MAKALAH SIMULASI DEBAT POLITIK Kampanye

MAKALAH SIMULASI DEBAT POLITIK
(Kampanye dan Debat Antar Calon Presiden)

MATA KULIAH KOMUNIKASI POLITIK

Disusun Oleh:
Ryanita Arrini
125120209111005

E.IK.5

Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Malang
2013

BAB I
PENDAHULUAN
Pemilu adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya,
dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi, merupakan suatu bagi pemerintah untuk

melaksanakan Pemilu. Sesuai dengan azas bahwa rakyatlah yang berdaulat, maka semuanya
itu harus dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya. Apabila pemerintah tidak
mengadakan Pemilu atau memperlambat Pemilu tanpa persetujuan dari wakil-wakil rakyat,
berarti pemerintah telah melakukan suatu pelanggaran terhadap hak-hak asasi. Akan timbul
keraguan, apabila suatu pemerintah menyatakan dirinya sebagai pemerintah dari rakyat, tetapi
pembentukannya tidak didasarkan kepada hasil Pemilu.
Dengan Pemilu maka demokrasi dapat ditegakan di negara Indonesia karena menurut
prinsip demokrasi negara diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Apabila
suatu pemerintah menyatakan dirinya sebagai pemerintah dari rakyat maka hal itu harus
sesuai dengan hasil Pemilu. Karena itulah pemilu menjadi suatu syarat.mutlak bagi suatu
negara demokrasi, untuk melaksanakan kedaulatan rakyat. Di negara demokrasi, pemilu
merupakan aktivitas periodik yang diatur dalam konstitusi atau Undang-undang Dasar.
Pemilu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan demokrasi, karena pada saat
itulah rakyat berkesempatan mencurahkan segala aspirasinya kepada para kandidat/politisi
dalam rangka membangun bangsa. Dalam setiap pemilu, tentu ada kampanye, dan setiap
kampanye pasti melibatkan sejumlah orang. Para kandidat/politisi berkampanye untuk
mempengaruhi massa dan meraih dukungan massa sebanyak-banyaknya, dalam pemilu
parlemen ataupun pemilu eksekutif, seperti presiden, gubernur, bupati, atau walikota.
Kampanye itu penting agar kandidat/politisi bisa dikenal oleh rakyat/konstituen,
sehingga pada saat berlangsungnya Pemilu, kandidat tadi mendapat dukungan riil massa yang

dibuktikan dengan jumlah suara yang memadai untuk memenuhi syarat sebagai anggota
parlemen atau presiden. Para kandidat/politisi berkampanye, karena termotivasi oleh berbagai
kepentingan, sehingga apabila masuk dalam sistem dirinya memiliki keleluasaan untuk
menyuarakan aspirasi masyarakat sekaligus menyalurkan ambisi dirinya sejalan dengan
keinginan para pendukungnya. Bagi orang yang sudah dikenal luas, kampanye merupakan
pengenalan lanjutan. Berbeda dengan yang baru dikenal yang harus mengawali dari bawah
dengan ekstra energi. Dalam kampanye, masalah program akan menjadi perhatian serius
kandidat karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Dalam hal ini, tentu para politisi akan
senantiasa membaca situasi dan kondisi masyarakat pemilih agar programnya diterima pasar.

Tidak heran apabila para kandidat/politisi memiliki perbendaharaan program yang baku dan
spontanitas (tiba-tiba) yang dicanangkan sesuai dengan keperluan pasar tadi.
Saat kampanye adalah saat yang menentukan bagi kandidat. Kandidat benar-benar
diuji kemampuannya mulai penampilan, gaya bicara, hingga materi program. Kandidat yang
tidak mampu meyakinkan massa pemilih dan para pendukungnya, atau kandidat yang terkena
tuduhan skandal/kasus amoral, reputasinya akan mengalami penurunan di mata massa
pemilih. Kampanye merupakan ajang adu kekuatan pengaruh, pengenalan diri, dan adu
program. Kandidat yang mampu menawarkan program menarik dan menjanjikan cenderung
mendapat dukungan massa selama massa itu “mempedomani” program. Juru kampanye tidak
mengumbar janji yang berlebihan, tapi berusaha menyampaikan sesuatu dibarengi dengan

empati kandidat terhadap konstituen.
Pemilihan Umum di Indonesia, khususnya Pemilu Presiden yang menggunakan sistem
baru ini, dapat dikatakan sebagai pembelajaran bagi kandidat, rakyat, dan pemerintah.
Namun, sayangnya, pada kampanye di televisi, misalnya, tidak ada debat antar kandidat,
yang ada hanya monolog dan dialog antara kandidat dengan penonton di studio. Demikian
pula di surat kabar dan spanduk, tidak pernah ditemukan kampanye negatif dalam arti positif,
padahal kran kebebasan pers terbuka lebar. Saat itu para kandidat dalam kampanyenya lebih
banyak menekankan kesejahteraan dengan gaya bahasa santun, persuasif dibarengi dengan
penampilan yang necis dan simpatik. Selain itu, muncul ajakan kepada pemilih dengan
bahasa-bahasa ringan dan lucu. Bahasa-bahasa ringan muncul seolah-seolah sebagai
refreshing atas bosannya konstituen terhadap janji-janji para kandidat, dan konon bahasa itu
muncul setelahtim sukses/tim manajemen kandidat masing-masing melihat situasi pasar yang
berkembang.
Simulasi dalam politik telah mereproduksi kesadaran baru bagi masyarakat dalam
jebakan false counciusness, ketika yang palsu justru lebih digandrungi ketimbang yang rill
atau nyata. Dalam kontes pesta demokrasi populisme adalah kiblat utama pencapaian politik.
Dunia simulasi selalu mngantarkan populisme sebagai pemenang, menenggelamkan
idealisme. Tidak mengherankan ketika realitas partai hari ini justru hanya mengandalkan
popularitas artis ketimbang dengan memperkuat kaderisasi. Pembengkakan artis yang masuk
dalam politik bukan untuk melarang, melainakan sebuah hal harus diketahui bahwa dunia

politik tidak semudah dan semudah memetik gitar dibuktikan dengan beberapa artis yang
justru banyak mengundurkan diri setelah jabatan telah melekat.
Kesadaran politik masyarakat yang rendah dengan mudahnya dijebak dalam simulasi
politik, tereksploitasi atas dulangan suara para pemangku kepentingan, ketika masyarakat

