pembangkit listrik tenaga angin (6)

Cara kerja dari pembangkitan listrik tenaga angin ini yaitu awalnya energi angin memutar
turbin angin. Turbin angin bekerja berkebalikan dengan kipas angin (bukan menggunakan
listrik untuk menghasilkan listrik, namun menggunakan angin untuk menghasilkan listrik).
Kemudian angin akan memutar sudut turbin, lalu diteruskan untuk memutar rotor pada
generator di bagian belakang turbin angin. Generator mengubah energi gerak menjadi energi
listrik dengan teori medan elektromagnetik, yaitu poros pada generator dipasang dengan
material ferromagnetik permanen. Setelah itu di sekeliling poros terdapat stator yang bentuk
fisisnya adalah kumparan-kumparan kawat yang membentuk loop. Ketika poros generator
mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang akhirnya karena terjadi
perubahan fluks ini akan dihasilkan tegangan dan arus listrik tertentu. Tegangan dan arus
listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan
oleh masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa
AC (alternating current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih sinusoidal. Energi
Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.
Cara kincir angin bekerja sangat sederhana yaitu:
Angin akan meniup bilah kincir angin sehingga bilah bergerak
 bilah kincir angin akan memutar poros didalam nacelle
Poros dihubungkan ke gearbox, di gearbox kecepatan perputaran poros
ditingkatakandengan cara mengatur perbandingan roda gigi dalam gearbox
gearbox dihubungkan ke generator. generator merubah energi mekanik menjadi
energilistrik

dari generator energi listrik menuju transformer untuk menaikan tegangannya
kemudian baru didistribusikan ke konsumen
Turbin angin dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu: turbin angin sumbu horizontal
dan turbin angin sumbu vertikal(Daryanto, 2007)
Turbin Angin Sumbu Horisontal
Turbin angin sumbu horizontal ialah jenis turbin angin yang paling banyak digunakan. Turbin
ini terdiri dari sebuah menara yang di puncaknya terdapat sebuah baling-baling yang
berfungsi sebagai rotor dan menghadap atau membelakangi arah angin. Kebanyakan turbin
angin jenis ini mempunyai dua atau tiga bilah baling-baling walaupun ada juga turbin bilah
baling-balingnya kurang atau lebih daripada yang disebut diatas. Contoh turbin angin sumbu
horizontal ditunjukan pada Gambar 1.
Turbin angin sumbu vertikal
Turbin sumbu vertikal dibagi menjadi dua jenis yaitu: Savonius dan Darrieus.
a.

Turbin Darrieus

Turbin Darrieus mula-mula diperkenalkan di Perancis pada sekitar tahun 1920-an. Turbin
angin sumbu vertikal ini mempunyai bilah-bilah tegak yang berputar kedalam dan keluar dari
arah angin (Daryanto, 2007). Contoh turbin Darrieus ditunjukkan pada Gambar 2.


b.

Turbin Savonius

Turbin Savonius diciptakan pertama kali di negara Finlandia dan berbentuk S apabila dilihat
dari atas. Turbin jenis ini secara umumnya bergerak lebih perlahan dibandingkan jenis turbin
angin sumbu horizontal, tetapi menghasilkan torsi yang besar. Contoh turbin Savonius
ditunjukkan pada Gambar 3..

Gaya Aerodinamik pada Turbin angin Darrieus
Prinsip kerja dari rotor Darrieus dapat disederhanakan. Pertama, asumsikan arah angin datang
dari depan rotor baling-baling. Ketika pergerakan rotor lebih cepat menyamai dengan
kecepatan angin yang tak terganggu yaitu ratio kecepatan bladedengan kecepatan angin
bebas, tsr > 3. Gambar 4 menunjukan garis vektor percepatan dari bentuk airfoil balingbaling pada posisi angular yang berbeda-beda (Arsad et al, 2009)

1.

Panah biru – kecepatan angin relatif.


2.

Panah merah – kecepatan relatif ke baling-baling.

3.

Panah hitam – resultan kecepatan udara relatif ke baling-baling.

4.

Panah hijau – gaya angkat (lift force).

5.

Panah abu-abu – gaya seret (drag force).

Dengan nilai tsr yang tinggi, baling-baling akan ”memotong” melalui angin dengan sudut
serang (angle of attack) yang kecil. Resultan gaya angkat (lift) akan membantu perputaran
baling-baling, sedangkan gaya seret (drag) akan melawan perputaran dari baling-baling itu.
Ketika gaya angkat nol pada sisi kiri (0˚) dan sisi kanan (180˚) dengan baling-baling simetris

bergerak pararel menuju arah angin, torsi berubah menjadi negatif disekitar posisi ini.
Mendekati posisi depan (90˚) dan posisi dibelakang (270˚), komponen dari gaya 15 angkat
(lift) lebih besar dibandingkan gaya seret (drag) sehingga menghasilkan torsi. Torsi total per
satu putaran akan bernilai positif jika baling-baling diposisikan pada tempat yang tepat
sehingga rotor akan berputar pada arah yang benar (Arsad et al, 2009)
Keuntungan turbin angin Darrieus (Kragten, 2004):
a.

tidak memerlukan pengarah angin dan memerlukan konstruksi yang mudah.

b. biaya pembuatannya lebih murah dibanding dengan turbin angin sumbu horisontal dan
memiliki desain rotor yang lebih mudah
c.

dapat digunakan di kecepatan angin rendah.

Kerugian turbin angin Darrieus ( Kragten, 2004):
a.

tidak memiliki sistem self starting.


b.

rumit dalam pembuatan sudunya.

c.

Sudut serang berubah ubah seiring dengan berputarnya turbin.

Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki poros/sumbu rotor utama yang
disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke
angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah
anginnya sangat bervariasi. VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah.
Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi
menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan.
Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke
dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan.
Turbin angin sumbu vertikal ini dibuat agar tetap bisa berputar dengan kecepatan angin yang
rendah, sehingga memiliki dimensi yang kecil. Hal ini menyebabkan daya yang dihasilkan
turbin ini rendah. Prinsip kerja dari turbin ini adalah :

Tenaga untuk memutar turbin berasal dari tenaga angin.
Turbin tetap akan berputar tanpa harus mengikuti arah sumber angin.
Turbin yang berputar berarti juga memutar rotor yang mempunyai magnet permanen
didalamnya sehingga menyebabkan GGL induksi.
Tegangan dihasilkan dari generator sederhana jenis sinkron yang terdiri dari 4 magnet
permanen dan 4 kumparan email.
Tegangan yang dihasilkan adalah AC sehingga perlu diubah menjadi DC untuk dapat
digunakan mengisi baterai.
Tegangan dan arus yang dihasilkan bergantung dari kecepatan angin yang memutar turbin.
Jenis turbin angin[sunting | sunting sumber]
Jenis turbin angin ada 2, yaitu :
Turbin angin sumbu horizontal
Turbin angin sumbu tegak (misalnya turbin angin Darrieus)
Turbin angin sumbu horizontal

Turbin angin megawatt pertama di dunia berada di Castleton, Vermont
Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama dan generator listrik di
puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-baling angin (balingbaling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya
menggunakan sebuah sensor angin yang digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian
besar memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih

cepat berputar.
Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin biasanya diarahkan
melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar mereka tidak terdorong
menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan
di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan.
Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu penting,
sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin). Meski memiliki
permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan angin) dibuat karena tidak
memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan dengan angin, dan karena di
saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi
wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilahbilah itu.
Kelebihan TASH[sunting | sunting sumber]
Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat di tempat-tempat
yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju dan arah angin antara dua titik yang
jaraknya relatif dekat di dalam atmosfer bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap
sepuluh meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%.
Kelemahan TASH[sunting | sunting sumber]
Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90 meter sulit diangkut.
Diperkirakan besar biaya transportasi bisa mencapai 20% dari seluruh biaya peralatan turbin
angin.


TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang sangat tinggi dan mahal
serta para operator yang tampil.
Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah yang berat, gearbox,
dan generator.
TASH yang tinggi bisa memengaruhi radar airport.
Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu penampilan
lansekap.
Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang disebabkan oleh turbulensi.
TASH membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk membelokkan kincir ke arah
angin.
Turbin Angin Sumbu Vertikal[sunting | sunting sumber]

Turbin angin Darrieus30 m diKepulauan Magdalen
Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki poros/sumbu rotor utama yang
disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke
angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah
anginnya sangat bervariasi. VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah.
Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi
menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Tapi

ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga putaran yang berdenyut. Drag (gaya
yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja
tercipta saat kincir berputar.
Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke
dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan. Kecepatan angin
lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang
sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang
bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran,
diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau
mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin

kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik optimal bagi energi angin yang
maksimal dan turbulensi angin yang minimal.
Kelebihan TASV[sunting | sunting sumber]
Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw.
Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan bagian-bagiannya
yang bergerak jadi lebih mudah.
TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang terlihat secara
melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan yang tinggi sembari

mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.
Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak atau empat persegi
panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk diameter tertentu daripada wilayah
tiupan berbentuk lingkarannya TASH.
TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH. Biasanya TASV
mulai menghasilkan listrik pada 10 km/jam (6 m.p.h.)
TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan putaran dari ujung
sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil
kemungkinannya rusak di saat angin berhembus sangat kencang.
TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi dilarang dibangun.
TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari berbagai lokasi
yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin (seperti gunung atau bukit yang
puncaknya datar dan puncak bukit),
TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.
Kekurangan TASV[sunting | sunting sumber]
Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi TASH karena drag
tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.
TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencang di elevasi yang
lebih tinggi.

Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan membutuhkan energi untuk
mulai berputar.
Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya memberi tekanan pada
bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke
puncak bantalan meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup.

Turbin angin di desa Pandansimo
Sebanyak 33 menara kincir angin berdaya listrik 56 Kilowatt (KW) berhasil dibangun. Selain
itu didirikan pula 218 panel surya berkapasitas 27 KW. Total daya PLTH Pandansimo
mencapai 83 KW. Teknologi PLTH ini memanfaatkan potensi sumber daya angin laut dan
angin darat di pantai Pandasimo Bantul yang berkecepatan rata-rata 3-4 meter/detik dan
intensitas sinar matahari yang besar.
“Dinamakan hibrid karena mengombinasikan tenaga angin dan surya. Kadangkala angin
tidak berhembus atau matahari terhalang mendung, sehingga untuk mencukupi pasokan
listrik harus didapat dari keduanya.
Putaran kincir angin akan menggerakkan generator yang menghasilkan arus listrik. Begitu
juga, panel surya akan menyerap sinar dan panas matahari yang kemudian dikonversi
menjadi arus listrik. Arus listrik ini disalurkan ke Rumah Kontrol. Dari sini lalu
disinkronisasi oleh Integrated Solar and Wind Regulator untuk mengisi arus listrik ke baterai.
Terdapat 268 buah baterai yang disimpan pada Bank Baterai bertegangan 220V. Di Bank
Baterai, arus listrik berjenis DC ini disimpan. Kemudian agar diperoleh arus listrik yang bisa
dikonsumsi, dari baterai dialirkanlah ke inverter sebagai pengubah arus dari DC ke AC.
Setelah itu, arus listrik baru akan disalurkan kepada para pengguna.