Analisis Z-Score Untukpenilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Yang terdaftar Di Kompas 100

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Indeks KOMPAS 100
Indeks KOMPAS 100 adalah indeks harga saham dari 100 perusahaan go
public yang mempunyai kapitalisasi, fundamental, dan likuiditas yang baik.
Indeks KOMPAS 100 ini sendiri secara resmi diterbitkan oleh BEI bekerjasama
dengan Koran Kompas pada tanggal 10 Agustus 2007. Saham-saham yang
termasuk dalam KOMPAS 100 diperkirakan mewakili sekitar 70-80% dari total
Rp 1.582 triliun nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tercatat di BEI. Indeks
saham KOMPAS 100 diperbaharui setiap 6 bulan sekali dengan periode FebruariJuli dan Agustus-Januari. Dengan demikian, diharapkan investor bisa melihat
kecenderungan arah pergerakan indeks dengan mengamati pergerakan indeks
KOMPAS 100.
Adapun kriteria pemilihan saham yang pantas masuk ke dalam indeks
KOMPAS 100 adalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut
(www.sahamok.com):
1. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia minimal 3 bulan.
2. Aktivitas transaksi di pasar regular yaitu: nilai, volume dan frekuensi
transaksi.
3. Jumlah hari perdagangan di pasar regular.

4. Kapitalisasi pasar pada periode tertentu.
5. Sebagai saringan terakhir, Bursa Efek Indonesia juga mengevaluasi dan
mempertimbangkan faktor-faktor fundamental dan pola perdagangan.

9

6. Bursa Efek Indonesia memiliki tanggunga jawab pernuh dalam pelaksanaan
pemilihan saham-saham yang masuk dalam daftar indeksini, dimana semua
keputusan akan diambil dengan mempertimbangkan kepentingan investor
maupun stakeholders lainnya.

2.1.2Harga Saham
Secara umum saham adalah surat tanda kepemilikan perusahaan.
Pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2000:8), harga saham merupakan
harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
yang bersangkutan di pasar bursa.
Menurut Agus(2001:9), harga saham terbentuk dipasar modal dan
ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per
share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio,

tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah
dan tingkat kepastian operasi perusahaan.
Pada umumnya harga-harga saham yang terjadi dan terbentuk di bursa
dapat dibedakan menjadi 3(tiga) (Widoatmodjo, 1996:46):
1. Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oieh emiten
untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besaraya harga nominal
memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan
berdasarkan nilai nominal.

10

2. Harga Perdana
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek.
Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi
(underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga
saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya imtuk menentukan
harga perdana.
3. Harga Pasar
Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada

investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.
Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini
yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benarbenar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar
sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan
penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain
adalah harga pasar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal
dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Alwi (2003:87), faktor-faktor
yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu:
1. Faktor Internal
a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,
rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan
produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

11

b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman
yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director

announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen,
dan struktur organisasi.
d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi.
e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.
f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi
baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per
share (EPS), dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit
margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal
a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan
deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi
ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan
terhadap manajernya.


12

c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham
perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.
d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga
saham di bursa efek suatu negara.
e. Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.

2.1.3 Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan menurut Srimindarti dalam Devi (2014) adalah suatu
tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu,
merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang dimiliki.
Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian
atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode
dengan referensi pada jumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas
manajemen dan semacamnya.

Menurut Mulyadi (2007:2) menguraikan pengertian kinerja keuangan ialah
penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan
sebelumnya. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sawir (2005:1) yang menyatakan
bahwa kinerja keuangan merupakan kondisi yang mencerminkan keadaan

13

keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang
ditetapkan.
Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan
perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas
yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara
baik dan benar (Fahmi, 2012:2).
Menurut Fahmi (2011) dalam Izati (2014), untuk melihat kondisi kinerja
perusahaan ada tiga rasio keuangan yang paling dominan yang dijadikan rujukan
bagi investor yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas.
Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kinerja

perusahaan, terdapat dua metode yang digunakan dalam perbandingan hasil dari
perhitungan pada laporan keuangan,yaitu :
1. Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atau antar
periode, dengan tujaun itu nantinya akan terlihat secara grafik.
2. Cross Sectional Approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil
hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan
perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara
bersamaan.

