Krisis moneter melanda dimana

Krisis moneter melanda dimana-mana, tak terkecuali di Negeri kita tercinta ini. Para ekonom
dunia sibuk mencari sebab-sebabnya dan berusaha sekuat tenaga untuk memulihkan
perekonomian di negaranya masing-masing. Krisis ekonomi telah menimbulkan banyak
kerugian, meningkatnya pengangguran, meningkatnya tindak kejahatan dan sebagainya.
Sistem ekonomi kapitalis dengan sistem bunganya diduga sebagai penyebab terjadinya krisis.
Sistem ekonomi Islam mulai dilirik sebagai suatu pilihan alternatif, dan diharapkan mampu
menjawab tantangan dunia di masa yang akan datang. Alquran telah memberikan beberapa
contoh tegas mengenai masalah-masalah ekonomi yang menekankan bahwa ekonomi adalah
salah satu bidang perhatian Islam.

B. LATAR BELAKANG MASALAH
1.

Islam

Dasar-dasar dan pokok-pokok7a~aran Islam adalah penting dan tidak bisa dipisahkan antara
yang satu dengan yang lainnya. Pada hakekatnya dasar-dasar ajaran Islam membicarakan
kerangka umum dari ajaran Islam. Jika Islam diibaratkan sebuah bangunan, dengan melihat
dasar-dasar ajaran Islam orang sudah bisa mengetahui bagaimana bentuk bangunan Islam
yang utuh. Adapun yang menjadi dasar-dasar ajaran Islam yaitu: Aqidah, Syariah,
Akhlaq dan Jihad.[1]

Nomor dasar Islam di bidang ekonomi dapat diungkapkan dalam doa sehari-hari:

Artinya:
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka".(Al-Baqarah{2}: 201)[2]

Selain dasar-dasar dan pokok-pokok ajaran Islam, ada juga karakteristik-karakteristik yang
membahas tentang ciri-ciri khas ajaran Islam, sehingga Islam menjadi suatu al-din (agama)
yang memiliki keistimewaan dan kelebihan serta menjadikannya berbeda dengan AgamaAgama, kepercayaan-kepercayaan dan konsep-konsep hidup. Jika orang-orang Muslim tidak
memiliki wawasan tentang ciri-ciri khas umum ajaran Islam, maka tidak kecil kemungkinan
orang tersebut bisa terjebak pada persepsi yang keliru terhadap ajaran Islam. Bahkan lebih
dari itu, ia bisa terperosok kedalam pelaksanaan ajaran Islam yang ada.[3]
Adapun yang menjadi karakteristik-karakteristik umum dari ajaran Islam adalah:

1.

Shafaa'u Al-Aqidah (Kebersihan Aqidah)

Seluruh rangkaian ajaran Islam bertumpu pada landasan yang kuat yaitu Aqidah Al-Islamiah.
Aqidah ini diawali dengan suatu keyakinan terhadap adanya Allah sebagai pencipta, pemilik,

pemelihara alam semesta ini. Dan kepercayaan bahwa Dia adalah Dzat Yang Maha Esa dan
Maha Kuasa. Oleh karena itu, esensi Aqidah Islamiah terangkum dalam kalimat “

‫ﷲ ﺇﻻﱠ ﺇﻟ ﻟﻪﻪ‬
‫ﷲ‬

‫ ” ﻻ ﻪ‬yang artinya tidak ada tempat mengabdi kecuali Allah.

2.

