CALK Pemda 2009
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumberdaya. Laporan keuangan
terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer,
dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi
keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan Laporan Keuangan pemerintah disusun untuk menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun
politik dengan:
1) menyajikan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran.
2) menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumberdaya
ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan
perundang-undangan.
3)
menyediakan informasi mengenai jumlah sumberdaya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
4) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan masyarakat.
5) menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek
maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan
pinjaman.
6) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah
Daerah, mengenai kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah
daerah menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset,
kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas pemerintah daerah.
1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur
keuangan pemerintah daerah. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan
daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta:
1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
9
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ;
4) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah ;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
6) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
9) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun
2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 Nomor 4)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2008 Nomor 11)
10) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun
2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 1);
11) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2009
tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 8);
12) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 17.1 Tahun 2009
tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta;
13) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun
2009 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 6);
14) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2009
tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 40);
15) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2007 dan
Perubahanya Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kebijakan Akuntansi.
10
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
1.3. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
Bab I
Pendahuluan
1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan
1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan
Bab II
Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja
APBD
2.1. Ekonomi Makro
2.2. Kebijakan Keuangan
2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
Bab III
Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan
3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan
Bab IV
Kebijakan Akuntansi
4.1. Entitas Pelaporan Keuangan Daerah
4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Bab V
Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan
5.1. Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan
keuangan
5.1.1. Pendapatan
5.1.2. Belanja
5.1.3. Pembiayaan
5.1.4. Aset
5.1.5. Kewajiban
5.1.6. Ekuitas Dana
5.1.7. Komponen-komponen Arus Kas
5.2. Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan basis kas, untuk entitas
akuntansi/ entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada
SKPD
Bab VI.
Penutup
11
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
BAB II
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
2.1. Ekonomi Makro
Kondisi ekonomi makro DIY pada tahun 2009 diperkirakan tidak jauh
berbeda dengan tahun 2008. Peristiwa menonjol yang akan mempengaruhi
perkembangan makro ekonomi DIY adalah adanya agenda pemilihan umum dan
pemilihan presiden, sedangkan dari sisi kontribusi sektor-sektor masih didorong
oleh sektor jasa-jasa, pertanian, perdagangan hotel restoran, dan industri
pengolahan. Adanya agenda pemilihan umum dan pemilihan presiden 2009 akan
menggerakkan kegiatan-kegiatan ekonomi seperti industri percetakan, sablon,
konveksi dan jasa hiburan.
Perkembangan ekonomi pada tahun 2006-2008 memperlihatkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Tahun 2006 walaupun terjadi bencana alam gempa bumi, ekonomi DIY
mampu tumbuh 3,69%, lebih rendah sedikit dari perkiraan tumbuh 3,71%.
2) Tahun 2007 ekonomi DIY tumbuh 4,2%, lebih rendah dari proyeksi awal
sebesar 4,68%. Angka pertumbuhan ini terutama disumbang oleh sektor
bangunan, sektor listrik-gas-air bersih, sektor pengangkutan-komunikasi dan
sektor perdagangan-hotel-restoran.
3) Tahun 2008 ekonomi DIY diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,00%, lebih
rendah dari target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,40%
Dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi pada tahun-tahun
sebelumnya, maka pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2009 diproyeksikan
tumbuh sebesar 4.30-4.60%. Angka tersebut masih tetap di bawah target
pertumbuhan nasional yang diperkirakan bergerak 9,5%. Kondisi ini disebabkan
oleh, pertama, pemerintah beberapa tahun terakhir ini diuntungkan dengan boom
migas, yaitu subsektor yang tidak dimiliki oleh DIY. Kedua, porsi sektor industri
pengolahan sebagai sektor dengan efek pengganda besar, relatif lebih besar di
tingkat nasional.
Faktor pendorong pertumbuhan tersebut adalah:
1) Masih didorong sektor jasa-jasa, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, dan sektor industri pengolahan
2) Kegiatan-kegiatan ekonomi dari kampanye pemilihan umum dan kampanye
pemilihan presiden 2009, seperti industri percetakan, sablon, konveksi dan
jasa hiburan.
Sedangkan faktor penghambat yang memungkinkan proyeksi tersebut
tidak tercapai, antara lain:
1) Kenaikan berbagai harga barang termasuk bahan-bahan pokok yang terjadi
sejak akhir 2007 hingga 2008 dimungkinkan berpengaruh pada sektor
produksi maupun konsumsi masyarakat.
12
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
2)
Krisis energi, akibat trend harga minyak internasional yang meningkat
(bahkan lebih dari US$ 100/barrel) diperkirakan berdampak pada biaya
ekonomi tinggi pada semua sektor, khususnya transportasi dan manufaktur.
Peranan sektoral terhadap pembentukan PDRB pada tahun 2009
menunjukkan sektor perdagangan hotel dan restoran memberikan kontribusi
terbesar. Peranan sektor berturut-turut dari yang tinggi ke rendah adalah sektor
perdagangan hotel dan restoran, sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor industri
pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bangunan, sektor
keuangan persewaan dan jasa perusahaan, sektor listrik gas dan air bersih, dan
yang terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian.
Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 4.30-4.60%, maka
PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2009 diperkirakan mencapai
sebesar Rp.19.819.776,05-Rp 19.876.784,03 juta. Perkembangan PDRB DIY atas
dasar harga konstan 2000, dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, pada
tahun 2005 sebesar Rp.16.911.053 juta, tahun 2006 sebesar Rp.17.535.354 juta,
tahun 2007 ditargetkan sebesar Rp.18.271.790 juta, dan tahun 2008
Rp.19.002.661,60 juta.
Perkembangan tingkat inflasi sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.
Inflasi Propinsi DIY dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang fluktuatif
tergantung kestabilan kondisi politik dan ekonomi pada saat itu. Di samping itu
pengaruh faktor musiman seperti tahun ajaran baru dan musim liburan juga
mempunyai peran dalam mendorong inflasi DIY.
Perkembangan inflasi pada tahun 2005-2008 menunjukkan tingkat inflasi
di DIY masih cukup tinggi, merupakan tingkat inflasi tertinggi di antara kota-kota
di pulau Jawa. Secara berurutan tingkat inflasi di DIY dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Tahun 2005 tingkat inflasi sangat tinggi, yaitu sebesar 14,98%. Hal ini
dipengaruhi oleh naiknya biaya produksi, merosotnya nilai tukar rupiah dan
naiknya suku bunga perbankan.
2) Tahun 2006 tingkat inflasi turun menjadi 10,40%, tetapi masih diatas inflasi
nasional sebesar 6,60%. Hal ini terkait dengan melonjaknya harga kelompok
makanan terutama beras, sebagai akibat kebijakan pemerintah terhadap
harga komoditas barang strategis (kenaikan harga dan kelangkaan BBM),
dampak gempa dan kemarau panjang
3) Tahun 2007 tingkat inflasi lebih rendah dari 2006, yaitu turun menjadi
8,00%.
4) Tahun 2008 tingkat inflasi diperkirakan mencapai 10,10%, mengalami
kenaikan dibandingkan 2007
Dengan memperhatikan proyeksi pertumbuhan ekonomi, maka tingkat
inflasi di DIY pada tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan apabila
dibandingkan 2008, yaitu menjadi sebesar 9,00%.
Proyeksi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2009 dapat digambarkan sebagai
berikut:
1) Pertumbuhan Ekonomi
Proyeksi pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2009 diperkirakan lebih
baik dibandingkan 2008. Di tahun 2009, diperkirakan pertumbuhan ekonomi
13
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
antara 4,30-4,60%. Angka ini didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu:
pertama dari sisi ketersediaan dan permintaan barang/jasa cenderung stabil.
Kedua, tidak ada kenaikan harga BBM dan harga energi lainnya seperti tarif
dasar listrik (TDL). Ketiga, proses politik lokal dan nasional tidak
mengganggu kegiatan ekonomi.
Berdasarkan angka proyeksi pertumbuhan tersebut, maka proyeksi
angka PDRB ADHK 2000 berdasarkan lapangan usaha untuk tahun 2008
dan 2009 dapat dicermati pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Proyeksi PDRB Provinsi DIY atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 Berdasarkan Penggunaan Tahun 2008 – 2009
Proyeksi (miliar Rp)
2008
2009
3.543
3.695 - 3.706
137
143 - 144
2.611
2.723 - 2.731
170
177 - 178
1.777
1.853 - 1.858
3.920
4.088 - 4.100
1.943
2.027 - 2.033
1.734
1.808 - 1.813
3.169
3.305 - 3.314
19.003
19.820 - 19.877
Lapangan Usaha
1. Pertanian
2. Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik & Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdag, Hotel & Restoran
7. Angkutan & Komunikasi
8. Keu, Pers & Jasa Perus
9. Jasa-Jasa
PDRB
Keterangan: proyeksi per lapangan usaha didasarkan pada distribusinya tahun 2007.
Sumber: BPS Provinsi DIY, D. I. Yogyakarta dalam Angka 2006/2007, 2007 & Berita Resmi
Statistik BPS Provinsi DIY, 2008 (diolah).
2)
Pergerakan Inflasi
Tingkat inflasi di Provinsi DIY untuk tahun 2009 diperkirakan
berkisar 9% namun realisasinya 2,93% sedikit lebih tinggi diatas inflasi
nasional (2,78%).
Dari ekspektasi ekonomi yang semakin baik, tingkat inflasi pada
tahun 2009 juga diharapkan tidak mencapai dua digit, hanya akan berkisar
pada angka 9,00%.. Perkembangan inflasi dan proyeksinya untuk Provinsi
DIY dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Provinsi DIY Tahun
2003-2007 dan Proyeksi Tahun 2008-2009
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Inflasi (%)
5.73
6.95
14.98
10.40
8.00
10,10
9,00
14
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
Keterangan: Diasumsikan inflasi Kota Yogyakarta dapat mewakili
Prov. DIY.
Sumber: BPS Prov. DIY, DIY Dalam Angka, 2004 – 2007, Berita
Resmi Statistik BPS Provinsi DIY, 2008 (diolah).
