Psycholinguistic Analysis On Learning Disorder Of Dyslexic Children

51

52

APPENDICES
ANGKET WAWANCARA PENELITIAN UNTUK GURU/TERAPIS ANAK
DENGAN MASALAH KESULITAN BELAJAR (DISLEKSIA) – FIRST
INFORMAL ASSESSMENT
PSYCHOLINGUISTIC ANALYSIS ON DYSLEXIC CHILD
RENY ANDARI (110705023)
I.

PETUNJUK WAWANCARA
1. Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih
dahulu isi identitas yang telah tersedia.
2. Jawablah daftar wawancara ini dengan jujur dan penuh ketelitian karena
jawaban Bapak/Ibu Guru akan membantu kelengkapan data yang penulis
butuhkan. Dan sebelumnya tidak lupa saya ucapkan terima kasih atas segala
bantuannya.

II.


IDENTITAS GURU/TERAPIS
1. Nama

:

2. Nama Sekolah/Tempat Pelatihan Khusus

:

III. DAFTAR PERTANYAAN (Sumber: Abdurrahman, 2003)
1. Apakah anak tersebut mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis?
a. Ya
b. Tidak

2. Jika ya, apakah anak tersebut sering tertukar huruf antara huruf “b” dan “d”
atau “p” dan “q” ketika membaca atau menulis?
a. Ya
b. Tidak


3. Apakah anak tersebut sering menulis huruf secara terbalik seperti contoh
‘ƧЯ’ ?
53

a. Ya
b. Tidak

4. Apakah anak tersebut juga mengalami kesulitan saat menghitung terutama
perkalian?
a. Ya
b. Tidak

5. Apakah anak tersebut lebih menggemari pelajaran yang menggunakan otak
kanan seperti menggambar, bernyanyi, atau melukis?
a. Ya
b. Tidak

6. Apakah di sekolah/tempat kursus anda terdapat anak yang mengalami
gangguan belajar seperti membaca, menulis, atau mengeja huruf (disleksia)
dan dalam rentang usia berapakah rata-rata anak yang mengalami kesulitan

belajar tersebut?
-

7. Apakah anak tersebut pernah mengikuti proses belajar di sekolah lain?
-

8. Langkah-langkah apa saja yang diambil oleh guru dalam meningkatkan
kemampuan belajar anak dengan kesulitan belajar?
-

9. Menurut anda, metode belajar apa yang paling efektif untuk anak dengan
gangguan belajar? Berikan alasannya.
-

10. Apa kesulitan-kesulitan yang sering dialami dalam mengatasi anak yang
mengalami kesulitan belajar?
54

APPENDICES
ANGKET PENELITIAN LANJUTAN UNTUK GURU/TERAPIS ANAK DISLEKSIA

(SECOND INFORMAL ASSESSMENT)
RENY ANDARI
REG. NO. 110705023
ENGLISH LITERATURE DEPARTMENT
FACULTY OF CULTURAL STUDIES
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

I. PETUNJUK WAWANCARA
3. Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu isi
identitas yang telah tersedia.
4. Jawablah daftar wawancara ini dengan jujur dan penuh ketelitian karena jawaban
Bapak/Ibu Guru akan membantu kelengkapan data yang penulis butuhkan. Dan
sebelumnya tidak lupa saya ucapkan terima kasih atas segala bantuannya.
II. IDENTITAS GURU/TERAPIS
3. Nama Guru

:

