Pengaruh Struktur Governance dan Internal Audit Terhadap Fee Eksternal Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori Keagenan (Agency Theory)menyatakan bahwa apabila terdapat
pemisahan antara pemilik sebagai principal dan manajer sebagai agen yang
menjalankan perusahaan maka akan muncul permasalahan agensi karena masingmasing pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi
utilitasnya (Jensen dan Meckling, 1976). Tujuan utama teori agensi (agency
theory) adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan
hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisasi
cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi
ketidakpastian.
Konservatisme dapat dijelaskan dari perspektif teori keagenan. Teori
tersebut menyatakan perusahaan merupakan nexus of contract yakni tempat
bertemunya kontrak antar berbagai pihak yang berpotensi menimbulkan konflik
kepentingan. Konflik tersebut tercermin dari kebijakan dividen, pendanaan, dan
kebijakan investasi (Jensen dan Meckling,1976). Ketiga kebijakan tersebut dapat
digunakan oleh investor untuk mengatur manajer dan mentransfer keuntungan
dari kekayaan kreditor. Upaya investor tersebut akan menjadi lebih sulit
dengan adanya laporan keuangan yang konservatif.
Teori keagenan mengasumsikan bahwa masing-masing individucenderung
untuk mementingkan diri sendiri. Manajer sebuah perusahaanmungkin memiliki

tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuanuntuk memaksimalkan

11
Universitas Sumatera Utara

kekayaan pemilik pemegang saham. Hak yangdimiliki manajer untuk mengelola
aset perusahaan, menimbulkan adanyakonflik kepentingan antara dua kelompok
(Hikmah dkk., 2011:5).
Perbedaan kepentingan antara principal (pemegang saham) danagen
(manajer) dapat menimbulkan suatu informasi asimetri (kesenjanganinformasi).
Masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagidiri sendiri.
Manajer dalam hal ini dapat melakukan tindakan kecurangan (fraud) untuk
memanipulasi laba, agar kompensasi ekonomi yangdiberikan oleh principal
semakin besar. Tindakan – tindakan sepertimemanipulasi laba inilah yang menjadi
pentingnya adanya pengendalianinternal dan struktur tata kelola perusahaan
(governance structure)(Wibowo, dkk., 2013:3).Teori agensi menunjukkan
pentingnya pemisahan manajemen perusahaan dari pemilik kepada manajer.
Tujuan pemisahan ini untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas dengan
menyewa agen profesional dalam mengelola perusahaan atau pihak ketiga dan
independen, dalam hal ini auditor independen yang dianggap mampu

menghubungkan kepentingan pemilik (principal) dan pihak ketiga (manajemen).
2.2

Corporate Governance

2.2.1 Defenisi Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI-2006),
mendefenisikan Corporate Governance sebagai “Seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-

12
Universitas Sumatera Utara

hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengarahkan dan

mengendalikan


perusahaan. Tujuan

Corporate

Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak
yang

berkepentingan

Cooperation

and

for

Economics

Development(OECD)mendefinisikan

corporate


(stakeholders).Organization

governance sebagai suatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas
bisnisdiarahkan dan diawasi (Hikmah dkk., 2011:6)
Defenisi lain dari Cadbury Committee (1992) dalam Goodwin
Stewart dan Kent, 2006:6), memandang corporate governance sebagai
seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang
saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan
dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.
Pengertian Corporate Governance (Keputusan Menteri Badan Usaha
Milik Negara, Nomor : KEP-117/M-MBU/2002), adalah suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh organisasi BUMN untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan
nilai-nilai etika tersebut dan dapat disimpulkan bahwa corporate
governance merupakan suatu sistem yang diterapkan oleh perusahaan untuk
mengatur dan mengelola perusahaan secara efektif.


