalu dilakukan analisa ayak untuk masing-masing
variasi. Dengan perencanaan campuran beton (mix design) yang sama, agregat kasar
dari limbah plastik PET divariasikan berdasarkan gradasi (Fineness Modulus - FM)
yang berbeda. Kuat tekan rencana 17,5 MPa. Sedangkan gradasi (Fineness Modulus FM) yang akan divariasikan antara 6,0 – 7,1 (sesuai persyaratan SK SNI S-04-1989F untuk modulus kehalusan agregat kasar).

3.3.

Persiapan Alat dan Bahan


3.3.1

Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pengujian bahan, pencetakan, dan

pengujian beton disesuaikan dengan peralatan yang telah ada di Laboratorium Beton
Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
Khusus untuk persiapan agregat kasar dari limbah plastik PET, peralatan
yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:
 Meteran/mistar
 Kompor,
 Wajan,
 Sendok pengaduk dan penuang,
 Cetakan dari pelat seng ukuran 25 cm x 10 cm x 4 cm,
 Gunting,

Universitas Sumatera Utara

 Thermometer
 Martil,

 Papan triplek untuk alas kerja,
 Perlengkapan safety: sarung tangan, masker, dan kaca mata.
3.3.2

Persiapan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah:

1. Semen
- Jenis

: Portland Cement (PC)

- Tipe

: I (satu)

2. Agregat Halus
- Jenis

: Pasir alam


- Asal

: Binjai, Sumatera Utara

3. Agregat Kasar
- Jenis

: Agregat kasar dari limbah plastik PET

- Asal

: Kemasan botol plastik air mineral yang diambil/dibeli dari
pemulung di sekitar Kampus Universitas Sumatera Utara

4. Air
- Jenis

: Air Laboratorium Beton


- Sumber : Laboratorium Beton Teknik Sipil USU

3.4.

Pembuatan Agregat Kasar dari Limbah Plastik PET
Khusus untuk proses pembuatan agregat kasar dari limbah plastik PET ini,

memiliki tahap-tahap sebagai berikut:

 Siapkan alat dan bahan

 Pemotongan

Universitas Sumatera Utara

Botol plastik tanpa tutup dipotong menggunakan gunting dengan ukuran sekitar
2 cm x 2 cm. Pemotongan dimaksudkan agar proses pemanasan plastik lebih
cepat.

 Pemanasan/pelelehan

Plastik yang sudah terpotong dimasukkan ke dalam wajan lalu dipanaskan
hingga meleleh.

 Pencetakan

Dalam keadaan meleleh, plastik dipindahkan ke dalam cetakan dengan tebal
sekitar 2 – 4 cm.

 Pendinginan

Tunggu sekitar 1 jam lelehan akan mengeras.

 Pemecahan

Plastik dikeluarkan dari cetakan lalu dipecah-pecah dengan martil hingga
membentuk agregat kasar dengan gradasi tertentu.

3.5.

Pemeriksaan Material

Bahan-bahan yang digunakan diperiksa kelayakannya sesuai dengan

peraturan dan persyaratan yang berlaku. Pada penelitian ini, pemeriksaan material
(agregat halus dan kasar) yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.5.1.

Analisa Ayak Agregat Halus (SNI 03-1968-1990)

 Tujuan Percobaan
a. Menentukan gradasi/distribusi butiran pasir
b. Mengetahui modulus kehalusan (fineness modulus) pasir
 Peralatan
a. Timbangan
b. Sieve shaker machine
c. 1 set ayakan
d. Oven

Universitas Sumatera Utara


e. Sample splitter
 Bahan
Pasir kering oven sebanyak 1000 gram.
 Prosedur Percobaan
a. Ambil pasir yang telah kering oven (110±5)ºC;
b. Sediakan pasir sebanyak 2 sampel masing-masing seberat 1000 gr dengan
menggunakan sampel splitter;
c. Susun ayakan berturut-turut dari atas ke bawah: 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38
mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm dan pan;
d. Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas sieve shaker machine;
e. Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat;
f. Mesin dihidupkan selama 5 (lima) menit;
g. Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan;
h. Lakukan percobaan diatas untuk sampel 2.
 Rumus

FM =

Ʃ % Kumulatif tertahan ayakan
100


(3.1)

Keterangan:
FM = Fineness Modulus
Derajat kehalusan (kekasaran) suatu agregat ditentukan oleh modulus kehalusan
(fineness) dengan batasan-batasan sebagai berikut:
- Pasir halus

: 2,20 < FM < 2,60

- Pasir sedang

: 2,60 < FM < 2,90

- Pasir kasar

: 2,90 < FM < 3,20

Universitas Sumatera Utara

3.5.2.

Analisa Ayak Agregat Kasar (SNI 03-1968-1990)

 Tujuan Percobaan
a. Mengetahui gradasi/distribusi agregat kasar dari limbah plastik PET
b. Menentukan modulus kehalusan (fineness modulus) agregat kasar dari limbah
plastik PET
 Peralatan
a. 1 set ayakan
b. Sieve shaker machine
c. Timbangan
d. Sampel splitter
e. Sekop
 Bahan
Agregat kasar dari limbah plastik PET sebanyak 2000 gram.
 Prosedur Percobaan
a. Sediakan 2 (dua) sampel agregat kasar dari limbah plastik PET dengan berat
masing-masing 2000 gram dengan menggunakan sampel splitter;
b. Masukkan agregat kasar dari limbah plastik PET ke dalam ayakan yang telah
disusun sesuai urutannya yaitu 38,1 mm; 19,1 mm; 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38
mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm dan pan;
c. Tutup susunan ayakan tersebut dan letakkan di sieve shaker machine,
kemudian nyalakan mesin selama 10 menit;
d. Setelah 10 menit, ambil ayakan dan timbang agregat kasar dari limbah plastik
PET yang tertahan di masing-masing ayakan tersebut;
e. Ulangi percobaan untuk sampel kedua dengan cara yang sama.