telah tersandera dengan citra, terjebak pada kesadaran pragmatis, maka nurani politik pun
terpasung oleh realitas falsity. Tentu kita tidak berharap bahwa sandiwara kekuasaan berupa
kegaduhan elit politik ditahun politik ini tidak mengakibatkan kegaduhan ditingkatan
masyarakat bawah. Rendahnya kesadaran politik masyarakat tidak lepas dari sistem politik
kita yang cenderung bercorak instan. Janji-janji politik tidak lagi berbasis ideologis
melainkan murni pembentukan kesadaran palsu. Seolah-olah persoalan-persoalan masyarakat
yang kompleks, kesejahteraan, isu kemiskinan dan ketimpangan, tawuran sosial, korupsi,
kedaulatan ekonomi yang tidak berdaulat (kelangkaan pangan dan minyak/BBM) serta
keadilan dapat dibangun dan diseleseikan dalam hitungan detik. Politisi sepertinya
menjajakan surga yang serba instant sebagai halusinasi estetik. Meskipun kita tahu persoalan
yang melanda masyarakat ini adalah persoalan laten bukan persoalan yang instant.
Kuatnya pembentukan kesadaran simulasi ini semakin menguat setelah peran-peran
politik berafiasi dengan keberadaan sebagian media yang tidak berfungsi sebagai penyampai
informasi, melainkan mendikte masyarakat tentang kepentingan. Ketika media telah bergeser
fungi menjadi corong politik, menapilkan realitas artificial yang bersembunyi dalam realitas

faktual. Citra yang merakyat, citra kesederhanaan temporer menguasai dan mengeksploitasi
kesadaran masyarakat ditengah budaya politik masyarakat yang rendah, meskipun
didalamnya terkandung unsur syahwat tirani kuasa. Konsumerisme politik masyarakat
kemudian mengonsumsi dagangan politik bukan atas dasar kepentingan ideologis melainkan
kepetingan ekonomis yang opurtunis dan pragmatis.

BAB II
REVIEW SIMULASI POLITIK
Belajar Demokrasi dengan simulasi Pemilu dalam kelas komunikasi politik E.IK.5
diikuti dengan semangat sekali. Proses kreatif dimulai pada awalnya dengan membagi kelas
menjadi beberapa kelompok kandidat (dan tim suksesnya) dan mengutarakan visi misi
mereka, hingga satu persatu kandidat berguguran dan yang tersisa hanya tinggal tiga orang
kandidat presiden. Masing-masing kandidat yang tersisa kemudian mengutarakan visi
misinya lagi dan melakukan debat secara terbuka dihadapan khalayak ramai. Mereka terlihat
sudah mempersiapkan diri masing-masing. Namun, pada kesempatan debat ini hanya ada dua
kandidat yang hadir dari sebelumnya ada tiga kandidat, yaitu Bintang Adiyaksa, Mas
Nayyirotul A dan I Made Nara Virjana. Dalam simulasi politik ini juga terdapat Komisi
Pemilihan Umum (KPU), Pengawas Pemilu (Panwaslu), Komentator, dan pakar politik.
Masing-masing melakukan fungsi dan tugasnya sesuai dengan peran masing-masing. Saya
disini sebagai komentator akan menuliskan review dari beberapa pertanyaan yang saya dan

rekan saya ajukan dan juga pertanyaan yang lainnya. Sebelum memasuki review pertanyaan,
berikut merupakan review visi dan misi dari masing-masing kandidat:

KANDIDAT I
Nama

: Mas Nayyirotul A.

Tagline

: Saya tidak akan mengumbar janji.

Visi

: Negara yang tertata rapi dan manusiawi dengan kepemimpinan dan
pemerintahan yang bersih dan melayani.

Misi

: Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada

pelayanan publik.

KANDIDAT II
Nama

: Bintang Adiyaksa

Tagline: Calon Presiden kedua yang terbaik dan terhebat.
Visi

: Indonesia menjadi Macan Asia.

Misi

:

 Tercapainya ekonomi bangsa yang mandiri, berdaya saing dan berkeadilan demi
terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

 Mewujudkan pemerintahan yang bersih, berwibawa, demokratis dengan pengambilan

keputusan yang cepat dan tepat.
 Mewujudkan kesejahteraan sosial, ketahanan budaya dan otonomi daerah yang yang
sehat, efisien dan efektif untuk lebih memantapkan integrasi nasional yang lebih
menjamin kebhinekaan.
 Mewujudkan bangsa yang aman, tentram, damai dengan penegakan hukum dan Hak
Asasi Manusia.
 Mewujudkan Indonesia yang dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain dalam
bidang ekonomi dan politik.
KANDIDAT III
Nama

: I Made Nara Virjana

Tagline: Pangan untuk Indonesia! Indonesia untuk dunia
Visi

: Tegaknya toleransi kehidupan serta menjunjung tinggi budaya asli

Misi


:



Meningkatkan kesejahteraan penjual kuliner



Meningkatkan cita rasa kuliner local

Berikut nama pakar politik yang turut berpartisipasi dalam simulasi politik ini:
Pakar 1 : Ratu Nafisah Latief
Pakar 2 : Yudha Pranata
Pakar 3 : Aisyah
Berikut nama komentator yang turut berpartisipasi dalam simulasi politik ini:
Komentator 1 : Ryanita Arrini
Komentator 2 : Alief
Dan juga, ada satu orang yang mewakili khalayak untuk menyampaikan aspirasinya kepada
para calon presiden, yaitu Anggi Tanjung.


Berikut uraian transkrip pertanyaan dan jawaban yang terjadi pada saat simulasi debat calon
presiden:
SESI PENYAMPAIAN VISI-MISI KANDIDAT PERTAMA
Pertanyaan
Pakar 1

: 1. Dalam visi anda, disebutkan negara yang tertata rapi. Boleh dijelaskan
negara yang tertata rapi itu seperti apa?
2. Sebelumnya anda sebutkan dalam misi anda adalah berorientasi pada
pelayanan publik dimana salah satunya adalah media. Jadi bagaimana cara
anda membangun minat masyarakat terhadap politik dengan menggunakan
pelayanan publik dalam hal ini media?

Jawaban
Capres 1

: Dalam membentuk negara yang tertapa rapi banyak hal yang diperlukan.
Poin pertama sendiri adalah pemimpinnya dulu, jadi jika pemimpinnya sudah
bersih, sudah memiliki sistem yang bagus maka bawahnya juga akan
tersusun dengan rapi. Tetapi jika pertama saja pemimpinnya sudah tidak baik,

maka akan menjadikan contoh untuk bawahannya mengikuti. “Atasannya
saja tidak baik apalagi bawahannya”.
Saya disini sebagai Calon Presiden. Saya bekerja bukan untuk kepentingan
saya, karena jika pemimpin memiliki kepentingan maka kemudian harinya
akan mendahulukan kepentingannya dan golongannya saja. Jadi saya disini
tidak memiliki kepentingan selain untuk rakyat. Saya nantinya tidak akan
duduk di kantor tetapi akan turun ke lapangan, sehingga semua permasalahan
yang ada pada masyarakat. Saya tidak akan bermewah-mewahan dalam
kantor, tetapi saya akan melayani publik dengan hati nurani dan saya akan
mempersilahkan masyarakat untuk datang ke kantor saya untuk mengadukan
permasalahannya.
Jadi dengan sikap seperti itu maka minat dan partisipasi politik dari
masyarakat akan memiliki presentase yang lebih tinggi. Sebab saya pikir,
banyak mahasiswa dan pelajar yang apatis terhadap politik karena melihat
kenyataannya banyak politisi dan pejabat yang mengumbar janji-janji namun

penerapannya tidak terbukti, tidak ada hasilnya. Jadi poin yang penting bagi
saya adalah contoh sebagai pemimpin.
Pertanyaan
Pakar 2

: 1. Retorika dari pernyataan yang diberikan memang sudah baik, namun
bagaimana bentuk kerja nyata dari Capres Mas Nayyirotul?
2. Terlihat bahwa anda mengangkat bagian dari kebudayaan dan agama
tertentu. Bagaimana cara anda agar bagian dari agama lain bisa mendapat
perlakuan yang sama, sehingga anda dapat merangkul kaum minoritas dan
pemeluk kepercayaan lain?

