EVALUASI KINERJA GURU IPA MAKALAH

EVALUASI KINERJA GURU IPA

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Supervisi Pendidikan IPA
Yang diampu Oleh Prof. Dr. H. Djam an Satori, M.A.

Oleh:
ERWIN
NIM. 1602921

PROGRAM STUDI S3 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016

1

A.

PENDAHULUAN

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentaang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan harus senantiasa
ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu
peningkatan kemampuan dan kompetensi harus selalu ditingkatkan secara berkelanjutan.
Pada konteks pendidikan berskala mikro, yaitu sekolah, terdapat tiga komponen yang
saling berkaitan yaitu input, proses, dan output pendidikan. Posisi guru, baik sebagai
input sumber daya manusia maupun sebagai
menduduki

peran

yang

sangat

penting

pelaksana proses belajar mengajar
dalam


proses

pembelajaran

untuk

mempersiaPenilaian Kinerjaan peserta didik agar mencapai kompetensi-kompetensi yang
telah ditetaPenilaian Kinerjaan. Peranan guru yang sedemikian strategis tersebut berkaitan
dengan kinerjanya dalam melaksanakan perananya. Oleh karena itu kinerja guru menjadi
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi oleh peserta didik
dan mutu pendidikan.
Perhatian

pemerintah

terhadap

peningkatan


mutu

pendidikan

nasional

direfleksikan dalam berbagai kebijakan pembangunan pendidikan yang secara sistematik
telah lama dilakukan. Berbagai program inovasi pendidikan yang dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan proyek maupun rutin pada kenyataannya belum menunjukkan hasil
pencapaian mutu pendidikan yang mampu membangun daya saing bangsa. Indikatorindikator kajian regional maupun internasional menunjukkan bahwa daya saing Indonesia
belum dapat memberikan kebanggaan sebagai bangsa.
Hasil studi PISA (Program for International Student Assessment) tahun 2015
menunjukkan Indonesia baru bisa menduduki peringkat 69 dari 76 negara.
(http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2016/06/18/peringkat-pendidikan-indonesiamasih-rendah-372187). Masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia di mata dunia
memberi akan memeberi efek tudingan miring kenapa guru karena guru merupakan
elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain,
mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak berarti
apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas.
Komponen yang lain, terutama kurikulum akan “hidup” apabila dilaksanakan oleh guru.


2

Begitu

pentingnya

peran guru

dalam mentransformasikan input-input pendidikan,

sampai-sampai banyak pakar menyatakan bahwa di sekolah tidak akan ada perubahan
atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan kualitas guru
(Depdiknas,2008).
Namun demikian, dalam kultur masyarakat Indonesia sampai saat ini pekerjaan
guru masih cukup tertutup. Bahkan kepala sekolah dan pengawas sekali pun tidak mudah
untuk mendapatkan data dan mengamati realitas performance guru di hadapan siswa.
Memang program kunjungan kelas oleh kepala sekolah atau pengawas, tidak mungkin
ditolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha menampakkan kinerja
terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada
saat dikunjungi. Selanjutnya ia akan kembali bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa

persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi.
Pelaksanaan penilaian kinerja guru dimaksudkan bukan untuk menyulitkan guru,
tetapi sebaliknya penilaian kinerja guru dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang
profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan
profesi yang bermutu. Selain hal tersebut penilaian kinerja guru juga untuk menunjukkan
secara tepat tentang kegiatan guru di dalam kelas, dan membantu mereka untuk meningkatkan
pengetahuan serta keterampilannya. Dengan demikian diharaPenilaian Kinerjaan dapat
memberikan kontribusi secara langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran yang
dilakukan, sekaligus membantu pengembangan karir guru sebagai tenaga profesional.

