PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Autosav (1)

PEMBANGKIT
SURYA (PLTS)

LISTRIK

TENAGA

Pembangkit listrik tenaga surya adalah pembangkit listrik yang mengubah energi
surya menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua
cara, yaitu secara langsung menggunakan photovoltaic dan secara tidak
langsung dengan pemusatan energi surya. Photovoltaic mengubah secara
langsung energi cahaya menjadi listrik menggunakan efek fotoelektrik.
Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa atau cermin dikombinasikan
dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari ke satu titik untuk
menggerakan mesin kalor.
Sejarah PLTS tidak terlepas dari penemuan teknologi sel surya berbasis silikon
pada tahun 1941. Ketika itu Russell Ohl dari Bell Laboratory mengamati silikon
polikristalin akan membentuk buit in junction, karena adanya efek segregasi
pengotor yang terdapat pada leburan silikon. Jika berkas foton mengenai salah
satu sisi junction, maka akan terbentuk beda potensial di antara junction, dimana
elektron dapat mengalir bebas. Sejak itu penelitian untuk meningkatkan efisiensi

konversi energi foton menjadi energi listrik semakin intensif dilakukan. Berbagai
tipe sel surya dengan beraneka bahan dan konfigurasi geometri pun berhasil
dibuat.
Prinsip Kerja Sel Surya
Sel surya adalah dioda semikonduktor yang dapat mengubah cahaya menjadi
listrik dan merupakan komponen utama dalam sistem PLTS.

Gambar Sel Surya sebagai Komponen Utama PLTS
Selain terdiri atas modul-modul sel surya, komponen lain dalam sistem PLTS
adalah Balance of System (BOS) berupa inverter dan kontroller. PLTS sering
dilengkapi dengan batere sebagai penyimpan daya, sehingga PLTS dapat tetap
memasok daya listrik ketika tidak ada cahaya matahari.
Pembangkitan energi listrik pada sel surya terjadi berdasarkan efek fotolistrik,
atau disebut juga efek fotovoltaik, yaitu efek yang terjadi akibat foton dengan
panjang gelombang tertentu yang jika energinya lebih besar daripada energi
ambang semikonduktor, maka akan diserap oleh elektron sehingga elektron

berpindah
dari
pita

valensi
(N)
menuju
pita
konduksi
(P)
dan
meninggalkan holepada pita valensi, selanjutnya dua buah muatan, yaitu
pasangan elektron-hole, dibangkitkan. Aliran elektron-hole yang terjadi apabila
dihubungkan ke beban listrik melalui penghantar akan menghasilkan arus listrik.

Gambar Prinsip Kerja Sel Surya
Tipe Sel Surya
Ada beberapa jenis panel surya yang dijual
dipasaran :
Jenis pertama, yaitu jenis yang terbaik dan yang
terbanyak digunakan masyarakat saat ini, adalah
jenis monokristalin. Panel ini memiliki tingkat
efisiensi antara 12 sampai 14%.


Jenis kedua adalah jenis polikristalin atau multi
kristalin, yang terbuat dari kristal silikon dengan
tingkat efisiensi antara 10 sampai 12%.

Jenis ketiga adalah silikon jenis amorphous, yang
berbentuk film tipis. Efisiensinya sekitar 4-6%. Panel
surya jenis ini banyak dipakai di mainan anak-anak,
jam dan kalkulator.

Jenis keempat adalah panel surya yang terbuat dari
GaAs (Gallium Arsenide) yang lebih efisien pada
temperatur tinggi.

PLTS merubah energi surya menjadi listrik, oleh karena itu PLTS tidak
memerlukan supply bahan bakar dan dapat bekerja secara otomatis tanpa
memerlukan operator. Sejak tahun 1990an, Teknologi PLTS telah banyak
dimanfaatkan di Indonesia. Teknologi PLTS terbukti secara teknis dapat
diandalkan (technically reliable), layak secara ekonomis (Economically feasible),
dan dapat diterima oleh masyarakat pemakai ( socially acceptable). Dengan
semakin tingginya harga BBM dan tarif listrik, konsumen di perkotaanpun mulai

banyak memanfaatkan PLTS, baik sebagai back up maupun sebagai tandem
dengan listrik jaringan.
Di bawah ini adalah aplikasi PLTS yang banyak dimanfaatkan di Indonesia:


PLTS untuk infrastruktur pedesaan: SHS (Listrik Pedesaan), TV Umum,
Lampu Jalan, Lampu Penerangan dan Sound System Rumah Ibadah dll.



