Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Penyanyi Andy Lau (刘德华): Analisis Stilistika

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab 2 ini penulis memaparkan beberapa hal yang mencakup dalam penelitian ini
diantaranya adalah konsep. Dalam sebuah penelitian, konsep merupakan hal yang sangat penting
karena konsep merupakan pedoman bagi penulis. Yang kedua merupakan landasan teori, Dalam
sebuah penelitian teori sangatlah berpengaruh dalam penelitian maka dari itu dalam sub bab 2 ini
dijelaskan

bagaimaana

penulis

menggunakan

teori

apa

dan


yang

bagaimana

ia

mengaplikasikanya. Dan yang terakhir pada sub bab 2 ini adalah tinjauan pustaka, tentu saja
setiap penulis memerlukan tinjauan terdahulu sebagai referensi nya untuk menulis penenelitian
maka pada sub bab 2 ini penulis menyebutkan dan memaparkan tinjauan terdahulu penelitian
yang di gunakan penulis sebagai referensi.
2.1

Konsep
Dalam penelitian ini, Ada beberapa konsep yang mendukung penelitian ini. Menurut

KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa saja yang
ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami suatu hal lain.
Penelitian membutuhkan pemahaman yang memadai mengenai istilah-istilah yang dipakai
di dalamnya. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep pedoman atau panduan bagi penulis.
Adapun konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

2.1.1

Karya Sastra
Karya menurut KBBI arya/kar:ya/ n1 pekerjaan; 2 hasil perbuatan; buatan; ciptaan

(terutama hasil karangan): novel Belenggu merupakan -- terkenal Armijn Pane; 1 hasil ciptaan

13
Universitas Sumatera Utara

yg bukan saduran, salinan, atau terjemahan; 2 hasil ciptaan yg bukan tiruan; 3 seni ciptaan yg
dapat menimbulkan rasa indah bagi orang yang melihat,mendengar,atau,merasakannya. Jadi,
karya merupakan hasil ciptaan, kreatifitas yang dibuat oleh seseorang atau lebih untuk
menciptakan sesuatu hal yang bermakna dan mempunyai nilai yang baik untuk digunakan dan
dimanfaatkan untuk orang banyak.
Menurut Panuti Sudjiman (1986:86) karya sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan
seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Jadi, karya sastra merupakan hal yang menarik untuk dibahas sehingga para
penikmat karya sastra dapat mengetahui sisi-sisi keindahan karya sastra.


2.1.2

Gaya Bahasa dalam Bahasa Mandarin
Dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, masyarakat sering menggunakan

gaya bahasa untuk menyampaikan perasaan. Oleh sebab itu, tujuan gaya bahasa untuk membuat
percakapan dan tulisan menjadi lebih bermakna sehingga tidak terkesan membosankan.
Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa style menjadi bagian
dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau
kalusa tertentu untuk menghadapi hierarki kebahasaan, baik pada tataran pilihan kata secara
individu, frasa, klausa, kalimat maupun wacana secara keseluruhan. Style atau gaya bahasa dapat
dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan
jiwa dan kepribadian pemakai bahasa (Keraf, 2002:113).

Menurut Huáng Bóróng dan Liào Xùdōng Liao Xudong (2012:160), gaya bahasa merupakan:
1. Suatu cara, teknik, dan aturan dalam menggunakan bahasa