2.1.4 Kebangkrutan
Kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi di mana perusahaan tidak
mampu lagi untuk melunasi kewajibanya. Kondisi ini biasanya tidak begitu saja

14

muncul di perusahaan. Ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya
dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan
suatu cara tertentu (Syahyunan, 2013:103)
Menurut Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 1 butir 1
menyatakan “Kebangkrutan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit

yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah
pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”.
Menurut Martin dalam penelitian (Fakhrurozie, 2007) Kebangkrutan
sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti:
1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)
Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti
tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas
perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas
sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan.
Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya
historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang
dikeluarkan untuk sebuah investasi tersebut.
2. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)
Pengertian financial distressed menurut Supardi (2003:79) mempunyai makna
kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam
pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan
dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed.

15


Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di Negara yang
sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu
semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit
kemudian semakin sakit dan bangkrut.
Kegagalan keuangan juga bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan
antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua
bentuk, yaitu:
a. Insolvensi teknis
Perusahaan bisa dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total
utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau
lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar
terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih
terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila
arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran
kembali pokok pada tanggal tertentu.
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai
kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang

dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
Menurut Darsono dan Ashari (2005:104) mendeskripsikan bahwa secara
garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian

16

internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari
faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor
perekonomian

secara

makro.

Faktor

internal

yang


bisa

menyebabkan

kebangkrutan perusahaan meliputi:
1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus- menerus
yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar
kewajibannya. Ketidakefisien ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya,
kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.
2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-hutang
yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga
yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian.
Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang
menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.
3. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa
mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian
bagi

perusahaan

yang

pada

akhirnya

membangkrutkan

perusahaan.

Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup ataupun memberikan
informasi yang salah pada pemegang saham atau investor.
Sedangkan faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan berasal
dari faktor yang berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi pelanggan,
supplier, debitor, kreditor, pesaing ataupun dari pemerintah. Sedangkan faktor
eksternal yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi kondisi

17

perekonomian secara makro ataupun faktor persaingan global. Faktor-faktor
eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan adalah:
1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan
yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam
pendapatan.

Untuk

menjaga

hal

tersebut

perusahaan

harus

selalu

mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai
dengan kebutuhan pelanggan.
2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan
bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal
tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan
tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga
risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.
3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak
melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang
yang diberikan debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan
mengakibatkan

banyak

aktiva

menganggur

yang

tidak

memberikan

penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang
yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan perlindungan dini
terhadap aktiva perusahaan.
4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal
terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam Undang-undang
No.4

Tahun

1998,

kreditor

bisa

memailitkan

perusahaan.

Untuk

18

mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya
dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditor.
5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu
memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut
perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan
nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan.
6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh
perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan Negaranegara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi oleh
perusahaan.

2.1.5 Altman Z-score
Altman dikenal sebagai pionir dalam teori kebangkrutan Z-Score-nya. ZScore merupakan suatu persamaan multivariable yang digunakan oleh Altman
dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan. Altman Menggunakan model
statistic yang disebut dengan analsisis diskriminan, tepatnya adalah multiple
discriminanat analysis (MDA) (Syahyunan, 2013:104).
Z-Score asli pertama kali dirumuskan oleh Altman dengan kondisi latar
belakang dimana sampel yang diambil adalah perusahaan manufaktur publik di
Amerika pada tahun 1968. Jumlah perusahaan yang diambil adalah 66 perusahaan
yang terdiri dari 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan tidak bangkrut.