13
Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Dalam Permendagri No. 61 tahun 2007, prinsip yang dituntut untuk
dilaksanakan hanya empat prinsip yang pertama.Secara lebih rinci prinsipprinsip dasar dalam tata kelola yang baik adalah sebagai berikut:
1. Transparansi (Transparancy); yaitu keterbukaan informasi baik dalam
proses

pengambilan

keputusan

maupun

dalam

mengungkapkan


informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Efek terpenting
dari

dilaksanakannya

prinsip

transparansi

ini

adalah

terhindarnya

benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam
manajemen.
2. Akuntabilitas (Accountability); yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem
dan pertanggungjawaban organ lembaga sehingga pengelolaan lembaga
dapat terlaksana dengan baik. Dengan terlaksananya prinsip ini, lembaga

akan terhindar dari konflik atau benturan kepentingan peran.
3. Responsibilitas (Responsibility); yaitu kesesuaian atau kepatuhan di
dalam pengelolaan lembaga terhadap prinsip korporasi yang sehat serta
peraturan perundangan yang berlaku, termasuk yang berkaitan dengan
masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup,
kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian dan persaingan yang sehat.
4. Independensi (Independency); yaitu suatu keadaan dimana lembaga
dikelola

secara

profesional

tanpa

benturan

kepentingan

dan


pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

14
Universitas Sumatera Utara

5. Kesetaraan dan kewajaran (Fairness); yang secara sederhana dapat
didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara didalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundangan yang berlaku.
2.2.3Tujuan Penerapan Corporate Governance
Komite Nasional Kebijakan Governance menjelaskan bahwa corporate
governance merupakan acuan bagi perusahaan dalam rangka:
1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan
yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kewajaran dan kesetaraan.
2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi dan Rapat Umum Pemegang
Saham.

3. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi
agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh
nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat

dan

kelestarian

lingkungan

terutama

di

sekitar

perusahaan.
5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap

memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,
sehingga meningkatkan kepercayaan pasa

15
Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Good Corporate Governance dan Hukum Perseroan di Indonesia
Kegiatan perusahaan (perseroan) di Indonesia didasarkan atas
payung hukum Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang perseroan
terbatas. Namun Undang-Undang ini kemudian dicabut dan diganti dengan
Undang- Undang Nomor 40 tahun 2007. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1
ayat 1 UU Nomor 40 Tahun 2007, yang dimaksud dengan perseroan adalah
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Dalam penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2007, dikatakan alasan pencabutan Undang-Undang Nomor 1 tahun
1995 untuk diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007.

Pertimbangan tersebut

antara lain karena

adanya perubahan

dan

perkembangan yang cepat berkaitan dengan teknologi, ekonomi, harapan
masyarakat tentang perlunya peningkatan pelayanan dan kepastian hukum,
kesadaran sosial dan lingkungan, serta tuntutan pengelolaan usaha yang
sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik.
Ketentuan yang disempurnakan ini, antara lain:
1. Dimungkinkan
mengadakan
RUPS
dengan
memanfaatkan
teknologiinformasi yang ada, seperti: telekonferensi, video konferensi atau
sarana media elektronik lainnya (Pasal 77).
2. Kejelasan mengenai tata cara pengajuan dan pemberian pengesahan status
badan hukum dan pengesahan Anggran dasar Perseroan.
3. Memperjelas dan mempertegas tugas dan tanggung jawab direksi dan
dewan komisaris, termasuk mengatur mengenai komisaris independendan
komisaris utusan.

16
Universitas Sumatera Utara

4. Kewajiban perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
Undang-Undang perseroan terbatas Nomor 40 Tahun 2007 tidak
mengatur secara eksplisit tentang GCG. Meskipun begitu, Undang-Undang
ini mengatur secara garis besar tentang mekanisme hubungan, peran,
wewenang, tugas dan tanggung jawab, prosedur dan tata cara rapat, serta
proses pengambilan keputusan dan organ minimal yang harus ada dalam
perseroan, yaitu Rapat Umum Pemegang saham (RUPS), direksi dan Dewan
Komisaris.
Wewenang dari ketiga organ ini diatur dalam Bab I Pasal 1 sebagai
berikut:
Ayat 4 Rapat umum pemegang saham, yang selanjutnya disebut RUPS,
adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam
Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.
Ayat 5 Direksi adalah Organ Perseoran yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan,
sesuai dengan maksud dan tujuanperseroan serta mewakili perseroan, baik
di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggran dasar.
Ayat 6 Dewan komisaris adalan Organ Perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan
anggaran dasar serta memberi nasehat kepada direksi.
2.2.5 Struktur Governance
Struktur governance adalah suatu kerangka di dalam organisasi
mengenai bagaimana prinsip governance bisa dibagi, dijalankan, serta
dikendalikan. Struktur governance didesain sedemikian rupa agar mampu
mendukung berjalannya aktivitas organisasi perusahaan secara bertanggung
jawab dan terkendali. Struktur dari corporate governance menjelaskan
distribusi hak-hak dan tanggung jawab dari masingmasing pihak yang

