BOOKLET TOR SABANG SATO UMI 2

Badan Pengkajian dan Penerapan
Tekinologi

Himpunan Perekayasa
Indonesia

Kementerian Koordinator
Maritim dan Sumberdaya

Kementerian Kelautan dan
Perikanan

Kementerian Riset Teknologi
dan Pendidikan Tinggi

Kementerian Pariwisata

Environmental Management
of Enclosed Coastal Seas
Japan


JSPS-Ccore
RENSEA

North Pacific Marine Science Ministry of Agriculture, Forestry
and Fisheries-Japan
Organization

Ikatan Sarjana
Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam Oseanologi Indonesia

Himpunan Peneliti
Indonesia-BPPT

NATIONAL SEMINAR ON SCIENCE TECHNOLOGY FOR SABANG
MARINE TOURISM DEVELOPMENT AND THE 4TH
INTERNATIONAL WORKSHOP ON SATO UMI
IPTEK Pengembangan Wisata Bahari Sabang, Budidaya Perikanan, Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan dan Kawasan Pesisir Berkelanjutan Berbasis Sato Umi


Lembaga Pelaksana
Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi (BPPT)
dan
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
didukung
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Kementerian Pariwisata
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Pemerintah Provinsi Aceh
Badan Pengelola Kawasan Sabang (BPKS)
Environmental Management of Enclosed Coastal Seas (EMECS), Japan
North Pacific Marine Science Organization (PICES)
Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries (MAFF), Japan
Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI)
Himpunan Perekayasa Indonesia (HIMPERINDO)
Himpunan Peneliti Indonesia (HIMPENINDO)-BPPT


Jakarta, 5-6 Oktober 2017

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

KATA PENGANTAR

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang
pantai Indonesia mencapai 95.181 km (World Resources
Institute, 1998) dengan luas wilayah laut 5,4 juta km2 yang
mendominasi total luas teritorial Indonesia yang mencapai 7,1
juta km2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai
negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar
termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar didunia yang
sangat bermanfaat untuk pengembangan pariwisata bahari dan sumberdaya perikanan.
Wisata bahari merupakan salah satu program unggulan pemerintah dan menjadi salah satu
program prioritas dalam pembangunan kepariwisataan nasional. Indonesia memiliki banyak
potensi pariwisata bahari yang sangat indah. Laut Indonesia menyediakan keragaman hayati
dan keindahan pantai yang dapat menjadi tujuan utama wisata bahari. Sektor pariwisata
bahari Indonesia yang belum dimanfaatkan dengan baik, harus terus didorong agar dapat

meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal maupun luar negeri.
Disisi lain, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar,
diantaranya untuk pengembangan perikanan budidaya laut dan budidaya tambak di wilayah
pesisir. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya kelautan dan perikanan
dan menjadikan sektor perikanan sebagai prime mover pembangunan ekonomi nasional,
diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam pembangunan kelautan dan perikanan
yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi serta iklim sosial yang kondusif.
Sato Umi merupakan konsep pengelolaan sumberdaya perikanan dan lautan secara
berkelanjutan dimana intervensi manusia dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di
wilayah pesisir dan laut dapat meningkatkan produktivitas dan keragaman jenis sumberdaya
perikanan. Konsep ini sangat bermanfaat diterapkan di Indonesia untuk menjaga
keseimbangan sumberdaya perikanan dan kondisi lingkungan kawasan pesisir sebagai
sumber pangan dan pendapatan masyarakat dengan menjaga stabilitas ekosistemnya agar
tidak terjadi kerusakan dimasa mendatang.
Melalui seminar dan workshop yang diselengarakan dalam rangka Jambore Iptek Sail
Sabang ini diharapkan pemerintah mendapatkan masukkan dalam mengembangkan program
wisata bahari dan pengembangan sumberdaya perikanan di kawasan pesisir secara optimal,
harmonis, produktif dan berkelanjutan untuk menjamin penyediaan pangan berbasis
perikanan, pengembangan minawisata dan ekowisata untuk kejayaan bangsa dan Negara.
SELAMAT BERSEMINAR DAN WORKSHOP.

Jakarta, 5 Oktober 2017
Kepala BPPT,
Dr.Ir. Unggul Priyanto, M.Sc

1

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

1

Daftar Isi

2

I.

Latar Belakang


3

II.

Tujuan dan Sasaran

5

III. Waktu dan Tempat

5

IV. Agenda

6

Abstrak

10


V.

2

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

I. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang sangat besar. Namun kontribusi wisata
bahari hanya sekitar 10 persen dari total penerimaan devisa di sektor pariwisata yang
jumlahnya US$ 12,6 miliar atau sekitar Rp 167 triliun pada tahun 2016. Tahun 2017,
Kementerian Pariwisata memproyeksikan penerimaan dari wisata bahari sebesar US$ 4
miliar atau sekitar Rp 53 triliun. Negara Malaysia yang panjang pantainya lebih kecil dari
Indonesia mampu meraup hingga 40 persen devisa pariwisatanya dari wisata bahari dengan
kontribusi yang mencapai US$ 8 miliar atau 8 kali lipat Indonesia. Untuk itu perlu
dilakukan berbagai upaya percepatannya guna menjadikan sektor wisata bahari sebagai
sektor unggulan dalam meraup devisa negara. Sail Sabang yang dicanangkan pemerintah
untuk meningkatkan famor wisata bahari di Sabang dan seluruh kawasan wisata bahari di
Indonesia, menjadi momentum yang tepat untuk menggalang kekuatan dan seluruh potensi
wisata bahari Indonesia dalam anjang perhelatan kegiatan promosi wisata bahari nasional

dan international. Salah satu kegiatan untuk mendukung promosi wisata bahari Indonesia
melalui kegiatan Sail Sabang adalah penyelenggaran kegiatan seminar nasional dan
internasional tentang wisata bahari beserta bidang pendukungnya. Kegiatan ini cukup
strategis untuk menggalang berbagai dukungan baik ditingkat nasional mapun internasional
tentang program-program pengembangan wisata bahari Indonesia sekaligus
memperkenalkan seluruh potensi dan destinasi wisata bahari Indonesia.
Sementara itu, Indonesia sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai
yang mencapai 95.181 km, luas laut 5,4 juta km2 sangat potensial dikembangkan untuk
kegiatan budidaya perikanan selain perikanan tangkap. Areal budidaya laut yang mencapai
12 juta hektar, baru dimanfaatkan sebanyak 325 ribu ha atau sekitar 2,69% dari total potensi
yang ada. Areal budidaya tambak air payau 2.963.717 hektare, baru dimanfaatkan 657.346
ha atau 22,2%. Potensi tersebut perlu terus dikembangkan pemanfaatannya secara optimal
dan berkelanjutan dengan menerapkan Konsep SATO-UMI yang telah diterapkan
diberbagai negara.SATO-UMI merupakan konsep pengelolaan sumberdaya perikanan
secara berkelanjutan dimana intervensi manusia dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
di wilayah pesisir dan laut dapat meningkatkan produktivitas dan keragaman jenis
sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Pengembangan model budidaya perikanan
terintegrasi berbasis SATO-UMI seperti Integrated Multi Tropic Aquaculture (IMTA)
dengan menggunakan multi spesies komoditas perikanan dan sistem bio-resirkulasi pada
model sistem tertutup (CSIMTA-Closed System Integrated Multi Tropic Aquaculture) dan