14
Universitas Sumatera Utara


2. Pemilihan dan penggunaan bahasa ucapan maupun tulisan yang tepat, atau dapat disebut
sebagai aktivitas retoris.
3. Studi retorika yang ditujukan untuk meningkatkan efek penyampaian efek penyampaian
suatu bahasa.
Gaya bahasa menurut Pradopo (1997:93), merupakan susunan perkataan yang terjadi
karena adanya perasaan yang timbul dan hidup dalam hati penulis. Sehingga menimbulkan suatu
perasaan tertentu dalam hati pembaca. Oleh aebab itu tiap pengarang memiliki gaya tersendiri.
Hal ini terjadi sesuai dengan sifat atau kegemaran masing-masing pengarang.
Secara leksikologis yang dimaksud dengan gaya bahasa, yakni: (i) pemanfaatan atas
kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; (ii) pemakai ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu; (iii) keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra
(Depdikbud dalam pateda 2001:233). Gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri melalui
bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Keraf (2013:113) mengungkapkan bahwa
gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik
harus mengandung tiga unsur yaitu, kejujuran, kesopanan, dan kemenarikan.
Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan
menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Kata retorik berasal dari
bahasa Yunani rhetor yang berarti orator atau ahli pidato. Pada masa Yunani kuno retorik
merupakan bagian penting dari suatu pendidikan dan oleh karena itu aneka ragam gaya bahasa

sangat penting atau harus dikuasai oleh orang-orang Yunani dan Romawi yang telah memberi
nama bagi aneka seni persuasi ini. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk

15
Universitas Sumatera Utara

meningkatkan efek estetik dengan cara jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu
benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan, 1987:5).
Menurut Huáng dan Liào dalam buku xiàndài hànyǔ diuraikan ada dua puluh satu macam
gaya bahasa pada bahasa Mandarin. Sedangkan menurut Chén pada buku xiūcíxué āf fán
disebutkan bahwa ada tiga puluh delapan gaya bahasa pada bahasa Mandarin. Dapat dilihat, gaya
bahasa pada bahasa Mandarin adalah sangat banyak. Namun, dalam penelitian ini, penulis hanya
memaparkan gaya bahasa yang dibahas yang sering terdapat dalam lirik lagu adalah sebagai
berikut:
1. Gaya Bahasa Perumpamaan (比喻 bǐyù)
Bǐyù adalah perumpamaan, yakni ini akan menggunakan benda atau hal yang berbeda satu
sama lain namun memiliki titik persamaan untuk menggambarkan suatu hal atau benda lain
(Huáng dan Liào, 1991: 240-241).
Benda yang dibandingkan disebut běntǐ artinya noumenon, dan benda yang digunakan
sebagai pembanding disebut yùtī, kata yang menghubungkan kedua benda tersebut disebut yùcí

yang artinya kata banding. Gaya bahasa bǐyì dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni míngyù, jieyù,
anyù.
a. Gaya Bahasa Simile (明喻 Míngyù)
Míngyù dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai gaya bahasa simile/perumpamaan.
Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan yang
bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk
itu, ia memerlukan upaya yang eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata seperti,
sama, sebagai, bagaikan laksana, dan sebagainya (Keraf, 2009:138).
16
Universitas Sumatera Utara

Pada míngyù, noumenon dan pembanding muncul bersamaan dan diantara mereka terdapat
kata banding seperti : 像 xiàng,如 rú,似 sì,仿 fǎng,犹如 yóurú,有如 yǒurú,一般 yībān dan
sebagainya (Huáng dan Liào, 1991:241).
Contoh 1 : 他动也不动,彷如石像。(Tā dòng yě bù dòng, fǎng rú shíxiàng)
Dia tidak bergerak seperti patung batu.
Contoh di atas merupakan gaya bahasa simile (míngyì). Dia sebagai noumenon (běntǐ),
“patung batu” sebagai pembanding (yùtī), “seperti” sebagai kata banding (yùcí). Dalam hal ini
dia disamakan seperti batu karena memiliki sifat yang sama yaitu tidak bergerak atau diam.
b. Gaya Bahasa Metafora (暗喻 ànyù)