17
Universitas Sumatera Utara

terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain dewan komisaris dan direksi,
manajer, pemegang saham, serta pihak pihak lain yang terkait sebagai
stakeholders. Struktur dari corporate governance juga menjelaskan
bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan
kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan perusahaan
dan pemantauan kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan dan dilakukan
dengan baik (Hikmah dkk.,2011:6).
2.2.5.1Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan good corporate governance. Dewan komisaris tidak boleh
turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masingmasing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama adalah setara
(KNKG, 2006:13).
Menurut Sulistyanto (2008:111), dewan komisaris juga merupakan
pihak yang mempunyai peranan penting dalam menyediakan laporan
keuangan yang reliable selain komite audit. Oleh sebab itu, keberadaan
dewan ini akan mempunyai pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
dan dipakai sebagai ukuran tingkat rekayasa keuangan yang dilakukan
seorang manajer. Sejalan dengan pengujian yang membuktikan apakah
besarnya dewan komisaris mempunyai hubungan yang positif dengan
kemungkinan penyimpangan dalam pelaporan keuangan. Studi tersebut

18
Universitas Sumatera Utara

tidak menemukan hubungan antara kedua hal itu karena semakin besar
dewan direktur semakin tidak efisien dan semakin lemah kontrolnya
terhadap manajer. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada hubungan
negatif antara proporsi independensi dewan komisaris dengan level
manajemen laba. Demikian juga kompetensi dewan komisaris yang
mempunyai hubungan negatif dengan level manipulasi. Atau dengan kata
lain,

semakin

kompeten

dewan

komisaris,

semakin

mengurangi

kemungkinan penyimpangan dalam pelaporan keuangan
Komite Nasional Kebijakan Governance dalam Pedoman GCG
Indonesia menyatakan bahwa komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksud dengan
terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan
dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris
lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Jumlah komisaris independen
harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (KNKG 2006:13).
2.2.5.2Komisaris Independen
Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan Dewan
Komisaris, keberadaan Komisaris Independen sangat dibutuhkan. Komisaris
Independen Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam
perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen
yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja
perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan

19
Universitas Sumatera Utara

untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam
rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak – pihak
lain yang terikat (Susiana dan Herawaty, 2007:9).
Definisi komisaris independen menurut ketentuan Bapepam No.
Kep-29/PM/2004, adalah anggota komisaris yang berasal dari luar emiten
atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham, baik langsung maupun
tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai
afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, komisaris, direksi atau
pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik serta tidak memiliki
hubungan usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik. Keberadaan
komisaris independen telah diatur Bursa EfekJakarta melalui peraturan BEJ
tanggal 1 Juli 2000. Dikemukakan bahwa perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia harus mempunyai komisaris independen yang secara
proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham
yang minoritas (bukan controlling shareholders). Dalam peraturan ini,
persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dariseluruh
anggota dewan komisaris.
Beberapa kriteria tentang komisaris independen menurut Forum
For Corporate Governance di Indonesia (FCGI, 2000:8) adalah sebagai
berikut:
a) Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen.
b) Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas,
atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan

20
Universitas Sumatera Utara

secara langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham
mayoritas perusahaan.
c) Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak
dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau
perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula
dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi
menempati posisi seperti ini.
d) Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan
perusahaan tersebut.
e) Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau
pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan lainnya
yang atau kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara
langsung atau tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut.
f) Komisaris independen tidak memiliki kontrak kontraktual dengan
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai
komisaris perusahaan tersebut.
g) Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis
apapun atau hubungan yang dapat atau secara wajar dapat dianggap
sebagai campur tangan secara material dengan kemampuannya sebagai
seorang
komisaris
untukbertindak
demi
kepentingan
yang
menguntungkan perusahaan.
Keberadaan

komisaris

independensi

dimaksudkan

untuk

menciptakan iklim yang lebih obyektif, independen, menjaga keterbukaan
serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang
saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham
minoritas (Sudana dan Arlindiani, 2011:42).
2.2.5.3 Komite Audit
Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia usaha di
Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Kemudian pada tahun 1970-an, New
York Stock Exchange (NYSE) mulai mewajibkan keberadaan komite audit
sebagaipersyaratan pencatatan, sejak itu banyak negara yang membuat
ketentuanmengenai

komite

audit.

