Analisis pertumbuhan industri indonesia id

Riski Amalia Ode
A31113038

SEKTOR INDUSTRI

Pertumbuhan Sektor
Industri
Di Indonesia

Riski Amalia Ode
A31113038

Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Indonesia pada Triwulan II-2011 dibandingkan Triwulan II2010 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,49 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh
semua sektor, yang mana pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Pengangkutan dan

Pertumbuhan Sektor
Industri
Di Indonesia

Riski Amalia Ode
A31113038


Komunikasi sebesar 10,65 persen, Perdagangan Hotel & Restoran sebesar 9,64 persen, dan
Konstruksi sebesar 7,4 persen. Industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 6,61 persen.
Hal ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2010 yang
hanya tumbuh sebesar 5,12 persen.
Sampai pada tahun 2011 triwulan II, struktur Perekonomian Indonesia masih tetap
didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 24,30 persen ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (15,6 persen)
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,7 persen). Kontribusi sektor industri pada
Triwulan II-2011 ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2011 sektor
industri pengolahan non migas pada triwulan I tahun 2011 menyumbang sekitar 21,1 persen.
Sektor industri telah memberikan sumber pertumbuhan ekonomi yang terbesar yaitu sebesar
1,6 persen. Sama halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga
memberikan sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen. Sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 1,0 persen, sedangkan sumber pertumbuhan dari sektor lainnya masih
kecil yaitu dibawah 1,0 persen. Ditinjau dari komponen-komponen penggunaan PDB bahwa
pengeluaran konsumsi rumah tangga mempunyai konstribusi terbesar terhadap PDB yaitu
sebesar 54,3 persen pada triwulan II tahun 2011 dengan laju pertumbuhan sebesar 2,6 persen,
pembentukan modal tetap bruto sebesar 31,63 persen dengan sumber pertumbuhan sebesar
2,1 persen.

Berdasarkan analisis pertumbuhan per cabang industri Triwulan II/ 2011, untuk
pertama kalinya sejak 2005 pertumbuhan industri non migas berada di atas pertumbuhan
ekonomi (ekonomi hanya sebesar 6,4 persen dan sektor pengolahan industri non-migas 6,61
persen). Dan dari 9 cabang industri non migas seluruhnya memiliki pertumbuhan positif.
Pertumbuhan industri non migas tertinggi dicapai oleh Industri Logam Dasar, Besi dan Baja
sebesar 15,48 persen diikuti Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 9,34 persen
dan Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 8,03 persen. Adapun nilai
pertumbuhan industri non migas terendah dicapai oleh Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan
Lainnya sebesar 3,01 persen. Namun, secara keseluruhan hasil tersebut cukup
menggembirakan karena pertumbuhan sektor industri barang kayu tersebut pada beberapa
tahun sebelumnya memiliki nilai negatif.

Pertumbuhan Sektor
Industri
Di Indonesia

Riski Amalia Ode
A31113038

Sampai dengan Triwulan II ini pertumbuhan industri yang dapat dicapai sebesar 6,61 persen

dengan nilai PDB sebesar Rp. 144.750,6 miliar. Pertumbuhan pada triwulan II tahun 2011
mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pada triwulan yang sama tahun 2010
(5,12 persen). Hal ini didukung oleh kinerja semua cabang industri yang semakin membaik,
dan memiliki pertumbuhan positif seperti industri logam dasar, besi dan baja; industri
Makanan, Minuman dan Tembakau; serta industri tekstil, barang kulit & alas kaki.
Pertumbuhan industri non-migas selama semester I/2011 dibandingkan dengan semester
I/2010 mencapai pertumbuhan sebesar 6,20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan
semester I/2010 sebesar 4,72 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
ekonomi semester I/2011 yang sebesar 6,48 persen.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa perkembangan sektor industri sudah bangkit.
Dalam rangka menjaga nilai pertumbuhan Industri Non Migas yang saat ini sudah berada di
atas pertumbuhan ekonomi perlu diciptakan iklim investasi yang kondusif dan meminimalkan
biaya ekonomi tinggi melalui akselerasi pembangunan infrastruktur dan hilirisasi. Di samping
itu, perlu diperhatikan lingkungan global saat ini yang persaingannya semakin ketat sehingga
pembangunan industri perlu dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi dengan sektor
ekonomi lainnya.
Ditinjau dari aspek regional, struktur perekonomian Indonesia pada Triwulan II-2011 masih
didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dan Sumatera. Kelompok provinsi di Jawa
memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 57,7 persen, kemudian
diikuti oleh Sumatera sebesar 23,5 persen, Kalimantan 9,5 persen, Sulawesi 4,7 persen, Bali

dan Nusa Tenggara 2,5 persen serta Maluku dan Papua 2,1 persen. Provinsi yang memberikan
sumbangan terbesar di Jawa adalah DKI Jakarta (16,2 persen), Jawa Timur (14,8 persen),
Jawa Barat (14,3 persen) dan Jawa Tengah (8,4 persen). Sedangkan provinsi penyumbang
terbesar di Sumatera adalah Riau (6,6 persen), Sumatera Utara (5,3 persen) dan Sumatera
Selatan (3,1 persen). Adapun provinsi penyumbang terbesar di Kalimantan adalah
Kalimantan Timur sebesar 6,4 persen, sedangkan provinsi penyumbang terbesar di Sulawesi
adalah Sulawesi Selatan sebesar 2,3 persen.