Alat Kesehatan: Vaccine Refrigerator, Lampu Bidan dan Penerangan
Puskesmas






Alat Komunikasi: Telepon Satelit untuk Pedesaan, Navigational Aids (Alat
Bantu Navigasi) di Anjungan Minyak Lepas Pantai, BTS, Wireless Microwave LAN

dll.
Pompa Air: Surface pump, submersible pump.
Solar Dryer: Pengering tenaga surya untuk produk pertanian/perkebunan,
perikanan dan hasil laut, dan hasil industri kecil.

Prinsip Kerja PLTS
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah
cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu
bentuk energi dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah
banyak digunakan untuk memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel
surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak
terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan
tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan
bersih dan ramah lingkungan.

Badingkan dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan
memerlukan bahan bakar untuk dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising.
Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat menimbulkan efek gas rumah kaca
(green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem planet bumi kita.
Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri dari panel sel surya,

rangkaian kontroler pengisian (charge controller), dan aki (batere) 12 volt yang
maintenance free. Panel sel surya merupakan modul yang terdiri beberapa sel
surya yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel tergantung ukuran dan
kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul sel surya 20
watt atau 30 watt. Modul sel surya itu menghasilkan energi listrik yang
proporsional dengan luas permukaan panel yang terkena sinar matahari.
Rangkaian kontroler pengisian aki dalam sistem sel surya itu merupakan
rangkaian elektronik yang mengatur proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat
mengatur tegangan aki dalam selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen.
Bila tegangan turun sampai 10,8 volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan
panel surya sebagai sumber dayanya. Tentu saja proses pengisian itu akan
terjadi bila berlangsung pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan
tegangan itu terjadi pada malam hari, maka kontroler akan memutus pemasokan

energi listrik. Setelah proses pengisian itu berlangsung selama beberapa jam,
tegangan aki itu akan naik. Bila tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka
kontroler akan menghentikan proses pengisian aki itu.
Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya mudah untuk dirakit sendiri.
Tapi, biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia dalam keadaan jadi di
pasaran. Memang harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli sebagai unit

tersendiri. Kebanyakan sistem sel surya itu hanya dijual dalam bentuk paket
lengkap yang siap pakai. Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu
jelas lebih murah dibandingkan dengan bila merakit sendiri. Biasanya panel
surya itu letakkan dengan posisi statis menghadap matahari. Padahal bumi itu
bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh bumi berbentuk elip
dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari bergerak
membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel surya itu yang
statis itu tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal. Agar dapat terserap
secara maksimum, maka sinar matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak
lurus pada permukaan panel surya. Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang
optimal,sistem sel surya itu masih harus dilengkapi pula dengan rangkaian
kontroler optional untuk mengatur arah permukaan panel surya agar selalu
menghadap matahari sedemikian rupa sehingga sinar mahatari jatuh hampir
tegak lurus pada panel suryanya. Kontroler seperti ini dapat dibangun, misalnya,
dengan menggunakan mikrokontroler 8031. Kontroler ini tidak sederhana, karena
terdiri dari bagian perangkat keras dan bagian perangkat lunak. Biasanya, paket
sistem sel surya yang lengkap belum termasuk kontroler untuk menggerakkan
panel surya secara otomatis supaya sinar matahari jatuh tegak lurus. Karena itu,
kontroler macam ini cukup mahal.
Komponen PLTS

PLTS terdiri dari tiga komponen utama:








Modul Surya; berfungsi merubah cahaya matahari menjadi listrik arus searah
(DC), inverter
dapat dengan mudah merubahnya menjadi listrik arus bolak balik (AC) apabila
diperlukan. Bentuk moduler dari modul surya memberikan kemudahan
pemenuhan kebutuhan listrik untuk berbagai skala kebutuhan. Kebutuhan kecil
dapat dicukupi dengan satu modul atau dua modul, dan kebutuhan besar dapat
dicatu oleh bahkan ribuan modul surya yang dirangkai menjadi satu. Satu buah
modul surya umumnya terdiri dari 36 buah solar cell.
Regulator: berfungsi mengatur lalu lintas listrik dari modul surya ke battery dan
beban.
Alat elektronik ini juga memiliki banyak fungsi yang pada dasarnya ditujukan

untuk melindungi battery.
Baterai / Accu:
surya sebelum

berfungsi menyimpan arus litrik yang dihasilkan oleh modul

dimanfaatkan untuk menggerakkan beban. Beban dapat berupa lampu
penerangan atau peralatan elektronik dan peralatan lainnya yang membutuhkan
listrik.
Konverter: Listrik yang disediakan oleh sekumpulan panel dan baterai adalah DC
pada tegangan yang tetap. Tegangan yang disediakan mungkin tidak sesuai
dengan apa yang diperlukan oleh beban anda. Sebuah konverter DC/AC, yang
juga dikenal sebagai inverter, mengubah arus DC dari baterai anda menjadi AC.
Ini diikuti dengan kehilangan suatu daya selama konversi. Jika perlu, anda juga
dapat menggunakan konverter untuk mendapatkan DC di tingkat tegangan yang



berbeda dengan apa yang disediakan oleh baterai. Konverter DC/DC juga
kehilangan suatu daya selama konversi. Untuk pelaksanaan optimal, sebaiknya

mendesain sistem yang berdaya surya agar sesuai dengan tegangan DC yang
dihasilkan agar sesuai dengan beban.
Beban (Load): Beban adalah peralatan yang mengkonsumsi daya yang dihasilkan
oleh sistem daya anda. Beban mungkin termasuk peralatan komunikasi nirkabel,
lampu jalan, lampu penerangan rumah atau gedung, TV, radio, dan lain-lain.
Walaupun tidak mungkin secara persis memperhitungkan jumlah persis konsumsi
peralatan, sangat penting untuk membuat perkiraan yang baik. Dalam sistem
sejenis ini, sangatlah penting untuk mempergunakan peralatan yang efisien dan
berdaya rendah untuk menghindari daya yang terbuang.
Keuntungan dan Kelemahan PLTS
Keuntungan PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya merupakan suatu system
energi yang bersih dan menghasilkan listrik dari sinar matahari. Memakai tenaga
matahari tersedia melimpah dan gratis. Berikut ini adalah keuntungan
menggunakan PLTS :
a. Sumber energi yang dipakai tidak pernah habis dan sangat ramah lingkungan,
b. Dapat dipakai dimana saja terutama didaerah yang belum terjangkau listrik
PLN,
c. Tidak memerlukan perawatan kusus sehingga bebas dari sgala biaya
perawatan,
d. Hemat karena tidak memerlukan bahan baker,

e. Bersifat moduler artinya kapasitas listrik yang dihasilkan dapat sesuai dengan
kebutuhan,
f. Tanpa suara sehingga tidak mengganggu ketertiban umum,
g. Ramah lingkungan,
h. Pemasangannya sangat mudah.



Kelemahan PLTS Meskipun pembangkit listrik tenaga surya memiliki beberbagai
keuntungan. Namun PLTS memiliki kelemahan. Berikut ini adalah kelemahan dari
PLTS :
a. Memiliki ketergantungan pada cuaca. Saat mendung kemampuan panel surya
menangkap sinar matahari tentu akan berkurang. Akibatnya, PLTS tidak bisa
digunakan secara optimal. Karena saat mendung kemampuan PLTS menyimpan
energi berkurang sekitar 30 persen.
b. Rencana pembangunan PLTS dihadang sejumlah masalah. Masalah utama
adalah besarnya biaya membangun pembangkit ini. Yaitu mencapai Rp. 11
milyar per MW. Jika PLTS nanti kapasitasnya 30MW, berarti biaya yang
dibutuhkan Rp 330 Milyar.
c. Teknologi PLTS dikhawatirkan menjadi sumber pencemar udara baru. Kondisi
geografis bandung yang membentuk cekungan membuat sirkulasi udara menjadi
lambat. Polutan PLTS nentinya berputar-putar diatas kota bandung.
Dibawah ini adalah beragam paket aplikasi PLTS yang dirancang untuk
memenuhi beragam kebutuhan PLTS:
Solar Home System untuk Penerangan Rumah
Dirancang untuk memenuhi kebutuhan listrik minimum untuk rumah tangga
pedesaan meliputi penerangan, catu daya untuk TV dan radio.