3)
Investasi
Pada tahun 2008 dan 2009, diperkirakan angka ICOR (Incremental
Capital Output Ratio) Provinsi DIY akan berada pada angka 6,68, yang
artinya, untuk menghasilkan output Rp1, diperlukan investasi sebesar
Rp6,68. Kondisi ini didasarkan pada rata-rata ICOR Provinsi DIY selama
periode 2003-2007. Selengkapnya perkembangan ICOR Provinsi DIY dapat
dilihat pada tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3 Perkembangan ICOR di Provinsi DIY Tahun 2003-2007
dan Proyeksi Tahun 2008-2009
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
PDRB (juta Rp)
15,360,408.00
16,146,444.00
16,911,053.00
17,535,354.00
18,271,790.00
19,002,661.60
19,819,776.05 19,876,784.03
Modal (Investasi) Bruto
Juta Rp
4,186,138.00
4,658,909.00
4,971,585.00
5,404,641.00
5,552,560.00
5,552,560.00
% PDRB
27.25
28.85
29.40
30.82
30.39
26.72
5,552,560.00
27.93
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
4.58
5.13
4.71
3.69
4.20
4.00
4.30-4.60
ICOR
5.95
5.62
6.24
8.35
7.24
6.68
6.68
Sumber: BPS DIY dan Bapeda DIY (diolah)
Sementara itu, berdasarkan hasil perhitungan trend investasi di
Provinsi DIY, terdapat kecenderungan peningkatan investasi PMA dan
PMDN, meskipun angkanya masih berkisar pada 4 trilyun rupiah. Perkiraan
nominal investasi PMA dan PMDN di Provinsi DIY ini dapat dicermati pada
tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4 Perkembangan Investasi Di Provinsi DIY Tahun 2003-2007
dan Proyeksi Tahun 2008-2009
Tahun
Investasi
PMDN (Rp T)
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2,405
2,401
2,251
2,144
1,801
2,434
2,529
Investasi PMA+PMDN (Rp)
Total (Rp T)
USD
Rp M
103.563.363
27,694
0,959
135.960.519
295,625
1,519
152.010.619
475,579
1,843
153.758.269
495,963
1,879
155.326.645
880,226
2,278
135.629.313
678,584
1,899
136.079.866
751,806
1,976
Sumber: BPS DIY dan Bapeda DIY (diolah)
Keterangan:
a) angka tahun 2008 - 2009 merupakan angka proyeksi
b) nilai tukar (konversi PMA dalam USD ke Rp) adalah sebesar Rp 9,000/USD
15
Pertumbuhan
(Rp T)
%
3,365
0
3,921 16,53
4,094
4,42
(4,024) -1,71
4,079
1,37
4,333
6,23
4,505
3,96
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
4)
Ketenagakerjaan
Kondisi tenaga kerja yang bekerja Provinsi DIY pada tahun 2008
sebanyak 1.863.750 orang, berdasarkan hasil perhitungan, diperkirakan pada
tahun 2009 sebanyak 1.880.000 orang maka dengan asumsi laju
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9% akan terjadi penyerapan tenaga kerja
sebanyak 16.620 orang. Kondisi Pengangguran Terbuka Provinsi DIY pada
tahun 2008 sebanyak 119.780 orang, berdasarkan hasil perhitungan,
diperkirakan pada tahun 2009 sebanyak 116.360 orang maka diperkirakan
akan terjadi penurunan pengangguran terbuka sebanyak 3.420 orang. Namun
realisasinya hanya mampu menurunkan pengangguran terbuka sebanyak
1700 orang. Kondisi ketenagakerjaan di DIY ditunjukan dalam tabel berikut
ini:
Tabel 2.5 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan
di Provinsi DIY Tahun 2003-2008 dan Proyeksi Tahun 2009
(ribu orang)
Uraian
2005
2006
Angkatan Kerja
1851,21
1871,97
Bekerja
1757,70
1754,95
Pengangguran
Terbuka
93,51
117,02
Pengangguran
Terbuka (%)*
5,05
6,25
*Rasio Pengangguran terhadap angkatan kerja
2007
2008
2009
1954,42
1835,54
1983,53
1863,75
1996,73
1880,37
118,88
119,78
116,36
6,08
6,04
5,83
Sumber: BPS, SAKERNAS & BPS Prov. DIY, Berita Resmi Statistk, 2008, diolah.
5)
Kemiskinan
Kondisi Penduduk miskin di Provinsi DIY pada tahun 2008
diperkirakan sebanyak 620.080 orang, berdasarkan asumsi laju pertumbuhan
ekonomi pad tahun 2009 sebesar 4,6% perhitungan diproyeksikan pada
tahun 2009 menurun menjadi 574.679 orang sehingga terjadi penurunan
kemiskinan sebesar 45.401 orang. Dengan demikian terjadi penurunan
prosentasi Penduduk Miskin pada tahun 2008 sebesar 18,23% turun menjadi
16,86% pada tahun 2009. Kondisi penduduk miskin di DIY ditunjukkan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Miskin
di Provinsi DIYTahun 2000-2008
dan Perkiraan 2009
Tahun
Jumlah (orang)
2000
2001
2002
2003
2004
1.035.800
767.600
635.660
636.800
616.200
16
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
Tahun
Jumlah (orang)
2005
2006
2007
2008
2009
625.800
650.000
633.400
620.080
574.679 s/d 581.766
Sumber: BPS Provinsi DIY, 2008 (diolah)
Sesuai dengan tema pembangunan tahun 2009, kebijakan ekonomi
makro tahun 2009 diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan
pengurangan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
diupayakan dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh
pembangunan pertanian, infrastruktur dan energi serta dengan terjaganya
stabilitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan
meningkatkan investasi, ekspor dan pengeluaran pemerintah serta
mendorong peningkatan sektor industri pengolahan, revitalisasi pertanian
dan menggerakkan UKM. Dengan arah kebijakan ekonomi makro tersebut,
asumsi sasaran ekonomi makro tahun 2009 adalah pertumbuhan ekonomi
sebesar 6,6% dan laju inflasi 6,0%. Dengan pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dari tahun 2008 tersebut dan stabilitas ekonomi yang terjaga,
pengangguran terbuka dan penduduk miskin akan menurun. Pengangguran
terbuka diperkirakan turun menjadi 6,5-7,5% dari angkatan kerja dan jumlah
penduduk miskin diperkirakan turun menjadi 10-11% pada tahun 2009.
Untuk membiayai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6%, diperlukan
investasi sebesar Rp.1.361,6 triliun, dengan perincian investasi masyarakat
sebesar Rp.1.194,3 triliun dan investasi pemerintah sebesar Rp.1.67,3 triliun
Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perkuatan ekonomi
daerah, penanganan kemiskinan dan pengangguran. Peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui perkuatan ekonomi daerah, penanganan
kemiskinan dan pengangguran ini didukung dengan prioritas pembangunan
sebagai berikut:
1) Revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan
2) Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan, kesehatan dan sosial
3) Pemberdayaan UMKM, dan peningkatan investasi dan ekspor
4) Pengembangan budaya dan pariwisata;
5) Peningkatan kapasitas daerah dan penegakan hukum.
Sesuai dengan tema pembangunan tahun 2009, kebijakan ekonomi
makro tahun 2009 diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan
pengurangan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
diupayakan dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh
pembangunan pertanian, infrastruktur dan energi serta dengan terjaganya
stabilitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan
meningkatkan investasi, ekspor dan pengeluaran pemerintah serta
mendorong peningkatan sektor industri pengolahan, revitalisasi pertanian
dan menggerakkan UKM. Dengan arah kebijakan ekonomi makro tersebut,
asumsi sasaran ekonomi makro tahun 2009 adalah pertumbuhan ekonomi
17
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
sebesar 6,6% dan laju inflasi 6,0%. Dengan pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dari tahun 2008 tersebut dan stabilitas ekonomi yang terjaga,
pengangguran terbuka dan penduduk miskin akan menurun. Pengangguran
terbuka diperkirakan turun menjadi 6,5-7,5% dari angkatan kerja dan jumlah
penduduk miskin diperkirakan turun menjadi 10-11% pada tahun 2009.
Untuk membiayai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6%, diperlukan
investasi sebesar Rp.1.361,6 triliun, dengan perincian investasi masyarakat
sebesar Rp.1.194,3 triliun dan investasi pemerintah sebesar Rp.1.67,3 triliun.
2.2. Kebijakan Keuangan
2.2.1. Pendapatan Daerah
2.2.1.1. Kebijakan pendapatan daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber
pendanaan daerah di dalam APBD terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DIY pada
tahun anggaran 2009 dari sisi pendapatan masih menggantungkan sumber-sumber
penerimaan daerah tersebut.
Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan sebagai berikut:
1)
Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan
sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah.
2) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah.
3) Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan
daerah
4) Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat
5) Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan
daerah.
6) Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan pendapatan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam daerahnya sendiri, pada tahun 2009
tetap mengandalkan penerimaan dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah Yang Sah.
Dengan mendasarkan perkembangan PAD yang meningkat setiap tahun,
maka untuk RAPBD Tahun Anggaran 2009 target PAD juga mengalami kenaikan,
akan tetapi kenaikan tersebut mempertimbangan prinsip tidak membebani
masyarakat dan menciptakan keseimbangan antara peningkatan pendapatan
daerah dengan pelayanan kepada masyarakat.
1)
Target pendapatan daerah
Pada Tahun Anggaran 2009 target pendapatan daerah Provinsi DIY
direncanakan sebesar Rp 1,221 triliun. naik sebesar Rp 59,607 milyar bila
dibandingkan dengan target Pendapatan Tahun Anggaran 2008, atau naik
sebesar 5%. Jumlah tersebut berasal dari kenaikan PAD sebesar Rp 48,963
18
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
milyar, Dana Perimbangan sebesar Rp 27,807 milyar dan Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami penurunan sebesar (Rp 17,163)
milyar. Penurunan Lain-lain PD yang sah terjadi karena pada Tahun
Anggaran 2008 ditargetkan sebesar Rp 19,519 milyar yang merupakan sisa
dana sumbangan pihak ketiga.
Perubahan kebijakan pendapatan daerah yang dituangkan dalam
APBD Perubahan dilakukan karena adanya penyesuaian target pendapatan
daerah, sehubungan dengan perkembangan realisasi penerimaan pendapatan.
Pendapatan daerah pada APBD Perubahan Tahun Anggaran 2009 turun
sebesar Rp 8,373 milyar (dari sebesar Rp 1,221 triliun menjadi Rp 1,213
triliun).