ànyù dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai gaya bahasa Metafora. Metafora
adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung. Metafora sebagai
perbandingan langsung tidak mempergunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan
sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua (Keraf, 2009:
39).
Gaya bahasa ànyù disebut juga sebagai gaya bahasa yǐngyù. Pada gaya bahasa ini
noumenon dan pembandingnya muncul, namun kata pembandingnya berupa “是 shì , 变成
biànchéng, 成为 chéngwéi, 等于 děngyú, dan lain-lain”.
Contoh 2: 母亲阿! 你是荷叶,我是红莲。(Mǔqīn ā! Nǐ shì hé yè, wǒ shì hóng lián)
Ibu ! kamu adalah daun teratainya, saya adalah teratai merahnya.
Contoh di atas merupakan gaya bahasa metafora (anyù). Dalam hal ini “kamu” dan “aku”
sebagai noumenon (běntǐ), “daun teratai” dan “teratai merah” sebagai pembanding (yùtī). Dan
terdapat kata bandingnya yaitu “shì (adalah) ” sebagai kata bandingnya. “daun teratai” dan

17
Universitas Sumatera Utara

“teratai merah” adalah satu kesatuan. Dalam hal ini bermakna bahwa ibu dan saya adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.


c. Gaya Bahasa(借喻 jieyù)
Pada gaya bahasa ini noumenonnya tidak muncul pada kalimat langsung menggunakan
pembanding untuk menggantikan noumenon.
Contoh 3: 天上张着灰色的幔。(Tiānshàng zhāngzhe huīsè de màn)
Langit membentangkan tirai abu-abu.
Contoh di atas merupakan gaya bahasa 借喻 jieyù. Tirai abu-abu sebagai pembanding
(yùtī). Dalam hal ini pembanding yaitu tirai abu-abu menggantikan noumenon (běntǐ) yang
berarti awan gelap.

2. Gaya Bahasa Personifikasi/Depersonifikasi (比拟 bǐnǐ)
Bǐnǐ sama dengan personifikasi dan depersonifikasi pada bahasa Indonesia. Bǐnǐ
digunakan untuk menggambarkan benda mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah
memiliki sifat-sifat kemanusiaan ataupun sebaliknya. Bǐnǐ dibagi menjadi dua:
a. Gaya bahasa Personifikasi (拟人 nǐrén)
Nǐrén sama dengan gaya bahasa personifikasi pada bahasa Indonesia. Gaya bahasa
personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang
yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan)
merupakan suatu corak khusus dari metafora yang mengiaskan benda-benda mati bertindak,
berbuat, berbicara seperti manusia (Keraf, 2009:140). Nǐrén yaitu menggambarkan benda mati
seolah-olah memiliki karakteristik seperti layaknya manusia.

18
Universitas Sumatera Utara

Contoh 6 : 花儿在微风中点头。(Huā er zài wéifēng zhōng diǎntóu)
Bunga sedang mengangguk dalam angin.
Contoh di atas merupakan gaya bahasa personifikasi (nǐrén). Kata “ mengangguk”
biasanya dilakukan oleh manusia. Dalam contoh di atas, bunga seolah-olah seperti layaknya
manusia.
b. Gaya Bahasa Depersonifikasi (拟物 nǐwù)
Nǐwù sama dengan gaya bahasa depersonifikasi pada bahasa Indonesia. Gaya bahasa
depersonifikasi merupakan kebalikan dari personifikasi. Nǐwù yaitu menggambarkan manusia
seolah-olah memiliki karakteristik seperti hewan maupun benda tak bernyawa.
Contoh 7 : 你宇宙真阔,我展翅飞,到处都碰到你。(Nǐ yǔzhòu zhēn kuò, wǒ zhǎnchì
fēi, dàochù dōu pèng dào nǐ)
Alam semestamu begitu luas, kukepakkan sayap ini untuk terbang, tampak
dirimu disemua tempat.
Contoh di atas merupakan gaya bahasa depersonifikasi (nǐwù). Dalam hal ini “aku” seolaholah memiliki sayap untuk terbang. Contoh di atas mendeskripsikan manusia seolah-olah seperti
hewan yang bisa terbang.