Universitas Sumatera Utara

 Rumus

FM =

Ʃ % Kumulatif tertahan ayakan

(3.2)

100

Dimana:
FM = Fineness Modulus
Batasan modulus kehalusan agregat kasar dari limbah plastik PET: 5,5 < FM <
7,5
Agregat kasar dari limbah plastik PET dengan FM tersebut dinyatakan baik dan
memenuhi syarat sebagai bahan konstruksi.

3.5.3.

Kadar Air Pada Agregat (SNI 03-1971-1990)

 Tujuan Percobaan
Memperoleh angka persentase dari kadar air yang dikandung oleh agregat.
 Peralatan
a. Oven
b. Talam
c. Timbangan
 Bahan
a. Pasir
b. Agregat kasar dari limbah plastik PET
 Prosedur Percobaan
a. Ambil pasir dan agregat kasar dari limbah plastik PET dalam keadaan asli
masing-masing sebanyak 500 gram (A);
b. Masukkan ke dalam oven dengan suhu (110±5)0 C selama 24 jam hingga
berat tetap;

Universitas Sumatera Utara

c. Timbang berat pasir dan agregat kasar dari limbah plastik PET tersebut (B).
 Rumus
Kadar air =

A−B
B

× 100%

(3.3)

Dimana:
A = Berat pasir dan agregat kasar dari limbah plastik PET asli dari
lapangan (gram)
B = Berat pasir dan agregat kasar dari limbah plastik PET kering oven
(gram)

3.5.4.

Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan No. 200)
(SNI 03-4428-1997)

 Tujuan Percobaan
Menentukan persentase kadar lumpur pada pasir dan agregat kasar dari limbah
plastik PET.
 Peralatan
a. Ayakan no. 200
b. Oven
c. Timbangan
d. Pan
 Bahan
a. Pasir kering oven
b. Agregat kasar dari limbah plastik PET kering oven
c. Air

Universitas Sumatera Utara

 Prosedur Percobaan
a. Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gram dan 2 (dua)
sampel agregat kasar dari limbah plastik PET sebanyak masing-masing 1000
gram dalam keadaan kering oven;
b. Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui kran;
c. Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar melalui
ayakan terlihat jernih dan bersih;
d. Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24 jam;
e. Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya dicatat;
f. Lakukan percobaan untuk sampel kedua dan sampel agregat kasar dari limbah
plastik PET.
 Rumus
KL =

BM-BK
×100%
BM

(3.4)

Dimana:
KL = Kadar lumpur agregat (%)
BM = Berat sampel mula-mula
BK = Berat sampel setelah dikeringkan selama 24 jam
- Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila kadar
lumpur pasir < 5%.
- Agregat kasar dari limbah plastik PET yang memenuhi persyaratan dan layak
untuk digunakan, bila kadar lumpur pasir < 1%.

Universitas Sumatera Utara

3.5.5.

Pengujian Kadar Organik Pada Pasir/Colorimetric Test (SNI 03-28161992)

 Tujuan Percobaan
Mengetahui tingkat kandungan bahan organik dalam agregat halus.
 Peralatan
a. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet kapasitas 350 ml
b. Gelas ukur kapasitas 1000 ml
c. Timbangan
d. Mistar
e. Standar warna Gardner
f. Sendok pengaduk
g. Sampel splitter
 Bahan
a. Pasir kering oven lolos ayakan Ø 4,75 mm
b. NaOH padat
c. Air
 Prosedur percobaan
a. Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter sehingga
terbagi seperempat bagian;
b. Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi ± 3 cm dari dasar botol;
c. Sediakan larutan NaOH 3% dengan cara mencampur 12 gram kristal NaOH
kedalam 388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga kristal NaOH
larut;

Universitas Sumatera Utara

d. Masukkan larutan tersebut sampai tinggi larutan ± 2 cm dari permukaan pasir
(tinggi pasir + larutan = 5 cm);
e. Larutan diaduk menggunakan sendok pengaduk selama 7 menit;
f. Botol gelas ditutup rapat menggunakan penutup karet dan diguncang-guncang
pada arah mendatar selama 8 menit;
g. Campuran didiamkan selama 24 jam;
h. Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan standar
warna Gardner.
 Rumus/standar
Pengelompokkan standar warna Gardner adalah sebagai berikut:
a. Standar warna no. 1 : berwarna bening/jernih
b. Standar warna no. 2 : berwarna kuning muda
c. Standar warna no. 3 : berwarna kuning tua
d. Standar warna no. 4 : berwarna kuning kecoklatan
e. Standar warna no. 5 : berwarna coklat
Perubahan warna yang diperbolehkan menurut standar warna Gardner adalah
standar warna no. 3. Jika perubahan warna yang terjadi melebihi standar warna
no. 3 maka, pasir tersebut mengandung bahan organik yang banyak dan harus
dicuci dengan larutan NaOH 3% kemudian bersihkan dengan air.

Universitas Sumatera Utara

3.5.6.

Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus (SNI 03-1970-1990)

 Tujuan Percobaan
a. Menentukan berat jenis kering, berat jenis semu dan berat jenis SSD agregat
halus (pasir).
b. Menentukan penyerapan (absorbsi) agregat halus (pasir).
 Peralatan
a. Timbangan
b. Mould dan batang perojok
c. Oven
d. Piknometer
e. Talam/pan
 Bahan
a. Pasir
b. Air
 Prosedur Percobaan
a. Sediakan pasir secukupnya;
b. Rendam pasir tersebut dalam suatu wadah dengan dengan air selama 24 jam;
c. Pasir tersebut didinginkan hingga tercapai kondisi kering permukaan;
d. Untuk menentukan pasir dalam kondisi SSD adalah sebagai berikut:
Masukkan pasir kedalam mould ⅓ tinggi lalu dirojok sebanyak 25 kali,
kemudian masukkan pasir kedalam mould hingga ketinggian ⅔ tinggi lalu
dirojok 25 kali, kemudian isi sampai penuh dan dirojok 25 kali. Setelah itu
mould diangkat perlahan. Apabila pasir runtuh pada bagian tepi atasnya (tidak
keseluruhan) berarti pasir dalam kondisi SSD;