19

Jumlah rasio yang dites adalah 22 buah. Dari jumlah tersebut kemudian
dipilih 5 rasio yang paling kuat secara bersama berkorelasi dengan kebangkrutan.
Versi pertama Z-Score yang asli adalah sebagai berikut (Prihadi, 2011:335):
Z-Score = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1X5
Keterangan:
X1 = Working Capital / Total Asset
X2 = Retained Earning / Total Asset
X3 = Earning Before Interest and Tax / Total Asset
X4 = Market Value of Equity / Book Value of Debt
X5 = Sales / Total Asset
Nilai cut-off untuk Z-Score ini adalah:
Tabel 2.1
Nilai Cut-Off Altman Z-Score
Kondisi
Bangkrut
Daerah Kelabu
Sehat

Z-Score
> 1.81
1.81 - 2.99
< 2.99
Sumber: Prihadi (2011:336)

Karena keterbatasan dari penggunaan Z-Score yang hanya dapat
digunakan

untuk

perusahaan

public

manufaktur,

kemudian

Altman

mengembangkan dua varian dari Z-Score, yaitu Z’-Score dan Z”-Score ditujukan
untuk perusahaan non public (private) dengan cara merumuskan kembali rasio
yang digunakan, yaitu dengan menghilangkan market value of equity dan
menggantinya dengan book value of equity. Perumusan yang berubah dan sampel
yang berbeda membuat hasil akhir rumus Z’-Score menjadi berbeda dengan ZScore orisinil yang dapat dilihat sebagai berikut (Prihadi, 2011:337):

20

Z’-Score = 0.717X1 + 0.847X2 + 3.107X3 + 0.42X4 + 0.998X5
Keterangan:
X1 = Working Capital / Total Asset
X2 = Retained Earning / Total Asset
X3 = Earning Before Interest and Tax / Total Asset
X4= Book Value of Equity / Book Value of Debt
X5 = Sales / Total Asset
Nilai cut-off untuk Z’-Score ini adalah:

Z’-Score
> 1.23
1.23 - 2.90
< 2.90

Tabel 2.2
Nilai Cut-Off Altman Z’-Score
Kondisi
Bangkrut
Daerah Kelabu
Sehat

Sumber: Prihadi (201:338)

Varian terakhir adalah Z”-Score. Pada model terakhir ini rasio sales to
total asset dihilangkan dengan harapan efek industri, dalam pengertian perusahaan
terkait dengan asset satu penjualan dapat dihilangkan. Sampel yang digunakan
kemudian diganti dengan perusahaan dari Negara berkembang, yaitu Mexico. Z”Score merupakan rumus yang fleksibel, karena bias digunakan untuk perusahaan
publik maupun private. Berikut adalah rumus Z”-Score (Prihadi, 2011:338-339):
Z”-Score = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
Keterangan:
X1 = Working Capital / Total Asset
X2 = Retained Earning / Total Asset
X3 = Earning Before Interest and Tax / Total Asset

21

X4 = Book Value of Equity / Book Value of Debt
Nilai cut-off untuk Z”-Score ini adalah:

Z”-Score
> 1.1
1.1 - 2.60
< 2.6

Tabel 2.3
Nilai Cut-Off Altman Z”-Score
Kondisi
Bangkrut
Daerah Kelabu
Sehat

Sumber: Prihadi (2011:338-339)

2.2 Penelitian Terdahulu
Marcelina

(2014)

melakukan

penelitian

dengan

judul

Prediksi

Kebangkrutan Menggunakan Metode Z-Score dan Pengaruhnya Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2008-2012. Variabel yang digunakan adalah Net Working Capital/ Total
Assets, Retained Earning/ Total Assets, Earning Before Interest and Tax/ Total
Assets, Book Value of Equity/ Book Value of Debt, dan Harga Saham. Teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linear sederhana. Hasil
penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara analisis
kebangkrutan Altman Z-Score dengan Harga Saham. Harga saham dipengaruhi
oleh analisis kebangkrutan metode Altman Z-Score sebesar 23%, sedangkan 77%
dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Manik (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh ZAltman Terhadap Harga Saham. Variabel yang digunakan adalah Net Working
Capital/ Total Assets, Retained Earning/ Total Assets, Earning Before Interest
and Tax/ Total Assets, Market Value of Equity/ Book Value of Debt, Sales/ Total
Assets dan Harga Saham. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

