Analisis Semiotika Tentang Penggambaran B.J. Habibie Dalam Film “Rudy Habibie II”
BAB I
PENDAHULUAN
1. Konteks Masalah
Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie dikenal sebagai sosok jenius
yang ahli dalam memecahkan masalah yang ada pada pesawat terbang. Bahkan,
hal tersebut tertuang dalam sekuel film pertamanya, “Habibie & Ainun”. Hanya
saja memang, film pertamanya lebih bertemakan tentang cinta.
Dalam kedua film tersebut, Habibie kerap digambarkan sebagai sosok
yang pintar dan inspiratif. Penampilannya yang enerjik, menarik, dan terkesan
“lugu” dan “polos” juga merupakan daya tarik yang khas. Keunikan tersebut
terlihat dari cara bicaranya yang cepat seperti tipikal orang timur kebanyakan, dan
gayanya yang sedikit membungkuk serta kaku nan lucu. Namun, hampir di setiap
scene (adegan), Habibie selalu ditampilkan sebagai sosok yang pintar di atas ratarata temannya. Salah satu contohnya terlihat ketika Rudy, panggilan kecil
Habibie, menghabiskan masa kanak-kanak di kota Parepare. Ia kerap menjadi
pemimpin dalam berinovasi membuat balon udara di antara teman-temannya,
yang notabene masih ingusan dan memiliki tingkat intelektual yang jauh di bawah
Habibie.
Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo, yang menceritakan masa
kecil Habibie hingga masa remajanya, yang melanjutkan pendidikan tinggi di
RWTH (Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen), di negara Jerman.
Dalam film “Rudy Habibie II”, masyarakat Indonesia bisa melihat bahwa masih
ada sosok anak muda yang begitu semangat dalam mengejar cita-citanya untuk
mewujudkan impiannya sejak kecil. Hal ini juga tertuang dalam misinya untuk
membuat seminar nasional Industri Dirgantara saat ia menjabat sebagai ketua PPI
(Persatuan Pelajar Indonesia).
Dalam scene ketika Rudy menjalani masa remajanya, Rudy juga
mempunyai kemampuan berbahasa Jermam yang fasih. Hal-hal seperti inilah yang
mendorong peneliti untuk tertarik menelitinya. Sebab, pencitraan karakter Rudy
Habibie digambarkan memiliki kapasitas yang luar biasa dalam hal intelektualitas.
Film ini mampu menarik perhatian hingga 2 juta penonton yang sukses di
garap oleh MD Picture, yang pada film sebelunya meraih sekitar 4 juta
1
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2
penonton pada film Habibie & Ainun. CEO MD Picture Manoj Punjabi,
telah memberi kepercayaan penuh kepada Sutradara Hanung Bramantyo
dan juga kepada rekan aktor dan aktris yang sudah terjun langsung dalam
proses pembuatan film agar semakin maksimal (https://id.wikipedia.org).
Dalam film ini , ada banyak pesan atau nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya, seperti nilai-nilai kepemimpinan. Terlihat pada adegan Rudy sejak
kecil, ketika ayahnya meninggal dunia. Rudy langsung menggantikan posisi sang
ayah untuk menjadi imam shalat.
Selain itu, banyak terdapat pesan dan nilai seperti kisah cintanya yang
kandas di tengah jalan dengan seorang gadis Polandia, yang bernama Ilona
Lanovska (diperankan oleh Chelsea Islan). Ilona adalah satu-satunya orang yang
percaya terhadap apa yang “cita-citakan” oleh Rudy Habibie dibandingkan
teman-temannya. Dalam berperan yang menampilkan nuansa romantis, Rudy
terlihat sangat mengagumi Ilona yang saat itu berperan sebagai kekasih Rudy.
Pertemuan mereka diisi dengan membahas apa yang di cita-citakan oleh Rudy.