Universitas Sumatera Utara

e. Sediakan pasir dalam kondisi SSD dalam 2 bagian, masing-masing seberat
500 gram. Bagian pertama dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan
selama 24 jam. Bagian kedua dimasukkan ke dalam piknometer kemudian
diisi dengan air kemudian diguncang-guncang berulang dengan maksud agar
udara di dalam pasir keluar. Hal ini ditandai dengan keluarnya buih dari pasir.
Buih yang keluar tersebut dibuang dengan cara mengisi piknometer sampai
air melimpah dari leher piknometer tersebut. Pengisisan air dilakukan secara
perlahan-lahan. Setelah udara tidak ada lagi atur hingga air sampai batas air;
f. Timbang piknometer + air + pasir;
g. Buang isi piknometer lalu isi dengan air bersih hingga batas air maksimal;
h. Timbang berat piknometer + air;
i. Untuk pasir yang diovenkan, setelah kering dilakukan penimbangan;
j. Ulangi percobaan tersebut untuk sampel kedua.
 Rumus
Berat jenis kering =
Berat jenis SSD =

(3.4)

500

(3.5)

B+500−C
A

Berat jenis semu =
Absorbsi (%) =

A
B+500−C

(3.6)

B+A−C

500−A
A

× 100%

(3.7)

Dimana:
A = Berat pasir dalam keadaan kering (gr)
B = Berat piknometer berisi air (gr)
C = Berat piknometer berisi pasir dan air (gr)

Universitas Sumatera Utara

3.5.7.

Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Kasar (SNI 03-1969-1990)

 Tujuan Percobaan
a. Menentukan berat jenis kering, berat jenis semu dan berat jenis SSD agregat
kasar dari limbah plastik PET.
b. Menentukan penyerapan (absorbsi) agregat kasar dari limbah plastik PET.
 Peralatan
a. Timbangan
b. Saringan ukuran 4,76 mm dan 19,1 mm serta pan
c. Kain lap
d. Oven
e. Ember
 Bahan
a. Agregat kasar dari limbah plastik PET
b. Air
 Prosedur Percobaan
a. Agregat kasar dari limbah plastik PET diayak dengan ayakan 19,1 mm dan
4,76 mm. Agregat kasar dari limbah plastik PET yang akan digunakan adalah
agregat kasar dari limbah plastik PET yang lolos ayakan 19,1 mm dan
tertahan pada ayakan 4,76 mm kemudian timbang seberat ± 3 kg;
b. Rendam agregat kasar dari limbah plastik PET tersebut dalam suatu ember
dengan air selama 24 jam;
c. Agregat kasar dari limbah plastik PET hasil rendaman tersebut dikeringkan
hingga didapat kondisi kering permukaan (SSD) dengan menggunakan kain
lap;

Universitas Sumatera Utara

d. Siapkan agregat kasar dari limbah plastik PET sebanyak 2 x 1250 gram untuk
dua sampel;
e. Atur kesetimbangan air dan keranjang pada dunagan test set sampai jarum
menunjukkan setimbang pada saat air dalam kondisi tenang;
f. Masukkan agregat kasar dari limbah plastik PET yang telah mencapai kondisi
SSD ke dalam keranjang yang berisi air;
g. Timbang berat air + agregat kasar dari limbah plastik PET + keranjang;
h. Keluarkan agregat kasar dari limbah plastik PET lalu dikeringkan di dalam
oven selama 24 jam;
i. Timbang berat agregat kasar dari limbah plastik PET yang telah di oven kan;
j. Ulangi prosedur diatas untuk sampel kedua.
 Rumus
A

Berat jenis kering =
Berat jenis SSD =

B

(3.9)

B−C

Berat jenis semu =
Absorbsi (%) =

(3.8)

B− C

A

B−A
A

(3.10)

A−C

× 100%

(3.11)

Dimana:
A = Berat agregat dalam keadaan kering
B = Berat agregat dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry)
C = Berat agregat dalam air

Universitas Sumatera Utara

3.5.8. Berat Isi Pasir (SNI 03-4804-1998)
 Tujuan Percobaan
Menentukan nilai berat isi agregat halus (pasir).
 Peralatan
a. Bejana baja berbentuk silinder
b. Batang perojok
c. Timbangan
d. Sekop
e. Termometer
 Bahan
a. Pasir lolos saringan Ø 4,75 mm dalam keadaaan kering oven dengan suhu
(110±5)ºC
b. Air
 Prosedur Percobaan
a. Cara merojok
1) Timbang bejana besi;
2) Ambil pasir yang kering oven (110±5)ºC dan isikan kedalam bejana
sampai ⅓ tinggi bejana lalu dirojok sebanyak 25 kali secara merata
diseluruh permukaan. Isikan ⅓ tinggi bejana lagi sehingga menjadi ⅔
tinggi bejana lalu di rojok sebanyak 25 kali secara merata diseluruh
permukaan. Lalu, isi bejana sampai penuh dan kemudian dirojok kembali
sebanyak 25 kali secara merata diseluruh permukaan dan permukaan pasir
diratakan setinggi permukaan bejana besi;
3) Timbang bejana dan pasir;

Universitas Sumatera Utara

4) Keluarkan pasir dan bersihkan bejana lalu isi bejana yang sama dengan air
sampai penuh, kemudian timbang bejana dan air serta ukur suhu air;
5) Lakukan percobaan untuk dua sampel dengan bejana yang sama.
b. Cara longgar
1) Timbang bejana besi
2) Ambil pasir yang kering oven (110±5)ºC dan isikan kedalam bejana
dengan cara menyiram dengan menggunakan sekop setinggi ± 5 cm dari
permukaan atas bejana besi sampai penuh lalu ratakan permukaan pasir
setinggi permukaan bejana besi
3) Timbang bejana dan pasir
4) Keluarkan pasir dan bersihkan bejana lalu isi bejana yang sama dengan air
sampai penuh, kemudian timbang bejana dan air serta ukur suhu air
5) Lakukan percobaan untuk dua sampel dengan bejana yang sama
 Rumus

�=

M
V

(3.12)