Penurunan tersebut berasal dari PAD sebesar Rp 21,334 milyar,
sedangkan Dana Perimbangan mengalami kenaikan sebesar Rp.12,268
milyar dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah naik sebesar Rp 692,798
juta, secara rinci perubahan pendapatan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
(1) Pendapatan Asli Daerah
Dengan mempertimbangkan faktor dan kondisi yang
berpengaruh serta mempertimbangkan perkembangan PAD yang selalu
meningkat setiap tahun, maka untuk Tahun Anggaran 2009 target PAD
diperkirakan mengalami kenaikan, yaitu naik sebesar 9% dari target
PAD Tahun Anggaran 2008 atau naik sebesar Rp 48,964 milyar (dari Rp
547,885 milyar menjadi Rp 596,849 milyar).
Pada Tahun 2009 dalam APBD Perubahan terjadi penurunan
target pendapatan yang berasal dari PAD sebesar Rp 29,791 milyar (dari
sebesar Rp 596,850 milyar menjadi sebesar Rp 575,516 milyar) berasal
dari Pajak Daerah turun sebesar Rp29,719 milyar, Retribusi Daerah
turun sebesar Rp251,500 juta, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan mengalami kenaikan sebesar Rp5,664 milyar,
sedangkan Lain-lain PAD yang Sah mengalami kenaikan sebesar
Rp2,972 milyar.
(2) Dana Perimbangan
Dana Perimbangan terdiri dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
(DAK). Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak merupakan bagian
dana perimbangan untuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal
(antara Pusat dan Daerah) yang dilakukan melalui pembagian hasil
antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari sebagian
penerimaan perpajakan. DAU merupakan dana transfer yang bersifat
umum (block grant) untuk mengatasi masalah ketimpangan horizontal
(antar Daerah) dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan
antar Daerah. Sedangkan DAK merupakan dana transfer yang bersifat
sektoral yang merupakan sektor yang diprioritaskan oleh pemerintah
pusat.
19
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
Dana Perimbangan ditargetkan sebesar Rp 620,915 milyar, atau
mengalami kenaikan sebesar Rp 30,776 milyar dari target Tahun
Anggaran 2008 sebesar Rp 590,139 milyar.
Dana Perimbangan dalam APBD Perubahan Tahun Anggaran
2009 mengalami kenaikkan sebesar Rp 12,268 milyar (dari Rp.618,382
milyar menjadi Rp 630,650 milyar), kenaikan ini berdasarkan
penetapan Menteri Keuangan tentang Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan
Pajak (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.07/2009 dan
24/PMK.07/2009). Disamping itu ada pemindahan anggaran sebesar Rp
2,534 milyar dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang
merupakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau. Hal ini
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.07/2009,
bahwa Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau merupakan bagian dari
Dana Perimbangan.
(3) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah diperoleh
dari Pendapatan Hibah dari Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam
Negeri. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ditargetkan sebesar Rp
6,361 milyar atau mengalami penurunan sebesar Rp.17,163 milyar
(73%) dari target Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp 23,209 milyar.
Penerimaan ini berasal dari Sumbangan dari Dealer Otomotif,
Sumbangan dari Main Dealer, Sumbangan dari PT. Sari Husada dan
Sumbangan dari PT. Jasa Raharja.
Kenaikan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah dalam
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp 692,798 juta dari
Rp 6,361 milyar menjadi Rp 7,054 milyar. Hal ini disebabkan adanya
kenaikan hibah sebesar Rp 3,227 milyar dan karena pemindahan
anggaran ke pos Dana Perimbangan, yaitu Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau yang merupakan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar
Rp 2,534 milyar.
2)
Upaya dalam Mencapai Target
Peningkatan PAD dapat di tempuh dengan melakukan intensifikasi
dan ekstensifikasi terhadap sumber-sumber pendapatan. Intensifikasi
dikaitkan dengan usaha untuk melakukan pungutan yang intensif, yaitu
secara ketat, giat dan teliti, sedangkan ekstensifikasi berhubungan dengan
usaha untuk menggali sumber-sumber pendapatan baru .
Upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan
daerah antara lain:
(1) Penelitian potensi PAD
(2) Pembebasan BBN-KB II
(3) Pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga
(4) Operasionalisasi Samsat Pembantu Bantul dan Sleman untuk
mendekatkan pelayanan kepada Wajib Pajak
(5) Kegiatan rasia kendaraan bermotor dalam upaya penagihan terhadap
tunggakan pajak
20
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
(6) Penagihan pajak daerah door to door
(7) Pelayanan kesamsatan dengan mobil keliling.
(8) Pelayanan kesamsatan pada event tertentu yang dilaksanakan di
kabupaten/kota seperti Pameran Pembangunan, Pameran di Pasar
Malam Sekaten, dan lain-lain.
(9) Pengkajian pemanfaatan kawasan JEC dan Gedung Jalan Jendral
Sudirman.
(10) Kerjasama dengan pihak ketiga untuk mengelola kawasan JEC dan
Gedung Jalan Jendral Sudirman.
(11) Online pajak daerah.
(12) Online Pendapatan Asli Daerah.
(13) Focused Group Discussion untuk optimalisasi retribusi.
(14) Koordinasi dalam rangka optimalisasi pendapatan untuk memecahkan
permasalahan pengelolaan pendapatan di masing-masing SKPD.
(15) Intensifikasi penyelenggaraan lelang hasil hutan melalui koordinasi
antara Perum Perhutani dan Direktorat Jendral Kekayaan
Negara/KPKLN.
(16) Fasilitasi dana perimbangan dan koordinasi antara Kanwil Direktorat
Jendral Pajak, Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Pemerintah
Kabupaten/Kota, Bank Persepsi, Bank Operasional III dan Kas Daerah.
2.2.2. Belanja Daerah
2.2.2.1. Kebijakan Belanja Daerah
Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan maka
kebijakan pendanaan pembangunan di tuntut lebih transparan, akuntabel dan
berorientasi pada kinerja. Pendanaan digunakan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban
daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan
sistem jaminan sosial.
Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang
berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta
memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.
Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas
pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka
melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawabnya.
Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap SKPD harus
terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah, yaitu
kemampuan pendapatan dan kemampuan pembiayaan maka jumlah pendanaan
yang dibelanjakan adalah sebesar Rp.1,221 trilyun (APBD sebelum Perubahan),
dengan perincian Belanja Tidak Langsung sebesar Rp.724,456 milyar (terdiri dari
belanja pegawai, belanja bunga, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada
kabupaten/kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan kepada
21
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
kabupaten/kota dan pemerintah desa dan belanja tak terduga) dan Belanja
Langsung sebesar Rp.687,592 milyar (terdiri dari belanja pegawai, belanja barang
dan jasa dan belanja modal). Belanja tersebut digunakan untuk mendanai
program/kegiatan yang dijabarkan dalam urusan wajib dan urusan pilihan yang
ada di masing-masing SKPD.
1) Kebijakan Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, bantuan
sosial, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota dan desa, bantuan keuangan
kepada kabupaten/kota dan desa, dan belanja tidak terduga.
(1) Belanja Pegawai
Besarnya penyediaan gaji pokok dan tunjangan PNS Daerah
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005 tentang
Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977
tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Dalam merencanakan
belanja pegawai memperhitungkan adanya tunjangan ketiga belas
PNSD dan CPNSD serta "accres' gaji paling tinggi sebesar 2,5% yang
disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi adanya kenaikan
gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, dan penambahan
jumlah pegawai akibat adanya mutasi. Penganggaran gaji dan tunjangan
ketiga belas PNSD dan tunjangan jabatan struktural/fungsional dan
tunjangan lainnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Mulai tahun 2009 Pemerintah Provinsi DIY akan
mengakomodasi pelaksanaan tunjangan tambahan penghasilan (TTP).
Pelaksanaan TPP dikaitkan dengan pemberian ”reward and punishment”
kepada seluruh PNS Provinsi DIY sesuai dengan Peraturan Gubernur
Nomor 49 Tahun 2005 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan
(Reward) dan Sanksi (Punishment) bagi PNS di lingkungan Pemerintah
Provinsi DIY. Mekanisme dan tata laksana tentang TTP akan diatur
dengan Keputusan Gubernur.
(2) Bunga
Belanja bunga dianggarkan untuk melunasi bunga pinjaman
pemerintah daerah yang telah jatuh tempo. Belanja bunga yang
dianggarkan pada tahun 2009 adalah untuk melunasi bunga pinjaman
Pemerintah Provinsi DIY kepada lembaga keuangan bank untuk
pembangunan Pasar Beringharjo. Belanja bunga tahun anggaran 2009
merupakan angsuran yang ke 28 dan 29 dari 30 angsuran yang
diwajibkan.
(3) Bantuan Sosial
Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi
masyarakat, pemerintah dapat memberikan bantuan sosial kepada
kelompok/anggota masyarakat. Bantuan sosial digunakan untuk
menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang
kepada masyarakat. Pemberian bantuan sosial tersebut dilakukan secara
selektif, jumlahnya dibatasi, tidak mengikat dan memiliki kejelasan
peruntukan penggunaannya.
22
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
(4) Belanja Bagi Hasil
Belanja Bagi Hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi
hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota
dan pemerintah desa. Belanja Bagi Hasil ini merupakan pembagian
hasil/realisasi pendapatan dari pajak daerah dan retribusi daerah.
(5) Bantuan Keuangan
Belanja bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan
bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa. Belanja bantuan
keuangan yang bersifat umum diberikan dalam rangka peningkatan
kemampuan keuangan bagi kabupaten/kota dan atau desa penerima
bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dapat dianggarkan
dalam rangka untuk membantu capaian program/kegiatan prioritas yang
dilaksanakan sesuai urusan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
atau dalam rangka akselerasi pembangunan desa.
(6) Belanja Tidak Terduga
Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara rasional dengan
mempertimbangkan realisasi tahun anggaran sebelumnya dan perkiraan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali
dan pengaruh pemerintah daerah, serta sifatnya tidak biasa/tanggap,
yang tidak diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk
program/ kegiatan pada tahun anggaran 2009.