Ilona yang mengagumi Rudy juga selalu mendukung apapun yang Rudy lakukan,
hingga pada akhirnya Rudy jatuh sakit saat di Jerman karena kelelahan untuk
membentuk seminar nasional Industri Dirgantara Indonesia. Pada saat itu juga ibu
Rudy datang mengunjungi Rudy di Jerman. Tak hanya mengunjungi Rudy, Mami
(sebutan ibu Rudy) juga mendapatkan foto Ilona dan Rudy dari sebuah bunga
kiriman Ilona. Dengan bertanya kepada Ayu (diperankan oleh Indah Permatasari),
ibunda Rudy menanyakan tempat tinggal gadis berdarah Polandia tersebut untuk
menemuinya dan menanyakan keseriusan Ilona dengan Rudy.
Adegan di tengah jalan, hubungan Rudy dan Ilona di ambang
kebimbangan. Hal ini disebabkan karena, jika ingin bersama Rudy, Ilona harus
masuk Islam dan pindah negara sesuai keinginan ibunda Rudy. Saat itu pula,
Rudy ditimpa masalah bahwasanya dirinya harus memilih Jerman atau Indonesia,
hal ini dikarenakan Rudy dianggap ancaman bagi negara Jerman. Oleh karena itu
karya-karya Rudy ditarik oleh Jerman. Bagi Rudy, ini bukanlah sebuah keadilan,
namun Prof.Ebner menjelaskan, “kamu adalah orang Indonesia dan Indonesia
bukanlah bagian dari NATO”.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3
Namun sebuah penelitian menghendaki fokus atas suatu objek. Maka,
dalam hal penelitian ini peneliti hanya meneliti terkait penggambaran
intelektualitas Habibie dalam film tersebut sebagai batasan masalahnya.
Film merupakan suatu bentuk komunikasi massa yang dikelola menjadi
suatu komoditi, di dalamnya ada produser, pemain dan seperangkat kesenian lain
yang mendukung, seperti seni musik, seni rupa, seni teater, seni suara dan lainnya.
Semua unsur tersebut terkumpul menjadi komunikator dan bertindak sebagai agen
transformasi budaya.
Sedangkan, pesan-pesan komunikasi terwujud dalam cerita dan misi yang
dibawa film tersebut terangkum dalam bentuk jenis-jenis film yang ada. Sehingga,
seorang sutradara mampu mengemasnya sesuai dengan tendensi masing-masing
dari film tersebut. Seperti fungsi hiburan, fungsi informatif, fungsi edukasi
maupun fungsi persuasif pada penontonnya.
Film jenis ini bersifat auditif visual serta motion pictures (gambar
bergerak), yang disajikan dalam bentuk gambar yang dapat dilihat serta suara
yang dapat didengar dan dinikmati khalayak. Film ini lazimnya dipertunjukkan di
gedung pertunjukan atau gedung bioskop (cinema) dan didistribusikan sebagai
barang dagangan yang diperuntukkan semua publik dimanapun mereka berada.
Maka, tak salah bila para produser saling berlomba-lomba untuk menciptakan
kualitas yang terbaik dan mengangkat kisah nyata yang sangat inpiratif.
Definisi film menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya
yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,
piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses
lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan
dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. Demikian pula
fenomena manusia yang disebut persistensi visi (Foto yang bergerak cepat
menciptakan ilusi gerakan) https://www.kpi.go.id .
Seperti halnya televisi, tujuan khalayak menonton film terutama adalah
ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung
fungsi informatif maupun edukatif bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan
dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai
media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4
untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and characther
building (Efendy, 2014: 212).
Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi filmfilm sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat
dari kehidupan sehari-hari secara berimbang. Film merupakan salah satu
alat komunikasi yang mudah disampaikan, mudah diterima dan mudah
dicerna oleh manusia. Dalam fungsi film mengandung tiga unsur
(http://digilib.mercubuana.ac.id) yaitu:
a. Fungsi Hiburan
Dalam mensejahterakan rohani manusia karena membutuhkan
kepuasan batin untuk melihat secara visual serta pembinaan.
b. Fungsi Penerangan
Dalam film segala informasi dapat disampaikan secara audio-visual
sehingga dapat mudah dimengerti.
c. Fungsi Pendidikan
Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik,
tauladan di dalam masyarakat dan mempertontonkan perbuatanperbuatan yang baik.
Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati
oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial.
Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas
membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi
khalayaknya. Gambaran-gambaran kehidupan manusia penuh dengan simbol yang
mempunyai makna dan arti yang berbeda, dan lewat simbol tersebut film
memberikan makna yang lain lewat bahasa visualnya. Film juga merupakan
sarana ekspresi indrawi yang khas dan efisien, aksi dan karakteristik yang
dikomunikasikan dengan kemahiran, mengekspresikan image yang ditampilkan
dalam film yang kemudian menghasilkan makna tertentu yang sesuai konteksnya.
Dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, sutradara menggunakan
imajinasinya untuk mempresentasikan suatu pesan melalui film dengan mengikuti
unsur-unsur yang menyangkut eksposisi (penyajian secara langsung atau tidak
langsung). Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata atau sungguhsungguh terjadi dalam masyarakat. Banyak muatan-muatan pesan ideologis di
dalamnya, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir para
penontonnya. Sebagai gambar yang bergerak, film adalah reproduksi dari
kenyataan seperti apa adanya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5
Tidak mengherankan bahwa film merupakan bidang kajian penerapan
semiotika, film dibangun dengan tanda-tanda tersebut termasuk berbagai sistem
tanda yang bekerjasama dalam rangka mencapai efek yang diharapkan. Analisis
semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi
di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita), karena sistem tanda sifatnya sangat
kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna
tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna
tanda tersebut berada (Danesi, 2010: 7). Film menjadi media yang menarik untuk
dijadikan bahan kajian yang mempelajari berbagai hal didalamnya. Kajian
terhadap film dilakukan karena film memberikan kepuasan dan arti tentang
budaya maupun lingkungannya. Terdapat hubungan antara image film dengan
penikmat film. Langkah yang dapat dilakukan dalam mengkaji film adalah dengan
menganalisis bahasa film sehingga dapat menghasilkan makna.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan
di kehidupan ini, di tengah-tengah manusia dan bersama dengan manusia.
Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (thing).
Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa obyek-obyek
tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana obyek-obyek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem berstruktur dari tanda (Barthes
dalam Sobur, 2004: 15). Istilah semiotika secara etimologis berasal dari kata
Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai
sesuatu yang atas dasar konvesi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat
mewakili sesuatu yang lain. Dan secara terminologis, semiotika dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek,
peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Wibowo, 2011: 5).
Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami
dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut ”tanda”
dengan demikian semiotika mempelajari hakekat tentang keberadaan tanda, baik
itu dikonstruksikan oleh simbol dan kata-kata yang digunakan dalam konteks
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
6
sosial. Semiotika dipakai sebagai pendekatan untuk menganalisis sesuatu baik itu
berupa teks gambar ataupun simbol di dalam media cetak ataupun elektronik.
Dengan asumsi media itu sendiri dikomunikasikan dengan simbol dan kata.
Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti tertarik untuk menganalisis film
”Rudy Habibie” yang telah dikonstruksi menjadi sebuah film, dalam berupaya
menganalisis penggambaran Habibie dalam film “Rudy Habibie”.
2. Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan
fokus
masalah
dalam
penelitian
ini
adalah
“Bagaimana
penggambaran intelektualitas Bacharuddin Jusuf Habibie dalam Film “Rudy
Habibie?”.
3. Pembatasan Masalah
Peneliti merasa perlu untuk melakukan pembatasan masalah sehingga
menjadi lebih fokus, jelas, dan sistematis untuk menghindari ruang lingkup
penelitian yang terlalu luas. Yang menjadi batasan penelitian ini adalah hanya
pada scene yang menggambarkan sisi intelektualitas Habibie dalam Film “Rudy
Habibie II”.
4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui makna penggambaran intelektualitas Bacharuddin Jusuf
Habibie.
2. Mengkaji makna denotasi, konotasi, dan mitos
pada film “Rudy
Habibie”.
5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Akademis, dapat melengkapi dan memperkaya khazanah
penelitian khususnya mengenai analisis semiotika film.