22

analisis regresi. Hasil penelitian ini adalah nilai Z-Altman tidak berpengaruh
terhadap harga saham. Kemampuan variabel bebas dalam hal ini adalah nilai ZAltman terhadap variabel terikat adalah sebesar 0.1% dan 99.9% dipengaruhi oleh
faktor lain.
Apergis, et al. (2011) melakukan penelitian dengan judul Bankruptcy
Probability and Stock Prices: The Effect of Altman Z-Score Information on Stock
Prices Through Panel Data. Variabel yang digunakan adalah Net Working
Capital/ Total Assets, Retained Earning/ Total Assets, Earning Before Interest
and Tax/ Total Assets, Market Value of Equity/ Book Value of Debt, Sales/ Total
Assets,Price Earning Ratio, Price to Book Ratio, Total Market Capitalization dan
Stock Price. Teknik analisis data yang digunakan adalah Panel Integration and
Cointergration Analysis (residual-based ADF test) dan Dynamic OLS (DOLS)
approach. Hasil penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara Altman ZScore dengan harga saham perusahaan.
Ailando
Kebangkrutan

(2008)
Altman

melakukan
Terhadap

penelitian
Pergerakan

dengan
Harga

judul

Saham

Pengaruh
Perusahaan

Manufaktur Terbuka Di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan adalah
Variabel yang digunakan adalah Net Working Capital/ Total Assets, Retained
Earning/ Total Assets, Earning Before Interest and Tax/ Total Assets, Market
Value of Equity/ Book Value of Debt, Sales/ Total Assets dan Harga Saham.
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier sederhana.
Hasil penelitian ini adalah potensi kebangkrutan Altman berpengaruh sangat
signifikan terhadap pergerakan harga saham perusahaan manufaktur terbuka di

23

Bursa Efek Indonesia. Kemampuan Altman Z-Score menjelaskan pergerakan
harga saham adalah sebesar 11.2% dan sisanya 88.8% dijelaskan oleh faktor lain
di luar model.
Fakhrurozie (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh
Kebangkrutan Bank dengan Metode Altman Z-Score Terhadap Harga Saham
Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Variabel dalam penelitian ini adalah
Variabel yang digunakan adalah Net Working Capital/ Total Assets, Retained
Earning/ Total Assets, Earning Before Interest and Tax/ Total Assets, Market
Valueof Equity/ Book Value of Debt, Sales/ Total Assets dan Harga Saham. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini
adalah pengaruh kebangkrutan bank dengan metode Altman Z-Score sebesar
21.5% sedangkan sisanya 78.5% dipengaruhi oleh variabel lainnya selain nilai ZScore.
Anggraeni (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Z Skor
Untuk Penilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham
Perusahaan Perdangangan di BEJ. Variabel yang digunakan adalah Net Working
Capital/ Total Assets, Retained Earning/ Total Assets, Earning Before Interest
and Tax/ Total Assets, Book Value of Equity/ Book Value of Debt, dan Harga
Saham. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana.
Hasil penelitian ini adalah pada tahun 2001 diprediksi 10 perusahaan sehat, 4
perusahaan kesulitan keuangan dan 6 akan bangkrut. Pada tahun 2002 diprediksi 8
perusahaan sehat, 5 perusahaan kesulitan keuangan dan 7 akan bangkrut. Pada
tahun 2003 diprediksi 7 perusahaan sehat, 6 perusahaan kesulitan keuangan dan 7

24

perusahaan akan bangkrut. Kinerja keuangan tidak berpengaruh terhadap harga
saham perusahaan perdagangan untuk tahun 2001-2003.
Tabel 2.4
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.
1.