4. Nama Sekolah/Tempat Pelatihan Khusus


: Medan Teraphy Kids Center

III. DAFTAR PERTANYAAN
TYPES AND DIFFICULTIES (DATA SOURCE)
Reading Dyslexia/Reading Difficulty
Menurut Mercer (1983: 309) ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar
membaca, yaitu berkenaan dengan kebiasaan membaca, kekeliruan mengenal kata, kekeliruan
pemahaman, dan gejala-gejala serbaneka.
Anak berkesulitan belajar membaca sering memperlihatkan kebiasaan membaca yang
tidak wajar seperti gerakan yang penuh ketegangan, mngernyitkan kening, gelisah, irama
suara meninggi, atau menggigit bibir, mereka juga memperlihatkan adanya perasaan tidak
aman yang ditandai dengan perilaku nmenolak untuk membaca, menangis, atau mencoba
melawan guru (Abdurrahman 2003: 204). Berdasarkan hasil angket sebelumnya, penulis
menemukan adanya gejala-gejala yang sangat cocok dengan kriteria anak disleksia seperti
yang dijelaskan di atas. Maka dari itu, penulis akan melakukan penelitian lanjutan dengan
55

menyebarkan angket kedua. Angket ini berupa daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan
dijadikan sebagai sumber data utama. Data yang didapat diisi oleh tenaga pengajar/guru di
Medan Teraphy Kids Center. Data ini sangat mendukung untuk hasil penelitian penulis.

Daftar Kekeliruan Membaca Lisan Siswa/Siswi Medan Teraphy Kids Center
(Sumber: Abdurrahman 2003: 210-212)

No

Jenis Kekeliruan

1

Tidak dapat melafalkan semua huruf vokal (a, i, u, e, o).

2

Tidak dapat melafalkan beberapa huruf vokal.

3

Tidak dapat melafalkan semua huruf konsonan (b, c, d, f, g, h , j,

Cek


Keterangan

k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z).
4

Tidak dapat melafalkan beberapa huruf konsonan.

5

Tidak dapat melafalkan huruf diftong (ny, ng).

6

Tidak dapat melafalkan gabungan huruf konsonan – vokal (ba,
pa, ...).

7

Tidak dapat melafalkan gabungan huruf diftong – vokal (nya,

ngu, ...).

8

Tidak dapat melafalkan vokal rangkap (ia, oi, ua, ...).

9

Tidak dapat melafalkan gabungan konsonan vokal – konsonan
(ba-pak, ka-pal, pas-ti, ...).

10

Tidak dapat melafalkan gabungan vokal – konsonan (as-pal, irna, ...)

11

Tidak dapat membedakan huruf yang bentuknya hampir sama (bd, p-q, m-n-u-w).

12


Penghilangan huruf atau kata (“bunga mawar itu merah” dibaca
“bunga itu merah” , “bapak membaca buku” dibaca “bapak baca
buku”).

13

Penyisipan kata (“rumah paman di Semarang” dibaca “ rumah
paman ada di Semarang”).

14

Penggantian kata, makna tetap (“ayah menulis surat” dibaca
“bapak menulis surat”).

15

Penggantian kata, makna berbeda (“itu kucing ali” dibaca “itu
kacang ali”).


56

16

Pengucapan kata yang salah, makna sama (“hati saya senang”
dibaca “hati saya seneng”).

17

Pengucapan kata yang salah, tidak bermakna (“mama beli nenas”
dibaca mama beli memas”).

18

Pengucapan kata dengan bantuan guru (“kuda itu lari kencang”
dibaca “kuda itu lari .... kencang”).

19

Pengulangan (“Wati main bola” dibaca “Wati ma-ma-ma-in bobo-la”).


20

Pembalikan kalimat, subjek, predikat, objek (“baju saya dicuci
bibi” dibaca “baju saya bibi dicuci”)

21

Tidak memperhatikan tanda baca (“bapak dan ibu pergi ke
kantor. Saya pergi ke sekolah” dibaca “bapak dan ibu pergi ke
kantor saya pergi ke sekolah”).

22

Membetulkan kesalahan sendiri “duku itu manis” dibaca “buku
itu manis” , dibetulkan sendiri “duku itu manis”).

23

Ragu-ragu dalam membaca (“Iwan bermain layang-layang”
dibaca “Iwan ... bermain ... layang ... layang”).

24

Membaca tersendat-sendat (“bu Ita guru Nani” dibaca “bu i ...
tagu ... gu ... ru na ... na ... ni”).

25

Tidak dapat mengurutkan susunan bacaan berita.