model sistem terbuka (OSIMTA- Open System Integrated Multi Tropic Aquaculture) yang
sedang dikaji dan dikembangkan BPPT, diharapkan pengembangan kegiatan budidaya
perikanan di wilayah pesisir dapat lebih produktif dan berkelanjutan. Dengan sistem
bioresirkulasi, limbah anorganik dan organik dari sisa pakan, kotoran ikan dan sumber
polutan lainnya dapat dikurangi dan diminimalkan, sehingga kondisi eskosistem perairannya
lebih stabil, bebas polusi dan lebih produktif.Dalam skala yang lebih luas, konsep dasar
SATO-UMI dapat diterapkan untuk menjaga keseimbangan sumberdaya alam sebagai
sumber pangan dan pendapatan masyarakat pesisir dengan menjaga stabilitas ekosistemnya.
Dengan menerapkan konsep SATO-UMI diharapkan sumberdaya perikanan dan
lingkungannya khusus di wilayah pesisir dapat berjalan secara berkelanjutan, lebih
produktif dan kaya akan keanekaragaman sumberdayahayati secara seimbang dan harmonis

3

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

sesuai dengan program pengembangan wisata bahari dan pembangunan sektor perikanan
dan kelautan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk medukung program Sail Sabang dan pengembangan wisata bahari Indonesia yang
diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Jambore IPTEK dari Kementerian

Koordinator Bidang Kemaritiman bekerjasama dengan BPPT, secara paralel akan
diselenggarakan National Seminar on Science Technology for Sabang Marine Tourism
Development and The 4th International Workshop on Sato Umi yang rencananya akan
diselenggarakan pada tanggal 5-6 Oktober 2017 di Gedung BPPT II Lt. 3 JL. MH. Thamrin
Jakarta.
Hasil seminar dan workshop ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada
Pemerintah dan menginspirasi serta memberikan semangat baru kepada para stakeholders
dalam mengembangkan program wisata bahari baik di Sabang maupun kawasan wisata
bahari lainnya di Indonesia. Kedepan, pemerintah bersama-sama dengan masyarakat harus
dapat mengelola dan memanfaatkan seluruh potensi wisata bahari dan sumberdaya
perikanan, pesisir dan kelautan yang kita miliki secara optimal, harmonis, produktif dan
berkelanjutan untuk menjamin kesinambungan wisata bahari, pengembangan minawisata
dan ekowisata, penyediaan pangan berbasis perikanan untuk kejayaan bangsa dan Negara.
Dalam 5 tahun ke depan, Indonesia sedang mengembangkan Techno Park dengan beberapa
kegiatan pembangunan di beberapa wilayah pesisir dimana didalamnya terdapat kegiatan
pengembangan budidaya perikanan, ekowisata termasuk wisata bahari dan kegiatan
perikanan lainnya. Pengembangan Techno Park diarahkan untuk menjadi Pusat
Pertumbuhan Ekonomi Baru di Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
bangsa dan negara. Diharapkan, konsep Sato Umi yang memiliki semangat yang sama
dengan Techno Park dapat diterapkan untuk mendukung pelaksanaan program Techno Park

di Indonesia yang juga dapat dimanfaatkan sebagai area wisata bahari.
Seminar dan Workshop dihadiri para ahli, pembicara dan pejabat dari Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas, Kementerian Pariwisata, Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi
(BPPT), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pemerintah Provinsi Aceh, Badan Pengelola Kawasan
Sabang (BPKS), Perguruan Tinggi, mahasiswa, swasta, industri perikanan dan masyarakat,
para ahli Sato Umi dari Kyushu University dan International EMECS Center of Japan,
PICES (The North Pacific Marine Science Organization), MAFF (Ministry of Agriculture,
Forestry and Fisheries) of Japan, FRA (Fisheries Research Agency) Jepang, Ikatan Sarjana
Oseanologi Indonesia (ISOI), Himpunan Perekayasa Indonesia (HIMPERINDO),
Himpunan Peneliti Indonesia (HIMPENINDO).

4

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

II. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dari seminar dan workshop ini adalah untuk mensosialisasikan Program Sail Sabang
dan Pengembangan Wisata Bahari Indonesia, serta mendiseminasikan konsep Sato Umi
untuk mendukung Program Pengembangan Budidaya Perikanan dan pengelolaan
sumberdaya perikanan dan kelautan di kawasan pesisir secara berkelanjutan di Indonesia.
Hasil kegiatan ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada Pemerintah, pengusaha,
masyarakat dan stakeholder lainnya dalam memanfaatkan seluruh potensi sumberdaya
wisata bahari baik di Sabang maupun daerah lainnya di Indonesia secara optimal. Penerapan
konsep Sato Umi diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan tambak marjinal
dan idle serta sumberdaya perikanan dan kelautan di Wilayah Pesisir dan Kawasan Techno
Park Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan ekonomi
lokal, regional dan nasional
III. WAKTU DAN TEMPAT
Seminar dan Workshop ini akan dilaksanakan selama 2 hari yang terdiri dari :
1. Seminar dan Workshop pada hari Kamis tanggal 5 Oktober 2017 di Auditorium dan
Komisi Utama BPPT. Gd. II BPPT Lantai 3, JL. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340.
2. Field trip (Kunjungan Lapangan) pada hari Jum’at tanggal 6 Oktober 2017 ke Kawasan
Pertambakan dan Mangrove Pantai Utara
Karawang, Jawa Barat, BLU-PPB
Kementerian Kelautan dan Perikanan serta BPAPL-Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Jawa Barat di Pantai Utara Karawang