Sejalan

dengan

kecenderungan

internasional ini,persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan di Indonesia

21
Universitas Sumatera Utara

melalui Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan pada bulan
Mei 2002.
Sesuai dengan Kep.29/PM/2004, komite audit adalah komite yang
dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan
pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi
pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam
sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai
penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak
manajemen dalam menangani masalah pengendalian (Nasution dan
Setiawan,2007:7).
Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam
Nomor SE- 03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri
BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite Audit terdiri
dari

sedikitnya

perusahaan

tiga

orang,

diketuai

oleh

komisaris

independen

dengan dua orang eksternal yang independen serta

menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Dalam
pelaksanaan tugasnya, komite audit mempunyai fungsi membantu dewan
komisaris untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan, menciptakan
iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan
terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan, meningkatkan
efektifitas

fungsi

mengidentifikasi

internal
hal-hal

audit

(SPI)

maupun

yang

memerlukan

eksternal
perhatian

audit,
dewan

komisaris/pengawasan.

22
Universitas Sumatera Utara

Tujuan dibentuknya komite audit meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a. Penyusunan Laporan Keuangan
Meskipun direksi dan dewan komisaris bertanggung jawab terutama atas
penyusunan laporan keuangan dan auditor eksternal bertanggung jawab atas
audit eksternal laporan keuangan, komite audit melaksanakan pengawasan
independen atas proses penyusunan laporan keuangan dan pelaksanaan audit
eksternal.
b. Manajemen Risiko dan Kontrol
Meskipun direksi dan dewan komisaris terutama bertanggung jawab atas
manajemen risiko dan kontrol, komite audit memberikan pengawasan
independen atas proses pengelolaan risiko dan kontrol.
c. Corporate Governance
Meskipun direksi dan dewan komisaris yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan corporate governance, namun komite audit melaksanakan
pengawasan independen atas proses pelaksanaan corporate governance.
2.3

Internal Audit
2.3.1 Definisi Audit Internal
American Accounting Association mendefinisikannya sebagai
“proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi
asersi

mengenai

tindakan

dan

kejadian-kejadian

ekonomis

untuk

meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang
ditetapkan dan mengomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan”
(Sawyer et al,2005:8). Definisi ini ditujukan untuk menggambarkan proses

23
Universitas Sumatera Utara

yang dilakukan di semua jenis audit, tetapi istilah “tindakan dan kejadian
ekonomi” mengarah pada aspek keuangan akuntansi.
Definisi audit internal menurut Standarts for the Professional
Practice of Internal Auditing “Audit internal adalah fungsi penilaian
independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan
mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada
perusahaan” (Sawyer et al, 2005:9).
Pernyataan ini lebih merupakan semacam pendahuluan, bukan
sebuah definisi karena tidak memberikan pemaparan lebih jauh mengenai
tanggung jawab auditor internal, dan tidak juga menekankan bahwa audit
tidak lagi hanya berkaitan dengan aspek akuntansi.
Menurut Sawyer (2005:10), audit internal adalah sebuah penilaian
yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap
operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan
apakah:
1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan
2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi
3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
diterima telah diikuti
4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi
5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis
6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif-semua dilakukan dengan
tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota
organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif
Definisi ini tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor
internal, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan tanggung jawab.
Definisi tersebut juga memadukan persyaratan-persyaratan signifikan yang

24
Universitas Sumatera Utara

ada di standardan menangkap lingkup yang luas dari auditor internal
modern yang lebih menekankan pada penambahan nilai dan semua hal yang
berkaitan dengan resiko, tata kelola dan kontrol.
2.3.2Tujuan, tugas dan ruang lingkup Internal Audit
Tujuan utama pengendalian intern menurut Tugiman (2006:17)
adalah meyakinkan keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi;
kesesuaian dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan
ketentuan perundang-undangan; perlindungan terhadap harta organisasi;
penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien, serta tercapainya
berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
2.4