Kinerja guru, termasuk guru IPA, sering dipersoalkan ketika memperbicangkan
masalah peningkatan mutu pendidikan. Guru IPA memiliki peranan yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan pendidikan IPA. Guru IPA yang profesional diharapkan
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Profesionalisme guru IPA sebagai ujung tombak
di dalam implementasi kurikulum IPA di sekolah, harus mendapat perhatian. Berdasarkan
uraian tersebut di atas, pemahaman yang baik tentang kinerja guru sangatlah penting
dimiliki oleh pendidik dan tenaga kependidikan sehingga segala aktivitas akan
diupayakan untuk mencapainya. Karena itu dalam makalah ini akan dibahas: 1) Konsep
kinerja mengajar IPA, 2) Indikator mengajar IPA, 3) Ragam Masalah Kinerja Guru IPA,
4) Pengembangan instrumen EKG IPA, dan 5) Gagasan teaching audit untuk guru IPA


3

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan

di atas, maka penilaian kinerja guru

merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius. Sehingga dalam makalah ini
dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu : “ Bagaimana seharusnya kinerja guru IPA
dan indikator kinerja guru IPA?”
Untuk mengarahkan pembahasan maka rumusan masalah di atas dirinci menjadi
beberapa pertanyaan sehingga dijadikan topik pembahasan yang dianggap perlu diuraikan,
antara lain :
1.

Bagaimana cara mengaudit kinerja guru IPA?

2.

Alat apa yang digunakan untuk mengaudit kinerja guru IPA?


3.

Kapan dilakukan dan siapa yang melakukan audit kinerja guru IPA?

4.

Bagaimana pemanfaatan hasil audit kinerja guru IPA untuk perbaikan dan
pengembangan mutu layanan pembelajaran IPA?

5.

Apakah perlu dikembangkan secara spesifik instrumen Penilaian Guru IPA ?

6.

Bagaimana praktek-praktek penilaian kinerja guru/Guru IPA dewasa ini, dan
bagaimana memperbaikinya?

B.


PEMBAHASAN
I. KONSEP KINERJA MENGAJAR IPA
Pada bagian ini akan dibahas terlebih dahulu pengertian kinerja, mengajar, dan
Pengajaran IPA.
1.

Pengertian Kinerja
Kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Kinerja dapat pula diartikan

prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja (LAN, 1992). Menurut
Smith (1997), performance is output derives from processes, human otherwise,
artinya kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Gibson
et.al. (1996) mengatakan, kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan
tugas dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada konteks manajemen organisasi kinerja merupakan suatu wujud
perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: ability, capacity, held, incentive,

4


environment dan validity (Notoa tmojo, 1992). Adapun ukuran kinerja menurut
T.R. Mitchell (1989) dapat dilihat dari lima hal, yaitu:
1. Quality of work – kualitas hasil kerja
2. Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan
3. Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan
4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan
5. Comunication – kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain.
Standar

kinerja

perlu

dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam

mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa
yang

diharapkan.


mengadakan

Standar

kinerja

pertanggungjawaban

dapat

terhadap

apa

dijadikan patokan
yang

dalam


telah dilaksanakan.

Menurut Ivancevich, at al (1996), patokan tersebut meliputi: (1) hasil, mengacu
pada

ukuran

output

utama

organisasi;

(2)

efisiensi,

mengacu

pada

penggunaan sumber daya langka oleh organisasi; (3) kepuasan, mengacu pada
keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya;
dan (4) keadaptasian, mengacu pada ukuran tanggapan organisasi terhadap
perubahan.
2. Konsep Mengajar
Nasution (1982:8) mengemukakan kegiatan mengajar diartikan sebagai
segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik‐baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian proses dan keberhasilan belajar
siswa

turut ditentukan oleh peran yang dibawakan guru selama interaksi proses

belajar mengajar berlangsung. Usman (1994:3) mengemukakan mengajar pada
prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau
mengandung

pengertian

bahwa

mengajar

merupakan

suatu

usaha

mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran

yang menimbulkan terjadinya proses belajar. Pengertian ini

mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator
kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik

5

ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan
belajar mengajar. Hamalik (2001:44‐53) mengemukakan, mengajar dapat diartikan
sebagai (1) menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan
kepada

generasi

muda,

(3)

usaha

mengorganisasi

lingkungan

sehingga

menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada
murid, (5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik,
(6) suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari‐hari.
Burton (dalam Sagala, 2003:61) mengemukakan mengajar adalah upaya
memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar
terjadi proses belajar.
Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan guru merupakan pekerjaan
profesional yang dalam pelaksanaanya memerlukan keahlian khusus. Dalam
melaksanakan salah satu tugas utamanya yaitu mengajar, maka seorang guru harus
bisa merencanakan melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran.
Merencenakan suatu pembelajaran merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh
seorang guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran karena perencanaan
pembelajaran memiliki andil dalam keberhasilan proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang mengimplementasikan rencana yang telah dibuat dalam perencanaan
pembelajaran. Peranan guru didalam proses pembelajaran sangatlah penting, peran
guru dapat digambarkan pada gambar 1. di bawah ini:

6

Ga
Gambar 1. Peran Guru dalam Pembelajaran
Dari definisi‐
nisi‐definisi

mengajar dari para pakar di atas
tas dapat ditarik
mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan
di
guru
kesimpulan bahwa m
ikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi
t
proses
dalam menyampaika
kompleks yang dimaksud antara lain adalah
h (1) mengatur
belajar. Aktivitas ko
swa, (2) memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun
kegiatan belajar siswa
kelas, dan (3) memberikan stimulus, bimbingan
n pengarahan,
pe
dan
yang ada di luar kela
iswa.
dorongan kepada siswa
gajar guru
3. Kinerja mengajar
belajar mengajar ditinjau dari segi kegiatan guru,
gu
maka akan
Jika proses be
ru memegang peranan strategis. Menurut Majid
Ma
(2005:91)
terlihat bahwa guru
guru berfungsi sebagai pembuat keputusan yang
ang berhubungan
dalam konteks ini gur
an, implementasi, dan penilaian, sebagaimana
na terdapat pada
dengan perencanaan,
gambar 2. Berikut:

bar 2. Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran
.Gamba
engembangkan
Sumber: Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran: Meng
rya.
ompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Standar Kompe

7

Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosa kebutuhan para
siswa sebagai subjek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran,
dan menetaPenilaian Kinerjaan strategi pengajaran yang ditempuh untuk
merealisasikan tujuan yang
rencana pengajaran

telah

dirumuskan.

Sebagai

pengimplementasi

yang telah disusun, guru hendaknya mempertimbangkan

situasi dan kondisi yang ada dan berusaha “memoles” setiap situasi yang muncul
menjadi situasi yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Pada saat melaksanakan kegiatan evaluasi, guru harus dapat menetaPenilaian
Kinerjaan prosedur dan teknik evaluasi yang tepat. Jika tujuan pembelajaran yang
telah ditetaPenilaian Kinerjaan pada kegiatan perencanaan belum tercapai, maka ia
harus meninjau kembali serta rencana implementasinya dengan maksud untuk
melakukan perbaikan.
Berdasarkan uraian

di

atas, kinerja mengajar guru meliputi 1)

merencanakan pembelajaran, 2) melaksankan pembelajaran, dan 3) mengevaluasi
pembelajaran.
4. Pengajaran IPA
IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.
IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena
alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang
dilakukan dengan ketrampilan bereksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah. Pengkajian ilmuwan terhadap fenomena alam akan menghasilkan teori,
konsep, prinsip, dan hukum. Pengkajian ini melalui serangkaian proses seperti
pengamatan/observasi

suatu

obyek

atau

gejala

alam,

melakukan

pengukuran, membuat hipotesis, mendisain, menguji data, dan melakukan
percobaan.

Dalam melakukan proses penemuan ini, ilmuwan dituntut untuk

cermat, teliti, dan jujur (tidak memanipulasi fakta fakta temuan), selain itu tumbuh
pula sikap berani dan terus mencoba dalam kegiatan inkuiri ilmiahnya.
Berdasarkan penjelasan ini, maka dapat disimpulkan pada hakekatnya IPA adalah
produk, proses, dan sikap.

8

Pengajaran IPA di sekolah diharakan mampu membelajarkan IPA sebagai
sebuah produk, proses, dan sikap. De Boer (1991) menyebutkan beberapa model
pembelajaran IPA yang membelajarkan IPA sebagai produk, proses, dan sikap
diantaranya adalah discovery learning, reception learning, siklus belajar, dan
inquiri. National Research Council mengemukakan pengajaran IPA yang
dilakukan oleh guru sebaiknya memiliki krakterisitk sebagai berikut:


Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir,
dan berbagai macam gerakan otot.



Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik).
Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.



Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu
pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat
terbatas. Selain itu, ada hal‐hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya
berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang
obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas.



Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan‐kegiatan temu ilmiah (misal seminar,
konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek,
penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan
semata‐mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang
benar‐benar obyektif.



Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang harus
siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA,
siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh
pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan
tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya
pada pihak lain. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktif
bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir (minds

on)

(NRC,1996:20).

9

Seorang guru IPA harus memiliki kompetensi profesional guru IPA yang
meliputi pengetahuan tentang: pedagogi materi subjek, pengelolaan kelas,
kurikulum, materi subjek, terjadinya belajar pada siswa, konteks pendidikan (sosial,
budaya, isu, dll), landasan filosofis pendidikan IPA. Kompetensi tersebut di atas
merupakan standar minimal profesi guru IPA. Dengan demikian pembentukan
persepsi diarahkan kepada hal-hal tersebut di atas, yaitu: pemahaman tentang cara
membelajarkan siswa, pengeloaan kelas (kecenderungan pendekatan), memahami
kurikulum, memahami materi subjek yang akan diajarkan, memahami siswa dan
cara mereka belajar, memahami konteks pendidikan (budaya, sosial, isu, gender,
dan organsasi sekolah), memahami latar belakang falsafah, sejarah dan arah
pendidikan IPA.
II.

INDIKATOR KINERJA MENGAJAR IPA
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi No. 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru Dan
Angka Kreditnya mengisyaratkan bahwa harus dilakukan penilaian kinerja guru
dalam kaitannya dengan jabatan fungsionalnya yang akan menentukan angka
kreditnya. Dalam Peraturan Menteri tersebut dijelaskan bahwa terdapat 14
Kompetensi Guru Mata Pelajaran yang meliputi : 7 (tujuh) kompetensi pedagogi
yaitu : mengenal karakteristik anak didik, Menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik, Pengembangan kurikulum, Kegiatan
pembelajaran

yang

mendidik,

Memahami

dan

mengembangkan

potensi,

Komunikasi dengan peserta didik, dan Penilaian dan evaluasi. 3 (tiga) kompetensi
kepribadian yaitu: Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia, Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan,
dan Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru. 2 (dua)
kompetensi sosial yaitu: Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak
diskriminatif , dan Komunikasi dengan sesama guru, tenaga pendidikan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat. Dan

2 (dua) kompetensi profesional yaitu :

Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata

10

pelajaran yang diampu, dan Mengembangkan keprofesian melalui tindakan
reflektif. Alur penilaian Kinerja guru terdapat pada gambar 3, dibawah ini:

Gambar. 3 Alur Penilaian kinerja Guru

Evaluasi Kinerja Guru dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan
tugas pembelajaran, pembimbingan, atau tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah. Bagi guru kelas/mata pelajaran, kompetensi yang
dijadikan dasar untuk Evaluasi Kinerja Guru adalah kompetensi pedagogik,
profesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. Keempat kompetensi ini harus
dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator yang harus dapat ditunjukkan dan
diamati dalam berbagai kegiatan, tindakan, dan sikap guru dalam melaksanakan
pembelajaran atau pembimbingan. Terdapat 14 (empat belas) kompetensi yang
harus dikuasai guru mata pelajaran termasuk guru IPA sebagaimana dipublikasikan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Rincian jumlah kompetensi
tersebut diuraikan dalam Tabel 1. berikut:

11

No
1
2
3
4

Tabel 1. Kompetensi Guru Mata Pelajaran
Jumlah
Ranah Kompetensi
Kompetensi Indikator
Pedagogik
7
45
Kepribadian
3
18
Sosial
2
6
Profesional
2
9
Total
14
78

Untuk memperoleh hasil yang benar dan tepat, menurut Kemdiknas (2010)
Evaluasi Kinerja Guru harus memenuhi persyaratan:
1) Valid, Sistem penilaian kinerja guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai
benar-benar mengukur komponen-komponen tugas guru dalam melaksanakan
pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.
2) Reliabel, Sistem penilaian kinerja guru dikatakan reliabel atau mempunyai
tingkat kepercayaan tinggi bila proses yang dilakukan memberikan hasil yang
sama untuk seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun.
3) Praktis, Sistem penilaian kinerja guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan
oleh siapapun dengan relatif mudah, dengan tingkat validitas dan reliabilitas
yang sama dalam semua kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.
Agar hasil Evaluasi Kinerja Guru dapat dipertanggung-jawabkan, Evaluasi
Kinerja Guru harus memenuhi prinsip-prinsip berikut:
1) Berdasarkan ketentuan, Evaluasi Kinerja Guru harus dilaksanakan sesuai
dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
2) Berdasarkan kinerja, Aspek yang dinilai adalah kinerja yang dapat diamati dan
dipantau sesuai dengan tugas guru sehari-hari dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
3) Berdasarkan dokumen, Penilai, guru yang dinilai, dan unsur lain yang terlibat
dalam proses penilaian kinerja guru harus memahami semua dokumen yang
terkait dengan sistem penilaian kinerja guru, terutama yang berkaitan dengan
pernyataan kompetensi dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga penilai,
guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses penilaian kinerja guru