Jawaban
Capres 1

: Program kerja nyata dalam agenda saya ada cukup banyak, diantaranya yang
pertama dalam hal birokrasi, saya akan melaksanakan reformasi birokrasi,
menjadi birokrasi yang bersih, transparan dan professional. Yang kedua
dalam bidang ekonomi, saya akan membangun sebuah mall khusus untuk
pedagang kaki lima, sehingga pedagang kaki lima menjadi tertib dan tidak
menggunakan badan jalan (trotoar) sebagai tempat usaha. Selanjutnya yang
ketiga dalam bidang kebudayaan, saya akan merevitalisasi fasilitas tempat
wisata yang ada di Indonesia. Lalu yang keempat dalam bidang kesehatan,
saya akan memperpendek birokrasi pelayanan kesehatan yang saat ini
menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu menjadi Kartu Indonesia
Sehat. Kemudian poin kelima, saya akan menjalankan amanat UU, dengan
mengimplementasikan Wajib Belajar 9 tahun dan pelayanan pendidikan
siswa dari keluarga yang tidak mampu.
Untuk menjawab pertanyaan kedua dimana hal berkaitan dengan agama,saya
memiliki 3 konsep. Yang pertama adalah Garuda Indonesia, Garuda atau
Bhineka Tunggal Ika, yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu. Indo
yang menyatakan suku, ras, agama dan lainnya. Maka saya akan menganut
dasar

reformasi

kita,

reformasi

pancasila.

Selanjutnya

saya

akan

menggunakan kitab suci dan menganut dasar agama saya. Jika agama
dihubungkan dengan politik memang akan sedikit rumit, tetapi sebenarnya
pesoalan agama disini akan sangat penting. Baik dalam Islam, Kristen,

Katolik, Hindu, Budha karena setiap agama memiliki kitab suci dan tentunya
tidak ada agama yang mengajarkan keburukan. Oleh karena saya akan
menggunakan Bhineka Tunggal Ika, lalu kitab suci dari agama dan Pancasila
sebagai pedoman dasar NKRI.
Pertanyaan
Komentator 1 : Dalam pernyataan anda sebelumnya, anda menyebutkan untuk membangun
pemerintahan yang bersih dan transparan, hal ini berarti anda kontra dengan
korupsi. Namun bagaimana jika dalam pemerintahan yang anda pimpin salah
satu bawahan anda melakukan KKN. Hukuman apa yang tepat untuk orangorang dalam cabinet anda yang melakukan korupsi dan bawahan anda yang
melakukan KKN?
Jawaban
Capres 1

: Sekarang memang marak terjadi korupsi, bahkan mungkin pemimpin yang
tidak melakukan korupsi mungkin dapat dihitung bisa jadi sekitar 90%.
Namun jika pertanyaannya adalah bagaimana jika bagian dari kabinet saya
melakukan tindakkriminal yakni korupsi tersebut. Apabila melihat realita
yang ada iklan saat Presiden SBY masih bersama Wapres Jusuf Kalla. Beliau
melakukan kampanye melalui media ada iklan untuk berkata tidak korupsi.
Saat itu hampir semua orang menolak korupsi, berkata tidak. Tapi pada
kenyataannya orang-orang yang mengatakan tidak itu juga melakukan
korupsi. Hal ini saya jadikan pelajaran, bahwa saya tidak akan hanya
mengatakan tidak pada korupsi, tetapi saya juga akan melakukan bimbingan
pada bawahan-bawahan saya dengan sistem-sistem yang saya miliki. Jika
bawahan

saya

tidak

mentaati

sistem

yang

sayabuat

maka

saya

akanmemecatnya.mungkin saya akan mengikuti cara Jokowi, karena jika
seseorang sudah melakukan korupsi maka akan terus melakukan hal itu.
Pertanyaan
Komentator 1 : Apa yang akan anda lakukan untuk membentuk pemerintahan yang bersih
dan transparan tersebut?

Jawaban
Capres 1

: Saya akan melakukan sistem demokrasi. Demokrasi berarti dari rakyat, untuk
rakyat dan oleh rakyat. Jadi pelayanan publik memang diberikan hanya untuk
rakyat

Pertanyaan
Komentator 1 : Mengapa anda tidak membuat sistem agar anggota kabinet anda untuk tidak
menerima gratifikasi?
Jawaban
Capres 1

: Tidak.

Pertanyaan
Komentator 1 : Mengapa anda tidak akan membuat kebijakan seperti itu, karena problem
seperti itu (kebijakan untuk tidak menerima gratifikasi) adalah problem yang
sulit diatasi?
Jawaban
Capres 1

: karena sekarang contohnya saja ada namanya subsidi BBM, disini
mengartikan bahwa rakyat dalam negara ini tidak membutuhkan hal itu.
Kemudian pajak mobil yang murah, dikatakan bahwa kebijakanitu akan
membantu masyarakat. Tapi menurut saya hal itu adalah kebijakan yang tidak
tepat.

Kebijakan

tersebut

hanya

mempersulit

orang

miskin

dan

mempermudah orang kaya. Jika diteruskan yang miskin akan terus miskin
dan yang kaya akan semakin kaya. Jadi disini yang dibutuhkan oleh orang
miskin adalah hal-hal seperti sembako murah dan menyediakan lokasi untuk
usaha, bukan seenaknya saja menggusur tetapi memindahkan. Karena jika
melakukan penggusuran maka pedagang kaki lima menggunakan bahu jalan,
seperti juga motor menggunakan trotoar akan menjadi tidak adil. Menurut
saya, kita itu duduk untuk rakyat, tidak melakukan diskriminasi dan
menguntungkan golongan atas saja tetapi juga memberikan tempat bagi
rakyat tersebut.

Pertanyaan
Komentator 1 : Jadi sebenarnya maksud saya dalam gratifikasi disini adalah mengenai
kebijakan untuk tidak menerima pemberian dari orang lain.
Jawaban
Capres 1

: Tentu tidak.

SESI PENYAMPAIAN VISI-MISI KANDIDAT KEDUA
Pertanyaan
Pakar 3

: Tadi dikatakan mewujudkan Indonesia yang luar biasa dengan membangun
ekonomi mandiri. Ekonomi yang mandiri itu seperti apa?