3. Gaya Bahasa Hiperbola (夸张 Kuāzhāng)

Kuāzhāng sama dengan gaya bahasa hiperbola pada bahasa Indonesia. Hiperbola adalah
semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesarbesarkan suatu hal (Keraf, 2009:135).
Kuāzhāng adalah gaya bahasa yang sengaja membesar-besarkan ataupun mengecilngecilkan sebuah deskripsi terhadap orang, hewan maupun benda (Huáng dan Liào, 1991:253).
19
Universitas Sumatera Utara

Contoh 4 : 蜀道之难,难于上青天。(Shǔ dào zhī nán, nányú shàng qīngtiān)
Jalur Sichuan sulit, sulit daripada naik ke langit biru.
Contoh di atas menggunakan gaya bahasa hiperbola (kuāzhāng). Dari kalimat di atas
mendeskripsikan sampai ke jalur Sichuan lebih sulit daripada naik ke langit biru. Pernyataan
tersebut melebih-lebihkan. Karena pada dasarnya hanya ingin menyatakan untuk sampai ke jalur
Sichuan sangat sulit.

4. Gaya Bahasa Erotesis atau Pertanyaan Retoris (反问 fǎnwèn)
Fǎnwèn sama dengan gaya bahasa erotesis atau pertanyaan retoris pada bahasa Indonesia.
Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato
atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang
wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Gaya bahasa erotesis biasanya
dipergunakan sebagai salah satu alat yang efektif oleh para orator. Dalam pertanyaan retoris
terdapat asumsi bahwa hanya ada satu jawaban yang mungkin (Keraf, 2009: 134).

Fǎnwèn merupakan kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban karena jawabannya
telah terkandung dalam pertanyaan tersebut, dipakai untuk mencapai efek yang lebih mendalam
dengan penekanan yang wajar (Huáng dan Liào, 1991: 282).
Fǎnwèn menggunakan kalimat positif untuk menyatakan isinya yang negatif, sebaliknya
kalimat negatif digunakan untuk menyatakan isinya yang positif (Huáng dan Liào, 1991:282).
Contoh 5: 池水涟漪,莺花乱飞,谁能说它不美呢?(Chíshuǐ liányī, yīng huā luàn fēi,
shuí néng shuō tā bù měi ne?)
Beriak-riak air kolam, burung pengicau terbang huru-hara, siapa bisa
mengatakan itu tidak indah ?
20
Universitas Sumatera Utara

Contoh di atas adalah gaya bahasa erotesis(反问 fǎnwèn). Dari pertanyaan di atas tidak
memerlukan jawaban karena, dalam pertanyaan tersebut sudah terdapat jawaban bahwa tidak ada
yang bisa mengatakan kalau itu tidak indah.

5. Gaya Bahasa Repetisi (反复 fǎnfù)
Fǎnfù hampir sama dengan gaya bahasa repetisi pada bahasa Indonesia. Repetisi adalah
perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi
tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam hal ini, hanya akan dibicarakan repetisi yang
terbentuk kata atau frasa atau klausa (Keraf, 2009:127).
Fǎnfù artinya mengulang kembali, yaitu pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian
kalimat yang dipentingkan untuk memberi dan menonjolkan perasaan pembicara.
Contoh 8 : 沉默呵,沉默!不在沉默中爆发,就在沉默中灭亡。(Chénmò ā, chénmò!
Bùzài chénmò zhōng bàofā, jiù zài chénmò zhōng mièwáng)
Oh diam, diam ! tidak ada meledak dalam diam, hanya ada binasa dalam diam.
Contoh di atas merupakan gaya bahasa repetisi (fǎnfù). Dalam kalimat tersebut terdapat
pengulangan kata “diam”. Pengulangan tersebut lebih menekankan kata diam untuk memperkuat
efek terhadap gagasan.