Writing Dyslexia/Writing Difficulty
Menurut Lerner (1985: 402), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan
anak untuk menulis yaitu motorik, perilaku, persepsi, memori, kemampuan melaksanakan
cross modal, menggunakan tangan yang dominan, dan kemampuan memahami instruksi.
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami gangguan, akan
mengalami kesulitan dalam menulis, tulisannya tidak jelas, terputus-putus, atau tidak
mengikuti garis. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam
menulis. Jika persepsi visualnya yang terganggu, anak mungkin akan sulit membedakan
bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti d dengan b, p dengan q, h dengan n, atau m
dengan w (Abdurrahman 2003: 221). Berdasarkan hasil angket sebelumnya, penulis
menemukan adanya gejala-gejala yang sangat cocok dengan kriteria anak disleksia seperti
yang dijelaskan di atas. Maka dari itu, penulis akan melakukan penelitian lanjutan dengan

57

menyebarkan angket kedua. Angket ini berupa daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan
dijadikan sebagai sumber data utama. Data yang didapat diisi oleh tenaga pengajar/guru di
Medan Teraphy Kids Center. Data ini sangat mendukung untuk hasil penelitian penulis.

Berbagai Macam Cara Anak Berkesulitan Belajar dalam Memegang Pensil untuk
Menulis. (Hornsby, 1984: 66)
(Sumber: Abdurrahman 2003: 235-237)

Pertanyaan:
1. Berdasarkan gambar di atas, cara memegang pensil yang mana yang lebih sering
dilakukan oleh anak? (boleh pilih lebih dari 1)
Jawaban:

2. Apakah anak menulis dari kiri ke kanan?
a. Ya

b. Tidak

3. Apakah guru mengajarkan bagaimana memegang pensil dengan benar terlebih dahulu
sebelum mengajar anak untuk menulis?
58

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah guru mengajar dengan cara menulis kata-kata dari papan tulis dan anak akan
menyalin ke buku atau kertas?
a. Ya
5.

b. Tidak

Apakah guru mengajarkan kepada anak untuk menulis pada garis yang tepat?
a. Ya

b. Tidak

Daftar Cek untuk Mengukur Kemampuan Menulis Ekspresif yang Dikembangkan oleh
Poteet (Lovitt, 1989: 225)
(Sumber: Abdurrahman 2003: 235-237)

ST = anak sangat terampil

C = anak dapat melakukan hanya jika diberi contoh

T = anak cukup terampil

R = anak membutuhkan remediasi

Tulisan

ST

T

C

R

Keterangan

I. Keindahan Tulisan
A. Jarak pada halaman
B. Jarak antarkalimat
C. Jarak tiap kata
D. Jarak tiap huruf
E. Kemiringan huruf
F. Bentuk huruf
II. Ejaan (...% salah eja)
A. Salah menyebutkan
B. Penyisipan huruf
C. Penghilangan huruf
D. Penggantian huruf
E. Mengeja huruf
F. Kebingungan arah
G. Kontrol vokal
H. Orientasi huruf
I. Urutan

59

III. Tata Bahasa
A. Huruf kapital
1. Kata benda nama diri
2. Kata sifat yang tepat
3. Kata pertama tiap kalimat
4. Nama Tempat
5. Nama Negara
B. Pemberian tanda baca
1. Titik
2. Koma
3. Tanda kutip
4. Tanda tanya
5. Tanda seru
6. Tanda titik dua
7. Tanda penghubung
8. Tanda kurung
C. Sintaksis
1. Bagian-bagian percakapan
a. Kata kerja
b. Kata benda
c. Kata ganti
d. Kata sifat
e. Kata keterangan
f. Kata depan
g. Kata penghubung
h. Kata seru
2. Urutan/Letak kata-kata
3. Singkatan/Jumlah
4. Paragraf

60

Metode Pengajaran Membaca bagi Anak Berkesulitan Belajar
(Sumber: Abdurrahman 2003: 217-219)

Sebelum menjawab pertanyaan di bawah, guru diwajibkan membaca tiga contoh metode yang
akan dijelaskan oleh penulis dengan seksama.