Eksternal Auditor
Eksternal auditor adalah profesi audit yang melakukan audit atas laporan

keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organisasi lainnya.
Eksternalauditor ini mempunyai independensi dari perusahaan yang diaudit.
Pengguna dariinformasi keuangan perusahaan seperti investor, agen
pemerintah dan umum bergantung pada eksternal auditor untuk menghasilkan
informasi yang tidak biasdan independensi. Eksternal berbeda dengan internal
auditor :
1. Tanggung jawab utama internal auditor adalah menilai strategi dan praktek
manajemen risiko perusahaan, kerangka kerja pengendalian manajemen
(termasuk teknologi informasinya), dan proses governance,
2. Internal auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan
perusahaan. Peran utama eksternal auditor adalah untuk memberikan pendapat

25
Universitas Sumatera Utara

apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material. Secara normal,
eksternal auditor mereview prosedur pengendalian teknologi informasi saat
menilai pengendalian internal keseluruhan.
2.5

Fee Audit
Iskak (1999) dalam Suharli dan Nurlaelah (2008:137) mendefinisikan

audit fee adalah honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada
perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan publik terhadap laporan
keuangan. Penetapan biaya audit yang dilakukan oleh KAP berdasarkan
perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung dan
tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya tenaga yaitu manager,
supervisor, auditor junior dan auditor senior. Sedangkan biaya tidak langsung
seperti biaya percetakan, biaya penyusunan komputer, gedung dan asuransi.
Setelah dilakukan perhitungan biaya pokok pemeriksaan maka akan dilakukan
tawar menawar antar klien yang bersangkutan dengan kantor akuntan publik.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan
No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan
Penentuan Fee Audit. Dalam bagian Lampiran 1 dijelaskan bahwa panduan ini
dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan
besaran imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikannya. Dijelaskan
dalam

Surat

Keputusan

mengenai

penetapan

fee

audit,

yang

harus

dipertimbangkan oleh akuntan publik adalah:
a) Kebutuhan klien

26
Universitas Sumatera Utara

b) Tugas dan tanggungjawab menurut hukum.
c) Independensi.
d) Tingkat keahlian dan tanggungjawab yang melekat pada apekerjaan yang
dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan.
e) Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh
akuntan publik dan sifatnya menyelesaikan pekerjaan.
f) Basis penetapan fee yang disepakati.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya audit fee yaitu:
a. Besar kecilnya auditee
Masalah besar kecilnya audit fee menjadi krusial jika ketika kita
banyak melihat yayasan ataupun organisasi nirlaba yang memerlukan jasa
audit namun kondisi keuangannya minim.
b. Lokasi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Biaya overhead kantor akuntan publik di daerah secara umum lebih
kecil dibandingkan dengan biaya overhead di ibukota.
c. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
Ketika dikaitkan dengan besar kecilnya kantor, kantor yang
berdomisili di kota besar akan memiliki standar gaji yang jauh berbeda
jika dibandingkan dengan KAP yang terletak di kota pinggiran. Faktorfaktor diatas sangat berpengaruh terhadap penentuan audit fee yang
dibebankan KAP kepada kliennya. Faktor lain seperti berapa target profit
yang akan didapatkan pemilik jelas sangat besar pengaruhnya juga.

27
Universitas Sumatera Utara

Professional fee menurut Ikatan Akuntan Publik (Agoes, 2011:220) terbagi atas
dua yaitu:
1) Besaran Fee
Besaran feeAudit fee adalah biaya yang harus ditanggung klien
karena telah mendapatkan jasa audit dari sebuah KAP. Audit fee
merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan
penugasan. Besarnya fee dapat bervariasi tergantung antara lain risiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang
diperlukan, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan
profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan
klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi
2) Fee Kontinjen
Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu
jasa profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada
temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau
hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh
pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar
penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontijen
apabilapenetapan tersebut dapat mengurangi independensi.
2.6 Hubungan antara Struktur Governance dengan Fee Audit
Struktur corporate governance dalam penelitian ini mencakup dewan
komisaris dan komite audit. Yatim et aldalam Hazmi(2013:38) menguji pengaruh