12

mengetahui dan memahami tentang aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria
yang digunakan dalam penilaian (Kemdiknas, 2010).
Evaluasi kinerja guru difokuskan kepada kinerja guru dalam pembelajaran.
Audit kinerja guru ini mengacu pada tiga aspek dasar kemampuan guru, yaitu:
a) aspek perencanaan pembelajaran, b) aspek pelaksanaan pembelajaran, dan c)
aspek evaluasi pembelajaran.
1.

Perencanaan Pembelajaran
Dalam manajemen pembelajaran, sebagai langkah awal guru dalam

melaksanakan pembelajaran adalah mempersiaPenilaian Kinerjaan perencanaan
program pembelajaran atau perangkat pembelajaran. Adapun aspek-aspek yang
termasuk dalam perencanaan pembelajaran adalah : menetaPenilaian Kinerjaan
tujuan/sasaran pendidikan, menyusun silabus dan penilaian, menentukan metode
yang

akan

dipakai,

merencanakan media dan alat peraga yang relevan,

menyusun program (tahunan, semester, rencana kegiatan belajar), menyusun
jadwal kegiatan, memilih bahan ajar yang relevan, menganalisis materi pelajaran
dan menentukan teknik penilaian.
2.

Pelaksanaan Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi

kebebasan memilih strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran dan
pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik
guru, dan kondisi nyata sumberdaya yang tersedia di sekolah. Secara umum,
strategi/metode/teknik pembelajaran dan pengajaran yang berpusat pada siwa
(student centered) lebih mampu memberdayakan pembelajaran yang menekankan
pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru.
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan
yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan
sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran (Depdiknas,
2008:22). Tugas- tugas tersebut merupakan

tugas dan

tanggung

jawab guru

yang secara optimal dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan guru.

13

3.

Evaluasi Pembelajaran
Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan

dalam

menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat- alat evaluasi,
pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi. Evaluasi

diperlukan untk

mengumpulkan data sebagai dasar pengambilan keputusan. Penilaian dilaksanakan
melalui berbagai bentuk antara lain: penilaian unjuk kerja (performance), penilaian
sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian melalui
kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri .
Kemampuan guru pada kegiatan evaluasi/ penilaian

hasil belajar

adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan
tes perbuatan. Kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat

tes

ini dapat

digambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes secara variatif,
karena alat-alat tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat
penilaian hasil belajar.

III.

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI KINERJA GURU IPA
Georgia Departement of Education telah mengembangkan teacher

performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdikbud
(1999) menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian
kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and
materials) atau disebut dengann RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2)
prosedur pembelajaran (classroom procedure), dan (3) hubungan antar pribadi
(interpersonal skill).
Rincian kegiatan guru mata pelajaran yang dinilai menurut Permenpan & RB
Nomor 16 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:
1.

menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan;

2.

menyusun silabus pembelajaran;

3.

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran;

4.

melaksanakan kegiatan pembelajaran;

5.

menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran;

14

6.

menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran

7.

yang diampunya;

8.

menganalisis hasil penilaian pembelajaran;

9.

melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan

10.

memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi;

11.

menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil

12.

belajar tingkat sekolah dan nasional;

13.

membimbing guru pemula dalam program induksi;

14.

membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran;

15.

melaksanakan pengembangan diri;

16.

melaksanakan publikasi ilmiah; dan

17.

membuat karya inovatif
Perangkat yang harus digunakan oleh penilai untuk melaksanakan Penilaian