Denah Lantai 1

5

R. Komisi Utama

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

R.Auditorium

Denah Lantai 3
IV. AGENDA
Hari Pertama : Kamis, 5 Oktober 2017-Seminar dan Workshop di Auditorium dan
Komisi Utama BPPT
Gd. II BPPT, Lt. 3. JL.M.H.Thamrin No. 8 Jakarta 10340
08.30-09.00
09.00-09.10
09.10-09.20

09.20-09.30
09.30-09.45
09.45-10.00

10.00-10.10
10.10-10.20
10.20-10.30

Registrasi
Pembukaan, Lagu Indonesia Raya, Do’a dan Tari Saman
Laporan Panitia
Prof. Ir. Wimpie Agoeng Nugroho, A, MSCE., Ph.D
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam
(TPSA)
Sambutan Kepala BPPT
Dr. Ir. Unggul Priyanto, M.Sc
Sambutan Penasehat Kehormatan Menteri Pariwisata
Prof. Dr. Ir. Indroyono Soesilo, M.Sc
Keynote Speech of Sato Umi Development for Sustainable Aquaculture,
Ecotourism and Coastal Management
Prof. Dr. Tetsuo Yanagi
International EMECS Center, Japan
Professor Emeritus of Kyushu University, Japan
Sambutan SesMenteri PPN/ Sekretaris Utama Bappenas
Dr. Ir. Gellwyn Daniel Hamzah Jusuf, M.Sc.
Sambutan Gumbernur Provinsi Aceh
Dr. H. Irwandi Yusuf, M.Sc
Sambutan Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim.

6

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Kementerian Koordinator Bidang
Dr. Ir. Safri Burhanuddin, M.Sc
10.30-10.40 Sambutan Menteri Ristekdikti dan Pembukaan
Prof. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak
10.40-11.00 Penanda Tanganan MoU,Photo Session, Press Conference dan Rehat
SESI-1 (Paralel)
Kebijakan Nasional untuk Pengembangan Wisata Bahari Sabang, Budidaya Perikanan
dan Pengelolaan Kawasan Pesisir Berkelanjutan Berbasis Sato Umi
Ruang Auditorium
Kebijakan Nasional Pengembangan
Budidaya Perikanan dan Pengelolaan
Kawasan Pesisir Berkelanjutan
Berbasis Sato Umi
Moderator :
Prof. Dr. Ir. Suhendar I Sachoemar, M.Si
Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan
dan Pelatihan-BPPT

Ruang Komisi Utama
Pengembangan Wisata Bahari
Sabang
Moderator :
Dr. Ir. Wahyu Pandoe. M.Sc
Deputi Kepala BPPT Bidang
Teknologi Industri, Rancang
Bangun dan Rekayasa (TIRBR)

11.00-11.15

Pengembangan Tekno Park Perikanan
Dr. Ir. Gatot Dwianto, M.Eng
Deputi Kepala BPPT Bidang Kebijakan
Teknologi (PKT)-BPPT

Program Sail Sabang
Dr. Ir. Safri Burhanuddin, M.Sc
Deputi Bidang Koordinasi SDM,
IPTEK dan Budaya Maritim.
Kemenko Maritim dan Sumberdaya

11.15-11.30

Kebijakan Nasional Pengembangan
Budidaya Perikanan dan Pengelolaan
Kawasan Pesisir Berkelanjutan
Berbasis Sato Umi
Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si
Direktur Jendral Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kebijakan Nasional
Pengembangan Wisata Bahari
Dadang Rizki Ratman, SH, MPA
Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Industri Pariwisata.
Kementerian Pariwisata

11.30-11.45

Development of Coastal Management
Method to Realize the Sustainable
Coastal Sea Based on Sato Umi
Prof. Dr.Tetsuo Yanagi
International EMECS Center, Japan

11.45-12.00

Ecosystem-based fisheries
management for Asia-Pacific
Dr. Mitsutaku Makino
PICES/FRA-Japan

12.00-12.15

Development of Fishery Production
Technology
Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi,
B.Eng., M.Eng
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi
Agroindustri dan Bioteknologi

Program Nasional
Pengembangan Wisata Bahari
Ir. R. Anang Noegroho Setyo
Muljono, MEM.
Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian PPN
Peluang dan Tantangan Kawasan
Sabang Sebagai Destinasi Wisata
Bahari Dunia
Ir. Fauzi Umar, MM.
Direktur Pengembangan Usaha dan
Investasi, Badan Pengusahaan
Kawasan Sabang

7

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

12.15-12.45
12.45-13.30

Diskusi
ISHOMA
SESI-2 (Paralel)
Wisata Bahari dan Sato Umi Untuk Pengembangan Budidaya Perikanan dan
Pengelolaan Kawasan Pesisir Berkelanjutan
Ruang Auditorium
Ruang Komisi Utama
Development of Coastal Management
Method to Realize the Sustainable
Coastal Sea (S-13 Project)
Moderator :
Prof. Dr. Tetsuo. Yanagi
International EMECS Center

Pengembangan Wisata Bahari I
Moderator :
Prof. Ir. Wimpie Agoeng Nugroho,
A, MSCE., Ph.D
Deputi Kepala BPPT
BidangTeknologi Pengembangan
Sumberdaya Alam (TPSA)
Pengembangan Infrastruktur,
Sarana Prasarana dan
Kelembagaan Untuk Mendukung
Pengembangan Wisata Bahari
Dr. Ir. Ridwan Djamaluddin, M.Sc
Deputi III Menko Maritim Bidang
Koordinasi Infrastruktur/Ketua
ISOI

13.30-13.45

Management of Nutrient
Concentrations in the Seto Inland Sea
(Theme 1: Seto Inland Sea)
Dr. Tetsuji Okuda
Ryukoku University, Japan

13.45-14.00

Satoumi Approach for Realizing
Sustainable Coastal Use in a Rias-type
Bay: a Case of Shizugawa Bay in
Sanriku Coast after the Huge Tsunami
on 11 March 2011
(Theme 2: Sanriku Coast)
Prof. Dr. Teruhisa Komatsu
Yokohama College of Commerce, Japan

Penguatan Riset dan Inovasi
Teknologi Dalam Pengembangan
Wisata Bahari
Dr. Ir. Jumain Ape, MSi Direktur
Jenderal Penguatan Inovasi
Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi

14.00-14.15

Management for Sustainable Use of
International Semi Enclosed Sea,
Japan Sea(Theme 3: Japan Sea)
Dr. Takafumi Yoshida
Northwest Pacific Region Environmental
Cooperation Center (NPEC), Japan

Pembangunan Stasiun Riset
Oseanografi : Sumberdaya Laut
dan Wisata Bahari
Dr.Ir. Zainal Arifin, M.Sc
Deputi Ketua LIPI Bidang Ilmu
Kebumian