TVRO untuk TV Umum
Aplikasi ini digunakan untuk daerah-daerah yang tidak dapat menangkap siaran
televise dengan baik (daerah “blank spot”). Dilengkapi dengan parabola TVRO
dapat digunakan sebagai TV Umum yang dapat membantu penyebaran informasi
& pengetahuan dan memberikan hiburan hingga ke daerah terpencil sekalipun.



Lampu Bagang
Lampu Bagang dirancang untuk memecahkan masalah yang dihadapi para
nelayan untuk meningkatkan produktifitas. Lampu dapat dinyalakan kapan saja
sesuai dengan pola kerja nelayan.









Telpon Satelit Pedesaan/Wartel Pedesaan/Base Camp Terpencil
Dirancang dengan menggunakan telepon satelit Pasti yang mudah digunakan
oleh masyarakat pedesaan/daerah terpencil dimana saja
PLTS untuk Puskesmas Pedesaan ( Vaccine Refrigerator, Lampu Bidan dan
Penerangan)
Digunakan untuk mengoperasikan Vaccine storage (alat penyimpan vaksin),
Lampu Penerangan untuk Bidan Desa , Puskesmas dan Rumah Dokter
Sound System untuk Rumah Ibadah
Pengembangan dari SHS ini disamping memberikan penerangan juga dilengkapi
dengan fasilitas sound system yang sangat bermanfaat untuk rumah ibadah.
Sehingga aktifitas keagamaan tidak hanya dapat berlangsung siang hari namun
juga hingga malam hari.
Lampu Jalan/Lampu Lingkungan Pedesaan
Dirancang untuk menerangi fasilitas umum, jalan lingkungan di pedesaan,
penerangan di lingkungan wisata alam, penerangan di pelabuhan nelayan
tradisional dll.





Pompa Air Bersih / Irigasi
Tersedia juga beragam jenis pompa air tenaga surya yang efisien dan tahan
lama, merk MONO dari Australia. Produk pompa tenaga surya dapat juga
dikombinasikan dengan teknologi irigasi terkini, seperti irigasi splinker dan Irigasi
tetes (Drip Irrigation). Tersedia juga pompa AC yang digerakkan dengan listrik
PLN atau di couple langsung dengan mesin diesel/bensin.
PLTS Rancangan Khusus
PLTS RANCANGAN KHUSUS Navaids (Alat bantu Navigasi), Telekomunikasi Grid
Interractive, Hybrid PV-Genset, PV Back up, Building Integration PV (BIPV)

PEMBANGKIT
NUKLIR (PLTN)

LISTRIK

TENAGA

PLTN adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan
diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. PLTN termasuk
dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika daya
keluarannya konstan.
Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang
dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945.
Sedemikian dahsyatnya akibat yang ditimbulkan oleh bom tersebut sehingga
pengaruhnya masih dapat dirasakan sampai sekarang.
Di samping sebagai senjata pamungkas yang dahsyat, sejak lama orang telah
memikirkan bagaimana cara memanfaatkan tenaga nuklir untuk kesejahteraan
umat manusia. Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya zat radioaktif telah
dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang antara lain bidang industri,
kesehatan, pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran,

pengawetan bahan makanan, bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi teknik
nuklir untuk non energi. Salah satu pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang
energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran
dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga nuklir (PLTN), dimana tenaga nuklir
digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman dan
tidak mencemari lingkungan.
Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara
komersial sejak tahun 1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan
dioperasikan satu unit PLTN air ringan bertekanan tinggi (VVER = PWR) yang
setahun kemudian mencapai daya 5 Mwe. Pada tahun 1956 di Inggris
dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled Reactor (GCR + Reaktor berpendingin gas)
dengan daya 100 Mwe. Pada tahun 1997 di seluruh dunia baik di negara maju
maupun negara sedang berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN
yang tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18 % dari pasokan tenaga
listrik dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai 351.000 Mwe dan 36
unit PLTN sedang dalam tahap kontruksi di 18 negara.