6. Gaya Bahasa Antitesis (对比 duìbǐ)
Duìbǐ hampir sama dengan gaya bahasa antitesis pada bahasa Indonesia. Antitesis adalah
sejenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim (yaitu
kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. (Ducrot& Todorov dalam
Tarigan, 1985:27).

21
Universitas Sumatera Utara

Duìbǐ adalah gaya bahasa yang saling membandingkan dua hal yang tidak sama atau
membandingkan dua sisi dari hal yang sama (Huáng dan Liào, 1991:274).
Contoh 9 : 从开始哭着嫉妒,到最后笑着羡慕。(Cóng kāishǐ kūzhe jídù, dào zuìhòu
xiàozhe xiànmù)
Pada awalnya menangis dalam kekaguman, pada akhirnya tertawa dalam
kecemburuan.
Contoh di atas merupakan gaya bahasa antitesis (duìbǐ). Dalam kalimat di atas
menggabungkan kalimat berlawanan yaitu “pada awalnya” dengan “pada akhirnya”, “tertawa”
dengan

“menangis”

dan

“kecemburuan”

dengan

kekaguman”

yang

masing-masing

membandingkan dua hal tidak sama.

7. Gaya Bahasa 对偶 Duì’ǒu
Duì’ǒu adalah gaya bahasa yang memanfaatkan kelompok kata atau kalimat

yang

bentuknya sama atau mirip, jumlahnya sama, artinya sangat berkaitan erat dibariskan secara
seimbang kiri dan kanan untuk menyatakan maksud yang sama atau berlawanan (Huáng dan
Liào, 1991: 264).
Contoh : 7.风声、雨声、读书声、声声入耳;

(Fēngshēng, yǔshēng,dúshūshēng,shēngshēngrù'ěr)
Suara angin, suara hujan, suara baca buku, semua didengar jelas oleh telinga
家事、国事、天下事、事事关心。(jiāshì, guóshì, tiānxià shì, shì shì guānxīn.)
Masalah keluarga, masalah negara,
masalah di dunia, semua dicemaskan oleh hati.
Pada contoh (7) di atas kalimat bagian atas dan kalimat bagian bawah memiliki jumlah
karakter yang sama, yakni sebelas karakter per-baris. Bentuk kedua kalimat di atas juga sama,
yakni bagian atas merupakan kata benda “suara angin” dan bagian bawah “masalah keluarga”.

22
Universitas Sumatera Utara

Makna kalimat di atas adalah selaras yakni suara apapun yang disekitar kita selalu didengar dan
begitu juga
dengan masalah yang ada akan selalu dicemaskan.
2.1.3

Lirik Lagu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa lagu adalah ragam

suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan, sebagainya. Menurut Soeharto
(1992:86), lagu (musik) adalah seni pengungkapan gagasan melalui suara atau bunyi yang unsur
dasarnya berupa irama, melodi harmonisasi, dengan unsur pendukung berupa bentuk gagasan,
sifat dan warna bunyi. Namun dalam penyajian cenderung terpadu pada unsur bahasa, gerak, dan
berbagai yang dianggap mendukung. bentuk ekspresif emotif tersebut diwujudkan dalam bunyi
dan kata. Menurut Haryanta (2012:154) karya sastra (puisi) adalah curahan perasaan pribadi dan
susunan kata sebuah nyanyian atau serangkaian kata yang membentuk sebuah lagu. Sementara,
menurut Waluyo (2002:1), puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan,
dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kiasan atau
imajinatif.
Lirik lagu diciptakan oleh penyair atau penulis lirik bertujuan untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannya tentang suatu hal baik yang sudah dilihat, didengar maupun dialami.
Seperti halnya puisi, bahasa lirik lagu juga bersifat padat, singkat, berirama, dan memiliki katakata kiasan. Dengan persamaan. Antara puisi dan lirik lagu, dapat dipahami bahwa lirik lagu
dapat disebut juga sebagai puisi. Lirik lagu memiliki kesamaan dengan puisi tetapi hanya saja
dalam lirik lagu juga mempunyai kekhususan tersendiri karena penuangan ide lewat lirik lagu
diperkuat dengan musik yang disesuaikan dengan lirik lagu dan warna suara penyanyinya.