Berdasar pertimbangan kemampuan keuangan daerah, yaitu
kemampuan pendapatan dan kemampuan pembiayaan maka jumlah
pendanaan yang dimungkinkan untuk dibelanjakan dalam APBD Perubahan
Tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar
Rp 66,462 milyar (dari Rp
1,412 triliun menjadi Rp 1,478 trilyun). Penggunaan anggaran tersebut
digunakan untuk membiayai belanja tidak langsung dan belanja langsung
sesuai dengan prioritas pembangunan, di samping itu juga untuk membiayai
hal-hal sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
Mengakomodir kegiatan-kegiatan yang telah mendahului APBD
Perubahan Tahun Anggaran 2009;
Mengakomodir kegiatan-kegiatan yang merupakan arahan dari
Pemerintah Pusat;
Mengakomodir kewajiban terhadap Belanja Bantuan Keuangan kepada
Kabupaten/Kota, berupa bagi hasil pajak daerah;
Mengakomodir kewajiban terhadap belanja langsung yang ada di setiap
SKPD (kekurangan pembayaran beban belanja listrik, telepon, internet,
air minum dan lain-lain);
Mengakomodir penataan kembali belanja gaji pegawai berdasarkan
realisasi gaji dan adanya penambahan gaji CPNS Daerah.
Belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, bunga, bantuan
sosial, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota dan desa, bantuan keuangan
kepada kabupaten/kota dan desa, dan belanja tidak terduga.
Belanja langsung terkait langsung dengan urusan pemerintah daerah
yang dibagi dalam Belanja Urusan Wajib dan Belanja Urusan Pilihan
23
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
2.2.3. Pembiayaan Daerah
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan
Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan. Penerimanaan Pembiayaan terdiri dari
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA),
Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,
Penerimaan Pinjaman Daerah, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman,
Penerimaan Piutang Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal Daerah.
Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan
Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, Pembayaran Pokok Utang dan Pemberian
Pinjaman Daerah dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Anggaran
Berjalan (SILPA). Pembiayaan daerah merupakan pembiayaan yang disediakan
untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan
Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.
2.2.3.1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang
dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih
besarnya belanja daerah dibanding dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab
utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penerimaan utama pembiayaan dalam
rangka menutup defisit anggaran adalah penerimaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun yang lalu (SiIPA), sedangkan yang kedua berasal dari
penerimaan piutang daerah dan penerimaan dari biaya penyusutan kendaraan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan
Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.
Dari sisi Penerimaan Pembiayaan dalam APBD Perubahan Tahun 2009
terjadi peningkatan (penambahan) sebesar Rp 85,875 milyar (dari sebesar Rp
206,829 milyar menjadi sebesar Rp 292,705 milyar) yang berasal dari SiLPA
Tahun 2008 sebesar Rp 82,185 milyar dan penerimaan piutang daerah sebesar Rp
3,689 milyar.
2.2.3.2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan tahun 2009 masih diprioritaskan untuk
pembayaran pokok hutang pada pihak ketiga untuk renovasi Pasar Beringharjo.
24
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
Selain itu sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 3 Tahun 2008
tentang Penyediaan Dana Cadangan Daerah untuk membiayai program/kegiatan
transportasi di DIY, maka pada tahun 2009 Pemerintah Provinsi DIY
mengalokasikan anggaran dimaksud sebesar Rp. 1,575 milyar untuk ditransfer ke
dalam rekening dana cadangan, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
sebesar Rp 14,700 milyar, dan pembayaran pokok utang sebesar Rp 100 juta.
Pengeluaran Pembiayaan pada APBD Perubahan Tahun 2009 terjadi
penambahan dari sisi Penyertaaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, yaitu
sebesar Rp 11,039 milyar (dari Rp 14,700 milyar menjadi Rp 24,700 milyar)
untuk penyertaan modal pada Bank Pembangunan Daerah (BPD DIY) naik
sebesar Rp. 10 milyar dan Pembayaran Kewajiban Tahun Lalu Yang Belum
Terselesaikan naik sebesar Rp 1,039 milyar.
2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
1) Dinas Pendidikan Pemuda, dan Olahraga.
(1) Program Administrasi Layanan Perkantoran. Realisasi keuangan
83,42%.
(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi
keuangan 95,49%.
(3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur. Realisasi Keuangan 98,05%.
(4) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi
keuangan 90,11%.
(5) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan. Realisasi Keuangan 92,33%.
(6) Program Pendidikan Anak Usia Dini. Realisasi keuangan 77,48%.
(7) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Realisasi
keuangan 77,25%.
(8) Program Pendidikan Menengah. Realisasi keuangan 86,09%.
(9) Program Pendidikan Non Formal. Realisasi keuangan 75,91%.
(10) Program Pendidikan Luar Biasa. Realisasi keuangan 90,00%.
(11) Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.
Realisasi keuangan 72,83%.
(12) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan. Realisasi keuangan
82,18%.
(13) Program Pendidikan Tinggi. Realisasi keuangan 93,71%.
(14) Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan. Realisasi keuangan
90,54%.
(15) Proram Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan
Kecakapan Hidup Pemuda. Realisasi keuangan 89,27%.
(16) Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga. Realisasi
keuangan 89,03%.
(17) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga. Realisasi
keuangan 96,67%.
2) Dinas Kesehatan.
(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi Program
89,16%.
25
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
(2)
3)
4)
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi
Program 88,11%.
(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi
Program 88,68%.
(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan. Realisasi Program 91,52%.
(5) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. Realisasi Program 96,37%.
(6) Program Upaya Kesehatan Masyarakat. Realisasi Program 87,89%.
(7) Program Promosi dan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Realisasi Program 93,13%.
(8) Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Realisasi Program 98,98%.
(9) Program Pengembangan Lingkungan Sehat. Realisasi Program
97,43%.
(10) Program Pencegahan Penyakit Menular. Realisasi Program 82,40%.
(11) Program Standardisasi Pelayanan Kesehatan. Realisasi Program
93,91%.
(12) Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin. Realisasi Program
99,79%.
(13) Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana RS/RS
Jiwa/RS Paru-paru/RS Mata. Realisasi Program 89,14%.
(14) Program Pemeliharaan sarana & prasarana RS/RSJ/RS paru-paru /Rs
Mata 97,78%
(15) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita. Realisasi
Program 91,68%.
(16) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia. Realisasi Program
99,05%.
(17) Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan anak.
Realisasi Program 97,07%.
Rumah Sakit Grhasia
(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Target Capaian
98,86%.
(2) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Target
Capaian 100,00%.
(3) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan. Target Capaian 96,90%.
(4) Program Upaya Kesehatan Masyarakat. Target Capaian 100,00%.
(5) Program Standardisasi Pelayanan Kesehatan. Target Capaian
100,00%.
(6) Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana RS Jiwa/RS
Paru-paru/RS Mata. Target Capaian 99,83%.
(7) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Target
Capaian 95,95%.
Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah
(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Target Capaian
87,29%.
(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Target Capaian
88,69%.
26
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Target
Capaian 96,93%.
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan.Target Capaian 98,78%.
Program Pembangunan Jalan dan Jembatan. Target Capaian 95,17%.
Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong. Target
capaian 95,74%.
Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. Target
capaian 93,64%.
Program Inspeksi kondisi Jalan dan Jembatan. Target capaian 96,82%.
Program Pengembangan dan Pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan
jaringan pengairan lainya. Target capaian 83,24%.
Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku. Target capaian
96,15%.
Program Pengembangan dan Pengelolaan konservasi sungai, danau,
dan SDA lainya. Target capaian 86,34%.
Program Pengembangan kinerja pengelolaan air minum, dan air
limbah. Target capaian 95,46%.
Program Pengendalian Banjir. Target capaian 74,62%.
Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh. Target
capaian 95,62%.
Program Pembangunan
Infrastruktur Pedesaan. Target capaian
98,36%.
Program Pengembangan dan Pengelolaan Data dan Informasi SDA.
Target capaian 97,77%.
Program Pelayanan Jasa Pengujian. Target capaian 94,53%.
Program Pengaturan Jasa Konstruksi. Target capaian 84,15%.
Program Pemberdayaan Jasa Konstruksi. Target capaian 77,84%.
Program Pengawasan Jasa Konstruksi. Target capaian 41,34%.
Program Pengembangan Perumahan. Target capaian 83,13%.
Program Perencanaan Tata Ruang. Target capaian 97,33%.
Program Pemanfaatan Ruang. Target Capaian 97,44%
Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Target capaian 93,58%.
Program Pengelolaan Persampahan. Target Capaian 73,23.
Program Perencanaan dan tata Bangunan dan Lingkungan. Target
Capaian 74,85%.
Program Pengembangan Manajemen Laboratorium. Target Capaian
82,46%.
Program Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi Ke PU an. Target
Capaian 94,45%.
Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan. Target
Capaian 98,01%.
Program Pengawasan dan Penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi
merusak lingkungan. Target Capaian 98,74%.
Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan.
Target Capaian 97,92%.
27
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
5)
6)
(32) Program Pengembangan Bahan Bakar dan Energi. Target Capaian
88,61%.
Badan Perencanaan Pembangunan (BAPEDA).
(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Target Capaian
98,47%.
(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Target Capaian
92,83%.
(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Target
Capaian 89,19%.
(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan.Target Capaian 99,36%.
(5) Program Pengembangan Data/ Informasi. Target Capaian 97,51%.
(6) Program Kerjasama Pembangunan. Target Capaian 99,21%.
(7) Program Pengembangan Wilayah Perbatasan. Target Capaian 78,65%.
(8) Program Perencanaan Pembangunan Wilayah Strategis dan Cepat
Tumbuh. Target Capaian 80,72%.
(9) Program Perencanaan Pengembangan Kota-kota menengah dan Besar.
Target Capaian 93,25%.
(10) Program Perencanaan Pembangunan Daerah. Target Capaian 78,87%.
(11) Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi. Target Capaian
99,07%.
(12) Program Perencanaan Sosial Budaya. Target Capaian 93,30%.
(13) Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam.
Target Capaian 93,48%.
(14) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah. Target Capaian
95,96%.
(15) Program Pembangunan Daerah Tertinggal. Target Capaian 99,58%.
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika.
(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi keuangan
86,68%,
(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi
keuangan 77,63%.
(3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur. Realisasi keuangan 99,11%,
(4) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi
keuangan 68,27%.
(5) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan. Realisasi keuangan 83,66%.
(6) Program Pembangunan Prasarana dan fasilitas Perhubungan. Realisasi
keuangan 90,97%.
(7) Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Lalu
Lintas Angkutan Jalan. Realisasi keuangan 88,41%.
(8) Program Peningkatan Pelayanan Angkutan. Realisasi keuangan
90,93%.
(9) Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan. Realisasi
keuangan 79,83%.
(10) Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas. Realisasi
keuangan 92,15%.
28
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
7)
8)
(11) Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor.
Realisasi keuangan 68,49%.
(12) Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Masa.
Realisasi keuangan 88,45%.