Kinerja Guru agar diperoleh hasil penilaian yang objektif, akurat, tepat, valid, dan
dapat dipertanggung-jawabkan adalah: 1) Pedoman Penilaian Kinerja Guru yang
mengatur tentang tata cara penilaian dan norma-norma yang harus ditaati oleh
penilai, guru yang dinilai, serta unsur lain yang terlibat dalam proses penilaian, saat
ini pedoman penilaian kinerja guru di Indonesia dkeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. dan 2) Instrumen penilaian kinerja yang relevan
dengan tugas guru.
Untuk memudahkan bagaimana melakukan penilaian kinerja guru dan alata
apa yang digunakan, perlu dilakukan pemetaan tentang pernyataan kompetensi,
indikator dana cara menilainya. Pemetaan tersebut terdapat pada tabel 2
(Kemdiknas, 2010) dibawah ini :

15

Tabel 2. Lembar pernyataan kompetensi, indikator, dan cara menilai
Penilaian Kinerja Guru
Kompetensi

Cara menilai

Pedagogik
1.

Menguasai karakteristik peserta didik.

Pengamatan & Pemantauan

2.

Pengamatan

3.

Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.
Pengembangan kurikulum.

4.

Kegiatan pembelajaran yang mendidik.

Pengamatan

5.

Pengembangan potensi peserta didik.

Pengamatan & Pemantauan

6.

Komunikasi dengan peserta didik.

Pengamatan

7.

Penilaian dan evaluasi.
Kepribadian

Pengamatan

8.

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial,
dan kebudayaan nasional.
Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan.

Pengamatan & Pemantauan

9.

Pengamatan

Pengamatan & Pemantauan

10. Etos Kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru.
Sosial
11. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak
diskriminatif.
12. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan,
orang tua, peserta didik, dan masyarakat.
Profesional

Pengamatan & Pemantauan

13. Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
14. Mengembangkan Keprofesionalan melalui tindakan
yang reflektif.

Pengamatan

Pengamatan & Pemantauan
Pemantauan

Pemantauan

Contoh instrumen penilaian kinerja guru terdapat pada lampiran.
IV. GAGASAN TEACHING AUDIT
Total Quality Manajemen menempatkan mutu pelajar sebagai output dari
mutu pendidikan (Salis, 2010: 86). Untuk menjamin mutu keluaran ini, harus
dilakukan penjaminan mutu.

Mukhopadhyay

(2005:29) mengutip ’audit

mutu’ sebagai bagian dari penjaminan mutu (quality assurance).

16

Pada konteks manajemen organisasi audit mutu didefinisikan sebagai
proses sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti
audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai
sejauhmana kriteria audit dipenuhi (BSN, 2002). Kriteria audit ditetapkan dengan
cara menetapkan terlebih dahulu parameter untuk menilai mutu dari setiap bidang
manajemen dalam bentuk model, kebijakan, atau falsafah. Selanjutnya
menetapkan poin pada setiap parameter yang merupakan standar yang dapat
diterima.

Oleh

karenanya,

dalam

quality

audit

yang

dilihat

adalah

keberadaan prosedur; bagaimana pelaksanaannya dibandingkan dengan standar;
dan hasil atau akibat dari pelaksanaan prosedur tersebut. Titik
audit

berat

quality

adalah mengecek keberadaan prosedur dalam pencapaian tujuan atau

target, dan fakta/data untuk membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan.
Audit pengajaran bersifat dinamis bukan bertujuan kepatuhan semata, tetapi
untuk peningkatan kualitas mengajar & kinerja mengajar guru yang berdampak
pada mutu pelajar. Audit pengajaran dilakukan dengan cara mengamati kinerja
mengajar guru, dan hasil pengamatan menjadi masukan bagi peningkatan
kinerja mengajar. Hasil pengamatan itu pun dapat di”follow up” dengan
serangkaian

kegiatan

yang dapat meningkatkan kinerja guru baik berupa

pelatihan, workshop, kursus, atau pendampingan (coaching).
Pada konteks manajemen organisasi, audit dilakukan oleh auditor
eksternal dan internal (Salis, 2010:125). Auditor internal dapat diperankan oleh
kepala sekolah dan pengawas sekolah. Auditor eksternal dapat diperankan oleh
pendidik profesional (dosen LPTK) atau lembaga yang perduli dengan mutu
pembelajaran IPA. Dalam kegiatan supervisi ini harus memperhatikan: 1) proses
pembelajaran yang dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
hasil pembelajaran; 2) diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi,
pelatihan dan konsultasi; 3) dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan
yang kompeten. Inspektorat Jendral Pendidikan, Lembaga Penjaminan Mutu (LPM),
dan Pusat Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Pendidik dan
Kependidikan IPA (P4TKIPA), Pengawas Sekolah menyelenggarakan fungsi