14.15-14.30

The Integrated Coastal Zone
Management Based on Ecosystem
Services (Theme 4: Social & Human
Science)
Dr. Satoquo Seino
Kyushu University, Japan

Pentingnya Informasi Gempa
Bumi dan Peringatan Dini
Tsunami BMKG dalam
mendukung Pariwisata Maritim
Dr. Ir. Muhamad Sadly, M.Eng.
Deputi Bidang Geofisika. Badan
Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisikan (BMKG)

8

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

14.30-14.45

14.45-15.15

15.15-15.30

15.30-15.45

15.45-16.00

16.00-16.15
16.15-16.45

16.45-17.00

What’s Next : Integrating EMECS
Experience into Disaster-Resilient
Coastal Management
Singo Kochi
Director, International EMECS Center,
Japan
Diskusi
Sesi-3 (Lanjutan)
Ruang Auditorium
Coastal Management at Okinawa and
Sato Umi Development in Indonesia
Moderator :
Dr. Mitsutaku Makino
PICES/FRA-Japan
Community-based monitoring toward
sustainable management of mangrove
forest in Okinawa, Japan
Dr. Shion Takemura
PICES/FRA-Japan
Sustainable Aquaculture Development
Based on Sato Umi in The Coastal
Area of Indonesia
Prof. Dr. Ir. Suhendar I Sachoemar, M.Si
Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan
dan Pelatihan –BPPT

Diskusi
Ruang Komisi Utama
Pengembangan Wisata Bahari II
Moderator :
Dr. Andi Eka Sakya,M.Eng
Perekayasa Utama BPPT

Pendayagunaan IPTEK Untuk
Pengembangan Wisata Bahari
Dr. Nani Hendiarti, M.Sc
Asdep IPTEK Maritim
Kemenko Maritim
Peluang dan Tantangan Menuju
Wisata Kelas Dunia
Dr. Muhammad Irham, M.Si
Ketua Jurusan Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan - Fakultas
Kelautan & Perikanan
Universitas Syiah Kuala, Aceh
Development of Technopark at
Potensi Wisata Bahari Provinsi
Bantaeng, South Sulawesi
Kepulauan Riau
Ir. Arief Arianto, M.Sc
Dr. Agung Dhamar Syakti, S.Pi.,
Direktur Pusat Teknologi Produksi
DEA
Pertanian-BPPT
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan UMRAH
Diskusi
Diskusi
General Summary (Panel)
Moderator :
Prof. Ir. Wimpie Agoeng Nugroho, A, MSCE., Ph.D
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam
(TPSA)
Perwakilan PICES, EMECS, BPPT, Kemenkomar, Kemenpariwisata
Penutupan
Dr. Ir. Soni Solistia Wirawan, M.Eng
Sekretaris Utama BPPT

Hari Kedua : Jum’at, 6 Oktober 2017 Field Trip ke Kawasan Budidaya Perikanan dan
Mangrove Pantai Utara Karawang, Jawa Barat
07.00-16.00 Mengunjungi Kawasan Budidaya Perikanan dan Mangrove di Pesisir Utara
Karawang, BLU-PPB Kementerian Kelautan dan Perikanan serta BPAPL-Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat di Pantai Utara Karawang.
16.00

Kembali ke Jakarta

9

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

V. ABSTRAK

Dr. Ir. Gatot Dwianto, M.Eng.
Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi

Pengembangan Techno Park Pekalongan Berbasis Perikanan
Techno Park berbasis Perikanan di Kota Pekalongan sudah dimulai sejak tahun 2015
berdasarkan kesepakatan antara BPPT dan Pemerintah Kota Pekalongan. Kawasan
Techno Park berlokasi di Kawasan Perikanan Pekalongan Utara yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Walikota Pekalongan pada tahun yang sama. Kawasan yang
memiliki area seluas 2 (dua) ha ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai Area
Pengelolaan, Pabrik Pakan Ikan, Gudang Pendingin (Cold Storage), Pasar Ikan Segar dan
Higienis, Perumahan Nelayan, Pengemasan Produk Perikanan, dan Kantor Inkubator
Usaha Perikanan. Pada saat ini, beberapa bagian dari fasilitas tersebut telah dibangun,
antara lain Pabrik Pakan Ikan, Gudang Pendingin (Cold Storage), Pasar Ikan Segar dan
Higienis, Perumahan Nelayan, dan Pengemasan Produk Perikanan. Fasilitas lain juga
akan segera dibangun dalam waktu dekat.
Perkembangan terkini Techno Park Pekalongan meliputi pembentukan Lembaga Adhoc
untuk mengelola Techno Park dan Pusat Inovasi Teknologi sebagai pusat layanan untuk
pengembangan usaha perikanan. Lembaga pendamping Techno Park yang melibatkan
perguruan tinggi lokal dan Universitas Diponegoro juga tengah dibentuk. Kegiatan
budidaya perikanan dan pengolahan ikan telah menjadi proyek percontohan. Selain itu,
inkubasi calon pengusaha yang terlibat dalam usaha pengembangan produk perikanan
telah menghasilkan UKM baru di bidang perikanan.

10

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si
Direktur Jendral Perikanan Budidaya - Kementerian Kelautan dan
Perikanan