(13) Program Pengkajian dan Penelitian Bidang Komunika
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumberdaya. Laporan keuangan
terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer,
dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi
keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan Laporan Keuangan pemerintah disusun untuk menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun
politik dengan:
1) menyajikan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran.
2) menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumberdaya
ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan
perundang-undangan.
3)
menyediakan informasi mengenai jumlah sumberdaya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
4) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan masyarakat.
5) menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek
maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan
pinjaman.
6) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah
Daerah, mengenai kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah
daerah menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset,
kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas pemerintah daerah.
1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur
keuangan pemerintah daerah. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan
daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta:
1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
9
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ;
4) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah ;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
6) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
9) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun
2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 Nomor 4)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2008 Nomor 11)
10) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun
2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 1);
11) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2009
tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 8);
12) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 17.1 Tahun 2009
tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta;
13) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun
2009 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 6);
14) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2009
tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 40);
15) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2007 dan
Perubahanya Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kebijakan Akuntansi.
10
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
1.3. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
Bab I
Pendahuluan
1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan
1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan
Bab II
Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja
APBD
2.1. Ekonomi Makro
2.2. Kebijakan Keuangan
2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
Bab III
Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan
3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan
Bab IV
Kebijakan Akuntansi
4.1. Entitas Pelaporan Keuangan Daerah
4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Bab V
Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan
5.1. Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan
keuangan
5.1.1. Pendapatan
5.1.2. Belanja
5.1.3. Pembiayaan
5.1.4. Aset
5.1.5. Kewajiban
5.1.6. Ekuitas Dana
5.1.7. Komponen-komponen Arus Kas
5.2. Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan basis kas, untuk entitas
akuntansi/ entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada
SKPD
Bab VI.
Penutup
11
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
BAB II
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
2.1. Ekonomi Makro
Kondisi ekonomi makro DIY pada tahun 2009 diperkirakan tidak jauh
berbeda dengan tahun 2008. Peristiwa menonjol yang akan mempengaruhi
perkembangan makro ekonomi DIY adalah adanya agenda pemilihan umum dan
pemilihan presiden, sedangkan dari sisi kontribusi sektor-sektor masih didorong
oleh sektor jasa-jasa, pertanian, perdagangan hotel restoran, dan industri
pengolahan. Adanya agenda pemilihan umum dan pemilihan presiden 2009 akan
menggerakkan kegiatan-kegiatan ekonomi seperti industri percetakan, sablon,
konveksi dan jasa hiburan.
Perkembangan ekonomi pada tahun 2006-2008 memperlihatkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Tahun 2006 walaupun terjadi bencana alam gempa bumi, ekonomi DIY
mampu tumbuh 3,69%, lebih rendah sedikit dari perkiraan tumbuh 3,71%.
2) Tahun 2007 ekonomi DIY tumbuh 4,2%, lebih rendah dari proyeksi awal
sebesar 4,68%. Angka pertumbuhan ini terutama disumbang oleh sektor
bangunan, sektor listrik-gas-air bersih, sektor pengangkutan-komunikasi dan
sektor perdagangan-hotel-restoran.
3) Tahun 2008 ekonomi DIY diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,00%, lebih
rendah dari target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,40%
Dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi pada tahun-tahun
sebelumnya, maka pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2009 diproyeksikan
tumbuh sebesar 4.30-4.60%. Angka tersebut masih tetap di bawah target
pertumbuhan nasional yang diperkirakan bergerak 9,5%. Kondisi ini disebabkan
oleh, pertama, pemerintah beberapa tahun terakhir ini diuntungkan dengan boom
migas, yaitu subsektor yang tidak dimiliki oleh DIY. Kedua, porsi sektor industri
pengolahan sebagai sektor dengan efek pengganda besar, relatif lebih besar di
tingkat nasional.
Faktor pendorong pertumbuhan tersebut adalah:
1) Masih didorong sektor jasa-jasa, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, dan sektor industri pengolahan
2) Kegiatan-kegiatan ekonomi dari kampanye pemilihan umum dan kampanye
pemilihan presiden 2009, seperti industri percetakan, sablon, konveksi dan
jasa hiburan.
Sedangkan faktor penghambat yang memungkinkan proyeksi tersebut
tidak tercapai, antara lain:
1) Kenaikan berbagai harga barang termasuk bahan-bahan pokok yang terjadi
sejak akhir 2007 hingga 2008 dimungkinkan berpengaruh pada sektor
produksi maupun konsumsi masyarakat.
12
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
2)
Krisis energi, akibat trend harga minyak internasional yang meningkat
(bahkan lebih dari US$ 100/barrel) diperkirakan berdampak pada biaya
ekonomi tinggi pada semua sektor, khususnya transportasi dan manufaktur.
Peranan sektoral terhadap pembentukan PDRB pada tahun 2009
menunjukkan sektor perdagangan hotel dan restoran memberikan kontribusi
terbesar. Peranan sektor berturut-turut dari yang tinggi ke rendah adalah sektor
perdagangan hotel dan restoran, sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor industri
pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bangunan, sektor
keuangan persewaan dan jasa perusahaan, sektor listrik gas dan air bersih, dan
yang terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian.
Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 4.30-4.60%, maka
PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2009 diperkirakan mencapai
sebesar Rp.19.819.776,05-Rp 19.876.784,03 juta. Perkembangan PDRB DIY atas
dasar harga konstan 2000, dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, pada
tahun 2005 sebesar Rp.16.911.053 juta, tahun 2006 sebesar Rp.17.535.354 juta,
tahun 2007 ditargetkan sebesar Rp.18.271.790 juta, dan tahun 2008
Rp.19.002.661,60 juta.
Perkembangan tingkat inflasi sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.
Inflasi Propinsi DIY dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang fluktuatif
tergantung kestabilan kondisi politik dan ekonomi pada saat itu. Di samping itu
pengaruh faktor musiman seperti tahun ajaran baru dan musim liburan juga
mempunyai peran dalam mendorong inflasi DIY.
Perkembangan inflasi pada tahun 2005-2008 menunjukkan tingkat inflasi
di DIY masih cukup tinggi, merupakan tingkat inflasi tertinggi di antara kota-kota
di pulau Jawa. Secara berurutan tingkat inflasi di DIY dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Tahun 2005 tingkat inflasi sangat tinggi, yaitu sebesar 14,98%. Hal ini
dipengaruhi oleh naiknya biaya produksi, merosotnya nilai tukar rupiah dan
naiknya suku bunga perbankan.
2) Tahun 2006 tingkat inflasi turun menjadi 10,40%, tetapi masih diatas inflasi
nasional sebesar 6,60%. Hal ini terkait dengan melonjaknya harga kelompok
makanan terutama beras, sebagai akibat kebijakan pemerintah terhadap
harga komoditas barang strategis (kenaikan harga dan kelangkaan BBM),
dampak gempa dan kemarau panjang
3) Tahun 2007 tingkat inflasi lebih rendah dari 2006, yaitu turun menjadi
8,00%.
4) Tahun 2008 tingkat inflasi diperkirakan mencapai 10,10%, mengalami
kenaikan dibandingkan 2007
Dengan memperhatikan proyeksi pertumbuhan ekonomi, maka tingkat
inflasi di DIY pada tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan apabila
dibandingkan 2008, yaitu menjadi sebesar 9,00%.
Proyeksi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2009 dapat digambarkan sebagai
berikut:
1) Pertumbuhan Ekonomi
Proyeksi pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2009 diperkirakan lebih
baik dibandingkan 2008. Di tahun 2009, diperkirakan pertumbuhan ekonomi
13
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
antara 4,30-4,60%. Angka ini didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu:
pertama dari sisi ketersediaan dan permintaan barang/jasa cenderung stabil.
Kedua, tidak ada kenaikan harga BBM dan harga energi lainnya seperti tarif
dasar listrik (TDL). Ketiga, proses politik lokal dan nasional tidak
mengganggu kegiatan ekonomi.
Berdasarkan angka proyeksi pertumbuhan tersebut, maka proyeksi
angka PDRB ADHK 2000 berdasarkan lapangan usaha untuk tahun 2008
dan 2009 dapat dicermati pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Proyeksi PDRB Provinsi DIY atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 Berdasarkan Penggunaan Tahun 2008 – 2009
Proyeksi (miliar Rp)
2008
2009
3.543
3.695 - 3.706
137
143 - 144
2.611
2.723 - 2.731
170
177 - 178
1.777
1.853 - 1.858
3.920
4.088 - 4.100
1.943
2.027 - 2.033
1.734
1.808 - 1.813
3.169
3.305 - 3.314
19.003
19.820 - 19.877
Lapangan Usaha
1. Pertanian
2. Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik & Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdag, Hotel & Restoran
7. Angkutan & Komunikasi
8. Keu, Pers & Jasa Perus
9. Jasa-Jasa
PDRB
Keterangan: proyeksi per lapangan usaha didasarkan pada distribusinya tahun 2007.
Sumber: BPS Provinsi DIY, D. I. Yogyakarta dalam Angka 2006/2007, 2007 & Berita Resmi
Statistik BPS Provinsi DIY, 2008 (diolah).
2)
Pergerakan Inflasi
Tingkat inflasi di Provinsi DIY untuk tahun 2009 diperkirakan
berkisar 9% namun realisasinya 2,93% sedikit lebih tinggi diatas inflasi
nasional (2,78%).
Dari ekspektasi ekonomi yang semakin baik, tingkat inflasi pada
tahun 2009 juga diharapkan tidak mencapai dua digit, hanya akan berkisar
pada angka 9,00%.. Perkembangan inflasi dan proyeksinya untuk Provinsi
DIY dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Provinsi DIY Tahun
2003-2007 dan Proyeksi Tahun 2008-2009
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Inflasi (%)
5.73
6.95
14.98
10.40
8.00
10,10
9,00
14
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
Keterangan: Diasumsikan inflasi Kota Yogyakarta dapat mewakili
Prov. DIY.
Sumber: BPS Prov. DIY, DIY Dalam Angka, 2004 – 2007, Berita
Resmi Statistik BPS Provinsi DIY, 2008 (diolah).
