PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MULTIREPRESENTASI PADA MATERI POKOK KINEMATIKA

(1)

Oleh

Kadek Ceria Sukma Putri

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MULTIREPRESENTASI PADA MATERI POKOK

KINEMATIKA Oleh

Kadek Ceria Sukma Putri

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat disampaikan secara multirepresentasi. Namun, untuk menyampaikan materi fisika secara

multirepresentasi diperlukan suatu media yang tepat yaitu harus sesuai dengan sumberdaya yang ada. Hasil observasi sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Banjit, diketahui bahwa di sekolah tersebut belum memiliki fasilitas penunjang kegiatan pembelajaran seperti laboratorium dan perpustakaan. Sedangkan hasil wawancara dengan guru Fisika, diperoleh informasi bahwa kegiatan pembelajaran hanya berlangsung di dalam kelas dan siswa tidak memiliki buku pelajaran sebagai media pembelajaran. Menindaklanjuti masalah tersebut maka diperlukan suatu media yang dapat digunakan sesuai kondisi sekolah tersebut. Salah satu media pembelajaran yang dapat menyampaikan materi secara multirepresentasi namun dapat digunakan secara mandiri oleh siswa dan tidak memerlukan media penunjang lainnya adalah modul. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan modul pembelajaran fisika berbasis multirepresentasi pada materi pokok kinematika untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Banjit. Metode penelitian ini


(3)

Development) yang diadaptasi dari model pengembangan media instruksional Suyanto dan Sartinem (2009). Prosedur pengembangan modul ini meliputi: analisis kebutuhan, identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan,

identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, pengembangan produk, uji internal: uji kelayakan produk, uji eksternal: uji kemanfaatan produk oleh pengguna dan tahap terakhir, produksi. Uji internal dilakukan oleh ahli desain media pembelajaran dan ahli isi/materi. Sedangkan uji satu lawan satu dilakukan terhadap 3 orang siswa dan uji lapangan dilakukan terhadap 35 siswa kelas X SMA Negeri 1 Banjit. Hasil uji internal diperoleh beberapa saran perbaikan dari penguji dan setelah dilakukan perbaikan sesuai saran-saran dari penguji, modul yang dikembangkan dinyatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil uji eksternal menunjukkan bahwa kualitas modul menarik, mudah

digunakan, bermanfaat dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran yaitu mencapai 77,1% siswa tuntas KKM. KKM di SMA Negeri 1 Banjit sebesar 70. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dihasilkan modul pembelajaran fisika berbasis multirepresentasi yang telah teruji dan layak digunakan dengan kualitas: menarik, mudah digunakan, bermanfaat, dan dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...3

C. Tujuan Penelitian ...3

D. Manfaat Penelitian ...4

E. Ruang Lingkup Penelitian ...4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pendidikan ...6

B. Modul ...10

C. Keuntungan Pengajaran Modul ...11

D. Teknik Penulisan Modul ...14

E. Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran ...19

F. Multirepresentasi ...22

G. Kinematika ...24

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...32


(8)

2. Identifikasi Sumber Daya ...34

3. Identifikasi Spesifikasi Produk ...34

4. Pengembangan Produk ...35

5. Uji Internal...36

6. Uji Eksternal ...37

7. Produksi...38

C. Metode Pengumpulan Data ...38

1. Metode Wawancara...38

2. Metode Observasi ...38

3. Metode Angket ...38

4. Metode Tes Khusus...39

D. Metode Analisis Data...40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan...43

B. Pembahasan ...50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...52

B. Saran...52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Daftar Pertanyaan Wawancara ...56

2. Transkripsi Wawancara...57

3. Observasi Sarana dan Prasarana ...59

4. a. Angket Analisis Kebutuhan Guru ...60

b. Angket Analisis Kebutuhan Siswa...62

c. Hasil Analisis Angket Kebutuhan Siswa...64


(9)

b. Instrumen Uji Ahli Materi Modul Pembelajaran Fisika...76

7. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Uji Satu Lawan Satu Modul Pembelajaran Fisika ...82

8. Instrumen Uji Satu Lawan Satu Modul Pembelajaran Fisika ...84

9. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan Modul Pembelajaran Fisika...87

10. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan Modul Pembelajaran Fisika...89

11. Kisi-Kisi Soal Uji Efektivitas...93

12. Instrumen Uji Keefektifan Modul Pembelajaran Fisika ...102

13. Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain ...111

14. Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi...112

15. Rangkuman Hasil Uji Satu Lawan Satu...113

16. Rangkuman Hasil Uji Kelompok Kecil ...114

17. Hasil Penilaian Soal Evaluasi...118

18. Produk/Modul...120

19. Surat Kesediaan Membimbing Skripsi (Pembimbing I) ...189

20. Surat Kesediaan Membimbing Skripsi (Pembimbing II)...190

21. Surat Izin Penelitian...191

22. Surat Keterangan Penelitian ...192

23. Absensi Siswa X IPA1SMAN 1 Banjit ...193

24. Daftar Hadir Seminar Usul Penelitian ...194

25. Berita Acara Seminar Usul Penelitian ...195

26. Daftar Hadir Seminar Hasil Penelitian...196

27. Berita Acara Seminar Hasil Penelitian...197

28. Kartu Kendali Skripsi ...198

29. Saran-Saran Perbaikan Skripsi ...199


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karakteristik materi pembelajaran fisika yang abstrak, menuntut kemampuan untuk menguasai dan mengelola perubahan diantara representasi yang berbeda secara bersamaan. Representasi yang paling sering digunakan oleh guru adalah representasi matematis sehingga representasi lainnya sering terabaikan.