1) Metode Fernald
Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca multisensoris yang
sering dikenal pula sebgai metode VAKT (visual, auditory, kinesthetic, and tactile).
Metode ini digunakan materi bacaan yang dipilih dari kata-kata yang diucapkan oleh anak,
dan tiap kata diajarkan secara utuh. Metode ini memiliki empat tahapan. Tahapan pertama,
guru menulis kata yang hendak dipelajari di atas kertas dengan krayon. Selanjutnya anak
menelusuri tulisan tersebut dengan jarinya. Pada saat menelusuri tulisan tersebut, anak
melihat tulisan, dan mengucapkannya dengan keras. Proses semacam ini diulang-ulang
sehingga anak dapat menulis kata tersebut dengan benar tanpa melihat contoh. Pada
tahapan kedua, anak tidak terlalu lama diminta menelusuri tulisan-tulisan dengan jari,
tetapi mempelajari tulisan guru dengan melihat guru menulis, sambil mengucapkannya.
Anak-anak mempelajari kata-kata baru pada tahapan ketiga, dengan melihat tulisan yang
ditulis di papan tulis atau tulisan cetak, dan mengucapkan kata tersebut sebelum menulis.
Pada tahapan ini anak mulai membaca tulisan dari buku. Pada tahapan keempat, anak
mampu mengingat kata-kata yang dicetak atau bagian-bagian dari kata yang telah
dipelajari.
2) Metode Gillingham
Metode Gillingham merupakan pendekatan terstruktur taraf tinggi yang memerlukan lima
jam pelajaran selama dua tahun. Aktivitas pertama diarahkan pada belajar berbagai bunyi
huruf dan perpaduan huruf-huruf tersebut. Anak menggunakan teknik menjiplak untuk
mempelajari berbagai huruf. Bunyi-bunyi tunggal huruf selanjutnya dikombinasikan ke
dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan kemudian program fonik diselesaikan.
3) Metode Analisis Glass
Metode Analisis Glass merupakan suatu metode pengajaran melalui pemecahan sandi
kelompok huruf dalam kata. Metode ini bertolak dari asumsi yang mendasari membaca
sebagai pemecahan sandi atau kode tulisan. Ada dua asumsi yang mendasari metode ini.
Pertama, proses pemecahan sandi (decoding) dan membaca (reading) merupakan kegiatan
61

yang berbeda. Kedua, pemecahan sandi mendahului membaca. Pemecahan sandi
didefinisikan sebagai menentukan bunyi yang berhubungan dengan suatu kata tertulis
secara tepat.
Membaca didefinisikan sebagai menurunkan makna dari kata-kata yang berbentuk tulisan.
Jika anak tidak dapat melakukan pemecahan sandi tulisan secara efisien, maka mereka
tidak akan belajar membaca. Melalui metode analisis Glass, anak dibimbing untuk
mengenal kelompok-kelompok huruf sambil melihat kata secara keseluruhan. Metode ini
menekankan pada latihan auditoris dan visual yang terpusat pada kata yang sedang
dipelajari. Materi yang diperlukan untuk mengajar mengenal kelompok-kelompok huruf
dapat dibuat oleh guru. Secara esensial, kelompok huruf dapat dibuat pada kartu berukuran
3x15cm. Pada tiap karu tersebut, guru menuliskan secara baik kata-kata terpilih yang telah
menjadi perbendaharaan kata anak. Kelompok kata didefinisikan sebagai dua atau lebih
huruf yang merupakan satu kata utuh, menggambarkan suatu bunyi yang relatif tetap.
Dalam bahasa indonesia, kelompok huruf yang merupakan satu kata yang hanya terdiri
dari satu suku kata sangat jarang. Kata “tak” misalnya, sesungguhnya merupakan
kependekan dari kata “tidak”, dan kata “pak” atau “bu” sesungguhnya kependekan dari
kata bapak dan ibu. Dengan demikian, penerapan metode analisis Glass dalam bahasa
indonesia akan berbentuk suku kata, misalnya kata bapak terdiri dari dua kelompok huruf
“ba” dan “pak”.
Seperti dikutip oleh Lerner (1988: 386), Glass mengemukakan adanya empat langkah
dalam mengajarkan kata, yaitu:
(1) Mengidentifikasi keseluruhan kata, huruf, dan bunyi kelompok-kelompok huruf.
(2) Mengucapkan bunyi-bunyi kelompok kata dan huruf.
(3) Menyajikan kepada anak, huruf atau kelompok huruf dan meminta untuk
mengucapkannya.
(4) Guru mengambil beberapa huruf pada kata tertulis dan anak diminta mengucapkan
kelompok huruf yang masih tersisa.
Pertanyaan:
1. Dari penjelasan metode-metode pengajaran tersebut, metode manakah yang
pernah/selalu anda gunakan untuk mengajar anak dengan gangguan belajar? (boleh
memilih dua)
a. Metode Fernald
b. Metode Gillingham
c. Metode Analisis Glass
62