Sejarah Singkat Program Pembangunan PLTN di Indonesia
Sampai saat ini Indonesia belum berhasil membangun Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga belum ada sebuahpun PLTN yang dapat
dioperasikan untuk mengurangi beban kebutuhan energi listrik yang saat ini
semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi nuklir saat ini di dunia sudah
cukup berkembang dengan menguasai pangsa sekitar 16% listrik dunia. Hal ini
menunjukkan bahwa energi nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi
tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan lingkungan, serta
merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam
Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna mendukung
pembangunan yang berkelanjutan.
Berdasarkan statistik PLTN dunia tahun 2002 terdapat 439 PLTN yang
beroperasi di seluruh dunia dengan kapasitas total sekitar 360.064 GWe, 35 PLTN
dengan kapasitas 28.087 MWe sedang dalam tahap pembangunan. PLTN yang
direncanakan untuk dibangun ada 25 dengan kapasitas 29.385 MWe.
Kebanyakan PLTN baru dan yang akan dibangun berada di beberapa negara Asia
dan Eropa Timur. Memang di negara maju tidak ada PLTN yang baru, tetapi ini
tidak berarti proporsi listrik dari PLTN akan berkurang. Di Amerika beberapa PLTN
telah mendapatkan lisensi perpanjangan untuk dapat beroperasi hingga 60
tahun, atau 20 tahun lebih lama daripada lisensi awalnya.
Di Indonesia, ide pertama untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN
sudah dimulai pada tahun 1956 dalam bentuk pernyataan dalam seminarseminar yang diselenggarakan di beberapa universitas di Bandung dan
Yogyakarta. Meskipun demikian ide yang sudah mengkristal baru muncul pada
tahun 1972 bersamaan dengan dibentuknya Komisi Persiapan Pembangunan
PLTN (KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (Departemen PUTL). Kemudian berlanjut
dengan diselenggarakannya sebuah seminar di Karangkates, Jawa Timur pada
tahun 1975 oleh BATAN dan Departemen PUTL, dimana salah satu hasilnya suatu
keputusan bahwa PLTN akan dikembangkan di Indonesia. Pada saat itu juga
sudah diusulkan 14 tempat yang memungkinkan di Pulau Jawa untuk digunakan