Pada pembelajaran fisika dibutuhkan suatu pemahaman konsep yang matang agar siswa dapat memecahkan suatu permasalahan dalam bidang fisika dengan baik. Pemahaman konsep memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sekedar hafalan, namun lebih dari itu. Jika siswa tidak memiliki pemahaman konsep yang baik maka siswa tersebut kurang mengerti akan konsep materi-materi dalam fisika, sehingga siswa tidak dapat memecahkan permasalahan fisika dengan baik.

Berdasarkan hasil observasi di kelas X SMA Negeri 1 Banjit, media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tidak variatif karena menggunakan lembar kerja siswa saja, sedangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran seperti perpustakaan sudah ada tetapi laboratorium yang dimiliki sekolah tidak lengkap sehingga jarang digunakan. Metode yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh metode ceramah dan


(11)

berpusat pada guru. Berdasarkan angket analisis kebutuhan siswa kelas X IPA1di

SMA Negeri 1 Banjit mengenai kebutuhan siswa terhadap modul dapat diperoleh rentang skor rata-rata persentasemenjawab “ya”, jika 0-50% maka tidak perlu dikembangkan modul multirepresentasi, jika 51-100% maka perlu dikembangkan modul multirepresentasi. Berdasarkan data pada tabel lampiran 4.c diperoleh bahwa rata-rata skor persentasemenjawab “ya”adalah 89,43 % maka perlu dikembangkan modul multirepresentasi.

Melihat permasalahan tersebut, maka penulis memberikan alternatif dengan membuat modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi pokok kinematika yang menyajikan materi secara kompleks dengan berbagai representasi agar siswa dapat memahami pembelajaran fisika dengan baik.

Modul adalah salah satu bagian dari bahan ajar dalam bentuk cetak. Menurut Nasution (2008: 205), Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri atau suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik.

Tujuan belajar menggunakan modul berbasis multirepresentasi adalah untuk meningkatkan motivasi belajar dan daya serap siswa, adanya peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan


(12)

berkelanjutan secara tidak terbatas. Selain itu penulis memilih modul sebagai media pembelajaran karena modul memiliki karakteristik khusus sehingga modul berperan strategis dalam kegiatan pembelajaran.

Melihat keunggulan modul baik dari segi fungsi maupun dari karakteristiknya, maka modul sangat baik jika digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu penulis telah melakukan penelitian dengan judul“Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Multirepresentasi pada Materi Pokok Kinematika”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu dibutuhkan modul berbasis multirepresentasi pada materi pokok kinematika untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Banjit yang dikembangkan secara menarik, mudah, bermanfaat dan efektif sebagai sumber belajar.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan modul berbasis multirepresentasi pada materi pokok kinematika untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Banjit yang dikembangkan secara menarik, mudah, bermanfaat dan efektif sebagai sumber belajar.


(13)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain.

1. Memberikan alternatif pemecahan masalah bagi siswa dalam keterbatasan sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran.

2. Tersedianya sumber belajar yang bervariasi bagi siswa baik digunakan secara individu atau bersama kelompok belajar dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai penguasaan kompetensi.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian yang sejenis dalam lingkup penelitian yang lebih luas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari berbagai macam perbedaan penafsiran tentang penelitian ini maka diberikan batasan sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu.

2. Pengembangan dalam penelitian ini adalah pembuatan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Multirepresentasi.

3. Multirepresentasi adalah merepresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda, diantaranya secara verbal, gambar/diagram, grafik, dan persamaan matematika.

4. Multirepresentasi dalam modul yang dikembangkan yaitu berupa representasi verbal, gambar/diagram, grafik dan persamaan matematika.

5. Materi yang disajikan dalam modul ini adalah materi kinematika SMA/MA yang disesuaikan dengan standar isi dari BSNP.


(14)

(15)

A. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang

disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadi verbalisme. Media pembelajaran merupakan alat bantu

pendengaran dan penglihatan bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar secara signifikan. Menurut Sukiman (2012: 29):

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Menurut Sadiman (2007: 7):

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan dari sumber ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran,

perasaan, dan minat peserta didik sehingga proses belajar terjadi. .