Kebijakan Nasional Pengembangan Budidaya Perikanan dan
Pengelolaan Kawasan Pesisir Berkelanjutan Berbasis Sato Umi
Pengembangan budidaya perikanan merupakan salah satu subsektor penting dalam
mewujudkan NAWACITA, terutama untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan
pangan, peningkatan kesejahteraan masyarakat serta keberlanjutan lingkungan.Indonesia
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif dalam pengembangan budidaya
perikanan yang didukung dengan potensi lahan yang sangat luas, dengan total 17,9 juta
Haterdiri dari12,12juta Ha potensi budidaya laut, 2,96juta Ha potensi budidaya air payau,
dan 2,83 juta Ha potensi budidaya air tawar (DJPB, 2015). Berdasarkan data Statistik
Perikanan Indonesia (2015), pemanfaatan potensi lahan budidaya perikanan masih rendah
yaitu 24% pemanfaatan potensi lahan tambak, 11,32% pemanfaatan lahan budidaya air
tawar dan potensi pemanfaatan budidaya laut 2,36%.
Berdasarkan potensi dan peluang yang ada tersebut, maka arah kebijakan pengembangan
budidaya perikanan nasional adalah mewujudkan perikanan budidaya yang mandiri,
berdaya saing dan berkelanjutan melalui harmonisasi aspek sosial ekonomi, aspek
lingkungan, dan aspek teknologi. Harmonisasi tersebut diharapkan dapat menciptakan
pengembangan budidaya perikanan yang lebih produktif, menguntungkan secara ekonomi
dan sosial, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan. Arah kebijakan tersebut telah
sesuai dengan konsep SATO UMI yang menitikberatkan pada peningkatan produktivitas
lahan untuk multi aktivitas manusia dengan pengelolaan yang berkelanjutan untuk
peningkatan nilai ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan menerapkan manajemen
yang ramah lingkungan.
Beberapa program prioritas perikanan budidaya nasional yang selaras dengan konsep
SATO UMI antara lain: (i) revitalisasi dan penataan kawasan tambak-tambak idle menjadi
tambak-tambak yang lebih produktif dengan menggunakan konsep kluster manajemen
dan sistem polikultur dan tetap menjaga kawasan mangrove yang ada; (ii) pengembangan
minapadi dalam rangka optimalisasi produktivitas padi dan ikan dalam satu lahan yang
sama; (iii) pengembangan lele sistem bioflok sebagai salah satu solusi untuk pemanfaatan
lahan-lahan yang sempit, yang terintegrasi dengan kegiatan penanaman sayur – sayuran;
dan (iv) usaha pembesaran benih ikan kakap putih di tambak dengan pola kluster
manajemen dan ramah lingkungan dengan tetap mempertahankan kawasan mangrove
untuk penyediaan benih di KJA offshore di lokasi Pembangunan Sentra Kelautan
Perikanan Terpadu (PSKPT).
Perubahan paradigma pembangunan nasional dari pendekatan daratanmenjadi pendekatan
maritimtelah merubah strategi pembangunan di sektor kelautan dan perikanan. Salah satu

11

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

strateginya adalah pengembangan PSKPT, yang bertujuan untuk membangun ekonomi
dari pulau-pulau terluar secara terintegrasi, terpadu dan berkelanjutan dari hulu ke hilir
berbasis pada potensi dan karakteristik sumberdaya yang ada di masing-masing pulau.
Salah satu lokasi PSKPT tahun 2017 adalah Pulau Sabang.PSKPT Sabang bertujuan
untuk menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru, sertasecara geopolitik,
mempertahankan dan menjaga kedaulatan negara Indonesia, mengingat letak geografis
Pulau Sabang di batas paling barat Indonesia. Aktivitas ekonomi di PSKPT Sabang
meliputi pengembangan budidaya laut offshore, pengembangan penangkapan ikan yang
ramah lingkungan dan menjaga kearifan lokal, dan wisata bahari. Pembangunan PSKPT
Sabang dilakukan secara holistic dan terintegrasi dengan melibatkan multi
stakeholder,antara lain Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Provinsi Aceh
dan Kota Sabang, Badan Pengelola Kota Sabang, Pembudidaya dan Nelayan, BUMN,
Swasta, Lintas kementerian, serta JICA Jepang. Dengan demikian, konsep SATO UMI
sangat mungkin diimplementasikan dalam PSKPT Sabang sebagai salah satu solusi
pengaturan pemanfaatan sumber daya dan lahan untuk pengembangan budidaya
perikanan dan pengelolaan kawasan pesisir yang berkelanjutan.

12

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Prof. Dr. Tetsuo YANAGI
Professor Emeritus, Kyushu University
Special Researcher, International EMECS Center

Sato Umi Development for Sustainable Fisheries, Ecotourism and
Marine Resources Management
Sato Umi is defined as “The coastal sea with high productivity and biodiversity under the
human interaction” (Yanagi, 2007, 2013). Many kinds of human activities must co-exist
with nature there. For the successful implementation of Sato Umi creation, the transdisciplinary study among natural, social and human sciences is necessary.

One example of the trans-disciplinary study for the establishment of Sato Umi in Japan
will be introduced in this seminar.
Yanagi,T. (2007) Sato-Umi: a new concept for coastal sea management. TERRAPUB,
Tokyo, 86p.
Yanagi,T. (2013) Japanese Commons in the Coastal Sea: How the Satoumi concept
harmonizes human activity in coastal seas with high productivity and diversity.
Springer, Tokyo, 113p

13

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Dr. Mitsutaku Makino
PICES/Japan Fisheries Research and Education Agency

Ecosystem-based fisheries management for Asia-Pacific
According to the FAO SOFIA 2016, the Asian countries occupies a half of global capture
production (marine and inland), 90% of aquaculture production (marine and inland), 75%
of fishing vessels, 85% of fishers. In other words, Asia is the center of the world fisheries
now. The tropical-temperate marine ecosystems are the home of the variety of species.
The diversity of catch is higher than the cold-water ecosystems such as in the north
Europe or Alaska. Asian people largely rely on fish or seafood as the source of animal
protein, i.e., it is important from the viewpoint of the food security policy. Also, fish
processing and distribution sector produces large number of employments in the local
community. Therefore, the ecosystem-based fisheries management in the Asia-Pacific
should take these social and ecological conditions and interactions among them into
account (social-ecological systems approach: SES Approach). In this presentation, the
recent PICES experiences of SES study for the ecosystem-based fisheries study will be
presented. Some of the key words are; 1) understanding the local community needs, and
2) Researching together: dissemination and capacity building.

14

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Prof. Dr.Eng Eniya Listiani Dewi, B.Eng, M. Eng.
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan
Bioteknologi

Inovasi Teknologi Bppt
Untuk Pangan Dan Kesehatan Berbasis Sumberdaya Kelautan
Indonesia adalah negara maritimyang terletak di khatulistiwa dan memiliki panjang
pantai sekitar 81.000 km, 16056 pulau danluas laut mencapai 5,8 juta km2 sehingga
menjadikan negara yang memiliki sumber daya alam kelautan yang sangat besar.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia untuk tahun
2005-2025 menyebutkan tiga hal penting terkait aktivitas kegiatan perikanan dan kelautan.
Pertama, menjadikan sektor perikanan sebagai penggerak ekonomi utama yang
menghasilkan makanan protein untuk ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi
nasional. Kedua, bahwa negara berdasarkan kepentingan nasional melakukan pengamanan
sumber daya kelautan dan perikanan serta yang ketiga terkait dengan pengembangan
industri kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelanjutan. BPPT memiliki misi
untuk menghasikan produk teknologiyang inovatif untuk meningkatkan daya saing industri
dan kemandirian bangsa
BPPT telah menghasilkan produk-produk teknologi yang inovatif seperti
mengembangkan industri garam farmasi, menemukan beberapa kandidat biota laut sebagai
bahan baku obat, mengembangkan ikan nila yang tahan terhadap salinitas tinggi (20-25
ppt), ikan nila laut (35 ppt), hormon pertumbuhan ikan dengan teknik rekombinan, Vaksin
DNA untuk penyakit Streptococcus sp. Dan saat ini sedang mengembangkan prototip baru
udang galah monosex jantan. Sedangkan dari hasil kajian olahan laut, BPPT telah berhasil
mengembangkan cangkang kapsul dari rumput laut untuk industry farmasi
danmenghasilkan bahan polyunsaturated fatty acid (PUFA) dari microalga.
Inovasi teknologi hasil laut BPPT, diharapkan akan membuka peluang pemanfaatan laut
yang lebih optimal dan berkelanjutan sehingga akan meningkatkan perekonomian dan
memperluas lapangan kerja.