Al-Syumul (menyeluruh)

Islam merupakan ajaran yang menyeluruh baik dari segi masa berlakunya, Umat dan wilayah
yang menjadi sasaran jangkauan ajaran Islam maupun muatan yang terkandung di dalamnya.
Pengertian menyeluruh dari segi masa berlakunya Islam ialah ajaran Islam berlaku untuk
seluruh zaman dan setiap generasi.
Sedangkan pengertian Islam menyeluruh dari segi Umat dan wilayah yang menjadi
jangkauan sasaran ajaran Islam ialah bahwa ajaran Islam ditujukan untuk seluruh Umat
manusia. Adapun maksud dari pernyataan bahwa Islam itu menyeluruh dari segi muatan yang
terkandung di dalamnya adalah bahwa isi ajaran Islam meliputi seluruh aspek dan sisi-sisi


kehidupan manusia. Islam menata dan mengajarkan mulai dari masalah manusia yang paling
kecil hingga urusan manusia yang berskala besar. Dari urusan yang bersifat individu, maupun
masyarakat serta yang bersifat kenegaraan, dari segi ekonomi, sosial, budaya, pendidikan,
ideologi serta pertahanan dan keamanan (jihad).

3.

Al-Tawazun

Bila kita perhatikan alam semesta ciptaan Allah SWT dengan segala isinya maka seluruhnya
tampak seimbang dan harmonis. Diantaranya, dengan terdapatnya sejumlah ciptaan Allah
yang berpasng-pasangan, ada malam dan ada siang, ada gelap dan ada cahaya, ada panas dan
ada dingin, ada air dan ada api, begitu pula Allah menciptakan laki-laki dan peremp uan
sebagai pasangan. Harmonisnya Islam juga tampak dalam wujud bagaimana Islam memenuhi
kebutuhan jasmani, rohani, dan akal dengan tidak mengabaikan satupun. Demikian juga
dalam hal menyeimbangkan kepentingan individu dan masalah umum.

2.


Ekonomi

Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu, ataupun masyarakat secara keseluruhan akan
selalu menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi, yaitu persoalan yang
menghendaki seorang ataupun suatu masyarakat membuat keputusan tentang cara yang baik
untuk melakukan kegiatan ekonomi.[4]
Ilmu ekonomi lahir sebagai sebuah disiplin ilmiah setelah berpisahnya aktivitas produksi dan
konsumsi. Ekonomi merupakan aktivitas yang boleh dikatakan sama halnya dengan
keberadaan manusia dimuka bumi ini, sehingga kemudian timbul motif ekonomi, yaitu
keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Prinsip ekonomi adalah langkah
yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan pengorbanan tertentu untuk
memperoleh hasil yang maksimal.[5]

Defenisi yang dikemukakan oleh Alfred Marshall yang dikutip olehRichard G Lipsey dalam
buku yang ditulis oleh A. Qodri Azizymengemukakan bahwa “Economics is The Study Of
The Use Of Scarce Resources To Satisfy Unlimited Human Wants”, yang artinya ilmu
ekonomi adalah study mengenai penggunaan sumber daya yang jarang untuk memuaskan
keinginan manusia yang tidak terbatas. Defenisi lain disebutkan bahwa “Economics Is a
Study Of Mankind In The Ordinary Business Of Life”, yang artinya ilmu ekonomi adalah
study orang dalam kebiasaan hidup bisnis yang biasa berjalan.[6] Sedangkan ekonomi

konvensional didefenisikan sebagai ilmu sosial yang membahas problem mengenai

penggunaan atau pengaturan sumber daya yang terbatas untuk memperoleh pemenuhan
terbesar dan secara maksimum dari kebutuhan manusia yang tidak terbatas.

Dari tiga defenisi diatas jelaslah bahwa ekonomi konvensional atau sekuler sama sekali tidak
mengaitkan studi yang dilakukan dalam kerangka ilmu ekonomi dengan keberadaan Tuhan,
termasuk syariah-Nya. Jadi jelaslah ilmu ekonomi konvensional disini identik dengan
ekonomi sekuler yang dengan jelas pula ada perbedaan mendasar antara ekonomi jenis ini
dengan ekonomi yang berpegang pada syariah Allah SWT.

C.