2. Menurut anda, metode manakah yang cukup efektif untuk membantu anak dengan
gangguan belajar? (boleh memilih dua)
a. Metode Fernald
b. Metode Gillingham
c. Metode Analisis Glass
3. Dari metode yang anda gunakan, apakah anak dapat menerima dengan baik pelajaran
yang diberikan?
a. Ya
b. Tidak
4. Dalam kisaran jangka waktu berapa lama anak tersebut bisa membaca dan menulis
dengan lancar?
Jawaban:
5. Tuliskan pendapat anda tentang salah satu dari ketiga metode yang dijelaskan
sebelumnya, manakah metode yang paling efektif menurut anda? Mengapa?
Jawaban:

63

APPENDICES
ANGKET PENELITIAN LANJUTAN UNTUK GURU/TERAPIS ANAK DISLEKSIA
(PERCEPTION)
RENY ANDARI
REG. NO. 110705023
ENGLISH LITERATURE DEPARTMENT
FACULTY OF CULTURAL STUDIES
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

I. PETUNJUK WAWANCARA
1. Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu isi
identitas yang telah tersedia.
2. Jawablah daftar wawancara ini dengan jujur dan penuh ketelitian karena jawaban
Bapak/Ibu Guru akan membantu kelengkapan data yang penulis butuhkan. Dan
sebelumnya tidak lupa saya ucapkan terima kasih atas segala bantuannya.
II. IDENTITAS GURU/TERAPIS
1. Nama Guru

:

2. Nama Sekolah/Tempat Pelatihan Khusus

: Medan Teraphy Kids Center

III. DAFTAR PERTANYAAN
Pada angket sebelumnya, telah diketahui bahwa terdapat anak yang memiliki gejala atau
sindrom gangguan belajar disleksia, untuk meneliti lebih lanjut, penulis mengharapkan agar
guru menjawab pertanyaan hanya berdasarkan analisis anak disleksia dan sesuai dengan ciriciri anak yang bersangkutan (disleksia). (Sumber: Abdurrahman, 2003: 151-155)
1. Apakah anak selalu menulis ejaan dengan salah meskipun telah dilakukan berulang
kali?
A) Ya

B) Tidak

2. Tipe gaya belajar mana yang paling mudah dipahami dan diminati oleh anak dengan
gangguan belajar/disleksia (boleh pilih lebih dari 1)
A) Penglihatan

B) Pendengaran C) Perabaan/Taktil

D) Gerak/Kinestetik

64

3. Persepsi visual sangat mempengaruhi anak dalam belajar membaca. Anak dengan
gangguan persepsi visual akan mengalami kesulitan untuk membedakan bentukbentuk geometri, huruf, atau kata. Apakah anak sering mengalami kesulitan seperti
yang dijelaskan diatas?
A) Ya

B) Tidak

4. Apakah anak kesulitan dalam hubungan keruangan (spasial) atau jarak antar huruf dan
ktata ketika membaca dan menulis?
A) Ya