15

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Dr. Tetsuji OKUDA
Associate Professor,
Ryukoku university, Kyoto, Japan

Management of Nutrient Concentrations in the Seto Inland Sea
(Theme 1: Seto Inland Sea)
The Seto Inland Sea is a semi-enclosed sea with 23,203 km2 of area and 38.0 m of mean
depth, which were subject to severe eutrophication and pollution by industrialization and
urbanization during the period of high economic growth in the 1970s. To improve water
quality in the sea, a Total Pollutant Load Control System (TPLCS) has been implemented
since 1979. The pollutant loads have steadily declined since the introduction of the
TPLCS and water quality is improved. In this stage, highly sustainable coastal
management techniques are required to maintain high water quality without the
remarkable decline of biological productivity. However, the basic knowledge of
ecosystem structure in the sea is lacking. We estimated the distribution of temporal and
spatial primary production and then the production of zooplankton and planktivorous
fishes. The decrease in the primary production was estimated about 20% from the first
half of the 1980s to present even if the reduction of total nitrogen and total phosphorus
was 40% and 61%, respectively, since nutrient load from the connecting sea (the Pacific
Ocean) is dominant. We also identified the areas where excess phytoplankton growth will
easily occur by natural topographical factors. The role of seaweed beds to prevent excess
growth of phytoplankton in these areas was also evaluated.

16

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Prof. Dr. Teruhisa KOMATSU
Professor, Yokohama College of Commerce
President of Société franco-japonaise d’Océanographie

Satoumi Approach for Realizing Sustainable Coastal Use
in a Rias-type Bay: a Case of Shizugawa Bay in Sanriku Coast
after the Huge Tsunami on 11 March 2011
Teruhisa Komatsu, Faculty of Commerce, Yokohama College of Commerce,
komatsu@shodai.ac.jp
Shuji Sasa, Institute for Regional Economics, Yokohama College of Commerce,
ss_sasa@shodai.ac.jp
Shigeru Montani, Graduate School of Environmental Sciences, Hokkaido University,
montani@fish.hokudai.ac.jp
Osamu Nishimura, Graduate School of Technology, Tohoku University,
osamu.nishimura.d2@tohoku.ac.jp
Takashi Sakamaki, Graduate School of Technology, Tohoku University,
takashi.sakamaki.a5@tohoku.ac.jp
Chihiro Yoshimura, Tokyo Institute of Technology, yoshimura.c.aa@m.titech.ac.jp
Manabu Fujii, Tokyo Institute of Technology, fujii.m.ah@m.titech.ac.jp
Tetsuo Yanagi, EMECS Center, tyanagi@riam.kyushu-u.ac.jp
Abstract. Rias-type bays are one of the most common coasts in Japan where aquacultures
are active due to calm sea condition and good water exchange with a deep sill depth. The
huge tsunami hit Sanriku Coast consisting of open rias-type bays near the epicenter facing
Pacific Ocean on 11 March 2011. For recovering Sanriku Coast, it is important to include
sustainability in its program. Satoumi is defined as the human use and management of
coastal seas for high productivity while maintaining high biodiversity. We proposed
Satoumi approach to an open rias-type bay, Shizugawa Bay, in southern Sanriku Coast.
We conducted scientific researches on mapping of coastal habitats and aquaculture
facilities, hydrography, and material flows of nutrients, a minor element (Fe) and organic
matters in the bay including those from the rivers and from the offshore waters. Based on
these data, a physical-biological coupling model was used for calculating the number of
aquaculture facilities that are suitable not only for yields but also for environments. At the
same time, Committee for Shizugawa Bay Management of Fishermen’s Cooperative of
Miyagi Prefecture decided to decrease in aquaculture facilities for sustainable
development of aquaculture. Aquaculture Stewardship Council certified oyster cultures in
Tokura Branch in Shizugawa Bay as an environmentally and socially responsible seafood
in 2015. These researches were established on strong collaborations among a fishermen’s’
cooperative, local governments and scientists. Results of this practice may help to realize
sustainable coastal use of a rias-type bay.

17

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Dr. Takafumi YOSHIDA
Senior Researcher, Northwest Pacific Region Environmental
Cooperation Center, Japan
Management for sustainable use of international semi enclosed sea, Japan

Sea
Takafumi YOSHIDA, Jing ZHANG
(Northwest Pacific Region Environmental Cooperation Center)
Akihiko MORIMOTO, Ryota SHIBANO (Ehime University)
Naoki HIROSE, Katsumi TAKAYAMA (Kyushu University)
Xinyu GUO, Naoki YOSHIE, Yucheng WANG, Takashi MANO, Taishi KUBOTA (Ehime
University)
Japan Sea is a semi enclosed sea between the Eurasian continent and the Japanese Islands.
This area is one of the most populated regions in the world with a rapid economic growth. It
is also reported that the sea surface temperature has increased rapidly compared with other
areas. In order to propose an effective management method for sustainable use in the
Japanese coastal area on the Japan Sea, we studied impacts from the East China Sea, upper
area of the Japan Sea, and impacts of the rise of sea water temperature on marine
environmental conditions and low and high trophic ecosystems. Our study clarified that the
Japanese coastal area on the Japan Sea is strongly influenced by the East China Sea, and it is
necessary to have a large-scale perspective for its management.Then, we proposed a threelayer management for the Japan Sea. The first layer has a large-scale view with international
monitoring for an integrated management of both the East China Sea and the Japan Sea. The
second layer is a middle-scale view with designing dynamic MPAs for sustainable use of
marine species in the Japan Sea. The third layer is a land-ocean integrated management in
each bay in the Japan Sea

18

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Dr. Satoquo SEINO
Associate Professor
Kyushu University, Japan