HUBUNGAN ISLAM DENGAN EKONOMI

Ekonomi Islam dibangun atas dasar Agama Islam, karena itu akan merupakan bagian tak
terpisahkan dari Agama Islam. Bangunan ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal,
yaitu : Tauhid (Keimanan), ‘Adl (Keadilan), Nubuwwah (Kenabian),
Khilafah (Pemerintahan), Ma'ad (Hasil). Nilai-nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk
membangun teori-teori ekonomi Islam.[7] Untuk memahami hubungan antara Agama Islam

dan perilaku ekonomi maka harus dipelajari bidang dan lingkup masing-masing. Islam
mendefenisikan Agama bukan hanya berkaitan dengan spiritualitas atau ritualitas, namun
Agama merupakan serangkaian keyakinan, ketentuan dan peraturan serta tuntunan moral bagi
setiap aspek kehidupan manusia. Islam memandang Agama sebagai suatu jalan hidup yang
melekat pada setiap aktivitas kehidupan, baik ketika manusia melakukan hubungan ritual
dengan Tuhan maupun ketika manusia berinteraksi dengan sesama manusia atau alam
semesta.

Sedangkan ekonomi secara umum didefenisikan sebagai hal yang mempelajari prilaku
manusia yang menggunakan sumber daya yang langka untuk memproduksi barang dan jasa
yang dibutuhkan manusia. Dengan demikian, ekonomi merupakan suatu bagian dari Agama.
Islam memandang aktivitas ekonomi secara positif. Semakin banyak manusia terlibat dalam
aktivitas ekonomi maka semakin baik, sepanjang tujuan dari prosesnya sesuai dengan ajaran
Islam. Ruang lingkup ekonomi meliputi suatu bidang prilaku manusia terkait dengan
konsumsi, produksi, dan distribusí.

Islam sebagai suatu Agama yang disahkan pada ajaran kitab Alquran dan Hadis, memberikan
banyak contoh ajaran ekonomi, baik pada masa awal Islam diturunkan bahkan sampai
sekarang. Sebagai contoh, pada masa Ibrahim a.s., Islam telah mengajarkan untuk berderma.
Pada masa Shu’aib a.s., Islam mengajarkan agar manusia berbuat adil dalam memberikan

takaran, menimbang dengan benar dan tidak merugikan orang lain. Tepatilah ketika kamu
manakar dan jangan sampai kamu menjadi orang-orang yang merugi. Timbanglah dengan

timbangan yang tepat. Jangan kamu rugikan hak-hak orang (lain) dan janganlah berbuat jahat
dan menimbulkan kerusakan di muka bumi.[8]

D. KEGIATAN EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM
Kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan tuntunan kehidupan. Islam
memposisikan kegiatan ekonomi sebagai salah satu aspek penting untuk mendapatkan
kemuliaan (falah), dan karenanya kegiatan ekonomi sebagaimana kegiatan lainnya perlu
dituntun dan dikontrol agar berjalan seirama dengan ajaran Islam. Kegiatan ekonomi
merupakan bagian dari mu'amalah dan harus didasarkan atas aqidah yang benar, sehingga
menghasilkan kegiatan ekonomi yang berakhlaq atau bermoral. Kegiatan ekonomi hanya
akan mampu membawa kepada falah selama dilaksanakan berdasarkan aqidah Islam dan
diwarnai dengan moral Islam.[9]

Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah, Rasulullah Saw
mengemukakan, "Berusahalah untuk memperoleh kehidupan dengan cara yang halal,
merupakan suatu kewajiban sesudah kewajiban salat". Allah juga berfirman. "Kami jadikan
siang untuk mencari penghidupan". (QS. An-Naba' {78}:11)[10]


Berdasarkan ungkapan Alquran dan Hadis tersebut jelas menunjukkan bahwa harta (kekayaan
materi) merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kaum muslimin. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa Islam tidak menghendaki umatnya hidup dalam
ketertinggalan dan keterbelakangan ekonomi. Islam juga tidak menghendaki pemeluknya
menjadi miskin ekonomi yang melahirkan budaya materialisme. Kegiatan ekonomi dalam
Islam tidak semata-mata bersifat materi saja, tetapi lebih dari itu.

Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dikemukakan "Demi Allah, aku tidak
mengkhawatirkan kemiskinanmu, tetapi lebih mengkhawatirkan akan kemewahan duniawi
yang kamu peroleh. Lalu kamu saling berlomba mengadakan persaingan diantara sesama
sebagaimana telah dilakukan oleh orang-orang sebelum kamu dan telah diberikan
kemewahan juga. Hal itu akan membinasakan kamu sebagaimana ia telah membinasakan
mereka". Allah juga berfirman dalam Alquran: "Siapa yang menghendaki keuntungan
duniawi saja, maka kami berikan keuntungan itu kepadanya, dan dia tidak akan mendapatkan
apapun di akhirat kelak".(QS.Al-Syura {42}:20)[11]

E.

ATURAN-ATURAN PERMAINAN EKONOMI ISLAM


Dalam menjalankan kehidupan ekonomi, Allah SWT telah menetapkan aturan-aturan dan
batasan-batasan tertentu terhadap prilaku manusia sehingga menguntungkan satu individu
tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya.Berlakunya aturan-aturan ini membentuk
lingkungan dimana para individu melakukan kegiatan ekonomi mereka. Oleh karena itu, telah
ditetapkan aturan-aturan tertentu yang mengatur dan menentukan bentuk dan intensitas
kegiatan-kegiatan manusia dalam memperoleh kekayaan. Hal ini begitu dibatasi sehingga
serasi dengan kedamaian dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pada tahap
manapun tidak ada kegiatan ekonomi yang bebas dari beban pertimbangan moral.

Dalam kitab suci Alquran dikatakan: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik
dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu". (QS. Al-Baqarah {2} :
168)[12] Aturan-aturan itu bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam
hubungannya dengan kekuatan tertinggi (Tuhan), kehidupan, sesama manusia didunia,
sesama makhluk dan tujuan akhir manusia.
Beberapa aturan-aturan dalam pandangan ekonomi Islam antara lain:
$ Alam semesta, termasuk manusia, adalah milik Allah SWT
$ Allah telah menetapkan batas-batas tertentu terhadap prilaku manusia sehingga
menguntungkan hak-hak individu-individu lainnya

$ Semua manusia tergantung pada Allah
$ Status Khalifah atau pengemban amanah Allah berlaku umum bagi semua manusia
$ Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia
$ Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia
$ Dalam Islam, bekerja dikenal sebagai kebaikan, dan kemalasan dikenal sebagai kejahatan
$ Kehidupan adalah proses dinamis menuju peningkatan
$ Jangan membikin mudharat (kesulitan) dan jangan ada mudharat
$ Suatu kebaikan dalam perangkat kecil jelas dirumuskan[13]

F.

PERBEDAAN DASAR SISTEM EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL

Berbicara tentang Islam, ekonomi Islam dan sistem ekonomi konvensional tidak bisa
dilepaskan dari perbedaan pendapat mengenai halal-haramnya bunga yang oleh sebagian
Ulama dianggap sebagai riba yang diharamkan oleh Alquran. Manfaat uang dalam berbagai
fungsí baik sebagai alat penukar, alat penyimpan kekayaan dan pendukung peralihan dari

sistem barter ke sistem perekonomian uang, oleh para penulis Islam telah diakui, tetapi riba
mereka sepakati sebagai konsep yang harus dihindari dalam perekonomian.

Sistem bunga dalam perbankan (rente stelsel) mulai diyakini oleh sebagian ahli sebagai faktor
yang mengakibatkan semakin buruknya situasi perekonomian dan sistem bunga sebagai
faktor penggerak investasi dan tabungan dalam perekonomian Indonesia, sudah teruji bukan
satu-satunya cara terbaik mengatasi lemahnya ekonomi rakyat. Larangan riba dalam Islam
bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang menetapkan bahwa modal itu tidak dapat
bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa
penempatan diri pada resiko sama sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang
terhadap riba dan Umat Islam wajib meninggalkannya (QS. Al-Baqarah {2} : 278), akan
tetapi Islam menghalalkan mencari keuntungan.