Dimana:
Ρ = Berat isi (kg/m3)
M = Berat (kg)
V = Volume (m3)

Universitas Sumatera Utara

3.5.9. Berat Isi Kerikil (SNI 03-4804-1998)
 Tujuan Percobaan
Mengetahui nilai berat isi agregat kasar dari limbah plastik PET
Peralatan
a. Bejana baja berbentuk silinder
b. Batang perojok
c. Timbangan
d. Sekop
e. Termometer
 Bahan
a. Agregat kasar dari limbah plastik PET kering oven
b. Air
 Prosedur Percobaan
a. Dengan cara padat (merojok)
Cara padat (merojok) dibedakan atas:
- Cara merojok, yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran Ø ≤ 40 mm.
- Cara membanting/mengguncang, yang dilakukan untuk agregat dengan
ukuran 40 mm ≤ Ø ≤ 100 mm.
Prosedur percobaannya sebagai berikut:
1) Timbang bejana besi;
2) Ambil agregat kasar dari limbah plastik PET yang kering oven (110±5)ºC
dan isikan kedalam bejana sampai ⅓ tinggi bejana lalu dirojok sebanyak
25 kali secara merata diseluruh permukaan. Isikan ⅓ tinggi bejana lagi
sehingga menjadi ⅔ tinggi bejana lalu di rojok sebanyak 25 kali secara

Universitas Sumatera Utara

merata diseluruh permukaan. Lalu, isi bejana sampai penuh dan kemudian
dirojok kembali sebanyak 25 kali secara merata diseluruh permukaan dan
permukaan kerikil diratakan setinggi permukaan bejana besi;
3) Timbang bejana dan agregat kasar dari limbah plastik PET;
4) Keluarkan agregat kasar dari limbah plastik PET dan bersihkan bejana lalu
isi bejana yang sama dengan air sampai penuh, kemudian timbang bejana
dan air serta ukur suhu air;
5) Lakukan percobaan untuk dua sampel dengan bejana yang sama.
b. Dengan cara longgar
Cara longgar, dilakukan untuk agregat dengan ukuran Ø ≥ 100 mm.
a. Timbang bejana besi;
b. Ambil agregat kasar dari limbah plastik PET yang kering oven
(110±5)ºC dan isikan kedalam bejana dengan cara menyiram dengan
menggunakan sekop setinggi ± 5 cm dari permukaan atas bejana besi
sampai penuh lalu ratakan permukaan kerikil setinggi permukaan bejana
besi;
c. Timbang bejana dan agregat kasar dari limbah plastik PET;
d. Keluarkan agregat kasar dari limbah plastik PET dan bersihkan bejana
lalu isi bejana yang sama dengan air sampai penuh, kemudian timbang
bejana dan air serta ukur suhu air;
e. Lakukan percobaan untuk dua sampel dengan bejana yang sama.
 Rumus

�=

M
V

(3.13)

Universitas Sumatera Utara

Dimana:
Ρ = Berat Isi (kg/m3)
M = Berat (kg)
V = Volume (m3)

3.5.10. Pengujian Kuat Hancur Agregat Kasar dari Limbah Plastik PET dan
Batuan
Agregat kasar dari limbah plastik PET merupakan agregat baru yang perlu
diketahui kuat hancurnya. Pengujian ini merupakan pendekatan dari metode
pengujian kekuatan tekan tekan mortar semen portland untuk pekerjaan sipil (SNI –
03-6825-2002). Namun pembuatan benda uji dengan ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm
tidak bisa tercapai karena plastik yang dicetak dengan ukuran tersebut selalu
mengalami retak setelah kering/mengeras, maka benda uji dibentuk dari pecahan
agregat terbesar yang diperoleh (hasil retakan terbesar), yaitu ukuran 2 cm x 2 cm x 2
cm dan 2,5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm.
 Tujuan Percobaan
c. Menentukan kuat hancur agregat kasar yang terbuat dari limbah plastik PET.
 Peralatan
a. Alat potong batu
b. Kertas pasir
 Bahan
a. Pecahan agregat kasar dari limbah plastik PET
b. Air

Universitas Sumatera Utara

 Prosedur Percobaan
 Pemilihan Pecahan Agregat Kasar dari Limbah Plastik PET
Pilih pecahan agregat kasar dari limbah plastik PET yang memenuhi ukuran
benda uji kuat tekan agregat, yaitu 2 cm x 2 cm x 2 cm dan 2,5 cm x 2,5 cm x
2,5 cm masing-masing 4 sampel.
 Pemotongan
Potong pecahan agregat kasar dari limbah plastik PET sesuai ukuran sampel
yang telah direncanakan.
 Perataan
Ratakan permukaan benda uji menggunakan kertas pasir.
 Pengetesan Kuat Hancur
Sampel dibawa ke laboratorium untuk diuji kuat tekannya.
 Rumus
Kuat tekan benda uji diperoleh dengan persamaan berikut :
f ′ c, A =

P
A

(3.14)

Dimana :
f’c,A = Gaya Tekan (kg/cm2)
P

= Beban Tekan (kg)

A

= Luas bidang permukaan (cm2)

Hal yang sama dilakukan pada batuan biasa untuk mengetahui kuat
hancurnya sebagai bahan perbandingan.

Universitas Sumatera Utara

3.6.

Perencanaan Campuran (Mix Design)
Perencanaan Campuran (Mix Design) beton ringan yang digunakan pada

penelitian ini adalah berdasarkan metode ACI 211.2-98. Langkah-langkah
perhitungan rencana campurannya adalah sebagai berikut:
1.

Menentukan kuat tekan rencana.

2.

Menentukan nilai slump.

3.

Menentukan ukuran maksimum nominal agregat kasar. Direkomendasikan ACI
211.2-98 adalah 9,5 mm, 12,5 mm dan 19 mm.

4.

Menghitung kebutuhan air dan udara berdasarkan tabel hubungan nilai slump
dan ukuran maksimum agregat yang tersedia.