28
Universitas Sumatera Utara

karakteristik dewan komisaris serta karakteristik komite audit terhadap fee audit
eksternal, dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara fee audit dan independensi dewan komisaris, komite audit
dan frekuensi pertemuan komite audit.
Sementara itu Carcello et al. dalam Hazmi(2013:38) menemukan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan positif antara board independence, diligence
and expertise terhadap fee audit. Carcello menyimpulkan bahwa dewan komisaris
yang kuat akan meningkatkan permintaan terhadap audit yang pada akhirnya akan
meningkatkan fee audit.
Penelitian lain dilakukan oleh Abbot et al dalam Hazmi (2013:38),
penelitian ini menguji hubungan antara karakteristik komite audit dengan fee
audit. Dengan hipotesis bahwa fee audit akan berhubungan positif dengan
independensi komite audit, keahlian keuangan, dan frekuensi pertemuan, hasil
penelitian menemukan bahwa hanya independensi komite audit (didefinisikan
sebagai Komite Audit yang berasal dari luar perusahaan) dan keahlian keuangan
(didefinisikan sebagai komite audit yang mengandung setidaknya satu anggota
dengan keahlian keuangan) yang secara signifikan, positif terkait dengan biaya
audit. Frekuensi pertemuan komite audit (didefinisikan sebagai komite audit yang
menyelenggarakan rapat setidaknya empat kali setiap tahun) tidak terkait dengan
biaya audit yang lebih tinggi.
2.7Hubungan antara Internal Audit dengan Fee Audit
Pengendalian internal menjadi fokus utama perusahaan terutama setelah
adanya Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002. Sarbanes-Oxley Act (SOX)

29
Universitas Sumatera Utara

mendorong banyak perusahaan untuk lebih memperhatikan aspek governance
termasuk peningkatan fee bagi proses auditing dan pengendalian internal (Griffin
et al dalam Hazmi 2008:39). Undang-undang ini dikeluarkan sebagai respons dari
Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai skandal pada beberapa korporasi
besar seperti: Enron, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems,
Citigroup, Computer Associates International, CMS Energy, Global Crossing,
HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen dan Xerox; yang juga
melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur
Andersen, KPMG dan PWC. Semua skandal ini merupakan contoh tragis
bagaimana fraud schemes berdampak sangat buruk terhadap pasar, stakeholders
dan para pegawai.
Zain et al dalam Hazmi (2013:39) menyatakan bahwa fungsi audit
internal merupakan bagian penting dari pengendalian internal perusahaan, fungsi
audit internal dapat digunakan sebagai acuan bagi auditor eksternal dalam
perencanaan proses audit. Dalam perencanaan proses audit tersebut auditor
eksternal akan menguji kepatutan dan keleluasaan kerja yang dilakukan oleh
fungsi audit internal untuk meminimalisasikan duplikasi kerja audit.
Sementara itu hal berbeda dikemukakan oleh Goodwin-stewart dalam
Hazmi (2013:40), hubungan antara fee audit dan fungsi pengendalian internal
akan lebih tinggi apabila perusahaan melaksanakan audit internal. Lebih lanjut
studi tersebut menyatakan bahwa audit internal maupun eksternal akan
meningkatkan keseluruhan pengawasan yang ada dalam perusahaan.

30
Universitas Sumatera Utara

Menurut Tugiman (2001:17), lingkup pekerjaan pemeriksaan internal
harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem
pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kuliatas pelaksanaan tanggung
jawab yang diberikan. Oleh karena itu, pengendalian internal yang baik akan
menyebabkan eksternal auditor mengurangi ruang lingkup pemeriksaan audit,
yang pada akhirnya akan memengaruhi proses penentuan fee audit
2.8

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Rizqiasih (2010) menguji pengaruh Pengaruh Struktur Governance

terhadap Fee Audit Eksternal. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa.
Independensi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh secara signifikan
dan mempunyai pengaruh positif terhadap fee audit. Ukuran dewan komisaris,
intensitas rapat dewan komisaris, ukuran komite audit, intensitas rapat komite
audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap fee audit.
Hazmi (2013) menguji Pengaruh Struktur Governance dan Internal Audit
Terhadap Fee Audit Eksternal Pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur Yang
Listin g di BEI. Berdasarkan hasil penelitian Komisaris independen, Ukuran
dewan komisaris, Intensitas rapat dewan komisaris, Independensi komite audit,
Ukuran komite audit, Keahlian komite audit, dan Internal audit terbukti bahwa
ukuran dewan komisaris dan internal audit mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap fee audit. Sedangkan faktor-faktor lain yaitu Dewan komisaris
independen, Intensitas rapat dewan komisaris, Independensi komite audit, Ukuran
komite audit dan Intensitas rapat komite audit tidak berpengaruh terhadap fee
audit.