Perbedaan dasar antara ekonomi Islam dan konvensional dapat dilihat dari beberapa sudut,
yaitu:

1.

Sumber (Epistemology)

Kedudukan sumber yang mutlak yaitu Alquran dan Hadis menjadikan Islam sebagai suatu
Agama yang istimewa dibandingkan dengan Agama-Agama lain. Alquran dan Hadis
menyuruh kita mempraktekkan ajaran wahyu tersebut dalam semua aspek kehidupan
termasuk soal mu'amalah. Perkara-perkara mu'amalah dijelaskan didalam wahyu meliputi
suruhan dan larangan. Sumber rujukan untuk manusia dalam semua keadaan termasuk
persoalan ekonomi bertujuan untuk mencapai keseimbangan rohani dan jasmani manusia
yang berasaskan Tauhid.

Sedangkan ekonomi konvensional tidak bersumber atau berlandaskan wahyu. Oleh karena
itu, ia lahir dari pemikiran manusia yang bisa berubah berdasarkan waktu atau masa. Karena
itu pakar ekonomi Islam bertujuan untuk mencapai al-falah di dunia dan di akhirat,
sedangkan pakar ekonomi konvensional mencoba menyelesaikan segala permasalahan yang
timbul tanpa ada pertimbangan mengenai soal ke-Tuhan-an dan keakhiratan, tetapi lebih
mengutamakan untuk kemudahan manusia di dunia saja.

2.

Tujuan Kehidupan

Tujuan ekonomi Islam membawa kepada konsep al-falah (kejayaan) di dunia dan akhirat,
sedangkan ekonomi konvensional (sekuler) untuk kepuasan di dunia saja. Ekonomi Islam
meletakkan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini dimana segala yang ada di bumi dan
di langit diperuntukkan untuk manusia.

Firman Allah SWT dalam Alquran:

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang
itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya), (QS. AnNahl {16} : 12), dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini
dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran”. (QS. An-Nahl
{16} : 13)[14]

3.

Konsep Harta sebagai Washilah

Didalam Islam, harta bukanlah merupakan tujuan hidup tetapi sekedar washilah atau
perantara dalam mewujudkan perintah Allah SWT. Maka dari itu harta bukanlah tujuan utama
kehidupan tetapi adalah sebagai jalan bagi tercapainya ketenangan hidup didunia dan
diakhirat. Ini berbeda dengan ekonomi konvensional yang meletakkan keduniaan sebagai
tujuan yang tidak mempunyai kaitan dengan Tuhan dan akhirat sama sekali. Ini sudah tentu
berlawanan dengan Islam. Untuk merealisasikan tujuan hidup menurut aliran konvensional
ini, mereka membentuk sistem-sistem yang mengikuti selera nafsu mereka guna memuaskan
kehendak material mereka semata. Oleh karena itu, sistem konvensional mempunyai tujuan
keuntungan tanpa memperdulikan nilai wahyu, dan mengutamakan kepentingan individu atau
golongan tertentu serta menindas golongan atau individu yang lemah dan berprinsip siapa
kuat dialah yang berkuasa.