sebagai lokasi PLTN, dan kemudian hanya 5 tempat yang dinyatakan sebagai
lokasi yang potensial untuk pembangunan PLTN.
Pada perkembangan selanjutnya setelah dilakukan beberapa studi tentang
beberapa lokasi PLTN, maka diambil suatu keputusan bahwa Semenanjung Muria
adalah lokasi yang paling ideal dan diusulkan agar digunakan sebagai lokasi
pembangunan PLTN yang pertama di Indonesia. Disusul kemudian dengan
pelaksanaan studi kelayakan tentang introduksi PLTN yang pertama pada tahun
1978 dengan bantuan Pemerinatah Itali, meskipun demikian, rencana
pembangunan PLTN selanjutnya terpaksa ditunda, untuk menunggu
penyelesaian pembangunan dan pengoperasian reaktor riset serbaguna yang
saat ini bernana “GA Siwabesy” berdaya 30 MWth di Puspiptek Serpong.
Pada tahun 1985 pekerjaan dimulai dengan melakukan reevaluasi dan
pembaharuan studi yang sudah dilakukan dengan bantuan International Atomic
Energy Agency (IAEA), Pemerintah Amerika Serikat melalui perusahaan Bechtel
International, Perusahaan Perancis melalui perusahaan SOFRATOME, dan
Pemerintah Itali melalui perusahaan CESEN. Dokumen yang dihasilkan dan
kemampuan analitis yang dikembangkan dengan program bantuan kerjasama
tersebut sampai saat ini masih menjadi dasar pemikiran bagi perencanaan dan
pengembangan energi nuklir di Indonesia khususnya di Semenanjung Muria.
Pada tahun 1989, Pemerintah Indonesia melalui Badan Koordinasi Energi
Nasional (BAKOREN) memutuskan untuk melakukan studi kelayakan yang
komprehensif termasuk investigasi secara mendalam tentang calon tapak PLTN
di Semenanjung Muria Jawa-Tengah. Pelaksanaan studi itu sendiri dilaksanakan di
bawah koordinasi BATAN, dengan arahan dari Panitia Teknis Energi (PTE),
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan dilakukan bersama-sama oleh
beberapa instansi lain di Indonesia.
Pada bulan Agustus tahun 1991, sebuah perjanjian kerja tentang studi
kelayakan telah ditandatangani oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia
dengan Perusahaan Konsultan NEWJEC Inc. Perjanjian kerja ini berjangka waktu
4,5 tahun dan meliputi pelaksanaan pekerjaan tentang pemilihan dan evaluasi
tapak PLTN, serta suatu studi kelayakan yang komprehensif tentang
kemungkinan pembangunan berbagai jenis PLTN dengan daya total yang dapat
mencapai 7000 MWe. Sebagian besar kontrak kerja ini digunakan untuk
melakukan pekerjaan teknis tentang penelitian pemilihan dan evaluasi tapak
PLTN di lokasi tapak di Semenanjung Muria.
Pada 2 tahapan pekerjaan yang pertama (Step 1-2) sudah dilakukan
dengan baik pada tahun 1992 dan 1993. Pada fase ini 3 buah calon tapak yang
spesifik sudah berhasil dilakukan dengan studi perbandingan dan ditentukan
rangkingnya. Sebagai kesimpulan didapatkan bahwa calon tapak terbaik adalah
tapak PLTN Ujung Lemahabang. Kemudian tahapan kegiatan investigasi akhir
(Step-3) dilakukan dengan mengevaluasi calon tapak terbaik tersebut untuk
melakukan konfirmasi apakah calon tapak tersebut betul dapat diterima dan
memenuhi standar internasional. Studi tapak PLTN ini akhirnya dapat
diselesaikan pada tahun 1995. Secara keseluruhan, studi tapak PLTN di
Semanjung Muria dapat diselesaikan pada bulai Mei tahun 1996. Selain
konfirmasi kelayakan calon tapak di Semanjung Muria, hasil lain yang penting
adalah bahwa PLTN jenis air ringan dengan kapasitas antara 600 s/d 900 MWe
dapat dibangun di Semenanjung Muria dan kemudian dioperasikan sekitar tahun
2004 sebagai solusi optimal untuk mendukung sistem kelistrikan Jawa-Bali.