Tabel 3.1. Kebutuhan Air dan Udara untuk air-entrained concrete (Anonim 4, 1998)
Water (kg/m³) of concrete for
indicated nominal maximum
Slump range (mm)
aggregate size
9,5 mm
12,5 mm
19 mm
25 - 50
181
175
166
75 - 100
202
193
181
125 - 150
211
199
187
Entrained air (%) for condition of
exposure
Mild exposure
4,5
4
4
Moderate exposure
6
5,5
5
Extreme exposure
7,5
7
6

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.2. Kebutuhan Air dan Udara untuk non air-entrained concrete (Anonim 4,
1998)
Water (kg/m³) of concrete for
indicated nominal maximum
Slump range (mm)
aggregate size
9,5 mm
12,5 mm
19 mm
25 - 50
208
199
187
75 - 100
228
217
202
125 - 150
237
222
208
Entrapped air (%)
3
2,5
2

5.

Menghitung rasio air-semen berdasarkan tabel hubungan kekuatan dan
kandungan udara.
Tabel 3.3. Rasio Air-semen (Anonim 4, 1998)
Compressive strength
Non air-entrained
Air-entrained
(MPa)
concrete
concrete
42
0,41
35
0,48
0,4
28
0,57
0,48
21
0,68
0,59
14
0,82
0,74

6.

Menghitung kebutuhan semen bersdasarkan informasi dari langkah 4 dan 5
dengan rumus:
Kebutuhan semen =

7.

jumlah air yang dibutuhkan
rasio air semen

(3.15)

Menghitung kebutuhan agregat kasar ringan berdasarkan tabel hubungan ukuran
maksimum agregat dengan modulus kehalusan pasir.

Tabel 3.4. Volume Agregat Kasar dalam tiap Unit Volume Beton (Anonim 4, 1998)
Fineness modulus
Maximum size of
aggregate (mm)
2,4
2,6
2,8
3
9,5
0,58
0,56
0,54
0,52
12,5
0,67
0,65
0,63
0,61
19
0,74
0,72
0,7
0,68

Universitas Sumatera Utara

8.

Menghitung berat beton ringan keseluruhan berdasarkan tabel hubungan berat
jenis agregat kasar terhadap kandungan udara dalam beton.
Tabel 3.5. Berat Beton Ringan (kg/m³) (Anonim 4, 1998)
Entrained air (%)
Specific gravity factor
4
6
8
1
1596
1560
1519
1,2
1679
1643
1608
1,4
1768
1727
1691
1,6
1851
1810
1774
1,8
1934
1899
1857
2
2023
1982
1940

9.

Berdasarkan informasi yang didapat pada langkah-langkah sebelumnya,
kebutuhan pasir dapat diketahui dengan mengurangkan berat beton dengan
jumlah berat campuran yang lain.
Kebutuhan pasir = Berat beton ringan – (air + semen + agregat kasar ringan)

3.7.

(3.16)

Pengadukan (Mixing)
Setelah semua bahan tersedia, selanjutnya bahan yang sudah ditimbang

sebelumnya dimasukan satu per satu ke dalam molen yang sudah dalam keadaan
berputar. Pasir dan agregat dari limbah plastik PET dimasukkan terlebih dahulu
kemudian disusul dengan semen. Kemudian diamkan hingga campuran merata
kemudian dilanjutkan dengan air. Setelah campuran homogen lalu dapat dilakukan
penuangan dan pencetakan. Pada proses ini sekaligus dilakukan Slump Test.

Universitas Sumatera Utara

3.8.

Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji menggunakan cetakan kubus dengan ukuran 15 cm x 15

cm x 15 cm. Sebelum digunakan cetakan kubus terlebih dahulu dibersihkan dari
kotoran yang menempel dan kemudian permukaannya diolesi dengan Vaseline.
Pencetakan dilakukan dengan memasukkan campuran beton 1/3 tinggi
cetakan lalu dipadatkan menggunakan vibrator. Kemudian campuran beton
dimasukan kembali 1/3 tinggi cetakan dan dipadatkan menggunakan vibrator lagi,
Hal yang sama dilakukan sampai cetakan dalam keadaan penuh lalu ratakan
permukaan adukan beton dengan sendok semen.

3.9.

Perawatan Benda Uji
Setelah 24 jam kemudian cetakan dibuka lalu dilakukan penomoran pada

benda uji agar lebih mudah dalam melakukan pengujian selanjutnya. Selanjutnya
dilakukan perendaman selama 28 hari. Setelah dilakukan perendaman 28 hari
selanjutnya dilakukan pengujian, namun sebelumnya benda uji telah dikeringkan
menggunakan oven sehari sebelum pengujian.

3.10.

Pengujian Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kuat tekan dari

benda uji beton. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Compressive Strength
Machine, sehingga didapat beban maksimum benda uji.
Kuat tekan benda uji diperoleh dengan persamaan berikut:
f′c =

P
A

(3.17)

Universitas Sumatera Utara

Dimana :
f’c

= Gaya tekan (kg/cm2)

P

= Beban tekan (kg)

A

= Luas bidang permukaan (cm2)

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Proses Pembuatan Agregat Kasar dari Limbah Plastik PET dan
Variasi Gradasinya
Limbah plastik PET dapat diolah menjadi agregat kasar beton. Agregat

yang dihasilkan cukup ringan apabila dibandingkan dengan agregat batuan yang
umumnya digunakan pada beton normal. Pada prosesnya, kemudahan dan kecepatan
pengejaan sangat tergantung pada proses pemanasannya, yaitu suhu. Limbah plastik
PET ini membutuhkan suhu yang cukup tinggi untuk bisa meleleh, yaitu sekitar 240
⁰C.
Untuk menghasilkan ukuran agregat ukuran besar, perlu menyediakan
cetakan yang besar dan tebal, misalnya pada penelitian ini peneliti menggunakan
cetakan ukuran 25 cm x 10 cm x 4 cm. Dengan ukuran cetakan ini, ukuran
maksimum butir agregat kasar yang dihasilkan dapat mencapai 3 - 4 cm. Setelah
mengeras, agregat yang dicetak selalu mengalami retak namun ukuran maksimum
agregat kasar masih tercapai.
Pada penelitian ini, ukuran maksimum agregat yang dipakai adalah 19
mm. Untuk mendapatkan ukuran tersebut, agregat yang telah dicetak masih perlu
dipecah-pecah lagi menjadi butiran yang lebih kecil. Butiran maksimum ini dapat
diseleksi dengan mengayak menggunakan ayakan 19 mm, dimana agregat yang
dipakai adalah agregat yang lolos dari ayakan ini dan tertahan ayakan 4,75 mm.
Seperti halnya agregat kasar dari batuan biasa, agregat dari limbah plastik
PET ini dapat membentuk gradasi tertentu. Butirannya cukup menyerupai agregat
kasar dari agregat batuan biasa (batu pecah). Dengan demikian, agregat

Universitas Sumatera Utara

dapatdivariasikan gradasinya dengan cara manual, yaitu dengan menentukan
komposisi ukuran butiran.
Penentuan variasi gradasi minimum dan maksimum yang akan digunakan
pada penelitian ini diambil yang paling mendekati nilai terendah dan tertinggi dari
batasan gradasi (FM) yang disyaratkan (6 – 7,10), meskipun apabila memperhatikan
batasan grafik berdasarkan ukuran butir terbesar agregat yang digunakan akan
diperoleh grafik variasi gradasi yang keluar dari batasan. Hal ini dimaksudkan agar
pengaruh variasi gradasi yang akan diperoleh lebih mudah dianalisa. Dengan selisih
nilai variasi gradasi yang cukup besar, diharapkan dapat menghasilkan pengaruh
yang signifikan dari masing-masing variasi gradasi.
Berikut grafik variasi gradasi agregat kasar dari limbah plastik PET yang
digunakan pada penelitian ini:
Grafik 4.1. Variasi Gradasi Agregat Kasar dari Limbah Plastik PET

Universitas Sumatera Utara

4.2.

Hasil Pemeriksaan Agregat
Tabel 4.1. Hasil PemeriksaanAgregat Kasar dari Limbah Plastik PET
Agregat Kasar
dari Limbah
No
Jenis Pemeriksaan
Plastik PET
1. Modulus kehalusan
6,01-6,56-7,00
2. Kadar air (%)
0,002
3. Berat jenis kondisi SSD
1,31
3
4. Berat isi(kg/m )
812
5. Persentase penyerapan (%)
0,4

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus
No
Jenis Pemeriksaan
Pasir (dari Binjai)
1. Modulus kehalusan
2,39
2. Kadar air (%)
4,93
3. Berat jenis kondisi SSD
2,45
4. Persentase penyerapan (%)
1,94
5. Kadar lumpur (%)
2,56
6. Kandungan zat organik (warna)
Sama
3
7. Berat isi (kg/m )
1678

4.3.

Visual Agregat Kasar dari Limbah Plastik PET
Agregat kasar yang dihasilkan dari pemecahan limbah plastik PET ini

memiliki bentuk butiran yang menyerupai agregat kasar pada umumnya. Bentuknya
mendekati atau bahkan sama dengan bentuk agregat kasar dari batu pecah. Bentuk
butiran ini terbentuk karena prosesnya dipecah-pecah dari ukuran agregat yang agak
besar berdasarkan ukuran cetakan.Sehingga, hasilnya berupa butiran dengan betuk
bersudut (angular).
Bentuk butiran bersudut (angular) ini sangat baik apabila agregat
tersebut memiliki ikatan yang baik dengan pasta semen, karena permukaannya yang
lebih luas. Namun dilihat dari tekstur permukaannya, agregat dari limbah plastik PET
ini mengkilat (glassy). Lekatan yang dihasilkan dengan tekstur permukaan seperti

Universitas Sumatera Utara

ini kurang baik. Semakin luas permukaan yang ada, maka lekatannya semakin lemah
yang kemudian sangat mempengaruhi kekuatan beton.

4.4.

Kuat Hancur Agregat Kasar dari Limbah Plastik PET
Kuat hancur agregat kasar dari limbah plastik PET ini diperoleh dengan

melakukan pendekatan dengan proses pengujian kekuatan tekan mortar semen
berdasarkan SNI 03-6825-2002. Peneliti mencoba membuat cetakan berukuran 5 cm
x 5 cm x 5 cm untuk membentuk benda uji dari plastik PET. Rencananya benda uji
ini yang akan ditekan menggunakan mesin pressuntuk mendapatkan nilai kuat
hancur agregat. Namun, untuk membentuk benda uji dengan ukuran 5cm x 5 cm x 5
cm ini tidak bisa tercapai.Plastik PET yang dileburkan kemudian dicetak selalu
mengalami retak setelah mengeras. Kuat hancur agregat tidak akan maksimal dengan
adanya retak-retak pada benda ujinya.
Ukuran maksimum agregat yang bisa dihasilkan tanpa ada keretakan
sekitar 4 cm. Bentuknya yang bersudut (angular) hanya bisa menghasilkan ukuran
benda uji sekitar 2,5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm apabila dipotong. Maka dari sini, peneliti
membuat benda uji kuat hancur agregat dari limbah plastik PET ukuran 2,5 cm x 2,5
cm x 2,5 cm dan 2 cm x 2 cm x 2 cmdengan memotongnya menggunakan alat potong
batu.Untuk catatan, benda uji dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm tidak dapat
menghasilkan nilai kuat hancur karena terlalu lemahnya benda uji terhadap tekanan
yang diberikan.Hal yang sama dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat hancur
agregat kasar dari batu sebagai bahan perbandingan. Berikut tabel kuat hancur yang
diperoleh:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3. Kuat Hancur Agregat
Jenis Agregat
Kuat Hancur Agregat (MPa)
Agregat dari limbah plastik PET
6,71
Agregat dari batuan biasa
38,29

Dari tabel di atas, terlihat agregat kasar dari limbah plastik PET sangat
lemah apabila dibandingkan dengan agregat kasar dari batuan biasa yang umumnya
digunakan pada beton normal. Agregat kasar dari limbah plastik PET 5,71 kali lebih
lemah daripada agregat kasar dari batuan. Dengan kekuatan agregat kasar dari
limbah plastik PET yang sangat lemah ini, maka kekuatan agregat kasar yang akan
dipakai pada beton tidak bisa diandalkan untuk menahan beban. Kekuatan beton
akan dipikul lebih banyak oleh mortar semen.