Nama
Peneliti/
Tahun
Marcelina
(2014)

Variabel
Penelitian

Teknik
Analisis

Prediksi
Kebangkrutan
Menggunakan
Metode Z-Score
dan Pengaruhnya
Terhadap Harga
Saham Pada
Perusahaan
Transportasi
yang Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia Tahun
2008-2012.

1. Z”-Score
2. Harga Saham

Analisis
Regresi
Linier
Sederhana

Judul Penelitian

2.

Manik (2011)

Analisis
Pengaruh ZAltman
Terhadap Harga
Saham.

1. Z-Score
2. Harga Saham

Analisis
Regresi

3.

Apergis, et
al.(2011)

Bankruptcy
Probability and
Stock Prices:
The Effect of
Altman Z-Score
Information on
Stock Prices
Through Panel
Data.

1. Z-Score
2. Price Earning
Ratio
3. Price to Book
Ratio
4. Total Market
Capitalization
5. Stock Price

1. Panel
Integration
and
Cointergrat
ion
Analysis
(residualbased ADF
test)
2. Dynamic
OLS
(DOLS)
approach

Hasil Penelitian
Tidak terdapat
pengaruh yang
signifikan antara
analisis
kebangkrutan
Altman Z-Score
dengan Harga
Saham. Harga
saham dipengaruhi
oleh analisis
kebangkrutan
metode Altman ZScore sebesar 23%,
sedangkan 77%
dipengaruhi oleh
variable lain yang
tidak dijelaskan
dalam penelitian ini.
Nilai Z-Altman
tidak berpengaruh
terhadap harga
saham. Kemampuan
variabel bebas
dalam hal ini adalah
nilai Z-Altman
terhadap variabel
terikat adalah
sebesar 0.1% dan
99.9% dipengaruhi
oleh faktor lain.
Adanya hubungan
positif antara
Altman Z-Score
dengan harga saham
perusahaan.

25

Lanjutan Tabel 2.4
No.
4.

Nama
Peneliti/
Tahun
Ailando
(2008)

5.

Fakhrurozie
(2007)

6.

Anggraeni
(2004)

Variabel
Penelitian

Teknik
Analisis

Pengaruh
Kebangkrutan
Altman
Terhadap
Pergerakan
Harga Saham
Perusahaan
Manufaktur
Terbuka Di
Bursa Efek
Indonesia.

1. Z-Score
2. Harga Saham

Analisis
Regresi
Linier
Sederhana

Analisis
Pengaruh
Kebangkrutan
Bank dengan
Metode Altman
Z-Score
Terhadap Harga
Saham
Perusahaan
Perbankan di
Bursa Efek
Jakarta.
Analisis Z Skor
Untuk Penilaian
Kinerja
Keuangan Serta
Pengaruhnya
Terhadap Harga
Saham
Perusahaan
Perdangangan di
BEJ.

1. Z’-Score
2. Harga Saham

Analisis
Regresi
Sederhana

1. Z”-Score
2. Harga Saham

Analisis
Regresi
Linier
Sederhana

Judul Penelitian

Hasil Penelitian
Potensi
kebangkrutan
Altman berpengaruh
sangat signifikan
terhadap pergerakan
harga saham
perusahaan
manufaktur terbuka
di Bursa Efek
Indonesia.
Kemampuan Altman
Z-Score menjelaskan
pergerakan harga
saham adalah
sebesar 11.2% dan
sisanya 88.8%
dijelaskan oleh
faktor lain di luar
model.
Pengaruh
kebangkrutan bank
dengan metode
Altman Z-Score
sebesar 21.5%
sedangkan sisanya
78.5% dipengaruhi
oleh variabel lainnya
selain nilai Z-Score.

Pada tahun 2001
diprediksi 10
perusahaan sehat, 4
perusahaan kesulitan
keuangan dan 6 akan
bangkrut. Pada
tahun 2002
diprediksi 8
perusahaan sehat, 5
perusahaan kesulitan
keuangan dan 7 akan
bangkrut. Pada
tahun 2003
diprediksi 7
perusahaan sehat, 6
perusahaan kesulitan
keuangan dan 7
perusahaan akan
bangkrut. Kinerja
keuangan tidak

26

Lanjutan Tabel 2.4
No.