31
Universitas Sumatera Utara

Prastuti (2013) menguji Analisis Pengaruh Independensi Dewan
Komisaris dan Komite dan Internal terhadap fee audit. Berdasarkan hasil
penelitian, Independensi dewan komisaris, Ukuran dewan komisaris, Keberadaan
fungsi audit internal berpengaruh signifikan terhadap fee audit eksternal.
Independensi komite audit, ukuran komite audit, intensitas pertemuan komite
audit tidak berpengaruh signifikan terhadap fee audit eksternal.
Immanuel (2014) menguji Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Audit Fees (Studi Empirik Pada Perusahaan Manufaktur di BEI)Control terhadap
Fee Audit Eksternal.Berdasarkan hasil penelitian, kepemilikan perusahaan
BUMN dan swasta tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penetapan audit
fees.Ukuran perusahaan, keberadaan anak perusahaan, ukuran kantor akuntan
publik pengaruh signifikan terhadap penetapan audit fees. Manajemen laba tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap penetapan audit fees.
Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan fee audit eksternal
yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:

32
Universitas Sumatera Utara

Nama
Peneliti
Rizqiasih
(2010)

Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul
Variabel
Hasil penelitian
Penelitian
Penelitian
1. Independensi dewan
Variabel
komisaris dan komite
Independen:
audit berpengaruh
Struktur
secara signifikan dan
Governance:
mempunyai pengaruh
Dewan Komisaris,
Pengaruh
positif terhadap fee
Komite Audit
Struktur
audit
Governance Variabel
2. Ukuran dewan
terhadap
komisaris, intensitas
Dependen:
Fee Audit Ukuran
rapat dewan komisaris,
Eksternal
ukuran komite audit,
Perusahaan, Rasio
Utang atas Aset
intensitas rapat komite
Perusahaan
audit tidak mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap fee
audit

33
Universitas Sumatera Utara

Nama
Peneliti
Hazmi
(2013)

Immanuel
(2014)

Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul
Variabel
Hasil penelitian
Penelitian
Penelitian
1. Komisaris independen,
Variabel
Independen:
Ukuran dewan
-Komisaris
komisaris, Intensitas
independen
rapat dewan komisaris,
Ukuran
dewan
Independensi komite
komisaris,
audit, Ukuran komite
Intensitas
rapat
audit, Keahlian komite
dewan komisaris,
audit, dan Internal audit
Independensi
terbukti bahwa ukuran
Pengaruh
komite
audit,
dewan komisaris dan
Struktur
Ukuran
komite
internal audit
Governance
audit,
Keahlian
mempunyai pengaruh
dan Internal
komite audit dan
positif dan signifikan
Audit
Internal audit.
terhadap fee audit
Terhadap
2. Jumlah dewan komisaris
Fee Audit
yang lebih besar dan
Variabel
Eksternal
Dependen:
adanya tuntutan akan
Pada
Fee
audit
pengendalian internal
Perusahaan
eksternal
yang tinggi akan
menuntut kualitas audit
Perusahaan
yang tinggi dari auditor
Manufaktur
eksternal, sehingga
Yang
menyebabkan fee audit
Listing
di
yang lebih tinggi pula.
BEI
Sedangkan faktor-faktor
lain yaitu Dewan
komisaris independen,
Intensitas rapat dewan
komisaris, Independensi
komite audit, Ukuran
komite audit dan
Intensitas rapat komite
audit tidak berpengaruh
terhadap fee audit
Analisis
Kepemilikan
1. Kepemilikan
Faktor
– perusahaan
perusahaan BUMN dan
Faktor Yang BUMN
dan
swasta tidak memiliki
Mempengar swasta
tidak
pengaruh signifikan
uhi
Audit memiliki pengaruh
terhadap penetapan
Fees (Studi signifikan
audit fees.
Empirik
terhadap
Pada
penetapan audit

34
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti

Judul
Penelitian
Perusahaan
Manufaktur
di BEI)
Control
terhadap Fee
Audit
Eksternal