Pakar 1

: Saya ingin menambahkan, dari segi komunikasi yang anda sampaikan
sebagai tagline dalam visi-misi anda bahwa anda sebagai calon presiden
terbaik dan terhebat. Menurut saya, menggunakan kata-kata seperti itu sangat
arogan. Apakah anda merasa dapat mewakili masyarakat minoritas dengan
arogansi yang anda tunjukkan seperti itu. Bagaimana anda menarik perhatian
masyarakat tersebut jika anda bersikap arogan?

Jawaban
Capres 2

: Ekonomi yang mandiri adalah ekonomi

yang bisa berdiri sendiri. Jadi

masyarakat dapat membiayai usahanya tanpa perlu melakukan pinjaman dari
pihak lain. Hal ini agar masyarakat tidak lagi terlilit hutang dalam melunasi
pinjamannya.
Masyarakat Indonesia memang perlu di perlakukan secara arogan. Karena
tanpa arogansi, masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang tidak mandiri
sehingga terjadilah kerumitan pengurusan hal-hal yang sepele.
Pertanyaan
Pakar 3

: Untuk membangun ekonomi yang mandiri memerlukan modal. Jika tidak
meminjam, darimana modal itu di dapatkan?

Kemudian, masing-masing dari kedua calon presiden memiliki personal
branding-nya sendiri.jadi bagaimana para calon ingin memposisikan dirinya,
saya rasa bukanlah masalah apakah calon yang satu ingin menjadi arogan
sementara yang lain tidak.
Pakar 2

: Tadi anda katakan bahwa masyarakat Indonesia, khususnya minoritas perlu
di arogansikan, pertanyaannya bagaimana cara anda memenangkan
pemilihan ini sehingga kaum minoritas dapat memilih anda. Apa yang akan
anda lakukan?

Jawaban
Capres 2

: Untuk mewujudkan ekonomi mandiri memang diperlukan modal. Tapi
pertama-tama perlu diberikan pendidikan yang cukup bagi enterpreneur
Indonesia, yaitu dengan mengajarkan mereka untuk menabung, karena
menabung baik untuk kita semua. Dengan menabung, maka mereka akan
memiliki cukup modal dalam membangun usahanya.
Pertanyaan yang sangat brilliant, tapi untuk merangkul masyarakat minoritas
adalah hal yang sangat mudah karena saya memiliki tim sukses yang
berkualitas, sehingga persoalan tersebut dapat diatasi dengan mudah. Hanya
perlu memberikan pernyataan-pernyataan (capres mengatakan “spik”, yang
dalam bahasa Indonesia slang hal ini berarti hanya omong kosong, banyak
omong, omong kosong, berbicara bohong. Dari asal–usul kata atau etimologi,
berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu "speak" yang artinya berbicara, bicara)
sehingga kaum minoritas tersebut akan memilih saya.

Pertanyaan
Komentator 2 : Menurut tim komentator khususnya saya, terdapat kekurangan pada unsur
etika dan estetika dari penampilan anda. Namun berdasarkan gaya bahasa
anda yang jujur dan polos, kami dapat memprediksikan bahwa anda memiliki
potensi untuk lebih dekat dengan rakyat dibandingkan pesaing anda. Namun
hal tersebut tidak mempengaruhi elektabilitas kedua calon presiden.
Dengan studi kasus yang akan saya berikan kepada anda, semoga kita dapat
melihat apakah anda adalah sosok pemimpin yang tepat. Hal yang akan saya

bahas adalah mengenai OPM (Organisasi Papua Merdeka), kita saat ini
mengalami situasi membingungkan. Karena daerah OPM ini merupakan aset
paling berharga bagi Indonesia, namun disisi lain kedaulatan Indonesia
benar-benar dijajah saat mereka mengibarkan bendera OPM. Pertanyaan
saya, jika anda menjadi pemimpin dan permasalahan ini semakin meruncing,
apa yang akan anda lakukan? Apakah akan melepaskan Papua dengan risiko
kehilangan

aset

paling

berharga

dari

Indonesia

ataukah

tetap

mempertahankannya dengan konsekuensi mengoyak kedaulatan Indonesia?
Jawaban
Capres 2

: Menurut saya, persoalan ini memang membingungkan. Karena OPM
dipenuhi oleh orang-orang yang sangat berambisi untuk membentuk negara
sendiri. Jika saya menjadi pemimpin, saya akan menemui pemimpin dari
OPM untuk berunding, agar jangan sampai Papua melepaskan diri dari
Indonesia. (Kandidat menyebutkan untuk menggunakan subsidi BBM untuk
menahan Papua menjadi negara merdeka. Kandidat juga kembali
menyebutkan untuk melakukan “spik-spik” terhadap Papua).

Pertanyaan
Komentator 2 : Kebetulan sekali, saya memiliki saudara di Papua, di Irian khususnya Fakfak.
Saudara saya tersebut mengatakan bahwa untuk pembelian BBM didapatkan
sebesar Rp 30.000/liter, sementara di Fakfak, Irian seharga Rp 12.500/liter.
Hal ini yang menjadi pembicaraan bagi masyarakat disana pada saat
pemerintah akan menaikkan harga BBM dan menyebabkan demo, karena
disana sudah terbiasa membeli BBM dengan nominal yang jauh diatas harga
aslinya. Jadi menurut saya, jika menggunakan solusi yang anda tawarkan
akan memberi hasil yang nihil.
Jawaban
Capres 2

: Jika memang begitu persoalannya, maka subsidi BBM haruslah diratakan.
Pada dasarnya anggota OPM mematuhi pemimpinnya, jadi apabila diatasi
dengan langsung berunding dengan pemimpinnya, memberikan kesepakatankesepakatan yang kemudian akan dijalankan, saya rasa Papua dan Indonesia
tetap akan bersatu.

SESI DEBAT ANTAR KANDIDAT
Capres 2

: Penggunaan media kampanye melalui kertas (Tim sukses kandidat 1
membagikan flyer sebagai media kampanye) saya rasa sangat tidak efisien.
Kertas dihasilkan dari serat pohon, sementara dimana kita semua mengetahui
bahwa Indonesia adalah paru-paru dunia. Dapat dibayangkan berapa banyak
pohon yang dipotong untuk membuat kertas.

Capres 1

: Sesuai dengan matakuliah pada hari ini, Komunikasi Politik, penggunaan
kertas tersebut adalah bagian dari media kampanye saya. Untuk dapat dipilih
rakyat harus mengenal saya, dan bagaimana caranya rakyat dapat mengenal
saya apalagi memilih?

Capres 2

: Saya rasa untuk 2013 era globalisasi seperti ini, sudah tidak efisien lagi
dengan menggunakan kertas seperti itu. Sekarang zaman sudah lebih maju
dengan teknologi, ada namanya ponsel bisa menggunakan sms, semua orang
memiliki ponsel dan bahkan pengemis sekalipun memiliki ponsel. Jadi bisa
menggunakan sms agar lebih efisien dan efektif.