Pertumbuhan Sektor
Industri
Di Indonesia

Riski Amalia Ode
A31113038

Berdasarkan hal tersebut, percepatan pembangunan industri di daerah perlu terus dilakukan
melalui pendekatan :
1. Pertama, mengkonsentralisasikan lokasi pembangunan industri pada wilayah yang
memiliki potensi keunggulan komperatif yang besar melalui pembangunan pusatpusat pertumbuhan industri (growth center), dilengkapi dengan mengembangkan
klaster industri dan pengembangan kompetensi inti industri daerah. Pendekatan ini

dilakukan secara terpadu dengan sektor ekonomi lainnya.
2. Kedua : meningkatkan kemampuan masyarakat dilokasi industri tersebut, sehingga
dituntut masyarakat untuk investasi di bidang pendidikan di dukung oleh fasilitas
yang disediakan pemerintah dan swasta, sehingga akan memberikan dampak positif
bagi pembangunan industri yang semakin efisien dan efektif serta memberikan
dampak berguna bagi daerah setempat. Ketiga : Meningkatkan investasi di sektor
industri yang dapat dilakukan oleh pihak swasta dan investasi infrastruktur yang
diharapkan dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta. Keempat : Peningkatan
penguasaan pasar dalam negeri melalui upaya pemanfaat produk dalam negeri dan
penguasaan pasar internasional.
Pendekatan yang digunakan dalam mempercepat pembangunan industri dilakukan
dengan mengkombinasikan pendekatan sektoral yaitu mengembangkan klaster industri dan
pendekatan regional yang berlandaskan pada keunggulan komparatif yang dimiliki oleh
masing-masing daerah.
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI UNTUK INDUSTRI
Dengan terjadinya gejolak di pasar keuangan dan pelemahan nilai tukar rupiah akhirakhir ini, dirasakan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi termasuk pertumbuhan
industri pengolahan. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga pertumbuhan industri nasional,
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas ekonomi khususnya
yang terkait dengan sektor industri. Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat bersama
Menteri Keuangan Chatib Basri melakukan konfrensi pers tentang Paket Kebijakan Insentif

Fiskal Dalam Rangka Memberikan Stimulus Pertumbuhan Ekonomi di Jakarta, Rabu – 28
Agustus 2013.

Pertumbuhan Sektor
Industri
Di Indonesia

Riski Amalia Ode
A31113038

Dalam konfrensi pers tersebut, Menperin menjelasakan beberapa hal mengenai peran dan
upaya Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan Paket Kebijakan Penyelamatan
Ekonomi untuk menjaga nilai tukar rupiah dan struktur ekonomi makro, antara lain:
Langkah untuk memperbaiki neraca transaksi berjalan (current account deficit) dan
menjaga nilai tukar rupiah, yaitu:
1. Menurunkan impor migas dengan meningkatkan porsi biodiesel dalam porsi biosolar.
Pada saat ini, pemanfaatan biodiesel sebagai sumber energi baik untuk kendaraan
bermotor maupun industri adalah sebesar 669 ribu kL dari total penggunaan solar
sebesar 35 juta kL. Hal ini berarti porsi biodiesel di dalam biosolar baru mencapai
1,91%.

Dalam rangka mengurangi impor solar, Pemerintah telah menetapkan kebijakan
berupa peningkatan porsi biodiesel dalam biosolar menjadi 10%, atau setara dengan
3,5 juta kL biodiesel. Untuk memenuhi kebutuhan biodiesel sebesar 3,5 juta kL, dapat
dipenuhi dari dalam negeri karena kapasitas terpasang saat ini sebesar 5,6 juta kL.
Dengan adanya kebijakan ini, maka akan terjadi penghematan devisa impor solar
USD 2,8 milyar. Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, Kementerian Perindustrian
berperan dalam hal:
a. Memastikan komitmen perusahaan untuk memasok kebutuhan biodiesel dalam
negeri.
b.

Mendorong ATPM untuk tetap memberikan garansi kepada kendaraan bermotor
sesuai dengan garansi semula walaupun menggunakan biodiesel sampai dengan
10% (B-10).

c.

Sosialisasi teknis tentang penggunaan biosolar pada industri pada umumnya,
terutama industri kendaraan bermotor, dan industri yang menggunakan
mesin/peralatan pembangkit listrik.


2.

Menetapkan tarif PPnBM atas impor barang sangat mewah seperti mobil CBU
sebesar tambahan 25 - 50%. Impor mobil kategori mewah (di atas 3.000 cc) pada
tahun 2012 sekitar 7.000 unit dengan pengenaan tarif PPnBM sebesar 75-125%.
Untuk mengurangi impor mobil mewah, ditetapkan kebijakan kenaikan tarif PPnBM
menjadi 100%.Kementerian Perindustrian berperan untuk menetapkan kriteria mobil
mewah yang dikenakan kenaikan PPnBM tersebut.
Pertumbuhan Sektor
Industri
Di Indonesia

Riski Amalia Ode
A31113038

Menjaga pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat, melalui:
1.