B) Tidak

5. Apakah anak mengalami kesulitan dalam membedakan suatu objek ke objek yang
lain? Misal, anak kesulitan membedakan kelinci bertelinga satu diantara kelincikelinci yang mempunyai dua telinga, atau

kesulitan dalam membedakan bentuk

huruf, misal huruf m dan n.
A) Ya

B) Tidak

6. Apakah anak mengalami kesulitan untuk membedakan suatu objek dari latar belakang
yang mengelilingi?
A) Ya

B) Tidak

7. Apakah anak mengalami gangguan dalam mengingat dan mengidentifikasi suatu
objek?
A) Ya

B) Tidak

8. Apakah anak keliru ketika membaca satu kata dengan huruf yang tidak lengkap?
Misal, dalam satu kata dihilangkan beberapa huruf.
A) Ya

B) Tidak

9. Pada saat awal pengenalan objek kepada anak, apakah anak mampu mengenal sifat
dan mengingat bentuk atau ciri-ciri berbagai objek tersebut?
A) Ya

B) Tidak

65

10. Apakah anak mengalami kesulitan saat mengubah huruf atau susunan huruf? Misal,
huruf p diubah menjadi huruf q atau b dan juga d, kata “ibu” menjadi “ubi”, kata
“lupa” menjadi “palu”
A) Ya

B) Tidak

11. Apakah anak mengalami gangguan dalam meraba huruf atau suatu objek? Misal,
membedakan permukaan kasar dan halus, jari mana yang digunakan untuk meraba,
atau mengidentifikasi huruf apa yang ditulis di punggung atau tangan.
A) Ya

B) Tidak

12. Persepsi auditoris juga memegang peranan yang sangat penting dalam belajar. Anak
yang berkesulitan belajar membaca memiliki kesulitan audioris, linguistik, dan
fonologis. Anak tersebut tidak mampu memahami atau menginterprestasikan segala
sesuatu yang didengar. (Lerner, 1988: 285)
Dari penjelasan di atas, apakah anak juga mengalami kesulitan dalam memahami atau
menginterprestasikan segala sesuatu yang di dengar?
A) Ya

B) Tidak

13. Apakah anak tidak dapat mengingat dan membedakan bunyi berbagai kata?
A) Ya

B) Tidak

14. Apakah anak mengalami kesulitan atau tidak dapat menggunakan prinsip alfabetik
yang diperlukan untuk belajar fonik dan membaca kata-kata?
A) Ya

B) Tidak

15. Apakah anak mengalami kesulitan dalam membedakan kata kakak dengan bapak atau
ibu dengan abu?
A) Ya

B) Tidak

16. Apakah anak mengalami kesulitan ketika diperintahkan untuk melakukan 3 aktivitas
sekaligus? Misal, menutup jendela, lalu membuka pintu, dan meletakkan kotak di atas
meja.
A) Ya

B) Tidak

66

17. Apakah anak mengalami kesulitan dalam mnegingat urutan alfabet, nama-nama hari,
atau nama-nama bulan?
A) Ya

B) Tidak

18. Apakah anak mengalami kesulitan dalam memadukan beberapa huruf untuk menjadi
satu kata? Misal, anak kesulitan menggabungkan huruf m-a-i-n untuk membentuk
kata “main”
A) Ya

B) Tidak

19. Apakah anak sering melakukan kesalahan dalam menulis? Misal, melakukan
penghilangan huruf seperti “tebal” menjadi “tbal”
A) Ya

B) Tidak

20. Kesalahan apa yang paling sering dilakukan anak ketika menulis ejaan kata? (boleh
pilih lebih dari 1)
A) Penghilangan huruf

B) Penggantian huruf

C) Urutan Huruf

D) Penambahan huruf lain

67

APPENDICES
ANGKET PENELITIAN LANJUTAN UNTUK GURU/TERAPIS ANAK DISLEKSIA
(METHOD)
RENY ANDARI
REG. NO. 110705023
ENGLISH LITERATURE DEPARTMENT
FACULTY OF CULTURAL STUDIES
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