The Integrated Coastal Zone Management Based on Ecosystem Services
(Theme 4: Social & Human Science)
Integrated Coastal Zone Management (ICZM) and Marine Protected Area (MPA) are area
management approaches. Conflicts between human territory development and nature
conservation have been occurred frequently in the world. Cultural studies linking natural
science found effective methodology to harmonize human activities to natural conditions.
“Satoumi" is one of the representative ways for sustainable use of natural resources. An
economic assessment of ecosystem services in Japanese coastal seas and evaluate the
sustainability of these regions is introduced. The framework formation of MPA in the
Tsushima and Goto Islands, Nagasaki, were studied as practical target areas for coastal sea
management, and cooperative efforts were made with local residents and fishery personnel
in order to make policy recommendations for the approach to coordinated fishery activities.
Local knowledge at the sites were collected and turned it into a scientific methodology
based on coastal environmental science techniques. Through collaborative observations and
discussions in many sectors, the relationship between marine organisms, winds and currents,
land-sea interaction were detected, utilized and managed by communities. These islands are
in the dynamic fields of Tsushima Warm Current and strong seasonal wind. They come to
face serious transition of the climate, especially sea water temperature warming and hard
rain fall. Satoumi coastal MPAs have potential Ecosystem based Disaster Risk Reduction
(ECO-DRR) to overcome this situation.

19

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Singo KOCHI
Director, International EMECS Center

What’s Next : Integrating EMECS Experience into Disaster-Resilient
Coastal Management
There has been an appreciation that recovery is an opportunity to build back better.
Although defined in many ways, one clear consideration is that build back better covers
both the restoration of communities and assets/infrastructures that strengthen resilience.
Over the year, various challenges were reported along the course of disaster recovery. In
many mega-disasters for instance, recovery is often plagued by significant time-gaps, a
lack of continuous attention by international and national partners, and declining resource
commitments. Often, momentum tends to slow down following post-disaster assessments,
making it hard to plan and implement later stages of recovery and reconstruction. Even
with so many capacity building efforts, nations still face serious limitations in terms of
planning and implementing recovery processes.
It is in this context that Director of International EMECS Center is proposing to make a
presentation for governments and partners to share experiences, knowledge, strategies,
technologies, and tools on Japan’s largest enclosed coastal sea, Seto Inland Sea.
The topics will include;
1. Explore knowledge and understanding of ‘build back better’ in recovery, rehabilitation, and
reconstruction” through sharing of country experiences
2. Spread emerging ideas and initiatives on enclosed coastal seas.
3. Propose set of policy recommendations and actions on build back better based on the
experiences and messages.

20

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Dr. Shion TAKEMURA
PICES/Japan Fisheries Research & Education Agency

Community-based Monitoring Toward Sustainable Management Of
Mangrove Forest in Okinawa, Japan
Dr. Shion TAKEMURA (PICES/Japan Fisheries Research & Education Agency)
People around Okukubi River in Okinawa, Japan, are going to use mangrove ecosystem as
a resource of eco-tourism. However, the infrastructures such as river width narrowing due
to bridge construction and discharge reduction due to expansion of dam capacity cause
degradation of mangrove habitat directly and indirectly through change of soil condition
associated with water flow alteration. In order to achieve sustainable uses of mangrove
forest, monitoring system is necessary to identify changes in mangrove habitat and to
utilize them for conservation activities. Therefore, we developed a community-based
monitoring system that can grasp changes occurring in mangrove forest by a simple way;
i) “Smartphone Monitoring” is utilized the photo and GPS functions of the smartphone, ii)
“Bed Level Change Monitoring” is a simple method for ground survey using PVC pipe,
iii) “Crab Distribution Monitoring” is also a simple method for pitfall trap using
cans.“Smartphone Monitoring” can identify and record forest situations and their
locations. “Bed Level Change Monitoring” can clarify long term patterns of river bed
fluctuation in mangrove forest. “Crab Distribution Monitoring” can grasp changes of soil
condition from composition of crab species. This monitoring system allow for
stakeholders to monitor the mangrove forest by themselves toward sustainable
management.

21

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Prof. Dr. Ir. Suhendar I Sachoemar, M.Si
Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan
dan Pelatihan-BPPT

Pengembangan Model Budidaya Perikanan Berkelanjutan Berbasis
Sato Umi di Kawasan Pesisir Indonesia
Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia. Garis pantainya mencapai
95.181 km dengan luas lautnya mencapai 5,4 juta km2. Indonesia juga memiliki 2.963.717
hektare (ha) areal tambak air payau, namun baru 657.346 ha atau 22,2%di antaranya
digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan. Sedangkan kawasan budidaya laut baru
digunakan sekitar 325 ribu ha atau sekitar 2,69% dari 12 juta hektar yang tersedia.
Rendahnya pemanfaatan lahan air payau dan kawasan budidaya laut pada umumnya
disebabkan oleh kerusakan lingkungan akibat eksploitasi berlebihan oleh kegiatan
akuakultur intensif selama periode 1980an dan keterbatasan benih, modal dan teknologi.
Sejalan dengan berkembangnya paradigma global dalam menghadapi perubahan dan
kerusakan lingkungan baik yang disebabkan oleh eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan dan akibat adanya perubahan iklim dan pemanasan global, sudah saatnya
Indonesia menerapkan konsep pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dengan
mempertimbangkan keseimbangan dan stabilitas sumber daya alam dan lingkungan
seperti dalam konsep SATO-UMI yaitukonsep pengelolaan sumberdaya perikanan secara
berkelanjutan dimana intervensi manusia dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di
wilayah pesisir dan laut dapat meningkatkan produktivitas dan keragaman jenis
sumberdaya perikanan. Maka pengembangan model budidaya perikanan berkelanjutan
secara terintegrasi seperti The Integrated Multi Tropic Aquaculture (IMTA) dengan
sistem bio-resirkulasi harus segera diterapkan untuk pengembangan model budidaya
berkelanjutan. Percobaan IMTA di kolam pertambakandengan sistem tertutup dan
(CSIMTA-Closed System Integrated Multi Tropic Aquaculture ) telah menunjukkan
kinerja yang baik dalam meningkatkan produktivitas perikanan dengan menghasilkan
multi produkyang disertai dengan peningkatan stabilitas kualitas perairan. Di perairan
pesisir (onshore area), pengembangan model Open System Integrated Multi Tropic
Aquaculture (OSIMTA) dengan menggabungkan kegiatan budidaya rumput laut dengan
budidaya perikanan dalam jarring apung secara terintegrasi dalam suatu kawasan,
nampaknya juga memiliki prospek yang cukup baik untuk meningkatkan produktivitas
perikanan di kawasan pesisir. Ke depan, pengembangan model budidaya perikanan
dengan menggunakan sistem bioresirkulasi untuk mengurangi dan meminimalkan
buangan limbah anorganik dan organik dari sisa pakan, kotoran ikan dan sumber polutan
lainnya sangat bermanfaat untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan di wilayah
pesisir secara berkelanjutan.