23
Universitas Sumatera Utara

Lirik lagu juga merupakan susunan/rangkaian kata yang bernada. Lirik lagu memang
tidak semudah menyusun karangan, namun dapat diperoleh dari berbagai inspirasi. Inspirasi itu
sendiri dapat diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Seumpama pengalaman
saat kita jatuh cinta, sedih, dan bahagia.

2.1.4

Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu

Menurut Huáng dan Liào (2009:240) diuraikan ada dua puluh satu macam gaya bahasa pada
bahasa Mandarin, sedangkan menurut Chén disebutkan bahwa ada tiga puluh delapan gaya
bahasa pada bahasa mandarin. Dapat dilihat, gaya bahasa pada bahasa Mandarin sangat banyak.
Namun, karena keterbatasan kemampuan penulis terhadap gaya bahasa pada bahasa Mandarin,
maka penulis hanya membahas beberapa gaya bahasa yang sering digunakan pada lirik lagu,
yaitu: Gaya bahasa perumpamaan (比喻 bǐyù), gaya

bahasa Personifikasi

(比拟 bǐnǐ),

gaya bahasa Hiperbola (夸张 Kuāzhāng) , gaya bahasa Erotesis atau Pertanyaan Retoris (反问
fǎnwèn), gaya bahasa Repetisi (反复 fǎnfù), gaya bahasa Antitesis (对比 duìbǐ), gaya bahasa (对
偶 Duì’ǒu).
2.1.5

Sekilas tentang Andy Lau
Andy Lau (Tak Wah) lahir pada 27 September 1961 di Hong Kong. Album pertama

Andy Lau yang berjudul “Love You Only Know at the Moment” mengawali karirnya di dunia
musiknya saat itu. Di mulai tahun 1985 sampai pada tahun 2016 ini tercatat jumlah Album Andy
Lau Sebanyak 143 Album dan mempunyai jumlah lirik lagu kurang lebih sebanyak 1906 lirik.
Dan terakhir kali Andy mengeluarkan album penyanyi nya pada tahun 2010 yang berjudul
“Unforgettable”.

24
Universitas Sumatera Utara

Sementara, jenis album biasanya menyediakan beberapa tambahan publisitas dan uang
untuk aktor karena, Lau mereka menjadi karir kedua. Meskipun butuh cukup lama, album
pertamanya (You Only Know at the Moment) keluar pada tahun 1985.
Andy Lau adalah salah satu aktor terbesar Asia yang telah tampil dalam lebih dari 160
film, mempunyai album sebanyak 140, dan berhasil meraih ratusan penghargaan sejak
pertengahan 80-an. Aktor dan Penyanyi ini selalu dianggap sebagai seorang selebritis paling
berpengaruh di Hong Kong. Selama 20 tahun berkarir di dunia akting dan bernyanyi, Andy Lau
sudah tampil dalam lebih dari 100 film layar lebar dan mempunyai album kurang lebih sebanyak
140 album, dan drama televisi. Tak hanya sekadar tampil, ia juga selalu menunjukkan performa
dan kualitas yang prima sebagai seorang aktor dan Penyanyi. Sepanjang karirnya, Andy Lau
sudah memenangkan 292 penghargaan di bidang akting maupun bernyanyi.
2.2

Landasan Teori
Landasan teori dalam sebuah karya seperti penelitian ini adalah suatu hal yang sangat

mendasar. Sebab melalui teori inilah akan melangkah ke arah pembahasan yang lebih jauh.
Antara teori yang digunakan dengan masalah yang akan dibahas harus memiliki hubungan yang
sangat erat. Dengan demikian, teori yang digunakan sebagai landasan mendukung sepenuhnya
pemecahan masalah yang dimaksudkan.