Variabel Penelitian

Hasil penelitian

fees.
Ukuran
perusahaan,
Keberadaan
anak
perusahaan, Ukuran
kantor
akuntan
publik,
dan
Manajemen laba

2. Ukuran perusahaan
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
penetapan audit fees.
3. Keberadaan anak
perusahaan memiliki
pengaruh signifikan
terhadap penetapan
audit fees.
4. Ukuran kantor akuntan
publik memiliki
pengaruh signifikan
terhadap penetapan
audit fees.
5. Manajemen laba tidak
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
penetapan audit fees

- dewan komisaris,
Ukuran dewan
komisaris,
Independensi komite
audit, Ukuran
komite audit,
Intensitas pertemuan
komite audit,
Keberadaan fungsi
internal audit
Variabel Dependen:
Fee audit eksternal
(Sumber: Diolah Penulis)

35
Universitas Sumatera Utara

2.9

Kerangka Konseptual
Berikut merupakan kerangka konseptual dari penelitian ini:

Dewan Komisaris
(X1)

H1

Komite Audit
(X2)

H2

Ukuran Perusahaan
(X3)
Rasio Hutang atas Aset
(X4)

H3

H4

Fee External Audit
(Y)

H5
Return on Asset
(X5)
Kantor Akuntan Publik
(X6)
Internal Audit
(X7)

H6

H7

H8
(Sumber: Diolah Penulis)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh struktur governance dan
internal audit terhadap fee audit yang dibayarkan kepada auditor eksternal.
Struktur governance dalam penelitian ini mencakup dewan komisaris dan komite
audit.

36
Universitas Sumatera Utara

Dewan komisaris (X1) adalah organ perusahaan yang bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan
nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good
corporate governance (KNKG, 2006:13).Komite audit (X2) adalah komite yang
dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan
perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan
(Kep.29/PM/2004).
Ukuran perusahaan (X3) yaitu besar kecilnya perusahaan dilihat dari
besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai total aktiva. Ada beberapa cara
untuk mengukur besarnya ukuran perusahaan. Rasio leverage(X4)adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan
berasal dari utang atau modal, sehingga dengan rasio ini dapat diketahui posisi
perusahaan dan kewajiban yang bersifat tetap kepada pihak lain..Return on assets
(ROA) (X5) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapatmengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang digunakan.
Kantor akuntan publik (X6) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berusaha
di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik. Audit internal
(X7) adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk
memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan
kepada perusahaan” (Sawyer et al, 2005:9)

37
Universitas Sumatera Utara

2.10

Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian

terdahulu dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H1:

Terdapat pengaruh jumlah anggota dewan komisaris terhadap fee audit

eksternal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2 :

Terdapat pengaruh jumlah anggota komite audit terhadap fee audit

eksternal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. .
H3 :

Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap fee audit eksternal pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .
H4 :

Terdapat pengaruh rasio hutang atas aset perusahaan terhadap fee audit

eksternal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H5 :

Terdapat pengaruh return on assets terhadap fee audit eksternal pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H6:

Terdapat pengaruh kantor akuntan publik terhadap fee audit eksternal pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H7 :

Terdapat pengaruh internal audit terhadap fee audit eksternal pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H8:

Terdapat pengaruh struktur governance, internal audit, ukuran perusahaan,

rasio hutang atas aset, return on assets dan kantor akuntan publik terhadap fee
eksternal audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
.

38
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba dengan Fee Audit sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek)

1 13 109

Analisis Pengaruh Struktur Governance dan Internal Control terhadap Fee Audit Eksternal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011)

2 11 142

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP AUDIT FEE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia Tahun 2014-2015)

0 8 22

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP AUDIT FEE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia Tahun 2014-2015)

1 27 113

Pengaruh Struktur Governance dan Internal Audit Terhadap Fee Eksternal Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

1 5 103

Pengaruh Struktur Governance dan Internal Audit Terhadap Fee Eksternal Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

0 1 11

Pengaruh Struktur Governance dan Internal Audit Terhadap Fee Eksternal Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

0 0 2

Pengaruh Struktur Governance dan Internal Audit Terhadap Fee Eksternal Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

0 2 10

Pengaruh Struktur Governance dan Internal Audit Terhadap Fee Eksternal Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

0 1 2

Pengaruh Struktur Governance dan Internal Audit Terhadap Fee Eksternal Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

0 0 5