22

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Ir. Arief Arianto, M.Sc.
Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian, BPPT

Pengembangan Dan Pemasyarakatan Teknologi Budidaya Perikanan
Berbasis Sato Umi di Kawasan Technopark Kabupaten Bantaeng,
Sulawesi Selatan
Teknopark Bantaeng merupakan wujud nyata Nawa Cita Kabinet Kerja Indonesia 20142019. Pelaksanaan kegiatan Teknopark Bantaeng melibatkan akademisi, pelaku bisnis,
pemerintah dan masyarakat, yang dikenal dengan konsep “ABGC” (Academic, Business,
Government, Community).
BPPT dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantaeng menginisiasi pendirian Teknopark.
BPPT berperan melakukan pendampingan, transfer teknologi, inkubasi perusahaan baru,
kerjasama penelitian. Kabupaten Bantaeng merupakan Kabupaten yang memilliki potensi
perikanan yang cukup baik. Kegiatan Teknopark Bantaeng akan menghasilkan Pengusaha
Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) di bidang perbenihan ikan dan rumput laut, budidaya
perikanan dan produk pangan olahan berbasis hasil laut.
Pemanfaatan konsep Satoumi dalam Teknopark Bantaeng bertujuan untuk menjaga
keserasian antara aktifitas manusia di sektor perikanan dengan kelestarian ekosistem pesisir.
Melalui kegiatan di sektor perikanan yang harmonis maka kebutuhan manusia terpenuhi,
perekonomian berkembang dan ekosistem pesisir tetap terjaga kelestariannya.
Saat ini Teknopark Bantaeng telah menghasilkan berbagai produk perikanan, diantaranya
benih ikan nila yang telah terjual ke berbagai daerah di kawasan timur Indonesia, bibit
rumput laut dan berbagai produk olahan hasil perikanan.
Sebagai usaha mendukung aktifitas Teknopark, telah dibuka program pendidikan Vokasi
Perbenihan di Bantaeng, yang bertujuan untuk menghasilkan sumberdaya manusia terampil
di bidang perbenihan yang berwawasan lingkungan dan aplikasi elektronik yang disebut ebenih sebagai aplikasi pemasaran produk secara online.

23

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Fauzi Umar
Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi
Badan Pengusahaan Kawasan Sabang

Peluang dan Tantangan Pengembangan Kawasaan Sabang Sebagai
Destinasi Wisata Bahari Dunia
Jika tidak ada aral melintang pemerintah pusat telah menunjuk Provinsi Aceh khususnya
Kota Sabang menjadi tuan rumah perhelatan nasional/internasional “Sail Sabang 2017”
yang berlangsung tanggal 28 November – 5 Desember 2017. Perhelatan akbar ini
menjadi momentum kebangkitan kembali ekonomi Kawasan Pelabuhan Bebas dan
Perdagangan Bebas Sabang dengan rencana pemerintah untuk menata dan membangun
Kawasan Sabang sebagai destinasi pelabuhan wisata bahari dunia.
Momentum Sail Sabang ini merupakan salah satu solusi pemerintah untuk membangun
ekonomi Aceh, khususnya Sabang pasca otsus migas 2025 mengingat lokasinya yang
sangat strategis dan menjadi pintu gerbang Indonesia bagian barat, khususnya menjadi
gate way di selat Malaka. Selain itu Pulau Weh juga berada pada pertemuan 3 wilayah
laut yang sangat spesifik yaitu lautan Hindia – lautan Andaman dan selat Malaka yang
memiliki sumber potensi maritime yang menjanjikan dimasa akan datang untuk negara,
apalagi jika rencana Pemerintah Thailand membuka terusan cra terwujud.

24

IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017

Dr. Ir. Zainal Arifin, M.Sc.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Pembangunan Stasiun Riset Oseanografi sebagai Upaya Pemanfaatan
Sumber Daya Laut dan Mendukung Wisata Bahari
Pulau Weh merupakan salah satu pulau kecil terluar berpenduduk yang posisinya ada di
paling ujung Kawasan Barat Indonesia (KBI). Kawasan perairan P. Weh berbatasan
secara langsung dengan negara Malaysia, Thailand, Myanmar dan Bangladesh. Posisi P.
Weh juga sangat strategis karena berada di sekitar perairan Selat Malaka, Laut Andaman,
Teluk Bengala dan Samudera Hindia Timur yang mana tingkat pemanfaatan sumber daya
perikanannya masih belum optimal. Dilain pihak hasil-hasil penelitian sebelumnya telah
diperkirakan bahwa laut Andaman dan wilayah Samudera Hindia Timur merupaka daerah
up-welling massa air. Oleh karena itu, upaya pembangunan stasiun riset Oseanografi di P.
Weh (kota Sabang) bertujuan untuk 1/penyediaan data dasar oseanografi untuk
mendukung pemanfaatan sumberdaya laut, 2/penguatan jejaring riset oseanografi
ditingkat nasional maupun regional, dan 3/peningkatan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya laut dalam mendukung program wisata bahari.
Penyediaan informasi dasar oseanografi (fisik, kimia dan biologi) berperan untuk
memahami fenomena up-welling dan mengetahui berbagai potensi perikanan dan
kelautan dalam menunjang kegiatan perikanan tangkap, budidaya, dan pengelolaan
sumberdaya laut yang lestari. Informasi potensi dan keanekaragaman hayati laut juga
akan memberikan manfaat dalam upaya pengelolaan kawasan-kawasan konservasi
ekosistem mangrove, padang lamun dan terumbu karang, serta ekosistem pulau–pulau
kecil. Dengan berbagai program riset dasar, keberadaan Stasiun Oseanografi LIPI dapat
memberikan kontribusi positif tidak saja dalam pemanfaatan sumber daya laut di sektor
perikananan dan kemaritiman, namun juga mendorong tumbuhnya sektor industri wisata
bahari.
Untuk mempercepat proses pembangunan dan memulai kegiatan riset, dalam dua tahun
terakhir telah dilakukan antara lain 1/ beberapa kegiatan eksplorasi sebagai dasar
pembangunan stasiun oseanografi, 2) penyusunan cetak-biru stasiun riset oseanografi, 2)
pelaksanaan riset kemitraan dengan instans