2.2.1

Teori Stilistika
Teori merupakan alat yang terpenting dalam penelitian. Tanpa teori hanya ada sebuah

pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan. Teori
adalah landasan dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan
pertama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan.

25
Universitas Sumatera Utara

Stilistika sudah mulai dikenal sejak ratusan tahun yang lalu, kata stilistika secara
etimologis berasal dari bahasa Inggris yang dikenal dengan istilah stylistic. Kata stylistic berasal
dari dua kata, yaitu kata style dan kata istic. Kata style berarti gaya sedangkan kata istic berarti
ilmu. Jadi kata Stylistic dalam bahasa Inggrisnya dapat diartikan sebagai Ilmu Gaya (Gaya
Bahasa).
Nurgiyantoro (1995:290) membuat simpulan bahwa unsur gaya bahasa terdiri dari unsur
leksikal, gramatikal, retorika, dan kohesi. Unsur retorika meliputi pemajasan, penyiasatan
struktur kalimat, dan pencitraan. Dengan demikian, style atau gaya bahasa terdiri dari unsur
leksikal, gramatikal, kohesi, dan retorika. Dalam penelitian ini, unsur gaya bahasa yang
digunakan adalah unsur retorika. Pembahasan unsur-unsur gaya bahasa yang menjadi objek
dalam penelitian ini adalah unsur retorika yang meliputi pemajasan.
Style atau gaya bahasa adalah cara bertutur secara tertentu untuk mendapatkan efek
estetik atau efek kepuitisan (Pradopo, 2000:265). Penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra
dengan berbagai macam penyiasatannya dapat menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetis
karya sastra, bahkan sering kali nilai seni suatu karya sastra ditentukan oleh gaya bahasanya
(Pradopo, 2000:263).
2.2.2

Hakikat Puisi
Dalam menganalisis gaya bahasa pada lirik lagu, peneliti terlebih dahulu harus

memahami makna keseluruhan lirik lagu tersebut. Lirik lagu memiliki ciri-ciri yang sama dengan
puisi. Sehingga lirik lagu dapat dianalisis seperti karya sastra sama seperti puisi. Richards dalam
Tarigan (2011:9), seorang kritikus sastra, mengungkapkan bahwa suatu puisi mengandung
makna keseluruhan yang merupakan perpaduan dari empat hal yaitu, (1) tema penyair atau sense
(inti pokok puisi), (2) perasaan atau feeling (sikap penyair terhadap objek), (3) nada atau tone

26
Universitas Sumatera Utara

(sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat), dan (4) amanat atau intention (maksud atau
tujuan penyair). Keempat hal tersebut merupakan hal yang diungkapkan oleh penyair dan saling
berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya.
1. Tema
Waluyo (2002:17) menyatakan bahwa tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang
dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit
banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi
tersebut. Karena itu, tema bersifat khusus (diacu dari penyair), objektif (semua pembaca harus
menafsirkan sama), dan lugas ( bukan makna kias yang diambil dari konotasinya).
2. Perasaan
Perasaan ini berhubungan dengan suasana hati yang dirasakan oleh penyair saat menulis puisi.
Kondisi perasaan penyair akan mempengaruhi karya puisi yang diciptakannya. Menurut
Waluyo (2002:40), perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira, sedih, terharu,
terasing, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal.
Dalam mengungkapkan tema yang sama, perasaan penyair yang satu dengan perasaan penyair
lainnya berbeda sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda.
3. Nada
Menurut Waluyo (2002:37), nada dalam puisi dapat mengungkapkan sikap penyair terhadap
pembaca. Nada dikaitkan dengan suasana. Jadi, nada berarti sikap penyair terhadap pokok
persoalan dan sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana berarti keadaan perasaan yang
ditimbulkan oleh pengungkapan nada dan lingkungan yang ditangkap oleh panca indra.
4. Amanat/Tujuan

27
Universitas Sumatera Utara

Waluyo (2002:40) menyatakan bahwa amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca
setelah membaca puisi. Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair
kepada pembaca melalui bahasa yang tersirat dalam puisinya. Penyair juga mempunyai tujuan
dengan sajak-sajak ciptannya baik itu untuk memenuhi kebutuhan pribadi sendiri atau yang
lainnya, bergantung kepada pandangan hidup sang penyair. Amanat/tujuan tidak dapat lepas
dari tema dan isi puisi yang dikemukakan.