17

pengawasan fungsiona
ional dengan perhatian utama pada pengawasan
da peningkatan
n dan
kinerja guru.
Setiap pihakk tterkait memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
dala pelaksanaan
kegiatan Evaluasi K
Kinerja Guru, penetapan tugas dan tanggung
g jawab tersebut
sesuai dengan sema
mangat otonomi daerah serta mengutamakan
n prinsip-prinsip
efisiensi, keterbukaan,
aan, dan akuntabilitas.Pelaksanaan tugas dan
ta
n tanggung
jawab
tersebut di gambarkan
kan da
dalam diagram pada gambar 4 berikut :

Gambar 4. Tugas dan Ta
Tanggung Jawab Pihak Terkait dalam Pelaksana
ksanaan EKG
(Kemdiknas, 2010))
Untuk menila
ilai kinerja guru IPA secara keseluruhan dan memutuskan
apakah kinerja seoran
orang guru baik atau tidak, maka seorang auditor
tor merasa tidak
mencukupi Penilaian
an Kinerjaan pada hasil pengamatan auditor internal.
int
Auditor
harus memanfaatann se
self assement (penilaian guru sendiri), peer teachi
aching assesment
(penilaian rekan sejaw
jawat), dan persepsi

siswa terhadap kinerja guru.
gu

Apalagi

18

pada konteks TQM,

mutu secara relatif yaitu kepuasaan pelanggan (pelajar)

menjadi bahan pertimbangan penting.
Sesuai dengan Permen PAN&RB No. 16 Tahun 2009, Syarat Anggota Tim
Penilai Kinerja guru adalah:
a. Tim Penilai Jabatan Fungsional Guru terdiri dari unsur teknis, dan pejabat
fungsional Guru
b. Anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Guru harus lulus pendidikan dan
pelatihan calon tim penilai dan mendapat sertifikat dari Menteri Pendidikan.
c. menduduki jabatan dan pangkat paling rendah sama dengan jabatan dan pangkat
Guru yang dinilai;
d. memiliki keahlian serta mampu untuk menilai kinerja Guru; dan
e. dapat aktif melakukan penilaian
Audit mutu pengajaran guru IPA secara eksternal dilakukan dengan
menggunakan

instrumen

tertentu.

Hanya

saja

auditor

eksternal

harus

mengembangkan instrumen tersendiri untuk melihat kinerja guru IPA. Sebagai
sebuah gagasan, penulis menyarankan pengunaan Analisis wacana proses belajar
mengajar (Siregar dan Dahar, 2000) untuk mengaudit konsep sains dan pedagogi
guru IPA. Analisis wacana akan menghasilkan representasi teks sebagai sebuah
repertoire mengajar yang menggambarkan kemampuan PCK (Pedagogy Content
Knowledge) guru.

Auditor eksternal bersifat profesional, bukan untuk

memutuskan kinerja guru baik atau tidak, tetapi bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kinerja guru. Perbaikan dan peningkatan kinerja guru dilakukan
oleh profesional atau lembaga melalui training atau coaching.
Alat yang digunakan untuk mengukur kinerja guru berkaitan dengan PCK
antara lain: tes yang bersifat open ended (Sophie Kirschner, Andreas Borowski,
Hans E. Fischer, Julie Gess-Newsome & Claudia von Aufschnaiter, 2016),
quesioner open ended, Perencanaan kelas (Lina Viviana Melo-Niño, Vicente
Mellado & Florentina Cañada, 2015), dan Content Representation (CoRe)
(Loughran, et al. 2004; Magnusson et al. 1999; Lina Viviana Melo-Niño, Vicente
Mellado & Florentina Cañada, 2015).

19

C.

PENUTUP
Kinerja mengajar guru adalah kemampuan guru dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Depdiknas (2006) telah mengadaptasi,
mengembangkan, dan membakukan penilaian kinerja guru.