Pada tahun-tahun selanjutnya masih dilakukan lagi beberapa studi
tambahan yang mendukung studi kelayakan yang sudah dlakukan, antara lain
studi penyiapan “Bid Invitation Specification” (BIS), studi pengembangan dan
evaluasi tapak PLTN, studi perencanaan energi dan kelistrikan nasional dan studi
pendanaan pembangunan PLTN. Selain itu juga dilakukan beberapa kegiatan
yang mendukung aktivitas desain dan pengoperasian PLTN dengan
mengembangkan penelitian di beberapa fasilitas penelitian BATAN, antara lain
penelitian teknologi dan keselamatan PLTN, proteksi radiasi, bahan bakar nuklir
dan limbah radioaktif serta menyelenggarakan kerjasama internasional dalam
bentuk partisipasi desain PLTN.
Akibat krisis multidimensi yang terjadi pada tahun 1998, maka dipandang
layak dan perlu untuk melakukan evaluasi kembali tentang kebutuhan (demand)
dan penyediaan (supply) energi khususnya kelistrikan di Indonesia. Untuk itu
suatu studi perancanaan energi dan kelistrikan nasional jangka panjang
“Comprehensive Assessment of Different Energy Resources for Electricity
Generation in Indonesia” (CADES) yang dilakukan dan diselesaikan pada tahun
2002 oleh sebuah Tim Nasional di bawah koordinasi BATAN dan BPPT (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dengan dukungan IAEA.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa kebutuhan energi di Indonesia
diproyeksikan meningkat di masa yang akan datang. Kebutuhan energi final
(akhir) akan meningkat dengan pertumbuhan 3,4% per tahun dan mencapai
jumlah sekitar 8146 Peta Joules (PJ) pada tahun 2025. Jumlah ini adalah sekitar 2
kali lipat dibandingkan dengan kebutuhan energi final di awal studi tahun 2000.
Pertumbuhan jenis energi yang paling besar adalah pertumbuhan kapasitas
pembangkitan energi listrik yang mencapai lebih dari 3 kali lipat dari kondisi
semula, yaitu dari 29 GWe di tahun 2000 menjadi sekitar 100 GWe di tahun
2025. Jumlah kapasitas pembangkitan ini, sekitar 75% akan dibutuhkan di
jaringan listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali). Dari berbagai jenis energi yang
tersedia untuk pembangkitan listrik dan dilihat dari sisi ketersediaan dan
keekonomiannya, maka energi gas akan mendominasi penyediaan energi guna
pembangkitan energi listrik, sekitar 40% untuk wilayah Jamali. Energi batubara
akan muncul sebagai pensuplai kedua setelah gas, yaitu sekitar 30% untuk
wilayah Jamali. Sisanya sekitar 30% untuk akan disuplai oleh jenis energi yang
lain, yaitu hidro, mikrohidro, geothermal dan energi baru dan terbarukan lainnya.
Diharapkan energi nuklir dapat menyumbang sekitar 5-6% pada tahun 2025.
Mengingat situasi penyediaan energi konvensional termasuk listrik
nasional di masa mendatang semakin tidak seimbang dengan kebutuhannya,
maka opsi nuklir dalam perencanaan sistem energi nasional jangka panjang
merupakan suatu solusi yang diharapkan dapat mengurangi tekanan dalam
masalah penyediaan energi khususnya listrik di Indonesia. Berdasarkan kajian
yang sudah dilakukan tersebut di atas maka diharapkan pernyataan dari semua
pihak yang terkait dengan pembangunan energi nasional bahwa penggunaan
energi nuklir di Indonesia sudah diperlukan, dan untuk itu perlu dimulai
pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sekitar tahun 2010,
sehingga sudah dapat dioperasikan secara komersial pada sekitar tahun 2016.
BATAN sebagai Lembaga Pemerintah, berdasarkan Undang-undang No. 10
Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, telah dan akan terus bekerjasama dengan
Lembaga Pemerintah terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga dan
Masyarakat Internasional, dalam mempersiapkan pengembangan energi nuklir di
Indonesia, khususnya dalam rangka mempersiapkan pengembangan energi
nuklir tersebut adalah studi dan kajian aspek energi, teknologi, keselamatan,

ekonomi, lingkungan hidup, sosial-budaya, dan manajemen yang tertuang dalam
bentuk rencana stratejik 2006-2010 tentang persiapan pengembangan energi
nuklir di Indonesia.

Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya
thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber
panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt
Listrik Tenaga Uap (PLTU), dimana menggunakan uap bertekanan tinggi untuk
memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah menjadi energi listrik.
Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas.
Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi
pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.
Daya sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, dan
untuk PLTN yang dibangun pada tahun 2005 mempunyai sebaran daya dari 600
MWe sampai 1200 MWe. Sampai tahun 2006 terdapat 443 PLTN yang beroperasi
di dunia, yang secara keseluruhan menghasilkan daya sekitar 1/6 dari energi
listrik dunia.
Pertanyaannya, bagaimana nuklir dapat menghasilkan listrik?Nuklir diproses
menghasilkan panas yang akan dipakai menggerakkan turbin pembangkit listrik.
Sesungguhnya prinsip kerja PLTN mirip dengan pembangkit listrik lainnya,
misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Uap bertekanan tinggi pada
PLTU digunakan untuk memutar turbin. Tenaga gerak putar turbin ini kemudian
diubah menjadi tenaga listrik dalam sebuah generator.
Letak perbedaan PLTN dengan pembangkit lain pada bahan bakar yang
digunakan untuk menghasilkan uap, yaitu Uranium. Reaksi pembelahan (fisi) inti
Uranium menghasilkan tenaga panas (termal) dalam jumlah yang sangat besar
serta membebaskan 2 sampai 3 buah neutron.
Peranan energi nuklir dalam pembangkitan listrik adalah sebagai upaya dalam
melakukan diversifikasi pasokan energi dalam bentuk listrik, selain itu juga
sebagai salah satu upaya konservasi energi guna mendunkung pengurangan
emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan.