3)
Investasi
Pada tahun 2008 dan 2009, diperkirakan angka ICOR (Incremental
Capital Output Ratio) Provinsi DIY akan berada pada angka 6,68, yang
artinya, untuk menghasilkan output Rp1, diperlukan investasi sebesar
Rp6,68. Kondisi ini didasarkan pada rata-rata ICOR Provinsi DIY selama
periode 2003-2007. Selengkapnya perkembangan ICOR Provinsi DIY dapat
dilihat pada tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3 Perkembangan ICOR di Provinsi DIY Tahun 2003-2007
dan Proyeksi Tahun 2008-2009
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
PDRB (juta Rp)
15,360,408.00
16,146,444.00
16,911,053.00
17,535,354.00
18,271,790.00
19,002,661.60
19,819,776.05 19,876,784.03
Modal (Investasi) Bruto
Juta Rp
4,186,138.00
4,658,909.00
4,971,585.00
5,404,641.00
5,552,560.00
5,552,560.00
% PDRB
27.25
28.85
29.40
30.82
30.39
26.72
5,552,560.00
27.93
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
4.58
5.13
4.71
3.69
4.20
4.00
4.30-4.60
ICOR
5.95
5.62
6.24
8.35
7.24
6.68
6.68
Sumber: BPS DIY dan Bapeda DIY (diolah)
Sementara itu, berdasarkan hasil perhitungan trend investasi di
Provinsi DIY, terdapat kecenderungan peningkatan investasi PMA dan
PMDN, meskipun angkanya masih berkisar pada 4 trilyun rupiah. Perkiraan
nominal investasi PMA dan PMDN di Provinsi DIY ini dapat dicermati pada
tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4 Perkembangan Investasi Di Provinsi DIY Tahun 2003-2007
dan Proyeksi Tahun 2008-2009
Tahun
Investasi
PMDN (Rp T)
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2,405
2,401
2,251
2,144
1,801
2,434
2,529
Investasi PMA+PMDN (Rp)
Total (Rp T)
USD
Rp M
103.563.363
27,694
0,959
135.960.519
295,625
1,519
152.010.619
475,579
1,843
153.758.269
495,963
1,879
155.326.645
880,226
2,278
135.629.313
678,584
1,899
136.079.866
751,806
1,976
Sumber: BPS DIY dan Bapeda DIY (diolah)
Keterangan:
a) angka tahun 2008 - 2009 merupakan angka proyeksi
b) nilai tukar (konversi PMA dalam USD ke Rp) adalah sebesar Rp 9,000/USD
15
Pertumbuhan
(Rp T)
%
3,365
0
3,921 16,53
4,094
4,42
(4,024) -1,71
4,079
1,37
4,333
6,23
4,505
3,96
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
4)
Ketenagakerjaan
Kondisi tenaga kerja yang bekerja Provinsi DIY pada tahun 2008
sebanyak 1.863.750 orang, berdasarkan hasil perhitungan, diperkirakan pada
tahun 2009 sebanyak 1.880.000 orang maka dengan asumsi laju
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9% akan terjadi penyerapan tenaga kerja
sebanyak 16.620 orang. Kondisi Pengangguran Terbuka Provinsi DIY pada
tahun 2008 sebanyak 119.780 orang, berdasarkan hasil perhitungan,
diperkirakan pada tahun 2009 sebanyak 116.360 orang maka diperkirakan
akan terjadi penurunan pengangguran terbuka sebanyak 3.420 orang. Namun
realisasinya hanya mampu menurunkan pengangguran terbuka sebanyak
1700 orang. Kondisi ketenagakerjaan di DIY ditunjukan dalam tabel berikut
ini:
Tabel 2.5 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan
di Provinsi DIY Tahun 2003-2008 dan Proyeksi Tahun 2009
(ribu orang)
Uraian
2005
2006
Angkatan Kerja
1851,21
1871,97
Bekerja
1757,70
1754,95
Pengangguran
Terbuka
93,51
117,02
Pengangguran
Terbuka (%)*
5,05
6,25
*Rasio Pengangguran terhadap angkatan kerja
2007
2008
2009
1954,42
1835,54
1983,53
1863,75
1996,73
1880,37
118,88
119,78
116,36
6,08
6,04
5,83
Sumber: BPS, SAKERNAS & BPS Prov. DIY, Berita Resmi Statistk, 2008, diolah.
5)
Kemiskinan
Kondisi Penduduk miskin di Provinsi DIY pada tahun 2008
diperkirakan sebanyak 620.080 orang, berdasarkan asumsi laju pertumbuhan
ekonomi pad tahun 2009 sebesar 4,6% perhitungan diproyeksikan pada
tahun 2009 menurun menjadi 574.679 orang sehingga terjadi penurunan
kemiskinan sebesar 45.401 orang. Dengan demikian terjadi penurunan
prosentasi Penduduk Miskin pada tahun 2008 sebesar 18,23% turun menjadi
16,86% pada tahun 2009. Kondisi penduduk miskin di DIY ditunjukkan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Miskin
di Provinsi DIYTahun 2000-2008
dan Perkiraan 2009
Tahun
Jumlah (orang)
2000
2001
2002
2003
2004
1.035.800
767.600
635.660
636.800
616.200
16
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
Tahun
Jumlah (orang)
2005
2006
2007
2008
2009
625.800
650.000
633.400
620.080
574.679 s/d 581.766
Sumber: BPS Provinsi DIY, 2008 (diolah)
Sesuai dengan tema pembangunan tahun 2009, kebijakan ekonomi
makro tahun 2009 diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan
pengurangan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
diupayakan dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh
pembangunan pertanian, infrastruktur dan energi serta dengan terjaganya
stabilitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan
meningkatkan investasi, ekspor dan pengeluaran pemerintah serta
mendorong peningkatan sektor industri pengolahan, revitalisasi pertanian
dan menggerakkan UKM. Dengan arah kebijakan ekonomi makro tersebut,
asumsi sasaran ekonomi makro tahun 2009 adalah pertumbuhan ekonomi
sebesar 6,6% dan laju inflasi 6,0%. Dengan pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dari tahun 2008 tersebut dan stabilitas ekonomi yang terjaga,
pengangguran terbuka dan penduduk miskin akan menurun. Pengangguran
terbuka diperkirakan turun menjadi 6,5-7,5% dari angkatan kerja dan jumlah
penduduk miskin diperkirakan turun menjadi 10-11% pada tahun 2009.
Untuk membiayai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6%, diperlukan
investasi sebesar Rp.1.361,6 triliun, dengan perincian investasi masyarakat
sebesar Rp.1.194,3 triliun dan investasi pemerintah sebesar Rp.1.67,3 triliun
Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perkuatan ekonomi
daerah, penanganan kemiskinan dan pengangguran. Peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui perkuatan ekonomi daerah, penanganan
kemiskinan dan pengangguran ini didukung dengan prioritas pembangunan
sebagai berikut:
1) Revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan
2) Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan, kesehatan dan sosial
3) Pemberdayaan UMKM, dan peningkatan investasi dan ekspor
4) Pengembangan budaya dan pariwisata;
5) Peningkatan kapasitas daerah dan penegakan hukum.
Sesuai dengan tema pembangunan tahun 2009, kebijakan ekonomi
makro tahun 2009 diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan
pengurangan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
diupayakan dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh
pembangunan pertanian, infrastruktur dan energi serta dengan terjaganya
stabilitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan
meningkatkan investasi, ekspor dan pengeluaran pemerintah serta
mendorong peningkatan sektor industri pengolahan, revitalisasi pertanian
dan menggerakkan UKM. Dengan arah kebijakan ekonomi makro tersebut,
asumsi sasaran ekonomi makro tahun 2009 adalah pertumbuhan ekonomi
17
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
sebesar 6,6% dan laju inflasi 6,0%. Dengan pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dari tahun 2008 tersebut dan stabilitas ekonomi yang terjaga,
pengangguran terbuka dan penduduk miskin akan menurun. Pengangguran
terbuka diperkirakan turun menjadi 6,5-7,5% dari angkatan kerja dan jumlah
penduduk miskin diperkirakan turun menjadi 10-11% pada tahun 2009.
Untuk membiayai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6%, diperlukan
investasi sebesar Rp.1.361,6 triliun, dengan perincian investasi masyarakat
sebesar Rp.1.194,3 triliun dan investasi pemerintah sebesar Rp.1.67,3 triliun.
2.2. Kebijakan Keuangan
2.2.1. Pendapatan Daerah
2.2.1.1. Kebijakan pendapatan daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber
pendanaan daerah di dalam APBD terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DIY pada
tahun anggaran 2009 dari sisi pendapatan masih menggantungkan sumber-sumber
penerimaan daerah tersebut.
Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan sebagai berikut:
1)
Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan
sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah.
2) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah.
3) Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan
daerah
4) Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat
5) Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan
daerah.
6) Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan pendapatan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam daerahnya sendiri, pada tahun 2009
tetap mengandalkan penerimaan dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah Yang Sah.
Dengan mendasarkan perkembangan PAD yang meningkat setiap tahun,
maka untuk RAPBD Tahun Anggaran 2009 target PAD juga mengalami kenaikan,
akan tetapi kenaikan tersebut mempertimbangan prinsip tidak membebani
masyarakat dan menciptakan keseimbangan antara peningkatan pendapatan
daerah dengan pelayanan kepada masyarakat.
1)
Target pendapatan daerah
Pada Tahun Anggaran 2009 target pendapatan daerah Provinsi DIY
direncanakan sebesar Rp 1,221 triliun. naik sebesar Rp 59,607 milyar bila
dibandingkan dengan target Pendapatan Tahun Anggaran 2008, atau naik
sebesar 5%. Jumlah tersebut berasal dari kenaikan PAD sebesar Rp 48,963
18
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
milyar, Dana Perimbangan sebesar Rp 27,807 milyar dan Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami penurunan sebesar (Rp 17,163)
milyar. Penurunan Lain-lain PD yang sah terjadi karena pada Tahun
Anggaran 2008 ditargetkan sebesar Rp 19,519 milyar yang merupakan sisa
dana sumbangan pihak ketiga.
Perubahan kebijakan pendapatan daerah yang dituangkan dalam
APBD Perubahan dilakukan karena adanya penyesuaian target pendapatan
daerah, sehubungan dengan perkembangan realisasi penerimaan pendapatan.
Pendapatan daerah pada APBD Perubahan Tahun Anggaran 2009 turun
sebesar Rp 8,373 milyar (dari sebesar Rp 1,221 triliun menjadi Rp 1,213
triliun).