Rakyat 1

:

Dikatakan kandidat capres 2, bahwa selembaran flyer yang dibagikan
kandidat

capres

1

adalah

cara

yang

tidak

efisien,

dan

lebih

merekomendasikan penggunaan media atau ponsel. Sementara jika melihat
sebagai bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Kita tidak bisa
menutup mata dan begitu saja menggunakan media atau ponsel, karena tidak
semua rakyat Indonesia memiliki ponsel. Walaupun kemudian ditemukan
pengemis yang memiliki ponsel, atau pengemis yang memilki penghasilan
Rp 25.000.000, namun perlu diperhatikan pengemis tersebut berasal
darimana, apakah dari kota besar seperti Malang, Surabaya, Bandung? Lalu
bagaimana dengan suku-suku di pedalaman yang tidak menggunakan ponsel,
di Kalimantan di Papua, pulau-pulau kecil di kepulauan di Indonesia.
Bagaimana jika seperti itu? Anda harus memikirkan cara yang tepat untuk
mencapai daerah yang tidak bisa dijangkau dengan media dan ponsel. Jadi
permasalahan efektif atau tidaknya adalah tergantung target lokasi yang
dituju.
Capres 2

: Saya rasa untuk daerah pedalaman, komunikasi yang terbaik adalah dengan
datang langsung ke daerah tersebut. Bahkan jika datang lalu memberikan
kertas belum tentu masyarakat setempat dapat memahami apa yang tertulis

dalam kertas tersebut. Solusi terbaik adalah dengan bertatap muka langsung
dan menjelaskan maksud kedatangan agar masyarakat tersebut memilih saya.
Capres 1

: Saya setuju dengan penjelasan dari saudari perwakilan rakyat. Dan dalam hal
ini saya juga mempertimbangkan segi biaya, karena daripada uang tersebut
digunakan untuk korupsi, alangkah lebih baik jika digunakan untuk rakyat.
Karena jika mengestimasi biaya yang digunakan untuk iklan, biaya yang
besar dan dapat lebih berguna untuk kemajuan rakyat dan kaum minoritas.

Capres 2

: Benar sekali, uang memang adalah topik yang berbahaya dan sangat sensitif.
Jadi kembali, perlu disesuaikan dengan masyarakat mana yang dijadikan
target kampanye. Menggunakan kertas tetap menggunakan uang, bahkan
uang saja dari kertas. Lebih baik melakukan kampanye yang bertemu secara
langsung, walaupun mengeluarkan uang banyaktapi pesan tersampaikan.
Kalau pesan tersampaikan target kampanye akan memilih kandidat yang
membawa jalan menuju kebaikan.

Capres 1

: Jadi kalau memang tujuan akhirnya agar pesan tersampaikan, mengapa
mengeluarkan biaya yang sedikit jadi tidak tersampaikan? Jika sudah
memenuhi, kenapa opsi tersebut tidak di pilih? Kita sudah mendapatkan mata
kuliah Filsafat, membahas mengenai sudut pandang. Jadi jika anda memilih
pendapat tersebut, saya tidak akan menyalahkan.karena paradigm sendiri ada
banyak. Para ilmuan saja memiliki pendapat yang berbeda-beda dan
begitupun saya juga memiliki pendapat sendiri.

Capres 1

: Saya disini sebagai kandidat no 1, saya hanya bagian dari rakyat dan tidak
berbeda dengan anda. Saya akan duduk (sebagai pemimpin) untuk rakyat dan
biarlah rakyat yang menilai. Saya akan kembalikan penilaian anda, karena
seluruhnya sesuai dengan hati nurani anda. Ini adalah saya, keputusan saya,
pilihan saya, kata-kata saya, perbuatan saya. Tapi pilihlah dengan hati nurani
anda.

Capres 2

: Saya adalah kandidat no 2, tapi walaupun sebagai kandidat kedua saya yakin
akan menjadi no 1 nantinya. Saya meminta tolong untuk yang mau memilih
saya, silahkan pilih saya, jangan malu-malu untuk memilih saya. Karena saya
adalah kandidat yang terbaik disini. Jadi pilih saya.

Analisis simulasi debat akan dibahas lebih lanjut dalam bab selanjutnya.

BAB III
TEORI KOMUNIKASI POLITIK
3.1 PEMILU
Pengertian Pemilu
Pemilu adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya,
dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi, merupakan suatu bagi pemerintah untuk
melaksanakan Pemilu. Sesuai dengan azas bahwa rakyatlah yang berdaulat, maka semuanya
itu harus dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya. Apabila pemerintah tidak
mengadakan Pemilu atau memperlambat Pemilu tanpa persetujuan dari wakil-wakil rakyat,
berarti pemerintah telah melakukan suatu pelanggaran terhadap hak-hak asasi. Akan timbul
keraguan, apabila suatu pemerintah menyatakan dirinya sebagai pemerintah dari rakyat, tetapi
pembentukannya tidak didasarkan kepada hasil Pemilu.
Dengan Pemilu maka demokrasi dapat ditegakan di negara Indonesia karena menurut
prinsip demokrasi negara diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Apabila
suatu pemerintah menyatakan dirinya sebagai pemerintah dari rakyat maka hal itu harus
sesuai dengan hasil Pemilu. Karena itulah pemilu menjadi suatu syarat.mutlak bagi suatu
negara demokrasi, untuk melaksanakan kedaulatan rakyat. Pemilu juga merupakan media
kompetisi yang dianggap paling demokratis dalam upaya mengganti suatu pemerintah dari
tingkat pusat sampai tingkat daerah. Aspirasi rakyat dapat disalurkan dalam suatu partai
politik secara langsung. Partai politik inilah yang akan memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan rakyat itu dalam pentas Pemilu, sehingga mutlak diperlukan adanya
penyelenggaraan Pemilu yang adil, jujur, transparan, mandiri, dan profesional. Untuk itu,
Pemilu perlu diatur sebaik mungkin.
Landasan Hukum Pemilu
Pelaksanaan Pemilu di Indonesia selama orde baru berkuasa didasarkan pada landasan
berikut:
A. Landasan Idiil, yaitu Pancasila, terutama sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
B. Landasan Konstitusional, yaitu UUD '45 yang termuat dalam: Pembukaan alinea keempat:



Batang Tubuh pasal 1 ayat 2



Penjelasan umum tentang sistem pemerintahan negara.

C. Landasan Operasional, yaitu GBHN yang berupa Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR, serta
peraturan perundang-undangan lainnya.
Tujuan Pemilu
Secara umum Pemilu yang biasanya dilaksanakan tiap lima tahun sekali memiliki tujuan
sebagai berikut:


Melaksanakan Kedaulatan rakyat,



Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat,



Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR dan atau Presiden.



Melaksanakan pergantian personil Pemerintah secara damai, aman, dan tertib (secara
konstitusional).



Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

Sistem Pemilu
Ada banyak jenis sistem pemilihan umum yang saat ini diimplementasikan di seluruh
dunia. Namun secara sederhana, hanya ada tiga sistem pemilihan umum yang dikenal dewasa
ini. Ketiga sistem tersebut ialah sistem pemilihan mayoritas plural (plural majority), sistem
pemilihan proporsional (representasi), dan sistem pemilihan semi proporsional.
Sistem Pemilu mayoritas plural lebih menekankan pada perwakilan setempat melalui
penggunaan distrik pemilihan yang kecil dan beranggota tunggal. Sebaliknya, sistem Pemilu
Proporsional menggunakan distrik yang lebih besar dan anggota yang banyak serta hasil yang
lebih proporsional. Sedangkan sistem semi proporsional merupakan campuran dari modelmodel umum dengan model proporsional. Maksudnya sebagian dari badan legislatif dipilih
melalui perwakilan proporsional dan sebagian melalui distrik lokal.
Sistem yang pertama yakni sistem pemilihan plural majority, menurut penulis tidak
cocok diterapkan di Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan apa yang telah dijelaskan pada
uraian sistem kepartaian diatas. Masyarakat Indonesia sangat beraneka ragam latar belakang
dan kebutuhannya, sehingga harus diwakili oleh anggota arlemen yang berbeda pula.
Sementara dalam sistem pemilihan plural majority, anggota parlemen yang terpilih adalah

tunggal. Wakil tunggal tidak akan bisa mewakili aspirasi atau kebutuhan yang beraneka
ragam.
Sistem pemilihan proporsional juga menurut penulis kurang sesuai untuk diterapkan
di Indonesia. Dalam sistem proporsional, perolehan suara partai secara nasional akan sama
dengan perolehan kursi di parlemen. Hal tersebut sangat berbahaya apabila suara sebuah
partai secara nasional lebih dari 50 persen, yang juga akan diikuti oleh kursi parlemen yang
lebih dari 50 persen. Suara atau aspirasi partai atau wakil rakyat lain tidak akan terakomodasi
secara baik. Hal tersebut karena partai pemenang pemilu akan tetap menang juga bila
diadakan voting dalam menentukan suatu kebijakan. Sehingga kebijakan yang akan diambil
berpotensi untuk tujuan kepentingan kelompok atau partai yang menang.
Berdasarkan uraian tersebut, maka sistem yang cocok untuk diterapkan di Indonesia
adalah sistem semi proporsional. Sistem ini merupakan gabungan antara sistem mayoritas
plural dan sistem proporsional. Dalam sistem ini, terdapat daftar-daftar calon seperti pada
sistem proporsional yang digabungkan dengan sistem distrik pluralmajority. Melalui sistem
ini, maka kemungkinan terpilihnya calon legislatif yang kuat dari kaum minoritas. Dalam
sistem semi proporsional, yang akan menjadi anggota legislatif terpilih adalah mereka yang
memperoleh suara terbanyak, bukan yang bernomor urut kecil. Melalui sistem ini pulalah,
sebuah partai akan memiliki daerah basis massa yang absolute. Hal tersebut karena sistem
semi proporsional memberi peluang untuk terpilihnya lebih dari satu calon dari satu partai
dalam saru distrik. Itulah beberapa alasan, mengapa penulis berpendapat bahwa sistem semi
proporsional-lah yang paling sesuai untuk diterapkan di Indonesia.
3.2 PARTAI POLITIK
Pengertian Partai Politik
Dalam kaitannya dengan Pemilu partai politik sangat diperlukan sebagai wadah
aspirasi yang memperjuangkan hak-hak asasi politik rakyat dalam suatu negara. Partai politik
sebagai wadah aspirasi bagi para anggotanya yang memiliki tujuan yang sama untuk
negaranya. Mengenai partai politik memang belum ada pengertian yang baku. Akan tetapi
para pakar memberi pengertian sebagai bertikut:


Menurut prof. Miriam Budiardjo, partai politik adalah organisasi atau golongan yang
berusaha untuk memperoleh dan menggunakan kekuasaan.



Menurut Neumann, partai politik adalah tempat kegiatan politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar

persaingan melawan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang tidak
sepaham.


Menurut prof. E. M. Said, partai politik adalah suatu kelompok orang yang
terorganisasi serta berusaha untuk mengendalikan, baik kebijaksanaan pemerintah
maupun pegawai negeri.
Partai politik berbeda dengan gerakan (movement). Seatu gerakan adalah kelompok

yang ingin mengadakan perubahan pada lembaga-lambaga politik atau kadang-kadang malah
ingin menciptakan suatu tata masyarakat yang baru sama sekali, dengan memakai cara-cara
politik. Dibanding dengan partai politik, gerakan mempunyai tujuan yang lebih terbatas dan
fundamentil sifatnya, dan kadang-kadang malahan bersifat ideologi. Orientasi ini mempunyai
ikatan yang kuat diantara anggota-anggotanya dan dan dapat menumbuhkan suatu identitas
kelompok yang kuat. Organisasinya kurang ketat dibanding partai politik. Gerakan juga
sering tidak mengadukan nasib dalam pemilihan umum.
Tipe-Tipe Partai Politik
Dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya, partai politik dapat dibagi menjadi:
A.

Partai Kader
Disebut juga partai elite atau tradisional yang dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu

tipe Eropa dan Amerika. Tipe Eropa bertujuan untuk mendapatkan anggota sebanyak
mungkin, tetapi lebih menekankan pada dukungan dari orang-orang terkemuka, lebih
memperhatikan kualitas daripada kuantitas. Sedangkan tipe Amerika menekankan pada usaha
menjaring tokoh partai yang loyal.
B.

Partai Massa

Tekhnik mengorganisasi partai dilakukan oleh gerakan sosialis, yang kemudian diambil
oleh partai komunis dan banyak digunakan di negara-negara berkembang. Dapat dibedakan
menjadi tipe sosialis, yang berorientasi terhadap kaum buruh. Tipe partai komunis yang
diorganisasi secara otoriter dan terpusat, lebih menggambarkan sentralisasi daripada
demokrasi. Tipe partai fasis, menggunakan tekhnik militer untuk mengorganisasi politik
massa.
C. Tipe Partai Tengah

Yaitu partai yang menggunakan organisasi massa sebagai alat dukungan partai.

Dari segi sifat dan orientasi partai politik dibagi menjadi:
A. Partai Perlindungan (Patronage Party)
Partai perlindungan umumnya memiliki organisasi nasional yang longgar, disiplin
yang lemah dan biasanya tidak mementingkan pemungutan suara secara teratur. Tujuan
pendiriannya adalah memenangkan pemilihan umum untuk anggota-anggota yang
dicalonkannya, partai ini hanya giat menjelang pemilihan umum.
B.

Partai Ideologi
Biasanya mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijakan pimpinan

dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan mengikat.
Sistem Kepartaian
1.

Sistem partai tunggal

Merupakan sistem dimana hanya ada satu partai didalam satu negara. Partai tersebut memiliki
kedudukan dominan dibandingkan dengan partai lain.
2.

Sistem dwi-partai

Pada sistem dwi-partai, partai-partai politik dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu partai
yang berkuasa (karena menang dalam pemilihan umum) dan partai oposisi (karena kalah
dalam pemilihan umum). Partai yang kalah berperan sebagai pengecam utama terhadap
kebijakan partai yang duduk dalam pemerintahan.
3.