Pemberian insentif jangka pendek:

a. Memberikan fasilitas pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 dan
penundaan pembayaran pajak pasal 29, dengan langkah-langkah yang telah dan
akan dilakukan:
1)

Melakukan inventarisasi perusahaan industri yang akan mendapatkan fasilitas
pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 dan penundanaan
pembayaran pajak pasal 29, berdasarkan orientasi pasar ekspor atau dalam
negeri dan tidak melakukan PHK sampai dengan akhir tahun 2013.

2)

Menerbitkan Peraturan Menteri mengenai daftar perusahaan yang akan
mendapatkan fasilitas pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 dan
penundanaan pembayaran pajak pasal 29.

b.

Memberikan relaksasi pembatasan fasilitas di Kawasan Berikat dengan
memperbolehkan industri di Kawasan Berikat untuk menjual hasil produksinya

sebesar 50% ke pasar dalam negeri.
Kementerian Perindustrian akan merekomendasikan industri-industri yang
berstatus Kawasan Berikat yang memiliki orientasi pasar dalam negeri lebih dari
50% kepada Dirjen Bea Cukai.

c.

Penghapusan PPnBM untuk komoditi yang sudah tidak tergolong barang mewah,
dengan upaya yang telah dan akan dilakukan:
1)

Telah diusulkan penghapusan dan penurunan PPnBM untuk komoditi yang
sudah tidak tergolong barang mewah.

2)

Mendorong percepatan penerbitan PMK tentang Penghapusan PPnBM untuk
komoditi yang sudah tidak tergolong barang mewah.

d.


Mengarahkan penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) dengan skema
kenaikan UMP mengacu pada kebutuhan hidup layak (KHL), produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi dengan membedakan kenaikan Upah Minimum Industri
UMKM dan Industri Padat Karya dengan Industri Padat Modal, dengan upaya
yang telah dan akan dilakukan:
1)

Menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 41/M-IND/PER/8/2013
tentang Klasifikasi Industri Padat Karya, Industri Mikro, Industri Kecil, dan
Industri Menengah serta Jenis Industri Padat Karya.

2)

Mensosialisasikan pedoman kebijakan penetapan Upah Minimum kepada
dunia usaha khususnya industri makanan minuman & tembakau, tekstil dan
Pertumbuhan Sektor
Industri
Di Indonesia

Riski Amalia Ode
A31113038

pakaian jadi, kulit & barang kulit, alas kaki, mainan anak, furniture, serta
industri mikro, kecil, dan menengah.
2.

Pemberian insentif jangka menengah:
Insentif yang diberikan berupa revitalisasi tax allowance untuk insentif investasi
melalui perluasan cakupan bidang usaha dan penyederhanaan prosedur. Kementerian
Perindustrian mengusulkan tambahan cakupan jenis-jenis/bidang usaha baru industri
(KBLI) dan persyaratan untuk mendapatkan fasilitas tax allowance.

Selanjutnya, langkah untuk mempercepat investasi, langkah-langkah yang telah dan
akan dilakukan Kementerian Perindustrian adalah sebagai berikut:
1.

Revisi Peraturan Presiden tentang Daftar Negatif Investasi (DNI). Langkah-langkah
yang akan dilakukan Kementerian Perindustrian adalah mensosialisasikan kebijakan
investasi minuman beralkohol kepada pelaku usaha, masyarakat, Gubernur dan
Bupati/Walikota.

2.

Mempercepat program hilirisasi industri berbasis mineral logam.
Kebijakan Pemerintah dalam pelarangan ekspor mineral tetap konsisten sesuai dengan
UU No. 4 Tahun 2009 bahwa ekspor mineral hanya berlaku sampai tanggal 12 Januari
2014. Untuk itu, kebijakan ekspor mineral yang akan diberlakukan adalah sebagai
berikut:
a. Penambang yang sudah mulai membangun Smelter tetap diperbolehkan
melakukan ekspor mineral dengan bea keluar Progresif sesuai dengan kemajuan
pembangunan smelter.
b.

Bagi Penambang yang tidak membangun smelter tidak boleh mengekspor
mineral.

c.

Smelter yang dibangun tersendiri terpisah dengan usaha pertambangan tidak
dikenakan kewajiban divestasi.

Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan adalah:
a. Mengusulkan revisi PP No. 24 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Pertambangan Minerba untuk tidak mengenakan pemberlakuan kewajiban divestasi
bagi kegiatan smelter yang terpisah dari usaha pertambangan.
b.

Mengusulkan PP yang mengatur tentang pengenaan bea keluar progresif bagi
ekspor mineral oleh penambang yang sedang membangun smelter.

c.

Menyusun roadmap pengembangan industri besi baja, aluminium, tembaga, dan
nikel.

Pertumbuhan Sektor
Industri
Di Indonesia

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63