2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi dan referensi bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP USU mengenai penelitian semiotika film.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
7
3. Secara Praktis, dapat menjadi bahan masukan bagi pihak yang
membutuhkan agar ketika menonton sebuah film tidak hanya sekedar
menikmati cerita yang disuguhkan, tetapi dapat memahami maknamakna yang terkandung dalam film tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1. Konteks Masalah
Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie dikenal sebagai sosok jenius
yang ahli dalam memecahkan masalah yang ada pada pesawat terbang. Bahkan,
hal tersebut tertuang dalam sekuel film pertamanya, “Habibie & Ainun”. Hanya
saja memang, film pertamanya lebih bertemakan tentang cinta.
Dalam kedua film tersebut, Habibie kerap digambarkan sebagai sosok
yang pintar dan inspiratif. Penampilannya yang enerjik, menarik, dan terkesan
“lugu” dan “polos” juga merupakan daya tarik yang khas. Keunikan tersebut
terlihat dari cara bicaranya yang cepat seperti tipikal orang timur kebanyakan, dan
gayanya yang sedikit membungkuk serta kaku nan lucu. Namun, hampir di setiap
scene (adegan), Habibie selalu ditampilkan sebagai sosok yang pintar di atas ratarata temannya. Salah satu contohnya terlihat ketika Rudy, panggilan kecil
Habibie, menghabiskan masa kanak-kanak di kota Parepare. Ia kerap menjadi
pemimpin dalam berinovasi membuat balon udara di antara teman-temannya,
yang notabene masih ingusan dan memiliki tingkat intelektual yang jauh di bawah
Habibie.
Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo, yang menceritakan masa
kecil Habibie hingga masa remajanya, yang melanjutkan pendidikan tinggi di
RWTH (Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen), di negara Jerman.
Dalam film “Rudy Habibie II”, masyarakat Indonesia bisa melihat bahwa masih
ada sosok anak muda yang begitu semangat dalam mengejar cita-citanya untuk
mewujudkan impiannya sejak kecil. Hal ini juga tertuang dalam misinya untuk
membuat seminar nasional Industri Dirgantara saat ia menjabat sebagai ketua PPI
(Persatuan Pelajar Indonesia).
Dalam scene ketika Rudy menjalani masa remajanya, Rudy juga
mempunyai kemampuan berbahasa Jermam yang fasih. Hal-hal seperti inilah yang
mendorong peneliti untuk tertarik menelitinya. Sebab, pencitraan karakter Rudy
Habibie digambarkan memiliki kapasitas yang luar biasa dalam hal intelektualitas.
Film ini mampu menarik perhatian hingga 2 juta penonton yang sukses di
garap oleh MD Picture, yang pada film sebelunya meraih sekitar 4 juta
1
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2
penonton pada film Habibie & Ainun. CEO MD Picture Manoj Punjabi,
telah memberi kepercayaan penuh kepada Sutradara Hanung Bramantyo
dan juga kepada rekan aktor dan aktris yang sudah terjun langsung dalam
proses pembuatan film agar semakin maksimal (https://id.wikipedia.org).
Dalam film ini , ada banyak pesan atau nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya, seperti nilai-nilai kepemimpinan. Terlihat pada adegan Rudy sejak
kecil, ketika ayahnya meninggal dunia. Rudy langsung menggantikan posisi sang
ayah untuk menjadi imam shalat.
Selain itu, banyak terdapat pesan dan nilai seperti kisah cintanya yang
kandas di tengah jalan dengan seorang gadis Polandia, yang bernama Ilona
Lanovska (diperankan oleh Chelsea Islan). Ilona adalah satu-satunya orang yang
percaya terhadap apa yang “cita-citakan” oleh Rudy Habibie dibandingkan
teman-temannya. Dalam berperan yang menampilkan nuansa romantis, Rudy
terlihat sangat mengagumi Ilona yang saat itu berperan sebagai kekasih Rudy.
Pertemuan mereka diisi dengan membahas apa yang di cita-citakan oleh Rudy.
Ilona yang mengagumi Rudy juga selalu mendukung apapun yang Rudy lakukan,
hingga pada akhirnya Rudy jatuh sakit saat di Jerman karena kelelahan untuk
membentuk seminar nasional Industri Dirgantara Indonesia. Pada saat itu juga ibu
Rudy datang mengunjungi Rudy di Jerman. Tak hanya mengunjungi Rudy, Mami
(sebutan ibu Rudy) juga mendapatkan foto Ilona dan Rudy dari sebuah bunga
kiriman Ilona. Dengan bertanya kepada Ayu (diperankan oleh Indah Permatasari),
ibunda Rudy menanyakan tempat tinggal gadis berdarah Polandia tersebut untuk
menemuinya dan menanyakan keseriusan Ilona dengan Rudy.