4.5.

Nilai Slump
Nilai slump yang dihasilkan tercapai sesuai dengan slump rencana pada

mix design, yaitu antara 75-100 mm. Nilai slump beton segar pada saat melakukan
pencampuran (mixing) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4. Nilai Slump yang Dihasilkan
Sampel dengan Variasi Gradasi
Agregat Kasar dari Limbah Plastik

Slump (mm)

PET
Variasi Gradasi dengan FM 6,01
Variasi Gradasi dengan FM 6,56
Variasi Gradasi dengan FM 7

80
90
90

Universitas Sumatera Utara

4.6.

Berat Isi Beton Menggunakan Agregat Kasar dari Limbah Plastik
PET
Penggunaan agregat kasar dari limbah plastik PET pada penelitian ini

adalah untuk menghasilkan beton ringan yang juga bisa digunakan sebagai beton
struktur. Berdasarkan SNI-03-2461-2002 berat isi maksimum beton ringan adalah
1.850 kg/m³. Pada penelitian ini, berat beton yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5. Berat Beton Hasil Penelitian
Sampel dengan Variasi
Volume
Berat
No. Gradasi Agregat Kasar
Sampel
Sampel
dari Limbah Plastik PET
(m³)
(kg)
Variasi Gradasi dengan
1
FM 6,01
- Sampel 1
5,94
0,003375
- Sampel 2
5,88
0,003375
- Sampel 3
5,81
0,003375
Berat rata-rata beton I
Variasi Gradasi dengan
2
FM 6,56
- Sampel 1
6,08
0,003375
- Sampel 2
6,05
0,003375
- Sampel 3
5,94
0,003375
Berat rata-rata beton II
Variasi Gradasi dengan
3
FM 7
- Sampel 1
6,06
0,003375
- Sampel 2
6,08
0,003375
- Sampel 3
6,10
0,003375
Berat rata-rata beton III

Berat Beton per

(kg/ m³)

1.760,00
1.742,22
1.721,48
1.741,23

1.801,48
1.792,59
1.760,00
1.784,69

1.795,56
1.801,48
1.807,41
1.801,48

Universitas Sumatera Utara

Secara grafik, berat beton hasil penelitian adalah sebgai berikut:
Grafik 4.2. Berat Beton Hasil Penelitian

Dari data tabel dan grafik di atas,berat beton yang dihasilkan semuanya
tergolong ringan atau termasuk ke dalam kategori beton ringan. Namun, berat beton
mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan variasi gradasi (FM) agregat kasar dari
limbah plastik PET yang digunakan.Semakin besar nilai FM agregatnya, semakin
berat beton yang dihasilkan.
Beton yang dihasilkan menjadi ringan karena penggunaan agregat kasar
dari limbah plastik PET yang ringan. Berarti, perbedaan berat yang terjadi
dipengaruhi oleh kandungan agregat kasarnya.Agregat kasar dengan nilai FM kecil,
memiliki ukuran butir yang kecil juga. Butiran agregat yang kecil akan lebih
memadat atau berusaha saling mengisi daripada butiran yang besar. Dengan
demikian, ruang pasta semen pada beton semakin kecil dan diisi lebih banyak
olehagregat kasar.Hal ini menjadikan beton dengan variasi gradasi (FM) kecil lebih
ringan daripada beton dengan variasi gradasi (FM) besar.

Universitas Sumatera Utara

4.7.

Kuat Tekan Beton Ringan dengan Agregat Kasar dari Limbah Plastik
PET
Data hasil uji kuat tekan beton ringan di laboratorium adalah sebagai

berikut:
Tabel 4.6. Data Hasil Uji Kuat Tekan Beton Ringan di Laboratorium
Sampel dengan
Beban
Umur
Variasi Gradasi
Tekan
No.
Beton
Jenis Benda Uji
Agregat Kasar dari
(hari)
(ton)
Limbah Plastik PET
Variasi
Gradasi
1
dengan FM 6,01
28
Kubus (15 x 15 x 15)
Sampel 1
33,20
cm
28
Kubus (15 x 15 x 15)
Sampel 2
41,20
cm
28
Kubus (15 x 15 x 15)
Sampel 3
40,00
cm
Beban tekan rata38,13
rata beton I
Variasi
Gradasi
2
dengan FM 6,56
28
Kubus (15 x 15 x 15)
Sampel 1
46,00
cm
28
Kubus (15 x 15 x 15)
Sampel 2
42,00
cm
28
Kubus (15 x 15 x 15)
Sampel 3
46,00
cm
Beban tekan rata44,67
rata beton II
Variasi
Gradasi
3
dengan FM 7
28
Kubus (15 x 15 x 15)
Sampel 1
46,40
cm
28
Kubus (15 x 15 x 15)
Sampel 2
44,00
cm
28
Kubus (15 x 15 x 15)
Sampel 3
46,00
cm
Beban tekan rata45,47
rata beton III

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data tersebut, maka diperoleh nilai kuat tekan beton untuk
masing-masing variasi gradasi (FM) sebagai berikut:
Tabel 4.7. Kuat Tekan Beton Hasil Penelitian
Sampel dengan
Variasi Gradasi
Kuat Tekan
No.
Agregat Kasar dari
(MPa)
Limbah Plastik PET
Variasi Gradasi dengan
1
13,89
FM 6,01
Variasi Gradasi dengan
2
16,27
FM 6,56
Variasi Gradasi dengan
3
16,57
FM 7

Secara grafik, kuat tekan beton hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Grafik 4.3. Kuat Tekan Beton Hasil Penelitian

Dari tiga variasi gradasi agregat, beton ringan yang dihasilkan tidak
mencapai target kekuatan tekan beton ringan struktural, yaitu masih di bawah 17,24
MPa. Kekuatan tekannya dapat memenuhi syarat sebagai struktural ringan, yaitu