Penurunan tersebut berasal dari PAD sebesar Rp 21,334 milyar,
sedangkan Dana Perimbangan mengalami kenaikan sebesar Rp.12,268
milyar dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah naik sebesar Rp 692,798
juta, secara rinci perubahan pendapatan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
(1) Pendapatan Asli Daerah
Dengan mempertimbangkan faktor dan kondisi yang
berpengaruh serta mempertimbangkan perkembangan PAD yang selalu
meningkat setiap tahun, maka untuk Tahun Anggaran 2009 target PAD
diperkirakan mengalami kenaikan, yaitu naik sebesar 9% dari target
PAD Tahun Anggaran 2008 atau naik sebesar Rp 48,964 milyar (dari Rp
547,885 milyar menjadi Rp 596,849 milyar).
Pada Tahun 2009 dalam APBD Perubahan terjadi penurunan
target pendapatan yang berasal dari PAD sebesar Rp 29,791 milyar (dari
sebesar Rp 596,850 milyar menjadi sebesar Rp 575,516 milyar) berasal
dari Pajak Daerah turun sebesar Rp29,719 milyar, Retribusi Daerah
turun sebesar Rp251,500 juta, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan mengalami kenaikan sebesar Rp5,664 milyar,
sedangkan Lain-lain PAD yang Sah mengalami kenaikan sebesar
Rp2,972 milyar.
(2) Dana Perimbangan
Dana Perimbangan terdiri dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
(DAK). Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak merupakan bagian
dana perimbangan untuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal
(antara Pusat dan Daerah) yang dilakukan melalui pembagian hasil
antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari sebagian
penerimaan perpajakan. DAU merupakan dana transfer yang bersifat
umum (block grant) untuk mengatasi masalah ketimpangan horizontal
(antar Daerah) dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan
antar Daerah. Sedangkan DAK merupakan dana transfer yang bersifat
sektoral yang merupakan sektor yang diprioritaskan oleh pemerintah
pusat.
19
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
Dana Perimbangan ditargetkan sebesar Rp 620,915 milyar, atau
mengalami kenaikan sebesar Rp 30,776 milyar dari target Tahun
Anggaran 2008 sebesar Rp 590,139 milyar.
Dana Perimbangan dalam APBD Perubahan Tahun Anggaran
2009 mengalami kenaikkan sebesar Rp 12,268 milyar (dari Rp.618,382
milyar menjadi Rp 630,650 milyar), kenaikan ini berdasarkan
penetapan Menteri Keuangan tentang Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan
Pajak (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.07/2009 dan
24/PMK.07/2009). Disamping itu ada pemindahan anggaran sebesar Rp
2,534 milyar dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang
merupakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau. Hal ini
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.07/2009,
bahwa Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau merupakan bagian dari
Dana Perimbangan.
(3) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah diperoleh
dari Pendapatan Hibah dari Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam
Negeri. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ditargetkan sebesar Rp
6,361 milyar atau mengalami penurunan sebesar Rp.17,163 milyar
(73%) dari target Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp 23,209 milyar.
Penerimaan ini berasal dari Sumbangan dari Dealer Otomotif,
Sumbangan dari Main Dealer, Sumbangan dari PT. Sari Husada dan
Sumbangan dari PT. Jasa Raharja.
Kenaikan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah dalam
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp 692,798 juta dari
Rp 6,361 milyar menjadi Rp 7,054 milyar. Hal ini disebabkan adanya
kenaikan hibah sebesar Rp 3,227 milyar dan karena pemindahan
anggaran ke pos Dana Perimbangan, yaitu Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau yang merupakan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar
Rp 2,534 milyar.
2)
Upaya dalam Mencapai Target
Peningkatan PAD dapat di tempuh dengan melakukan intensifikasi
dan ekstensifikasi terhadap sumber-sumber pendapatan. Intensifikasi
dikaitkan dengan usaha untuk melakukan pungutan yang intensif, yaitu
secara ketat, giat dan teliti, sedangkan ekstensifikasi berhubungan dengan
usaha untuk menggali sumber-sumber pendapatan baru .
Upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan
daerah antara lain:
(1) Penelitian potensi PAD
(2) Pembebasan BBN-KB II
(3) Pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga
(4) Operasionalisasi Samsat Pembantu Bantul dan Sleman untuk
mendekatkan pelayanan kepada Wajib Pajak
(5) Kegiatan rasia kendaraan bermotor dalam upaya penagihan terhadap
tunggakan pajak
20
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
(6) Penagihan pajak daerah door to door
(7) Pelayanan kesamsatan dengan mobil keliling.
(8) Pelayanan kesamsatan pada event tertentu yang dilaksanakan di
kabupaten/kota seperti Pameran Pembangunan, Pameran di Pasar
Malam Sekaten, dan lain-lain.
(9) Pengkajian pemanfaatan kawasan JEC dan Gedung Jalan Jendral
Sudirman.
(10) Kerjasama dengan pihak ketiga untuk mengelola kawasan JEC dan
Gedung Jalan Jendral Sudirman.
(11) Online pajak daerah.
(12) Online Pendapatan Asli Daerah.
(13) Focused Group Discussion untuk optimalisasi retribusi.
(14) Koordinasi dalam rangka optimalisasi pendapatan untuk memecahkan
permasalahan pengelolaan pendapatan di masing-masing SKPD.
(15) Intensifikasi penyelenggaraan lelang hasil hutan melalui koordinasi
antara Perum Perhutani dan Direktorat Jendral Kekayaan
Negara/KPKLN.
(16) Fasilitasi dana perimbangan dan koordinasi antara Kanwil Direktorat
Jendral Pajak, Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Pemerintah
Kabupaten/Kota, Bank Persepsi, Bank Operasional III dan Kas Daerah.
2.2.2. Belanja Daerah
2.2.2.1. Kebijakan Belanja Daerah
Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan maka
kebijakan pendanaan pembangunan di tuntut lebih transparan, akuntabel dan
berorientasi pada kinerja. Pendanaan digunakan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban
daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan
sistem jaminan sosial.
Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang
berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta
memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.
Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas
pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka
melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawabnya.
Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap SKPD harus
terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah, yaitu
kemampuan pendapatan dan kemampuan pembiayaan maka jumlah pendanaan
yang dibelanjakan adalah sebesar Rp.1,221 trilyun (APBD sebelum Perubahan),
dengan perincian Belanja Tidak Langsung sebesar Rp.724,456 milyar (terdiri dari
belanja pegawai, belanja bunga, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada
kabupaten/kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan kepada
21
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
kabupaten/kota dan pemerintah desa dan belanja tak terduga) dan Belanja
Langsung sebesar Rp.687,592 milyar (terdiri dari belanja pegawai, belanja barang
dan jasa dan belanja modal). Belanja tersebut digunakan untuk mendanai
program/kegiatan yang dijabarkan dalam urusan wajib dan urusan pilihan yang
ada di masing-masing SKPD.
1) Kebijakan Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, bantuan
sosial, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota dan desa, bantuan keuangan
kepada kabupaten/kota dan desa, dan belanja tidak terduga.
(1) Belanja Pegawai
Besarnya penyediaan gaji pokok dan tunjangan PNS Daerah
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005 tentang
Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977
tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Dalam merencanakan
belanja pegawai memperhitungkan adanya tunjangan ketiga belas
PNSD dan CPNSD serta "accres' gaji paling tinggi sebesar 2,5% yang
disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi adanya kenaikan
gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, dan penambahan
jumlah pegawai akibat adanya mutasi. Penganggaran gaji dan tunjangan
ketiga belas PNSD dan tunjangan jabatan struktural/fungsional dan
tunjangan lainnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Mulai tahun 2009 Pemerintah Provinsi DIY akan
mengakomodasi pelaksanaan tunjangan tambahan penghasilan (TTP).
Pelaksanaan TPP dikaitkan dengan pemberian ”reward and punishment”
kepada seluruh PNS Provinsi DIY sesuai dengan Peraturan Gubernur
Nomor 49 Tahun 2005 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan
(Reward) dan Sanksi (Punishment) bagi PNS di lingkungan Pemerintah
Provinsi DIY. Mekanisme dan tata laksana tentang TTP akan diatur
dengan Keputusan Gubernur.
(2) Bunga
Belanja bunga dianggarkan untuk melunasi bunga pinjaman
pemerintah daerah yang telah jatuh tempo. Belanja bunga yang
dianggarkan pada tahun 2009 adalah untuk melunasi bunga pinjaman
Pemerintah Provinsi DIY kepada lembaga keuangan bank untuk
pembangunan Pasar Beringharjo. Belanja bunga tahun anggaran 2009
merupakan angsuran yang ke 28 dan 29 dari 30 angsuran yang
diwajibkan.
(3) Bantuan Sosial
Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi
masyarakat, pemerintah dapat memberikan bantuan sosial kepada
kelompok/anggota masyarakat. Bantuan sosial digunakan untuk
menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang
kepada masyarakat. Pemberian bantuan sosial tersebut dilakukan secara
selektif, jumlahnya dibatasi, tidak mengikat dan memiliki kejelasan
peruntukan penggunaannya.
22
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
(4) Belanja Bagi Hasil
Belanja Bagi Hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi
hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota
dan pemerintah desa. Belanja Bagi Hasil ini merupakan pembagian
hasil/realisasi pendapatan dari pajak daerah dan retribusi daerah.
(5) Bantuan Keuangan
Belanja bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan
bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa. Belanja bantuan
keuangan yang bersifat umum diberikan dalam rangka peningkatan
kemampuan keuangan bagi kabupaten/kota dan atau desa penerima
bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dapat dianggarkan
dalam rangka untuk membantu capaian program/kegiatan prioritas yang
dilaksanakan sesuai urusan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
atau dalam rangka akselerasi pembangunan desa.
(6) Belanja Tidak Terduga
Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara rasional dengan
mempertimbangkan realisasi tahun anggaran sebelumnya dan perkiraan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali
dan pengaruh pemerintah daerah, serta sifatnya tidak biasa/tanggap,
yang tidak diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk
program/ kegiatan pada tahun anggaran 2009.