Kepala sekolah dan

pengawas sebagai auditor internal dapat menggunakan instrumen yang telah dibuat
untuk menilai kinerja guru. Dan untuk menciptakan budaya mutu, auditor internal pun
perlu mempertimbangkan self assessment guru dan rekan guru serta presepsi kinerja
menurut siswa.

Kinerja guru dapat pula dilihat dan dinilai oleh auditor eksternal.

Khusus untuk pengajaran IPA, auditor eksternal dapat menggunakan analisis wacana
untuk melihat kinerja guru dalam mengajarkan IPA sebagai sebuah produk, proses, dan
sikap/nilai. Penelitian tentang Penilaian Kinerja Guru saat ini lebih mengarah kepada
Penilaian Pedagogical Content Knowledge yang dapat menunjukkan bagaimana
keprofesionalan guru secara khusus pada konten (materi ajar) tertentu. Oleh karena itu
perlu pengembangan alat evaluasi yang secara khusus mengukur keprofesionalan guru
terkai dengan PCK.

20

DAFTAR PUSTAKA
Anat Zohar & Noa Schwartzer. (2012). Assessing Teachers’ Pedagogical
Knowledge In The Context Of Teaching Higher-Order Thinking.
International Journal of Science Education, 27, 1595-1620
DeBoer, G.E. 1991. A history of Ideas in Science Education. New York:
TeacherCollege Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Alat Penilaian Kemampuan Guru
(APKG), Jakarta: Dirjen Dikti Proyek PGSD, IBRD LOAN 3496-IND
Depdiknas.
(2006).
Instrumen
Penilaian
Kinerja
Guru
IPA:
KemampuanMelaksanakan Pembelajaran Biologi, Fisika, dan Kimia.
Jakarta: Depdiknas
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pedoman Pelaksanaan Penilaian
Kinerja Guru (PK Guru). Direktorat Jenderal PMPTK.
Depdiknas. (2008). Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan
Gibson, J. L., et al, (1996). Organisasi, Perilaku, Struktur, dan Proses. Alih
Bahasa oleh Nunuk Andiarni. Jakarta: Binarupa Aksara
Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Ivancevich, Gibson, Donnelly (1996), Organisasi, Perilaku Struktur, Proses. Alih
Bahasa Adriani Nunuk. Jilid I, Bina Rupa Aksara Jakarta
LAN (Lembaga Administrasi Negara) RI, (1992), Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja. Jakarta: Pustaka Harapan.
Lina Viviana Melo-Niño, Vicente Mellado & Florentina Cañada. (2015). Initial
Characterization Of Colombian High School Physics Teachers’ Pedagogical
Content Knowledge On Electric Fields. Research in Science Education
Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mitchell, T. R. & Larson, J. R., Jr. (1989). People in Organizations: An Introduction
to Organizational Behavior. (3rd ed.). New York: McGrawHill
Mukhopadhyay, Marmar. (2005). Total Quality Manajement in Education. New
Dehli: Sage Publication India Pvt Ltd.
NRC (National Committee of Science Education).(1996). National Science
Education Standards. Washington DC : National Academy Press
Nasution(1982). Didaktik Asas-asas Mengajar, Penerbit Jemmars, Bandung.

21

Notoatmodjo, Soekinjo. DR. 1992. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta :
PT Rineka Cipta
Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Salis, E. (2010). Total Quality Manajemen in Education [terjemahan]. Jogjakarta:
IRCiSoD.
Sarnapi. (2106) Peringkat Pendidikan Indonesia Masih Rendah. Tersedia:
(http://www.pikiran- rakyat.com /pendidikan/ 2016/06/18/ peringkatpendidikan-indonesia-masih-rendah-372187. Diakses tanggal. 18 Nopember
2016
Satori, Djam’an. (2016). Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Siregar dan Ratna Wilis Dahar (2000). Pedagogi Materi Subjek. PPs UPI
Smith, August W. (1997). The Quality Audit Handbook, Wisconsin: ASQC.
Sophie Kirschner, Andreas Borowski, Hans E. Fischer, Julie Gess-Newsome &
Claudia von Aufschnaiter. (2016). Developing and evaluating a paper-andpencil test to assess components of physics teachers’pedagogical content
knowledge. International Journal Of Science Education.
Usman, Moh. Uzer (1994) Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Sumber-sumber dari Peraturan dan Undang-undang
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 16 tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru Dan Angka Kreditnya
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional, Bandung, Depdiknas, Citra Umbara.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru

22