G. PENUTUP
Dasar-dasar dan pokok-pokok ajaran Islam adalah penting dan tidak bisa dipisahkan antara
yang satu dengan yang lainnya. Adapun yang menjadi dasar-dasar ajaran Islam yaitu: Aqidah,
Syariah, Akhlaq dan Jihad. Selain dasar-dasar dan pokok-pokok ajaran Islam, ada juga
karakteristik- karakteristik umum ajaran Islam yang membahas tentang ciri-ciri khas ajaran
Islam, sehingga Islam menjadi suatu al-din (agama) yang memiliki keistimewaan dan
kelebihan serta menjadikannya berbeda dengan Agama-Agama.
Kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan tuntunan kehidupan. Islam
memposisikan kegiatan ekonomi sebagai salah satu aspek penting untuk mendapatkan

kemuliaan (falah), dan karenanya kegiatan ekonomi sebagaimana kegiatan lainnya perlu
dituntun dan dikontrol agar berjalan seirama dengan ajaran Islam. Perbedaan dasar antara
ekonomi Islam dan konvensional dapat dilihat dari beberapa sudut, yaitu: Sumber
(Epistemology), Tujuan Kehidupan dan Konsep Harta sebagai Washilah.

DAFTAR PUSTAKA

Qadri, Azizy A. Membangun Pondasi Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004).
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, (Surabaya: Mega Jaya Abadi,2007).
Kamal, Mustafa, Wawasan Islam dan Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1997).

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).
Lubis, Suhrawardi K. Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,2004).
Mannan, M.A. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima
Yasa,1997).
Nasution, Mustafa Edwin,dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta:
Kencana,2007).
P3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).
Saleh, H.E. Hassan (Editor), Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2008).
Sukirno, Sadono, Mikro Ekonomi Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Gara Grafindo Persada,
2006).
http://www.uin malang.ac.id

[1] Mustafa kamal, Wawasan Islam dan Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1997) hal,3-9.
[2] H.E. Hassan Saleh (Editor), Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT
Raja Grafindo, 2008), hal.377.
[3] Mustafa kamal, Wawasan Islam dan Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1997) hal,11.
[4] Sadodo Sukirno, Mikro Ekonomi Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Gara Grafindo Persada,
2006), hal.4.
[5] http://www.uin malang.ac.id
[6] A. Qadri Azizy, Membangun Pondasi Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2004), hal.189.
[7] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
hal.34.
[8] P3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 14.
[9] P3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 16.
[10] Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,2004), hal.1-2.
[11] Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,2004), hal.3.
[12] M.A. Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima
Yasa,1997), hal.22.
[13] Mustafa Edwin Nasution,dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta:
Kencana,2007), hal.3-7.
[14] Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, (Surabaya: Mega Jaya
Abadi,2007).

Dokumen yang terkait

Analisis operating ratio perusahaan manufaktor yang listed di Bursa Efek Jakarta selama masa krisis moneter tahun 1997-2000

0 20 106

Puasa Dan Upaya Menanggulangi Berbagai Krisis

0 13 5

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Global Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah Periode 2006-2010 (Comparative Analysis Of Islamic Banking Financial Performanc

0 6 6

Analisis Perbandingan Operating Leverage dan Financial Leverage Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Global 2008 pada Perusahaan Subsektor Perkebunan yang Terdaftar di BEI (Comparative Analysis of Operating Leverage and Financial Leverage Before and After T

0 12 7

Implementasi Economic Adjustment Program International Monetary Fund Dalam Penyelesaian Krisis Finansial Di Cyprus

1 7 9

Judul: Pengaruh Pengawasan Langsung Pimpinan Terhadap Efektifitas Pelaksanaan Tugas Bawahan, dimana studi kasus dikantor Penyediaan Air Baku (P.A.B) Bengawan Solo Kabupaten Bojonegoro

1 17 20

Kebijakan Rusia Dalam Mempertahankan Perekonomian Dari Gejolak Krisis Keuangan Global Tahun 2008

0 18 13

Dampak Krisis Ekonomi Amerika Serikat Tahun 2008 Terhadap Industri Manufaktur Indonesia

0 6 1

Peranan Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) dalam Mengatasi Krisis Listrik di Sumatera Utara (studi kasus: proyek pembangkit listrik panas bumi (PLTPB) sarulla di sumatera Utara)

2 60 127

analisis dampak kebijakan moneter melalui base money targeting framework (2000:01-2005:06) dan inflation targeting framework (2005:06-2013:12) terhadap pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi di indonesia

2 11 110