Berdasar pertimbangan kemampuan keuangan daerah, yaitu
kemampuan pendapatan dan kemampuan pembiayaan maka jumlah
pendanaan yang dimungkinkan untuk dibelanjakan dalam APBD Perubahan
Tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar
Rp 66,462 milyar (dari Rp
1,412 triliun menjadi Rp 1,478 trilyun). Penggunaan anggaran tersebut
digunakan untuk membiayai belanja tidak langsung dan belanja langsung
sesuai dengan prioritas pembangunan, di samping itu juga untuk membiayai
hal-hal sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
Mengakomodir kegiatan-kegiatan yang telah mendahului APBD
Perubahan Tahun Anggaran 2009;
Mengakomodir kegiatan-kegiatan yang merupakan arahan dari
Pemerintah Pusat;
Mengakomodir kewajiban terhadap Belanja Bantuan Keuangan kepada
Kabupaten/Kota, berupa bagi hasil pajak daerah;
Mengakomodir kewajiban terhadap belanja langsung yang ada di setiap
SKPD (kekurangan pembayaran beban belanja listrik, telepon, internet,
air minum dan lain-lain);
Mengakomodir penataan kembali belanja gaji pegawai berdasarkan
realisasi gaji dan adanya penambahan gaji CPNS Daerah.
Belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, bunga, bantuan
sosial, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota dan desa, bantuan keuangan
kepada kabupaten/kota dan desa, dan belanja tidak terduga.
Belanja langsung terkait langsung dengan urusan pemerintah daerah
yang dibagi dalam Belanja Urusan Wajib dan Belanja Urusan Pilihan
23
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
2.2.3. Pembiayaan Daerah
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan
Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan. Penerimanaan Pembiayaan terdiri dari
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA),
Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,
Penerimaan Pinjaman Daerah, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman,
Penerimaan Piutang Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal Daerah.
Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan
Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, Pembayaran Pokok Utang dan Pemberian
Pinjaman Daerah dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Anggaran
Berjalan (SILPA). Pembiayaan daerah merupakan pembiayaan yang disediakan
untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan
Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.
2.2.3.1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang
dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih
besarnya belanja daerah dibanding dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab
utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penerimaan utama pembiayaan dalam
rangka menutup defisit anggaran adalah penerimaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun yang lalu (SiIPA), sedangkan yang kedua berasal dari
penerimaan piutang daerah dan penerimaan dari biaya penyusutan kendaraan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan
Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.
Dari sisi Penerimaan Pembiayaan dalam APBD Perubahan Tahun 2009
terjadi peningkatan (penambahan) sebesar Rp 85,875 milyar (dari sebesar Rp
206,829 milyar menjadi sebesar Rp 292,705 milyar) yang berasal dari SiLPA
Tahun 2008 sebesar Rp 82,185 milyar dan penerimaan piutang daerah sebesar Rp
3,689 milyar.
2.2.3.2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan tahun 2009 masih diprioritaskan untuk
pembayaran pokok hutang pada pihak ketiga untuk renovasi Pasar Beringharjo.
24
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
Selain itu sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 3 Tahun 2008
tentang Penyediaan Dana Cadangan Daerah untuk membiayai program/kegiatan
transportasi di DIY, maka pada tahun 2009 Pemerintah Provinsi DIY
mengalokasikan anggaran dimaksud sebesar Rp. 1,575 milyar untuk ditransfer ke
dalam rekening dana cadangan, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
sebesar Rp 14,700 milyar, dan pembayaran pokok utang sebesar Rp 100 juta.
Pengeluaran Pembiayaan pada APBD Perubahan Tahun 2009 terjadi
penambahan dari sisi Penyertaaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, yaitu
sebesar Rp 11,039 milyar (dari Rp 14,700 milyar menjadi Rp 24,700 milyar)
untuk penyertaan modal pada Bank Pembangunan Daerah (BPD DIY) naik
sebesar Rp. 10 milyar dan Pembayaran Kewajiban Tahun Lalu Yang Belum
Terselesaikan naik sebesar Rp 1,039 milyar.
2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
1) Dinas Pendidikan Pemuda, dan Olahraga.
(1) Program Administrasi Layanan Perkantoran. Realisasi keuangan
83,42%.
(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi
keuangan 95,49%.
(3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur. Realisasi Keuangan 98,05%.
(4) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi
keuangan 90,11%.
(5) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan. Realisasi Keuangan 92,33%.
(6) Program Pendidikan Anak Usia Dini. Realisasi keuangan 77,48%.
(7) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Realisasi
keuangan 77,25%.
(8) Program Pendidikan Menengah. Realisasi keuangan 86,09%.
(9) Program Pendidikan Non Formal. Realisasi keuangan 75,91%.
(10) Program Pendidikan Luar Biasa. Realisasi keuangan 90,00%.
(11) Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.
Realisasi keuangan 72,83%.
(12) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan. Realisasi keuangan
82,18%.
(13) Program Pendidikan Tinggi. Realisasi keuangan 93,71%.
(14) Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan. Realisasi keuangan
90,54%.
(15) Proram Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan
Kecakapan Hidup Pemuda. Realisasi keuangan 89,27%.
(16) Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga. Realisasi
keuangan 89,03%.
(17) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga. Realisasi
keuangan 96,67%.
2) Dinas Kesehatan.
(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi Program
89,16%.
25
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
(2)
3)
4)
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi
Program 88,11%.
(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi
Program 88,68%.
(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan. Realisasi Program 91,52%.
(5) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. Realisasi Program 96,37%.
(6) Program Upaya Kesehatan Masyarakat. Realisasi Program 87,89%.
(7) Program Promosi dan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Realisasi Program 93,13%.
(8) Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Realisasi Program 98,98%.
(9) Program Pengembangan Lingkungan Sehat. Realisasi Program
97,43%.
(10) Program Pencegahan Penyakit Menular. Realisasi Program 82,40%.
(11) Program Standardisasi Pelayanan Kesehatan. Realisasi Program
93,91%.
(12) Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin. Realisasi Program
99,79%.
(13) Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana RS/RS
Jiwa/RS Paru-paru/RS Mata. Realisasi Program 89,14%.
(14) Program Pemeliharaan sarana & prasarana RS/RSJ/RS paru-paru /Rs
Mata 97,78%
(15) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita. Realisasi
Program 91,68%.
(16) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia. Realisasi Program
99,05%.
(17) Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan anak.
Realisasi Program 97,07%.
Rumah Sakit Grhasia
(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Target Capaian
98,86%.
(2) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Target
Capaian 100,00%.
(3) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan. Target Capaian 96,90%.
(4) Program Upaya Kesehatan Masyarakat. Target Capaian 100,00%.
(5) Program Standardisasi Pelayanan Kesehatan. Target Capaian
100,00%.
(6) Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana RS Jiwa/RS
Paru-paru/RS Mata. Target Capaian 99,83%.
(7) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Target
Capaian 95,95%.
Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah
(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Target Capaian
87,29%.
(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Target Capaian
88,69%.
26
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Target
Capaian 96,93%.
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan.Target Capaian 98,78%.
Program Pembangunan Jalan dan Jembatan. Target Capaian 95,17%.
Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong. Target
capaian 95,74%.
Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. Target
capaian 93,64%.
Program Inspeksi kondisi Jalan dan Jembatan. Target capaian 96,82%.
Program Pengembangan dan Pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan
jaringan pengairan lainya. Target capaian 83,24%.
Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku. Target capaian
96,15%.
Program Pengembangan dan Pengelolaan konservasi sungai, danau,
dan SDA lainya. Target capaian 86,34%.
Program Pengembangan kinerja pengelolaan air minum, dan air
limbah. Target capaian 95,46%.
Program Pengendalian Banjir. Target capaian 74,62%.
Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh. Target
capaian 95,62%.
Program Pembangunan
Infrastruktur Pedesaan. Target capaian
98,36%.
Program Pengembangan dan Pengelolaan Data dan Informasi SDA.
Target capaian 97,77%.
Program Pelayanan Jasa Pengujian. Target capaian 94,53%.
Program Pengaturan Jasa Konstruksi. Target capaian 84,15%.
Program Pemberdayaan Jasa Konstruksi. Target capaian 77,84%.
Program Pengawasan Jasa Konstruksi. Target capaian 41,34%.
Program Pengembangan Perumahan. Target capaian 83,13%.
Program Perencanaan Tata Ruang. Target capaian 97,33%.
Program Pemanfaatan Ruang. Target Capaian 97,44%
Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Target capaian 93,58%.
Program Pengelolaan Persampahan. Target Capaian 73,23.
Program Perencanaan dan tata Bangunan dan Lingkungan. Target
Capaian 74,85%.
Program Pengembangan Manajemen Laboratorium. Target Capaian
82,46%.
Program Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi Ke PU an. Target
Capaian 94,45%.
Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan. Target
Capaian 98,01%.
Program Pengawasan dan Penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi
merusak lingkungan. Target Capaian 98,74%.
Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan.
Target Capaian 97,92%.
27
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
5)
6)
(32) Program Pengembangan Bahan Bakar dan Energi. Target Capaian
88,61%.
Badan Perencanaan Pembangunan (BAPEDA).
(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Target Capaian
98,47%.
(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Target Capaian
92,83%.
(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Target
Capaian 89,19%.
(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan.Target Capaian 99,36%.
(5) Program Pengembangan Data/ Informasi. Target Capaian 97,51%.
(6) Program Kerjasama Pembangunan. Target Capaian 99,21%.
(7) Program Pengembangan Wilayah Perbatasan. Target Capaian 78,65%.
(8) Program Perencanaan Pembangunan Wilayah Strategis dan Cepat
Tumbuh. Target Capaian 80,72%.
(9) Program Perencanaan Pengembangan Kota-kota menengah dan Besar.
Target Capaian 93,25%.
(10) Program Perencanaan Pembangunan Daerah. Target Capaian 78,87%.
(11) Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi. Target Capaian
99,07%.
(12) Program Perencanaan Sosial Budaya. Target Capaian 93,30%.
(13) Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam.
Target Capaian 93,48%.
(14) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah. Target Capaian
95,96%.
(15) Program Pembangunan Daerah Tertinggal. Target Capaian 99,58%.
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika.
(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi keuangan
86,68%,
(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi
keuangan 77,63%.
(3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur. Realisasi keuangan 99,11%,
(4) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi
keuangan 68,27%.
(5) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja Keuangan. Realisasi keuangan 83,66%.
(6) Program Pembangunan Prasarana dan fasilitas Perhubungan. Realisasi
keuangan 90,97%.
(7) Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Lalu
Lintas Angkutan Jalan. Realisasi keuangan 88,41%.
(8) Program Peningkatan Pelayanan Angkutan. Realisasi keuangan
90,93%.
(9) Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan. Realisasi
keuangan 79,83%.
(10) Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas. Realisasi
keuangan 92,15%.
28
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2009
7)
8)
(11) Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor.
Realisasi keuangan 68,49%.
(12) Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Masa.
Realisasi keuangan 88,45%.
(13) Program Pengkajian dan Penelitian Bidang Komunika