I. PETUNJUK WAWANCARA
3. Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu isi
identitas yang telah tersedia.
4. Jawablah daftar wawancara ini dengan jujur dan penuh ketelitian karena jawaban
Bapak/Ibu Guru akan membantu kelengkapan data yang penulis butuhkan. Dan
sebelumnya tidak lupa saya ucapkan terima kasih atas segala bantuannya.
II. IDENTITAS GURU/TERAPIS
3. Nama Guru

:

4. Nama Sekolah/Tempat Pelatihan Khusus

: Medan Teraphy Kids Center

III. DAFTAR PERTANYAAN
METHOD (DATA SOURCE) (Sumber: Abdurrahman, 2003)
Untuk membantu proses penelitian, penulis menggunakan angket yang menjelaskan
tentang teknik mengajar anak disleksia oleh Gillingham and Stillman’s theory. Teori
Gillingham dan Stillman menggunakan metode mengajar secara langsung dengan bantuan
bunyi-bunyian dengan cara memperkenalkan alfabet dan

bunyi alfabet itu sendiri.

Pertanyaan di bawah dapat membantu penulis untuk mengetahui apakah Medan Therapy
Kids Center juga menggunakan metode Gillingham dan Stillman tersebut, juga untuk
mengecek keakuratannya.

68

1. Apakah guru menulis huruf dan menyebutkan bunyi huruf tersebut secara langsung satu
per satu?
A) Ya

B) Tidak

2. Apakah anak mempraktekkan rabaan melalui sentuhan jari tangan dengan membentuk
huruf dan menyebutkan bunyi huruf tersebut untuk mengetahui karakter dari huruf
tersebut? (taktil)
A) Ya

B) Tidak

3. Apakah guru menggabungkan huruf konsonan dengan huruf vokal lalu menyebutkan
bunyinya?
A) Ya

B) Tidak

4. Apakah dengan metode di atas, murid dapat membedakan perbedaan antara huruf vokal
diantara huruf konsonan? (misal: menyebutkan huruf “E” dan “e” diantara huruf “b” , “d”
, “k”, dan lain-lain)
A) Ya

B) Tidak

5. Apakah guru mengajar dengan metode mendengarkan rekaman untuk anak disleksia?
(misal: murid mendengarkan rekaman sambil membaca teks rekaman tersebut)
A) Ya

B) Tidak

6. Apakah anak belajar menulis dengan menulis berulang kali dengan jarak spasi yang
berbeda hingga jarak spasi dan besar tulisan tidak terlalu besar atau kecil?
A) Ya

B) Tidak

7. Untuk membentuk sebuah kata, apakah guru mengajarkan kepada anak disleksia dengan
menggabungkan beberapa huruf dari jumlah yang kecil hingga membentuk sebuah kata?
A) Ya

B) Tidak

8. Dari tahap-tahap pengajaran di atas (1-6), tahap mana saja yang sering anda terapkan
dalam proses belajar mengajar anak disleksia? (boleh lebih dari 1)
-

69

9. Adakah satu tahap yang selalu anda gunakan untuk anak disleksia? (hanya pilih 1 tahap)
10. Menurut pengalaman anda, tahap mana saja yang paling efektif dan dapat berhasil
membantu anak disleksia? (boleh pilih lebih dari 1)
11. Adakah tahapan lainnya (selain yang dituliskan di atas) yang anda gunakan untuk
mengajar anak disleksia? (sebutkan tahapannya jika ada)
-

12. Apakah ada kesulitan-kesulitan yang dialami ketika menggunakan tahapan mengajar di
atas? (sebukan jika ada)
-

13. Bagaimana pendapat anda tentang anak-anak disleksia yang selama ini pernah anda ajari?
-

Jawaban anda sangat membantu saya dalam menganalisis data untuk penelitian skripsi
saya, untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada staf pengajar / guru-guru yang
telah berkenan mengisi angket saya dengan sungguh – sungguh.

70