Sistem Multi-Partai

Sistem mult-partai memiliki banyak jenis partai politik didalamnya. Keanekaragaman ras,
agama atau suku bangsa yang kuat membuat masyarakat cenderung untuk menyalurkan
ikatan-ikatan terbatas yang mereka miliki ke dalam satu wadah saja. Sistem multi-partai
dianggap lebih mencerminkan keanekaragaman budaya dan politik daripada pola dwi-partai.
Fungsi Partai Politik
1.

Fungsi di Negara Demokrasi

Dalam negara demokrasi, partai politik mempunyai beberapa fungsi antara lain:


Sebagai sarana komunikasi politik

Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam
masyarakat bisa diminimalkan.


Sebagai sarana sosialisasi politik

Partai politik memainkan peran dalam membentuk pribadi anggotanya. Sosialisasi yang
dimaksudkan adalah partai berusaha menanamkan solidaritas internal partai, mendidik
anggotanya, pendukung dan simpatisannya serta bertanggung jawab sebagai warga negara
dengan menempatkan kepentingan sendiri dibawah kepentingan bersama.


Sebagai sarana rekruitment politik.

Partai politik mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan
politik sebagai anggota partai. Cara-cara yang dilakukan oleh partai politik sangat beragam,
bisa melalui kontrak pribadi, persuasi atau menarik golongan muda untuk menjadi kader.


Sebagai sarana pengatur konflik.

Partai politik harus berusaha untuk mengatasi dan memikirkan solusi apabila terjadi
persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat. Namun, hal ini lebih sering diabaikan
dan fungsi-fungsi diatas tidak dilaksanakan seperti yang diharpakan.


Sebagai sarana partisipasi politik

Partai politik harus selalu aktif mempromosikan dirinya untuk menarik perhatian dan minat
warga negara agar bersedia masuk dan aktif sebagai anggota partai tersebut. Partai politik
juga melakukan penyaringan-penyaringan terhadap individu-individu baru yang akan masuk
kedalamnya.


Sebagai sarana pembuatan kebijakan

Fungsi partai politik sebagai pembuat kebijakan hanya akan efektif jika sebuah partai
memegang kekuasaan pemerintahan dan mendominasi lembaga perwakilan rakyat. Dengan
memegang kekuasaan, partai politik akan lebih leluasa dalam menempatkan orang-orangnya

sebagai eksekutif dalam jabatan yang bersifat politis dan berfungsi sebagai pembuat
keputusan dalam tiap-tiap instansi pemerintahan.
2.

Fungsi di Negara Otoriter
Menurut faham komunis, sifat dan tujuan partai politik bergantung pada situasi

apakah partai tersebut berkuasa di negara ia berada. Karena partai komunis bertujuan untuk
mencapai kedudukan kekuasaan yang dapat dijadikan batu loncatan guna menguasai semua
partai politik yang ada dan menghancurkan sistem politik yang demokratis.
Partai komunis juga mempunyai beberapa fungsi, namun sangat berbeda dengan yang
ada di negara demokrasi. Sebagai sarana komunikasi partai politik menyalurkan informasi
dengan mengindokrinasi masyarakat dengan informasi yang menunjang partai. Fungsi
sebagai sarana sosialisasi juga lebih ditekankan pada aspek pembinaan warga negara ke arah
dan cara berfikir yang sesuai dengan pola yang ditentukan partai. Partai sebagai sarana
reruitment politik lebih mengutamakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mengabdi
kepada partai.
Jadi pada dasarnya partai komunis mengendalikan semua aspek kehidupan secara
monolitik dan memaksa individu agar menyesuaikan diri dengan suatu cara hidup yang
sejalan dengan kepentingan partai.
3.

Fungsi di Negara Berkembang
Di negara-negara berkembang, partai politik diharapkan untuk memperkembangkan

sarana integrasi nasional dan memupuk identitas nasional, karena negara-negara baru sering
dihadapkan pada masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan, daerah, serta
suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya menjadi satu bangsa.
3.3 PEMASARAN POLITIK
Pemasaran politik adalah proses dimana calon untuk pemilihan dan semua ide-ide
mereka disatukan dalam kampanye dan diarahkan pada pemilih. Idenya adalah untuk
memajukan agenda politik kandidat serta keuntungan dukungan massa. Sama seperti dalam
pemasaran biasa, ada konsep penjual, produk dan pembeli. Calon politik menawarkan produk
pemilih dalam bentuk ide-ide yang akan menjamin perbaikan ekonomi, masyarakat lebih baik
dan semua ini dilakukan untuk penilaian.
Di pusat pemasaran politik adalah konsumen. Tanpa mereka tidak akan ada kampanye
dan tidak ada suara. Mereka adalah rangsangan dan kampanye harus tweak untuk

menarik sisi kanan mereka. Sama seperti orang akan lakukan dalam penjualan produk, pasar
konsumen dianalisa dan perilakunya dipahami. Sastra terdiri, konsep diciptakan dan persepsi
diukur. Komunikasi bisa melalui pemaparan selektif atau melalui beberapa tahapan.
Pemasaran politik memanfaatkan konsep segmentasi pasar serta kelompok sasaran
dalam rangka meningkatkan keberhasilan mereka di voting. Segmentasi pasar adalah tempat
potensial bank suara diidentifikasi dan kelompok sasaran yang diidentifikasi di dalamnya.
Hal ini dapat pada usia, jenis kelamin, pendapatan tahunan, lokasi perumahan, ras,
kepribadian, sistem kepercayaan dan banyak lagi. Bank Voting kemudian dipilih dan jenis
komunikasi ditargetkan pada mereka berbeda. Tergantung pada ini jenis promosi yang
ditujukan untuk kelompok akan berputar di sekitar tema-tema seperti hukum dan ketertiban,
ketenagakerjaan, kebijakan dll media asing iklan, canvassing dll cara-cara untuk
berkomunikasi.
Pemasaran kandidat politik adalah tentang menciptakan sebuah gambar atau
mengingat seperti yang Anda lakukan dengan produk lain. Gambar ini dibangun dalam
berbagai cara dan diberikan kepada publik. Ini adalah sebuah konsep dan didasarkan pada
banyak penelitian. Loyalitas terhadap merek tertentu adalah sama dengan loyalitas kepada
partai politik. Ada kebutuhan untuk mengidentifikasi pemilih loyal terhadap merek dan
memanfaatkan mereka untuk membantu orang menilainya ayunan jalan Anda.
Partai politik atau seorang kandidat pemilihan kepala daerah, dalam upaya untuk
menarik simpati dari masyarakat harus melakukan kampanye. Pengertian kampanye dalam
buku Komunikasi Politik oleh Dan Nimmo adalah “upaya untuk mempropagandakan pemberi
suara yang potensial” (Nimmo, 2005:195).
Berdasarkan definisi di atas, kampanye pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mempengaruhi khalayak. Kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dulu menentukan
khalayak sasaran yang telah disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan kampanye.
Merujuk kepada definisi-definisi yang telah diungkapkan oleh para pakar maka setiap
aktifitas kampanye setidaknya harus mengandung empat hal yakni:
1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu,
2. Jumlah khalayak sasaran yang besar,
3. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan
4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.
Di samping keempat ciri pokok di atas, kampanye juga memiliki karakteristik lain,
yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus
penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu

yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas
sumber pesan tersebut setiap saat.
Komunikasi Politik akan sukses bila sukses memproyeksi diri ke dalam sudut
pandang orang lain. Ini erat kaitannya dengan citra diri sang komunikator politik untuk
menyesuaikan suasana pikirannya dengan alam pikir khalayak. Komunikasi di dasarkan oleh
kesamaan (Hemofili) akan lebih efektif dan lancar ketimbang oleh ketidaksamaan (derajat,
usia, ras, agama, ideologi, visi dan misi, simbol politik, doktrin politik dan sebaginya).
Terdapat beberapa bentuk komunikasi politik yang di lakukan oleh komunikator
infrastruktur politik untuk mencapai tujuan politiknya (Arifin, 2003:65-98), adalah sebagai
berikut:
1. Retorika
2. Agitasi Politik
3. Propaganda
4. Public Relations Politic
5. Kampanye Politik
6. Lobi Politik
Kampanye Politik
Kampanye politik adalah periode yang diberikan oleh panitia pemilu kepada semua
kontestan baik partai politik atau perorangan untuk memaparkan program – program kerja
dan mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan suara
kepada mereka sewaktu pencoblosan. (Firmanzah, 2008:271).
Berdasarkan definisi di atas, kampanye politik dalam kaitan ini dilihat sebagai suatu
aktivitas pengumpulan massa, parade, orasi politik, pemasangan atribut partai (umbulumbul, bendera, poster, spanduk, baliho, stiker) dan pengiklanan partai atau kandidat
pemilukada. Periode waktu sudah ditentukan oleh panitia pemilukada (KPUD setempat)
yaitu 14 hari dan berakhir 3 hari sebelum hari pencoblosan sebagai masa tenang.
Pengertian Strategi
Strategi secara umum adalah suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak
yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau
upaya bagaimana tujuan tersebut dapat di capai. Secara khusus strategi adalah tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan
sudut pandang tentang apa yang di harapkan oleh para khalayak di masa depan.

Perumusan Strategi
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang di
maksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi. Beberapa langkah dalam
merumuskan strategi adalah mengidentifikasi lingkungan dan menentukan misi untuk
mencapai visi yang di cita-citakan dalam lingkungan tersebut, melakukan analisis
lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang
dan ancaman yang akan di hadapi oleh organisasi, merumuskan faktor-faktor ukuran
keberhasilan dari strategi-strategi yang di rancang berdasarkan analisis sebelumnya,
menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan
mempertimbangkan sumberdaya yang di miliki dan kondisi eksternal yang di hadapi,
memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka
panjang.
Strategi Kampanye Politik
Penetapan strategi dalam kampanye politik merupakan langkah krusial yang
memerlukan penanganan secara hati-hati, sebab jika penetapan strategi salah atau keliru
hasil yang di peoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu materi dan tenaga. Tujuan
akhir dalam kampanye pemilihan kepala daerah adalah untuk membawa calon kepala daerah
yang didukung oleh tim kampanye politiknya menduduki jabatan kepala daerah yang
diperebutkan melalui mekanisme pemilihan secara langsung oleh masyarakat. Agar tujuan
akhir tersebut dapat dicapai, diperlukan strategi yang disebut dengan strategi komunikasi
dalam konteks kampanye politik. Terdapat empat jenis strategi komunikasi dalam konteks
kampanye politik (Cangara, 2011:290) yaitu:
1. Penetapan komunikator
Sebagai pelaku utama dalam aktivitas komunikasi, komunikator memegang peranan
yang sangat penting. Untuk itu, seorang komunikator yang akan bertindak sebagai juru
kampanye harus terampil berkomunikasi, kaya ide, serta penuh dengan daya kreativitas.
2. Menetapkan target sasaran
Dalam studi komunikasi target sasaran di sebut juga dengan khalayak. Memahami
masyarakat, terutama yang akan menjadi target sasaran dalam kampanye, merupakan hal

yang sangat penting. Sebab semua aktivitas komunikasi kampanye di arahkan kepada
mereka. Mereka lah yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu kampanye sebab
bagaimana pun besar biaya, waktu dan tenaga yang di keluarkan untuk mempengaruhi
mereka, namun jika mereka tidak mau memberi suara kepada partai atau calon yang di
perkenalkan, kampanye akan sia-sia.
3.

Menyusun pesan-pesan kampanye
Untuk mengelola dan manyusun pesan yang mengena dan efektif, perlu di perhatikan

beberapa hal, yaitu: (a) harus menguasai lebih dahulu pesan yang di sampaikan, termasuk
struktur penyusunan. (b) mampu mengemukakan argumentasi secara logis. Sehingga harus
mempunyai alasan berupa fakta dan pendapat yang mendukung materi yang di sajikan. (c)
memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa (vocal), serta gerakan-gerakan tubuh
yang dapat menarik perhatian pendengar. (d) memiliki kemampuan membumbui pesan
berupa humor untuk menarik perhatian pendengar. Penyampaian pesan terdiri dari 3 jenis
yaitu pesan yang berbentuk informatif, pesan yang berbentuk persuasif serta propaganda.
4.

Pemilihan media
Bentuk-bentuk media menurut Cangara dalam buku komunikasi politiknya meliputi

media cetak, media elektronik, media luar ruangan, media ruang kecil dan saluran tatap
muka langsung dengan masyarakat.

ANALISIS TEORI
Berdasarkan simulasi debat politik yang berlangsung pada hari jumat 13 Desember
2013 lalu, debat terselenggara dengan baik dan lancar. Walaupun mungkin memang ada
beberapa hal yang membingungkan dalam simulasi debat politik ini, yaitu sistematika
jalannya debat. Namun secara keseluruhan, debat politik ini telah berjalan sesuai rencana
meskipun kurang persiapan yang matang.
Penyampaian visi dan misi para kandidat tentu memiliki penilaian yang berbeda-beda.
Untuk kandidat pertama, cara penyampaian pesan politik yang digunakan oleh kandidat
pertama cukup baik dengan penggunaan kata yang bagus dan baku serta disampaikan dengan
pengucapan dan artikulasi yang jelas. Namun ada beberapa hal yang kurang begitu ia kuasai,
contohnya saja saat saya menanyakan mengenai gratifikasi. Jawabannya pada awalnya sangat
jauh dari ekspektasi saya. Di sisi lain Kandidat pertama juga tak segan-segan menggunakan
bahasa non verbal melalui gerakan tubuhnya dan tatapan mata yang meyakinkan kalau ia
pantas untuk dipilih oleh khalayak ramai