Universitas Sumatera Utara

antara 6,89 – 17,24 MPa. Namun apabila dilihat dari syarat berat beton ringan untuk
struktural ringan, beton yang dihasilkan dengan berat 1.741,23 kg/m3 – 1.801,48
kg/m3belum bisa memenuhi syarat sebagai beton ringan.Beton ringan untuk
struktural ringan harus memiliki berat maksimum 1.400 kg/m3. Kuat tekan beton
mengalami pertambahan kekuatan seiring dengan besarnya nilai variasi gradasi (FM)
agregat.Beban tekan maksimal yang bisa dicapai adalah 46 ton (16,74 MPa). Kuat
tekan maksimal ini dapat dicapai dengan variasi gradasi FM 6,56 dan 7. Semakin
besar nilai FM agregat kasar dari limbah plastik PET yang digunakan, semakin tinggi
nilai kuat tekan beton ringan yang dihasilkan.

4.8.

Pengaruh Gradasi Berdasarkan Kuat Tekan Beton Ringan dengan
Agregat Kasar dari Limbah Plastik PET
Grafik kekuatan tekan beton hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat

tekan beton ringan yang dihasilkan tidak sama untuk ketiga variasi gradasi yang
dijadikan sampel penelitian. Kuat tekan beton mengalami penambahan kekuatan
seiring dengan naiknya gradasi (FM) agregat kasar yang digunakan.Keadaan ini
diduga terjadi karena beberapa faktor:
 Luas bidang agregat kasar dari limbah plastik PET di dalam beton.
Agregat dengan gradasi (FM) lebih kecil memilki luas bidang yang lebih besar
dibandingan dengan agregat dengan garadasi (FM) yang besar.Tekstur
permukaan butiran yang mengkilat (glassy) membuat lekatan dengan pasta
semen menjadi lemah. Semakin luas bidang agregat kasar dari limbah plastik
PET ini yang ada pada campuran beton maka semakin lemah ikatan beton
tersebut yang kemudian mempengaruhi kekuatan tekannya.

Universitas Sumatera Utara

 Kepadatan agregat kasar dari limbah plastik PET di dalam beton.
Semakin kecil gradasi (FM) agregat kasar maka semakin memadat agregat kasar
tersebut di dalam beton. Agregat kasarnya akan berusaha saling mengisi ruang yang
ada di dalam beton sehingga beton lebih dipadati oleh agregat kasar, dalam penelitian
ini agregat kasarnya adalah agregat buatan dari limbah plastik PET yang memiliki
kekuatan hancur yang sangat rendah. Pemadatan ini dapat dilihat dari berat beton
ringan yang dihasilkan, yaitu beton ringan yang menggunakan agregat kasar dengan
gradasi (FM) kecil lebih ringan daripada beton ringan dengan gradasi (FM) agregat
kasar yang besar. Dengan demikan, beton yang lebih dipadatkan oleh agregat kasar
dari limbah plastik PET karena gradasinya yang kecil lebih lemah kekuatan
tekannya.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa

kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1.

Ukuran maksimum butir agregat kasar dari limbah plastik PET yang bisa
dihasilkan dapat mencapai 3 - 4 cm.

2.

Penggunaan agregat kasar dari limbah plastik PET dapat menghasilkan beton
ringan. Penggunaan agregat kasar dari limbah plastik PET dengan variasi gradasi
(FM) 6,01 dapat menghasilkan beton ringan 1.741,23 kg/m³, variasi gradasi
(FM) 6,56 1.784,69 kg/m³, variasi gradasi (FM) 7 1.801,48 kg/m³.

3.

Semakin kecil gradasi (FM) agregat kasar dari limbah plastik PET yang
digunakan pada beton, semakin ringan beton yang akan dihasilkan.

4.

Beton ringan yang dihasilkan tidak mencapai target kekuatan tekan beton
struktural. Kuat tekan maksimal yang dapat dicapai 16,57 MPa, yaitu pada
penggunaan agregat kasar dari limbah plastik PET dengan variasi gradasi (FM)
7. Nilai kuat tekan dengan variasi gradasi (FM) 6,01 dan 6,56 masing-masing
13,89 MPa dan 16,27 MPa.

5.

Berdasarkan berat dan kuat tekannya, beton yang dihasilkan tidak dapat
digolongkan ke dalam konstruksi beton ringan.

6.

Semakin kecil gradasi (FM) agregat kasar dari limbah plastik PET yang
digunakan pada beton, semakin lemah kekuatan tekannya.

Universitas Sumatera Utara

7.

Gradasi agregat kasar dari limbah plastik PET dapat mempengaruhi kekuatan
tekan beton ringan struktural. Hal ini dipengaruhi oleh luas bidang agregat kasar
dari limbah plastik PET dan kepadatannya di dalam beton. Semakin kecil
gradasi (FM) agregat, semakin luas bidang agregat dan semakin memadat di
dalam beton. Permukaannya yang luas membuat lekatan beton lemah karena
teksturnya yang mengkilat (glassy) sedangkan apabila semakin memadat maka
beton lebih banyak diisi oleh agregat kasar dari limbah palstik PET yang kuat
hancurnya sangat lemah.

5.2.
1.

Saran
Penggunaan agregat kasar dari limbah plastik PET pada beton sebagai alternatif
untuk mengurangi beban sendiri pada bangunan perlu diteliti lebih dalam lagi
baik dari kuat tekannya maupun sifat-sifat lainnya. Beton ringan yang dihasilkan
pada penelitian ini masih hanya bisa digunakan untuk struktural ringan.

2.

Disarankan agar para peneliti selanjutnya melakukan penelitian batas minimal
dan maksimal variasi gradasi agregat kasar dari limbah plastik PET yang bisa
dijadikan beton struktural atau struktural ringan.

3.

Perlu dilakukan penelitian pengaruh variasi gradasi agregat kasar dari limbah
plastik PET terhadap sifat-sifat beton lainnya.

4.

Dapat dilakukan juga penelitian dengan penggunaan jenis plastik yang lain.

Universitas Sumatera Utara