Jenis-jenis PLTN
PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga
PLTN yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis
reaktor yang berbeda. Sebagai tambahan, beberapa jenis reaktor berikut ini, di
masa depan diharapkan mempunyai sistem keamanan pasif.
1. Reaktor Fisi
Reaktor daya fisi membangkitkan panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop fissil
uranium dan plutonium.
Selanjutnya reaktor daya fissi dikelompokkan lagi menjadi:
a. Reaktor thermal menggunakan moderator neutron untuk melambatkan
atau me-moderate neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi

fissi selanjutnya. Neutron yang dihasilkan dari reaksi fissi mempunyai
energi yang tinggi atau dalam keadaan cepat, dan harus diturunkan
energinya atau dilambatkan (dibuat thermal) oleh moderator sehingga
dapat menjamin kelangsungan reaksi berantai. Hal ini berkaitan dengan
jenis bahan bakar yang digunakan reaktor thermal yang lebih memilih
neutron lambat ketimbang neutron cepat untuk melakukan reaksi fissi.
b. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan
moderator neutron. Karena reaktor cepat menggunkan jenis bahan bakar
yang berbeda dengan reaktor thermal, neutron yang dihasilkan di reaktor
cepat tidak perlu dilambatkan guna menjamin reaksi fissi tetap
berlangsung. Boleh dikatakan, bahwa reaktor thermal menggunakan
neutron thermal dan reaktor cepat menggunakan neutron cepat dalam
proses reaksi fissi masing-masing.
Meski reaktor nuklir generasi awal berjenis reaktor cepat, tetapi
perkembangan reaktor nuklir jenis ini kalah dibandingkan dengan reaktor
thermal. Keuntungan reaktor cepat diantaranya adalah siklus bahan bakar
nuklir yang dimilikinya dapat menggunakan semua uranium yang terdapat
dalam urainum alam, dan juga dapat mentransmutasikan radioisotop yang
tergantung di dalam limbahnya menjadi material luruh cepat. Dengan
alasan ini, sebenarnya reaktor cepat secara inheren lebih menjamin
kelangsungan ketersedian energi ketimbang reaktor thermal. Lihat juga
reaktor fast breeder. Karena sebagian besar reaktor cepat digunakan
untuk menghasilkan plutonium, maka reaktor jenis ini terkait erat dengan
proliferasi nuklir.
c. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar ketimbang
menggunakan reaksi berantai untuk menghasilkan reaksi fissi. Hingga
2004 hal ini hanya berupa konsep teori saja, dan tidak ada purwarupa
yang diusulkan atau dibangun untuk menghasilkan listrik, meskipun
beberapa laboratorium mendemonstrasikan dan beberapa uji kelayakan
sudah dilaksanakan.

2. Reaktor Fusi
Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan
hanya sedikit limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan
yang lebih baik. Namun demikian, saat ini masih terdapat kendal-kendala bidang
keilmuan, teknik dan ekonomi yang menghambat penggunaan energi fusi guna
pembangkitan listrik. Hal ini masih menjadi bidang penelitian aktif dengan skala
besar seperti dapat dilihat di JET, ITER, dan Z machine.

Keuntungan dan kekurangan
1. Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya
adalah:
a. Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas
rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan
dan hanya sedikit menghasilkan gas)

b. Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert
karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida,
partikulate atau asap fotokimia
c. Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)
d. Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan
e. Ketersedian bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat
sedikit bahan bakar yang diperlukan
f. Baterai nuklir - (lihat SSTAR)
2. Berikut ini berberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN:
a. Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan
Chernobyl (yang tidak mempunyai containment building)
b. Limbah nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat
bertahan hingga ribuan tahun. AS siap menampung limbah ex PLTN dan
Reaktor Riset. Limbah tidak harus disimpan di negara pemilik PLTN dan
Reaktor Riset. Untuk limbah dari industri pengguna zat radioaktif, bisa
diolah di Instalasi Pengolahan Limbah Zat Radioaktif, misal yang dimiliki
oleh BATAN Serpong.