Adegan di tengah jalan, hubungan Rudy dan Ilona di ambang
kebimbangan. Hal ini disebabkan karena, jika ingin bersama Rudy, Ilona harus
masuk Islam dan pindah negara sesuai keinginan ibunda Rudy. Saat itu pula,
Rudy ditimpa masalah bahwasanya dirinya harus memilih Jerman atau Indonesia,
hal ini dikarenakan Rudy dianggap ancaman bagi negara Jerman. Oleh karena itu
karya-karya Rudy ditarik oleh Jerman. Bagi Rudy, ini bukanlah sebuah keadilan,
namun Prof.Ebner menjelaskan, “kamu adalah orang Indonesia dan Indonesia
bukanlah bagian dari NATO”.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3
Namun sebuah penelitian menghendaki fokus atas suatu objek. Maka,
dalam hal penelitian ini peneliti hanya meneliti terkait penggambaran
intelektualitas Habibie dalam film tersebut sebagai batasan masalahnya.
Film merupakan suatu bentuk komunikasi massa yang dikelola menjadi
suatu komoditi, di dalamnya ada produser, pemain dan seperangkat kesenian lain
yang mendukung, seperti seni musik, seni rupa, seni teater, seni suara dan lainnya.
Semua unsur tersebut terkumpul menjadi komunikator dan bertindak sebagai agen
transformasi budaya.
Sedangkan, pesan-pesan komunikasi terwujud dalam cerita dan misi yang
dibawa film tersebut terangkum dalam bentuk jenis-jenis film yang ada. Sehingga,
seorang sutradara mampu mengemasnya sesuai dengan tendensi masing-masing
dari film tersebut. Seperti fungsi hiburan, fungsi informatif, fungsi edukasi
maupun fungsi persuasif pada penontonnya.
Film jenis ini bersifat auditif visual serta motion pictures (gambar
bergerak), yang disajikan dalam bentuk gambar yang dapat dilihat serta suara
yang dapat didengar dan dinikmati khalayak. Film ini lazimnya dipertunjukkan di
gedung pertunjukan atau gedung bioskop (cinema) dan didistribusikan sebagai
barang dagangan yang diperuntukkan semua publik dimanapun mereka berada.
Maka, tak salah bila para produser saling berlomba-lomba untuk menciptakan
kualitas yang terbaik dan mengangkat kisah nyata yang sangat inpiratif.
Definisi film menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya
yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,
piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses
lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan
dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. Demikian pula
fenomena manusia yang disebut persistensi visi (Foto yang bergerak cepat
menciptakan ilusi gerakan) https://www.kpi.go.id .
Seperti halnya televisi, tujuan khalayak menonton film terutama adalah
ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung
fungsi informatif maupun edukatif bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan
dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai
media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4
untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and characther
building (Efendy, 2014: 212).
Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi filmfilm sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat
dari kehidupan sehari-hari secara berimbang. Film merupakan salah satu
alat komunikasi yang mudah disampaikan, mudah diterima dan mudah
dicerna oleh manusia. Dalam fungsi film mengandung tiga unsur
(http://digilib.mercubuana.ac.id) yaitu:
a. Fungsi Hiburan
Dalam mensejahterakan rohani manusia karena membutuhkan
kepuasan batin untuk melihat secara visual serta pembinaan.
b. Fungsi Penerangan
Dalam film segala informasi dapat disampaikan secara audio-visual
sehingga dapat mudah dimengerti.
c. Fungsi Pendidikan
Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik,
tauladan di dalam masyarakat dan mempertontonkan perbuatanperbuatan yang baik.
Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati
oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial.
Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas
membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi
khalayaknya. Gambaran-gambaran kehidupan manusia penuh dengan simbol yang
mempunyai makna dan arti yang berbeda, dan lewat simbol tersebut film
memberikan makna yang lain lewat bahasa visualnya. Film juga merupakan
sarana ekspresi indrawi yang khas dan efisien, aksi dan karakteristik yang
dikomunikasikan dengan kemahiran, mengekspresikan image yang ditampilkan
dalam film yang kemudian menghasilkan makna tertentu yang sesuai konteksnya.
Dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, sutradara menggunakan
imajinasinya untuk mempresentasikan suatu pesan melalui film dengan mengikuti
unsur-unsur yang menyangkut eksposisi (penyajian secara langsung atau tidak
langsung). Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata atau sungguhsungguh terjadi dalam masyarakat. Banyak muatan-muatan pesan ideologis di
dalamnya, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir para
penontonnya. Sebagai gambar yang bergerak, film adalah reproduksi dari
kenyataan seperti apa adanya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5
Tidak mengherankan bahwa film merupakan bidang kajian penerapan
semiotika, film dibangun dengan tanda-tanda tersebut termasuk berbagai sistem
tanda yang bekerjasama dalam rangka mencapai efek yang diharapkan. Analisis
semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi
di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita), karena sistem tanda sifatnya sangat
kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna
tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna
tanda tersebut berada (Danesi, 2010: 7). Film menjadi media yang menarik untuk
dijadikan bahan kajian yang mempelajari berbagai hal didalamnya. Kajian
terhadap film dilakukan karena film memberikan kepuasan dan arti tentang
budaya maupun lingkungannya. Terdapat hubungan antara image film dengan
penikmat film. Langkah yang dapat dilakukan dalam mengkaji film adalah dengan
menganalisis bahasa film sehingga dapat menghasilkan makna.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan
di kehidupan ini, di tengah-tengah manusia dan bersama dengan manusia.
Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (thing).
Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa obyek-obyek
tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana obyek-obyek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem berstruktur dari tanda (Barthes
dalam Sobur, 2004: 15). Istilah semiotika secara etimologis berasal dari kata
Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai
sesuatu yang atas dasar konvesi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat
mewakili sesuatu yang lain. Dan secara terminologis, semiotika dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek,
peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Wibowo, 2011: 5).
Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami
dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut ”tanda”
dengan demikian semiotika mempelajari hakekat tentang keberadaan tanda, baik
itu dikonstruksikan oleh simbol dan kata-kata yang digunakan dalam konteks
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
6
sosial. Semiotika dipakai sebagai pendekatan untuk menganalisis sesuatu baik itu
berupa teks gambar ataupun simbol di dalam media cetak ataupun elektronik.
Dengan asumsi media itu sendiri dikomunikasikan dengan simbol dan kata.
Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti tertarik untuk menganalisis film
”Rudy Habibie” yang telah dikonstruksi menjadi sebuah film, dalam berupaya
menganalisis penggambaran Habibie dalam film “Rudy Habibie”.
2. Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan
fokus
masalah
dalam
penelitian
ini
adalah
“Bagaimana
penggambaran intelektualitas Bacharuddin Jusuf Habibie dalam Film “Rudy
Habibie?”.
3. Pembatasan Masalah
Peneliti merasa perlu untuk melakukan pembatasan masalah sehingga
menjadi lebih fokus, jelas, dan sistematis untuk menghindari ruang lingkup
penelitian yang terlalu luas. Yang menjadi batasan penelitian ini adalah hanya
pada scene yang menggambarkan sisi intelektualitas Habibie dalam Film “Rudy
Habibie II”.
4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui makna penggambaran intelektualitas Bacharuddin Jusuf
Habibie.
2. Mengkaji makna denotasi, konotasi, dan mitos
pada film “Rudy
Habibie”.
5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Akademis, dapat melengkapi dan memperkaya khazanah
penelitian khususnya mengenai analisis semiotika film.
2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi dan referensi bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP USU mengenai penelitian semiotika film.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
7
3. Secara Praktis, dapat menjadi bahan masukan bagi pihak yang
membutuhkan agar ketika menonton sebuah film tidak hanya sekedar
menikmati cerita yang disuguhkan, tetapi dapat memahami maknamakna yang terkandung dalam film tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara