DESKRIPSI PEMAHAMAN CALON GURU FISIKA TERHADAP KONSEP-KONSEP FISIKA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI IAIN WALISONGO SEMARANG

DESKRIPSI PEMAHAMAN CALON GURU FISIKA TERHADAP KONSEP-KONSEP FISIKA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI IAIN WALISONGO SEMARANG SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Fisika

  Oleh :

WAHDATUL MUNAWAROH

  NIM : 073611018

FAKULTAS TARBIYAH

PERNYATAAN KEASLIAN

  Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Wahdatul Munawaroh NIM : 073611018 Jurusan/Program Studi : Tadris Fisika menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

  Semarang, 03 Desember 2011 Saya yang menyatakan,

  Wahdatul Munawaroh

  NIM: 073611018

  

NOTA PEMBIMBING Semarang, 03 Desember 2011

  Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

  IAIN Walisongo di Semarang

  Assalamu’alaikum wr. wb.

  Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : DESKRIPSI PEMAHAMAN CALON GURU FISIKA

  TERHADAP KONSEP-KONSEP FISIKA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI IAIN WALISONGO SEMARANG

  Nama : Wahdatul Munawaroh NIM : 073611018 Jurusan : Tadris Program Studi : Fisika Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.

  Wa ssalamu’alaikum wr. wb.

  

NOTA PEMBIMBING Semarang, 03 Desember 2011

  Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

  IAIN Walisongo di Semarang

  Assalamu’alaikum wr. wb.

  Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : DESKRIPSI PEMAHAMAN CALON GURU FISIKA

  TERHADAP KONSEP-KONSEP FISIKA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI IAIN WALISONGO SEMARANG

  Nama : Wahdatul Munawaroh NIM : 073611018 Jurusan : Tadris Program Studi : Fisika Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.

  Wa ssalamu’alaikum wr. wb.

  

ABSTRAK

  Judul :Deskripsi Pemahaman Calon Guru Fisika Terhadap

   Konsep-Konsep Fisika Pada Materi Pokok Gerak Lurus di

   IAIN Walisongo Semarang

  Penulis : Wahdatul Munawaroh NIM : 073611018 Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman seorang calon guru fisika terhadap konsep-konsep fisika pada materi pokok gerak lurus di IAIN Walisongo Semarang.

  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik. Dengan metode ini diharapkan dapat menjaring informasi yang menggambarkan keadaan sesungguhnya (apa adanya) mengenai pemahaman calon guru fisika terhadap konsep-konsep fisika pada materi pokok gerak lurus. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tadris Fisika semester VII. Penelitian ini menggunakan sampel 6 mahasiswa tadris fisika semester VII yang diambil secara acak dari populasi sejumlah 34, sampel ini digunakan untuk memperoleh tingkat pemahaman calon guru fisika terhadap konsep-konsep fisika pada materi pokok gerak lurus.

  Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan menggunakan rumus deskriptif persentase, dan dari hasil wawancara dijadikan transkrip wawancara.

  Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pemahaman calon guru fisika terhadap konsep-konsep fisika pada materi pokok gerak lurus masuk dalam kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dari hasil persentase instrumen angket terhadap responden sebesar 74,33% dengan Skor dalam kisaran 68,05 % – 84,00 % (lihat tabel 3.1).

  Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi informasi dan masukan bagi akademik, para mahasiswa, para tenaga pengajar mata kuliah jurusan dan program studi di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang terutama dalam memberi dorongan kepada mahasiswa agar memahami konsep-konsep fisika pada materi pokok gerak lurus atau yang lainnya dengan baik.

KATA PENGANTAR

     

  Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, akhirnya peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam senantiasa pula tercurahkan ke hadirat beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya dengan harapan semoga mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.

  Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan juga arahan serta saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu peneliti ingin menyampaikan terima kasih sedalam- dalamnya kepada:

  1. Dr.

  Suja’i, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

  2. Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.

  3. Andi Fadllan, M.Sc., selaku Ketua Prodi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah

  IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. Dan selaku dosen wali yang selalu memotivasi juga memberikan arahan selama kuliah. Serta selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  4. H. Mursid, M.Ag. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk selalu memberikan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  5. Segenap Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada peneliti selama di bangku kuliah.

  6. Ibu dan bapak tercinta yang tak pernah berhenti mendo’akan dan memberikan motivasi kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

  7. Keluarga besar Sh terate IAIN Walisongo Semarang yang selalu memberi motivasi dan arahan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

  8. Teman-teman terdekat yang selalu mendampingi dan memotivasi kepada peneliti sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

  9. Teman-teman senasib dan seperjuanganku TF 2007 yang ikut memberikan motivasi selama menempuh studi, khususnya dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

  10. Temen-temen kos Beautifully yang ikut memberikan motivasi dan tempat berinspirasi dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  11. Semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  Semoga amal yang telah diperbuat akan menjadi amal yang saleh, dan mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan hasil yang telah didapat.

  Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berdo’a, semoga bermanfa’at adanya dan mendapat ridho dari-Nya, Amin Yarabbal ‘aalamin.

  Semarang, 03 Desember 2011 Peneliti,

  Wahdatul Munawaroh

  NIM. 073611018

  

DAFTAR ISI

  b. Konsep Fisika .................................................................. 10

  c. Percepatan dan Perlajuan ................................................. 22

  b. Kelajuan dan Kecepatan .................................................. 20

  a. Jarak dan Perpindahan ..................................................... 20

  4. Materi Pokok Gerak .............................................................. 20

  3. Tinjauan Tentang Guru ......................................................... 14

  c. Pemahamn Konsep .......................................................... 10

  a. Konsep ............................................................................. 9

  Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. ii PENGESAHAN .................................................................................................. iii NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iv ABSTRAK .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

  2. Konsep, Konsep Fisika dan Pemahaman Konsep ................. 9

  1. Pengetahuan ........................................................................... 8

  7 B. Kerangka Teoritik ........................................................................ 8

  BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka .............................................................................

  5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 5

  1 B. Rumusan Masalah .......................................................................

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................

  d. Macam-macam Gerak Lurus ........................................... 23

  BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................... 29 B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 30 C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 31 D. Fokus Penelitian ........................................................................ 31 E. Sumber Data ............................................................................... 32 F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 32 G. Instrumen Penelitian ................................................................... 35 H. Teknik Analisis Data .................................................................. 35 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................ 40

  1. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian .................. 40

  2. Hasil Penelitian dengan Tes ................................................. 41

  3. Hasil Penelitian dengan Wawancara .................................... 42 B. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 51

  1. Pembahasan Data Hasil Tes ................................................. 51

  2. Pembahasan Data Hasil Wawancara .................................... 52 C. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 61

  BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 63 B. Saran ............................................................................................ 63 C. Penutup ........................................................................................ 64 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika sangat erat berhubungan dengan kehidupan. Setiap saat

  manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan mengikuti prinsip-prinsip dan konsep-konsep fisika. Fisika merupakan ilmu yang menganalisis serta memformulasikan gejala alam. Misalkan pada gerak yang merupakan gejala alam paling akrab dengan manusia, karena peristiwa gerak selalu ada di sekeliling manusia. Baik yang berupa aktivitas manusia yang notabennya

  1 adalah gerak, maupun gerak itu sendiri.

  Peranan ilmu fisika bagi dunia kehidupan sejak dulu memang sudah dikenal sebagai dasar penelitian para ilmuwan. Sebagai bukti mereka berhasil menemukan berbagai teknologi dalam perkembangan dunia. Mereka bisa melayang di udara, bisa membuat pesawat yang menjelajahi planet-planet, menemukan teknologi komunikasi, bahkan mereka dapat menghancurkan dunia dengan ilmu tersebut, misalnya menemukan bom atom dari rumus

2 Einstein E = mc . Dengan demikian menunjukkan bukti kuat bahwa fisika mampu terintegrasi atau terpadu dalam bidang-bidang lain.

  Pendidikan selalu muncul bersamaan berkembang dan meningkatnya kemampuan peserta didik, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini merupakan indikasi perkembangan sains, karena perkembangan teknologi senantiasa beriringan dengan perkembangan sains.

  Untuk mengimbangi kemajuan di era globalisasi pemerintah mencanangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan peraturan pemerintah nomor 19 1 Trustho Raharjo dan Radiono, Fisika Mekanika, (Surakarta: LPP UNS dan UNS press, 2008), hal. v. tahun 2005 tentang standar nasional. KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Perubahan tersebut harus diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di kelas (di

  2 dalam kelas atau diluar kelas).

  Guru merupakan faktor yang dominan dan penting dalam pendidikan formal pada umumnya. Bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu guru seyogyanya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Untuk melaksanakan tugasya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang dimilikinya.

  Menurut undang-undang No. 14 tahun 2005 dalam Bab IV pasal 10, guru harus memiliki empat kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi professional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

  3 pendidik, dan masyarakat sekitar. 2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010),

hlm. 9-10. 3 Harsono dan M. Joko Susilo, Pemberontakan Guru Menuju Peningkatan Kualitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 36-37.

  Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar.kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar tapi juga pandai

  4

  mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Selain itu guru menurut pandangan salah seorang tokoh pendidikan klasik, yaitu imam Al-Zarnuji menggambarkan bahwa seorang guru atau pendidik haruslah

  A’lam

  (menguasai materi),

  Arwa’ (memiliki kematangan emosional) dan Al asan

  (berpengetahuan), oleh karena itu dalam hal ini beliau menyarankan agar para pencari ilmu mencari guru atau pendidik yang mempunyai kualifikasi

  5 tersebut.

  Hal ini sesuai dengan firman allah dalam surat Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi:

  .          ..

     Artinya: "...Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-

6 Zumar: 9)

  Dalam proses pembelajaran guru harus memliki kemampuan tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya. Untuk memiliki kemampuan tersebut guna membina diri secara baik karena fungsi guru itu 4 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi

  Guru), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 4-5. 5 Burhanul Islam Al Zarnuji, Ta’limul Muta’allim, (Semarang: Pustaka Alawiyyah, tt), hlm. 13 6 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta: Dept. Agama R.I.,1983), hlm. 747

  sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa secara profesional di dalam proses pembelajaran.

  Meskipun guru termasuk jabatan profesional namun sampai saat ini guru belum melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan harapan karena berbagai faktor penghambat yang menghalanginya. Salah satu penghambat tersebut adalah kemampuan guru itu sendiri belum menunjang pelaksanaan tugasnya untuk itu, sebelum membina dan mengembangkan kemampuan siswa, guru itu sendiri perlu memiliki kemampuan.

  Kemampuan itu adalah menguasai bahan pelajaran sebagai bagian integral dari proses pembelajaran, jangan dianggap pelengkap bagi profesi guru. Guru yang bertaraf profesional penuh mutlak harus menguasai bahan yang akan diajarkannya. Adapun buku pelajaran yang dapat dibaca para siswa tidak berarti guru tak perlu menguasai bahan. Sungguh ironis dan memalukan jika terjadi ada siswa yang lebih dahulu tahu tentang sesuatu dari pada guru. Memang guru bukan maha tahu, tapi guru dituntut pengetahuan umum yang luas dan mendalami keahliannya atau mata pelajaran yang menjadi tanggung

  7 jawabnya.

  Dalam mempelajari fisika tanpa memahami konsep-konsep tidaklah sesuai dengan hakekat IPA sebagai produk dan proses serta tidak sesuai dengan proses belajar bermakna. Dalam kehidupan sehari-hari Cukup banyak mahasiswa sebagai calon guru berpikir bahwa jika dua benda bergerak dalam waktu dan percepatan yang sama, mereka akan punya jarak tempuh sama pula. Mereka lupa bahwa kecepatan awal perlu diperhitungkan karena unsur itu yang membuat jaraknya berbeda. Menurut beberapa penelitian, salah pengertian terbanyak terjadi pada gerak parabola. Siswa masih sulit menangkap mengapa kecepatan pada puncak suatu proyektil adalah nol, meski

7 Nana sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 22.

  percepatannya tidak nol. Mereka berpikir bahwa jika kecepatan itu nol,

  8 percepatannnya juga harus nol.

  Pemahaman mahasiswa sebagai calon guru dalam menguasai konsep- konsep fisika akan mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan dalam proses belajar dan pembelajaran tidak dapat terwujud dan terhambat. Oleh karena itu sebagai calon guru harus memahami konsep-konsep yang sudah ditentukan dan lebih bijaksana dalam menentukan model atau strategi pembelajaran. Melihat sinergisme kerja guru saat ini tentu memerlukan perhatian yang sangat serius mengingat persoalan guru cukup kompleks dan hampir mencakup segala sendi kehidupan yang telah beralih dari kekuatan yang ideologi, ekonomi, yang berbasis ilmu pengetahuan.

  Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini difokuskan untuk mengungkap pemahaman konsep yang dimiliki oleh calon guru fisika pada materi pokok gerak lurus di IAIN Walisongo Semarang.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian skripsi ini adalah: “Bagaimanakah pemahaman calon guru fisika terhadap konsep-konsep fisika pada materi pokok gerak lurus di IAIN Walisongo Semarang?”

  C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman seorang calon guru fisika terhadap konsep-konsep fisika pada materi pokok gerak lurus di IAIN Walisongo Semarang.

  8 http://lexsa.wordpress.com/2010/05/30/miskonsepsi-dalam-pembelajaran-fisika-bagian- 3,/diakses 19 Juni 2011.

  Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

  1. Calon Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan oleh calon guru fisika untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman mereka tentang konsep-konsep fisika pada materi pokok gerak lurus.

  2. Peneliti Peneliti adalah calon guru, sehingga penelitian ini berguna sebagai informasi untuk terus menambah pengetahuan tentang bagaimana memahami suatu konsep-konsep fisika.

  3. Peneliti Lain Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain sebagai bahan referensi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terhadap pemahaman konsep baik siswa maupun guru.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan informasi atau sebagai bahan rujukan yang

  digunakan dalam penelitian, baik berupa buku atau beberapa penelitian yang sudah teruji keabsahannya. Kajian pustaka juga dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian yang meliputi kekurangan maupun kelebihannya.

  Dari hasil survai yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang berjudul

  “Deskripsi Pemahaman Calon Guru Fisika Terhadap Konsep-Konsep Fisika Pada Materi Pokok Gerak Lurus d i IAIN Walisongo Semarang”, baik dari segi

  metodologi maupun dari segi materinya. Beberapa di antara penelitian itu adalah sebagai berikut.

  1. Analisis Konsepsi Calon Guru Fisika Mengenai Proses Belajar Fisika, penelitian ini dilakukan oleh Wahyudi (4201405019), Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Semarang pada tahun 2009. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kategori konsepsi mengenai transfer pengetahuan yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A meyakini bahwa transfer pengetahuan tidak terjadi, sedangkan kelompok B meyakini bahwa transfer pengetahuan terjadi.

  2. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Penguasaan Bahan Pelajaran Oleh Guru Terhadap Hasil Belajar PAI Siswa di SMA Negeri 2 Kudus.

  Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo Semarang pada tahun 2008. Hasil penelitian tersebut oleh guru mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil belajar PAI Siswa kelas XII di SMA Negeri 2 Kudus.

  Selain beberapa penelitian yang telah teruji di atas, juga digunakan buku-buku yang berisikan tentang pemahaman konsep dan makna guru serta hal-hal yang terkait dengan penelitian.

  Dari rujukan/referensi di atas terdapat perbedaan yang mendasar pada penelitian ini, diantaranya dari segi judul kedua skripsi terdahulu tidak ada yang sama dengan penelitian kali ini. Penelitian ini berjudul

  “Deskripsi Pemahaman Calon Guru Fisika Terhadap Konsep-Konsep Fisika Pada Materi Pokok Gerak Lurus di IAIN Walisongo Semarang”.

B. Kerangka Teoritik

  1. Pengetahuan Filsafat konstruktivistik merupakan filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan terjadi. Apabila yang menekuni siswa, maka pengetahuan itu bentukan siswa sendiri. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, yang ada di luar diri siswa. Tetapi sesuatu yang harus dibentuk sendiri dalam pikiran siswa. Pengetahuan bukanlah suatu yang lepas dari subyek, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksi dari pengalaman ataupun dunia sejauh

  1 yang dialaminya.

  Pengetahuan merupakan konstruksi seseorang yang sedang mengolahnya, maka jelas bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi dan tidak terubahkan. Pengetahuan merupakan proses menjadi tahu. Suatu proses yang terus akan berkembang semakin luas, lengkap, dan sempurna. Pembentukan pengetahuan bukan jelas sekali jadi, tetapi bertahap. Pengetahuan hanya dapat ditawarkan kepada siswa untuk dikonstruksi sendiri secara aktif oleh siswa sendiri. Banyaknya siswa yang salah menangkap dan mengerti dari apa yang diajarkan oleh guru

1 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), hlm. 8.

  sedikit diinterpretasikan sendiri oleh siswa dan tidak begitu saja dapat di pindahkan dari guru ke siswa.

  2. Konsep, konsep Fisika dan Pemahaman Konsep

  a. Konsep Konsep dalam kamus besar diartikan sebagai ide atau

  2

  pengertian yang diabstraksikan dari peristiwa kongkret. Konsep merupakan kelas atau kategori stimulus (objek, peristiwa atau orang) yang memiliki ciri-ciri umum. Konsep dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1) Konsep konjungtif. Nilai-nilai tertentu (yang penting) dari berbagai atribut disajikan bersama-sama. 2) disjungtif. Sesuatu yang dapat dirumuskan dengan Konsep sejumlah cara yang berbeda-beda. 3) Konsep hubungan. Konsep yang mempunyai hubungan-hubungan

  3 khusus diantara atribut-atribut.

  Para pelajar seringkali hanya menghafal definisi konsep tanpa meperhatikan hubungan antara konsep dengan konsep lainnya. Untuk mengajar konsep baru, seorang guru dapat memberikan contoh konsep dalam kehidupan dan dari prakonsepsi yang telah dimilki oleh siswa, misalnya untuk memahami konsep gerak, guru hendak menghubungkan konsep gerak dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari.

  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 588. 3 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), hlm.132-133.

  b. Konsep Fisika Belajar fisika termasuk dalam belajar konsep, belajar hukum, dan belajar pemecahan masalah. Fisika merupakan pelajaran tentang kejadian-kejadian alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran, penyajian secara matematis, dan berdasarkan peraturan-peraturan umum.

  Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Menurut Robert M. Gagne, sebagaimana dikutip oleh Rachman Abror mengemukakan bahwa, Learning is a change in human disposition or capacity, which persists over a period of time, and which is not simply ascribable to processes of growth . Belajar merupakan sejenis perubahan tingkahlaku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah

  4 melakukan tindakan yang serupa itu.

  Fisika dapat dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum-hukum alam dan kejadian- kejadian dalam alam. Berkecimpung dalam fisika berarti memperbaiki gambaran model dan teori tentang kejadian-kejadian alam, selain itu juga untuk mengembangkan model-model baru. Dengan demikian membuat hukum-hukum alam itu dapat dicakup dan dipahami oleh pikiran siswa.

  c. Pemahaman konsep Salah satu kesulitan pokok yang dialami para guru dalam semua jenjang pendidikan adalah memahami makna hubungan perkembangan ranah kognitif dengan proses belajar mengajar. Hal itu sangat menghawatirkan karena ranah kognitif sangat penting dalam ranah psikomotorik. Itulah sebabnya pendidikan dan pengajaran perlu 4 diupayakan sedemikian rupa agar ranah kognitif para siswa dapat Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), hlm. 67. berfungsi secara positif dan bertanggung jawab. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku siswa yang tampak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti: motivasi, kesenjangan, dan keyakinan.

  Penelitian ini membahas salah satu kategori dalam ranah kognitif yaitu pemahaman. Pemahaman adalah suatu jenjang dalam ranah kognitif yang menunjukkan kemampuan menjelaskan hubungan yang sederhana antara fakta-fakta atau konsep-konsep.

  Nana Sudjana membedakan pemahaman menjadi tiga jenis:

  1. Terjemahan Kemampuan untuk memahami suatu ide yang dinyatakan dengan cara lain dari pernyataan aslinya yang dikenal sebelumnya.

  2. Penafsiran Kemampuan menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dapat menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau dapat membedakan yang pokok dari yang bukan pokok.

  3. Ekstrapolasi Kemampuan melihat di balik yang tertulis, membuat ramalan tentang konsekuensi sesuatu atau dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus/masalah.

  Pemahaman sangat penting dalam fisika karena fisika merupakan ilmu sekaligus produk. Calon guru harus mempelajari materi dalam fisika

  5 untuk memecahkan masalah dalam kehidupan.

  Mata pelajaran merupakan isi pengajaran yang dibawakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Agar dapat mencapai hasil yang lebih baik, 5 yang merupakan bagian dari suatu mata pelajaran saja, tetapi pemahaman

  Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 24-25. yang lebih luas terhadap materi itu sendiri dapat menuntut hasil yang lebih

  6 baik.

  Menurut Rachman Abror mengemukakan bahwa penguasan materi adalah guru bukan hanya mengetahui dan menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah, tetapi juga menguasai bahan

  7

  pendalaman/aplikasi bidang studi. Sedangkan menurut Cece Wijaya, penguasaan materi merupakan proses belajar yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, minat dan sikap belajar siswa yang positif

  8 terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari.

  Jadi yang dimaksud pemahaman oleh guru adalah kemampuan guru dalam menggunakan pengetahuan/kepandaiannya untuk menjelaskan isi dari materi pelajaran yang diberikan kepada siswa sehingga apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai seluruhnya. Disamping itu guru juga harus dapat menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan.

  Ada dua permasalahan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut mata pelajaran yang dipegang guru sesuai dengan profesinya. Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yag dapat membuka wawasan guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran penunjang ini harus sesuai dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang oleh guru agar dapat memberikan motivasi kepada sebagian atau semua anak didik.

  Jika dilihat dari keseluruhan bahan bidang studi atau materi pelajaran, bahan itu beraneka ragam. Alam menelaah bahan bidang studi 6 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), hlm. 7. 7 8 Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, hlm. 141.

  Atiek Rahmiyati , “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Penguasaan Bahan Pelajaran

Oleh Guru Terhadap Hasil Belajar PAI Siswa di SMA Negeri 2 Kudus ”, Skripsi (Semarang: Program Sarjana IAIN Walisongo Semarang, 2008), hlm. 13 harus menempatkan diri dari sudut mana memandangnya. Ada dua cara memandang macam bahan bidang studi. Yaitu dari sudut isi bahan itu

  9 sendiri dan dari sudut cara melakukan pendekatannya.

  Adapun dilihat dari sudut isi bahan bidang studi, bahan bidang studi itu ada 6 jenis : a) Bahan bidang studi fakta

  Bahan bidang studi fakta adalah bahan yang isinya terdiri atas sejumlah fakta, informasi yang kebenarannya tidak dapat diragukan lagi/ diperdebatan. Dilihat dari cara mempelajarinya bahan bidang studi ini bersifat hafalan, cara menguasainya dilakukan dengan belajar berulang-ulang (repitisi), misalnya, sejarah / peristiwa-peristiwa masa lampau.

  b) Bahan bidang studi konsep Bahan Bidang Studi Konsep adalah bahan studi yang isinya berupa gagasan, idea, pendapat, teori/dalil-dalil bahan bidang studi konsep bersumber dari rasio dan pengalaman seperti kelahiran sebuah dalil matematika / ilmu pengetahuan alam.

  c) Bahan bidang studi prinsip Bahan Bidang Studi prinsip adalah bahan yang memberi landasan bagi terwujudnya suatu perbuatan yang diharapkan, sehingga melaluinya setiap tindakan yang dilakukan dapat dikontrol dengan baik.

  d) Bahan bidang studi keterampilan Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari.

  Keterampilan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu keterampilan fisik dan keterampilan intelektual. Keterampilan fisik 9 mencuci dan lain-lainnya. Keterampilan intelektual misalnya

  Atiek Rahmiyati , “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Penguasaan Bahan Pelajaran Oleh Guru Terhadap Hasil Belajar PAI Siswa di SMA Negeri 2 Kudus ”, Skripsi. hlm. 14. memecahkan masalah, melakukan penilaian, membuat perencanaan

  10 dan lain-lain.

  e) Bahan bidang studi pemecahan masalah Bahan bidang studi pemecahan masalah adalah bahan bidang studi yang mengandung unsur pemecahan masalah.

  f) Bahan bidang studi proses Bahan bidang studi proses adalah bahan yang melukiskan proses terjadinya sesuatu seperti proses terjadinya perubahan warna, proses terjadinya hujan, proses pengendapan/penguapan. Bahan bidang studi proses bersumber dari pengalaman.

  Pemahaman konsep secara baik yang menjadi bagian dari kemampuan guru maupun calon guru, yang biasanya dijadikan sebagai tuntutan pertama dalam profesi keguruan.

  3. Tinjauan Tentang Guru Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

  11 pendidikan dasar, dan pendidikan menengah .

  Menurut Syaiful Bahri Djamarah guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu tidak mesti di lembaga formal, tapi bisa juga di masjid, di surau, di

  12

  rumah dan sebagainya. Sedangkan menurut Abin Syamsudin Makmun, guru adalah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga 10 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 68. 11 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 3. 12 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Bandung: Rineka Cipta, 2010 ), hlm. 31. memungkinkan terjadinya Proses Pengalaman belajar pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber dan menggunakan strategi belajar

  13

  mengajar yang tepat. Sementara menurut N.A Ametembuh, seperti yang dikutip Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya guru dan anak didik dalam interaksi edukatif bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara

  14 individual maupun klasikal.baik di sekolah maupun diluar sekolah.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara klasikal di sekolah ataupun di luar sekolah.

  Al-Ghazali(111M), seorang ulama sufi yang banyak mengulas masalah keguruan, menempatkan guru sebagai, “barang siapa yang berilmu dan mengamalkan ilmunya itu, maka dia adalah orang yang paling mulia di seantero dunia. Dia laksana matahari yang bisa menerangi orang lain. Di samping dirinya memang pelita yang cemerlang. Dia laksana harum minyak kasturi yang mengharumi orang lain. Dan barang siapa yang bersibuk diri dengan mengajarkan ilmu (guru), maka sungguh ia telah mengikatkan suatu ikatan yang mulia dan bermakna. Maka hormatilah profesi orang yang menjadi guru.

  Guru bagi siswa adalah resi spiritual yang mengenyangkan diri dengan ilmu. Guru adalah pribadi yang mengagungkan akhlak siswanya. Guru adalah pribadi penuh cinta terhadap anak-anaknya (siswanya). Hidup dan matinya pembelajaran tergantung sepenuhnya kepada guru. Guru adalah pembangkit listrik kehidupan masa depan. Disinilah peran dan fungsi guru begitu mulia yang kedudukannya menyamai Rasul Alah SWT.

  15 13 Yang diutus kepada suatu kaum (umat manusia).

  Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan, (Badung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 155. 14 15 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, hlm. 32.

  Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 130- 131.

  Profesionalisme guru menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen serta strategi penerapannya. Maister mengemukakan bahwa profesionalisme guru bukan sekedar

  16 pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap.

  Oleh karena itu sebagai pendidik profesional guru mempunyai citra yang baik di masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.

  Adapun Guru yang profesional dituntut untuk memiliki keanekaragaman kompetensi yang bersifat psikologis yang meliputi kompetensi kognitif, kompetensi afektif dan kompetansi psikomotorik.

  Kompetensi kognitif guru meliputi: 1. Kategori Pengetahuan kependidikan atau keguruan, yang terdiri atas pengetahuan umum meliputi ilmu pendidikan, psikologi pendidikan, administrasi pendidikan dan seterusnya. Sedangkan pengetahuan kependidikan khusus meliputi metode mengajar, metodik khusus mengajar materi tertentu, teknik evaluasi praktik keguruan tersebut. 2. Kategori lmu pengetahuan materi di bidang studi yang akan menjadi keahlian atau pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Penguasaan guru atas materi-materi bidang studi itu seyogyanya dikaitkan langsung dengan pengetahuan kependidikan kusus terutama dengan metodik khusus dan praktik keguruan. Penguasaan atas model- model, metode

  • – metode dan strategi mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan.

  Kompetensi afektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga amat sukar untuk diidentifikasi. Kompetensi ranah ini sebenarnya meliputi seluruh fenomena perasaa dan emosi seperti: cinta, benci, senang, sedih,

  17 dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain.

  16 Harsono dan M. Joko Susilo, Pemberontakan Guru Menuju Peningkatan Kualitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 22. 17 Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.230-232.

  Kompetensi psikomotorik guru meliputi segala keterampilan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugas-tugasnya selaku pengajar. Secara garis besar kompetensi psikomotor terdiri dari pertama, kecakapan fisik umum seperti duduk, berdiri, berjalan, berjabat tangan dan sebagainya yang tidak berhubungan dengan aktifitas mengajar. Kedua, kecakapan fisik khusus meliputi keterampilan-keterampilan ekspresi verbal dan non verbal. Adapun mengenai keterampilan ekspresi non verbal yang harus dikuasai guru dalam hal mendemonstrasikan apa-apa yang terkandung dalam materi pelajaran, meliputi menulis dan membuat dengan di papan tulis, memeragakan prosedur melakukan keterampilan praktik tertentu sesuai

  18 denga penjelasan verbal yang telah dilakukan guru.

  Dalam hal ini kompetensi yang berhubungan dengan penguasaan bahan pelajaran oleh guru adalah kompetensi kognitif Dan kompetensi psikomotor karena hubungan antara kemampuan menstranfer strategi kognitif dengan kecakapan ekspresi verbal dan non verbal sering bersifat resiprokal atau bersifat timbal-balik. Sementara kompetensi afektif guru bersifat tertutup dan abstrak sehingga sulit untuk diidentifikasi.

  Kemampuan menguasai adalah kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan keahlian yang akan diajarkan. Dan hal ini termasuk dalam ranah kognitif. Menurut bloom seperti yang dikutip Suharsimi Arikunto dalam bukunya dasar-dasar evaluasi pendidikan yang termasuk ranah kognitif adalah: a. Pengetahuan

  Pengetahuan didefinisikan sebagai suatu ingatan terhadap materi yang telah dipelajari. Hal itu meliputi ingatan terhadap jumlah materi 18 lengkap, namun yang dikehendaki disini adalah menyampaikan Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan Dengan Pendekatan Baru, hlm. 234-235. informasi yang tepat kedalam pikiran. Misalnya, guru dapat menjelaskan materi dengan lancar tanpa melihat buku.

  b. Pemahaman Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menangkap makna suatu bahan ajar. Hal itu dapat diperlihatkan dengan cara menerjemahkan bahan dari suatu bentuk kebentuk yang lain, menafsirkan bahan (menjelaskan/meringkas).

  c. Penerapan Penerapan yang dimaksud menunjuk pada kemampuan menggunakan bahan ajar yang telah diajari pada situasi yang baru dan kongkrit. Hal itu meliputi hal-hal seperti penerapan aturan, metode, konsep, prinsip, hukum dan teori-teori.

  d. Analisis Analisis menuntut suatu kemampuan untuk memilah-milah suatu bahan pada bagian-bagian komponennya, sehingga struktur bahan tersebut dapat dipahami. Hal itu meliputi identifikasi bagian- bagiannya, menganalisis hubungan antara bagian-bagian itu dengan pengenalan terhadap prinsip-prinsip pengorganisasian unsur yang terkait.

  e. Sintesis Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk menghimpun/ menyatukan bagian-bagian atau elemen-elemen untuk membentuk pola baru. Termasuk dalam level ini adalah bentuk komunikasi yang unik yang mengklasifikasikan informasi.

  f. Evaluasi Evaluasi menunjuk pada kemampuan untuk memutuskan atau menentukan nilai uatu materi (pernyataan, novel, puisi, laporan

  19 19 tersebut tentu saja harus didasari kriteria yang pasti.

  Suharsimi Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 117-120.

  Di samping memiliki kriteria

  • –kriteria di atas, guru di Indonesia mempunyai kode etik, mereka menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan setia pada Undang-Undang Dasar 1954, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan mempedomani dasar-dasar sebagai berikut: a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.

  b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.

  c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

  d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.