2.2.3

Fungsi Gaya Bahasa
Penggunaan bahasa yang khas atau gaya bahasa oleh pengarang tentu memiliki fungsi

tertentu. Al-Ma’ruf (2009:15-16) mengungkapkan bahwa fungsi gaya bahasa ada empat, antara
lain:
1. Meninggikan selera, artinya dapat meningkatkan minat pembaca atau pendengar
untuk mengikuti apa yang disampaikan pengarang atau pembicara.
2. Mempengaruhi atau meyakinkan pembaca atau pendengar, artinya dapat membuat
pembaca semakin yakin dan mantap terhadap apa yang disampaikan pengarang atau
pembicara.
3. Menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, artinya dapat membawa pembaca hanyut
dalam suasana hati tertentu, seperti kesan baik atau buruk, perasaan senang atau tidak
senang, benci, dan sebagainya setelah menangkap apa yang dikemukakan pengarang.
4. Memperkuat efek terhadap gagasan, yakni dapat membuat pembaca terkesan oleh
gagasan yang disampaikan pengarang dalam karyanya.

28
Universitas Sumatera Utara

Menurut Ratna (2009:190), gaya bahasa dalam karya sastra berfungsi antara lain untuk
memperoleh makna secara maksimal, yakni lebih jelas dan lebih hidup, menimbulkan suasana
dan kesan tertentu di hati pembaca, dan untuk memperoleh efek estetis.
2.3 Tinjauan pustaka
Sejauh pengamatan penulis, analisis gaya bahasa pada lirik lagu Andy Lau belum pernah
ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Akan tetapi penelitian tentang gaya bahasa pada
lirik l agu sudah pernah dilakukan oleh Erviana (2011) dengan judul, “Analisis Gaya Bahasa
Pada Lirik Lagu Karya 周杰฀(Zhōu Jiélún)”, dalam penelitin yang dilakukan menganalisis
gaya bahasa yang terdapat pada Lirik Lagu 周杰฀(Zhōu Jiélún). Yang membahas gaya bahasa
dan makna dalam lirik tersebut. Penulis menjadikan penelitian tersebut sebagai referensi dalam
penggunaan metode kualitatif dengan delapan gaya bahasa mandarin serta penggunaan teori
stilistika sastra.
Penelitian selanjutnya yang membahas tentang gaya bahasa juga pernah dilakukan oleh
Intan Citra (2011) Judul “Analisis

Gaya Bahasa Iklan Produk Kecantikan dalam Bahasa

Mandarin”. penulis mengambil objek penelitian yang berkaitan dengan gaya bahasa iklan
produk kecantikan dalam Bahasa Mandarin. Dalam penelitiannya digunakan metode kualitatif
dengan menggunakan 8 gaya bahasa mandarin dan menggunakan teori semantik.
Penelitian tentang Gaya Bahasa yang dilakukan oleh Indah Sari (2012) judul “Gaya Bahasa
dan Fungsi Dalam Novel 红高粱 (Hong Gaoliang) Karya Mo Yan”.
menggunakan metode kualitatif dengan

Dalam penelitiannya

menggunakan 15 gaya bahasa mandarin dan

menggunakan teori stilistika sastra. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang sama
yaitu teori stilistika sastra maka dari itu tinjauan terdahulu skripsi ini sangat membantu penulis
untuk menulis penelitian ini.
29
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5