Nama
Peneliti/
Tahun

Judul Penelitian

Variabel
Penelitian

Teknik
Analisis

Hasil Penelitian
berpengaruh
terhadap harga
saham perusahaan
perdagangan untuk
tahun 2001-2003.

2.3 Kerangka Konseptual
Setiap perusahaan pasti mempunyai risiko kebangkrutan bahkan untuk
perusahaan yang bagus sekalipun, hanya saja risiko ini terus dijaga dan diatur
pada taraf yang seminim mungkin untuk tetap menjaga kinerja perusahaan. Dalam
memprediksi kebangkrutan ini, Altman pada tahun 1968 telah melakukan
penelitian untuk memprediksi kebangkrutan yaitu dengan nilai Z-Score yang telah
dipercaya dapat memprediksi kebangkrutan karena dalam Z-Score sendiri terdapat
beberapa rasio keuangan yang dapat mencerminkan kinerja dari perusahaan itu
sendiri seperti rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas, dan aktivitas.
Penggolongan yang di buat oleh Altman terdiri dari 3 (tiga) yaitu sehat,
daerah kelabu dan bangkrut. Sehat merupakan peringkat untuk perusahaan yang
kinerja perusahaannya dalam taraf baik dan berjalan lancar, untuk daerah kelabu
perusahaan harus melakukan tindakan untuk mengatasinya karena sudah terdapat
potensi-potensi kecil dimana dapat menghambat keuangan perusahaan itu sendiri,
dan terakhir adalah peringkat bangkrut dimana perusahaan telah mengalami
kesulitan likuiditas dan memiliki potensi kebangkrutan di masa yang mendatang.
Informasi-informasi ini merupakan masukan para pemangku kepentingan
untuk melakukan suatu tindakan atau keputusan terutama bagi investor yang
memerlukan informasi tersebut untuk melakukan keputusan investasi. Perusahaan

27

yang bangkrut otomatis akan dihindari oleh para investor dan calon investor
karena tedapat resiko yang sangat besar akan terjadi loss atau kerugian, karena
penjauhan ini dapat menyebabkan harga sahamnya turun karena harga saham pada
dasarnya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran atas saham perusahaan
yang bersangkutan sehingga jika suatu perusahaan memiliki kinerja yang baik
otomatis banyak investor maupun calon investor menginginkan saham perusahaan
tersebut sehingga harga sahamnya akan meningkat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dinyatakan oleh Wira (2011) dimana aspek fundamental menjadi
faktor utama penggerak harga saham, dalam hal ini aspek fundamental perusahaan
akan dinilai dengan menggunakan Z-Score. Oleh karena itu, potensi kebangkrutan
perusahaan yang semakin besar akan membuat harga saham suatu perusahaan
makin menurun.

Prediksi Kebangkrutan

Harga Saham

Altman Z-Score

Sehat

Bangkrut
Daerah Kelabu

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian

28

2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan telaah pustaka yang telah dilakukan maka
dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
“Nilai Z-Score Altman berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
keuangan yang terdaftar di KOMPAS100 periode 2010-2014.”

29

Dokumen yang terkait

Analisis Z-Score Untukpenilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Yang terdaftar Di Kompas 100

0 6 71

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2012-2014.

0 7 18

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2012-2014.

0 2 15

Analisis Z-Score Untukpenilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Yang terdaftar Di Kompas 100

0 0 10

Analisis Z-Score Untukpenilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Yang terdaftar Di Kompas 100

0 0 2

Analisis Z-Score Untukpenilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Yang terdaftar Di Kompas 100

0 0 8

Analisis Z-Score Untukpenilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Yang terdaftar Di Kompas 100

0 0 3

Analisis Z-Score Untukpenilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Yang terdaftar Di Kompas 100

0 0 5

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA

0 1 15

ANALISIS KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS KOMPAS 100

1 5 132