Sedangkan menurut Sanjaya (2012: 57):

Media pembelajaran adalah suatu perantara dari sumber informasi ke penerima informasi seperti video, televisi, komputer dan sebagainya yang digunakan untuk menyalurkan informasi yang akan disampaikan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan informasi dari sumber ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat peserta didik


(16)

sehingga proses belajar mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Peran dan kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran sangat baik dan menguntungkan , karena dengan adanya media siswa lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran. Sadiman (2007: 17) menyatakan bahwa secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut.

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal;

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya: a. Objek yang terlalu besar, bisa diganti dengan realita, gambar, film

bingkai, atau model;

b. Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

timelapse atauhigh speed photography;

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model, diagram, dan lain-lain;

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain).

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:

a. Menimbulkan kegairahan belajar;

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan jika semuanya harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit jika latar belakang lingkungan guru dengan siswa berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:

a. Memberikan perangsang yang sama; b. Mempersamakan pengalaman; c. Menimbulkan persepsi yang sama.

Menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2011: 19), media dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar dalam jumlah besar, yaitu:


(17)

1. Memotivasi minat atau tindakan, dengan teknik drama atau hiburan; 2. Menyajikan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam

rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa;

3. Memberi instruksi, media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.

Berdasarkan penjelasan para ahli, dapat disimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar tidak mungkin dapat tercapai tujuan secara optimal apabila tidak menggunakan media sebagai sarana kegiatan belajar mengajar. Dengan media, belajar akan lebih mudah, efektif, efisien waktu, kegiatan pembelajaran akan berlangsung secara menyenangkan, dan tujuan belajar mengajar akan dapat tercapai secara optimal.

Menurut Rowntree dalam Hanafiah (2012: 61) mengelompokkan media pembelajaran sebagai berikut:

1. Media interaksi insani

a. Komunikasi langsung antara dua orang guru dan peserta didik atau lebih;

b. Kehadiran ini dapat saling memengaruhi secara signifikan; c. Komunikasi dapat terjadi secara verbal dan non verbal;

d. Komunikasi verbal berpengaruh besar terhadap perkembangan kognitif peserta didik;

e. Untuk pengembangan afektif dilakukan melalui komunikasi non verbal, seperti penampilan fisik, roman muka, gerak gerik, atau sikap. 2. Media realita

a. Realita merupakan perangsang nyata, seperti orang, binatang, benda, atau peristiwa yang diamati peserta didik;

b. Dalam realita orang hanya menjadi objek pengamatan atau studi.

3. Pictoria

a. Media ini disajikan dalam berbagai bentuk variasi gambar dan diagram nyata maupun simbol, bergerak atau tidak bergerak; b. Dibuat diatas kertas, film, kaset, disket, dan media lainnya; c. Penyajiannya mulai dari yang sederhana, seperti sketsa dan bagan

sampai pada cukup sempurna, seperti film bergerak dan lainnya; d. Media ini memiliki banyak keuntungan karena hampir semua bentuk,

ukuran, kecepatan, benda dan mahluk, serta peristiwa dapat disajikan dalam media ini.


(18)

a. Media penyajian informasi yang paling umum;

b. Macam bentuknya, seperti buku teks, buku paket, paket program belajar, modul dan majalah;

c. Penulisan simbol-simbol tertulis dilengkapi dengan media fictorial

seperti gambar, grafik, bagan dan bentuk lainnya. 5. Rekaman suara

a. Berbagai informasi dapat disajikan kepada peserta didik dalam bentuk rekaman suara;

b. Rekaman suara dapat dipadukan dengan media fictorial.

Menurut Arsyad dalam Sukiman (2012: 28) media pendidikan memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:

1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagaihardware(perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera;

2. Media pendidikan memiliki pengertiannonfisik yang dikenal sebagai

software(perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta didik;

3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio;

4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas;

5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran;

6. Media pendidikan dapat digunakan secara masal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya; modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder).

Berdasarkan penjelasan mengenai ciri-ciri umum media pendidikan yang dikemukakan oleh Arsyad, maka dapat disimpulkan bahwa media pendidikan adalah segala sesuatu baik yang berupa fisik maupun nonfisik yang dapat menyampaikan pesan secara visual dan audio yang digunakan sebagai alat bantu dalam rangka komunikasi dan interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran yang dapat digunakan di dalam maupun di luar kelas. Media pembelajaran yang dibuat dengan persiapan dan perencanaan yang baik dan teliti akan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan media yang dibuat tanpa persiapan


(19)

dan perencanaan. Persiapan dan perencanaan dalam membuat media pembelajaran hendaknya para ahli, agar media yang tercipta benar-benar sesuai kebutuhan.

B. Modul

Menurut Nasution (2010: 205):

Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri atau suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. menurut Suprawoto (2009: 2):

Modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis/cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan

pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional), dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut.

Ada bermacam-macam batasan modul namun ada kesamaan pendapat bahwa modul merupakan paket kurikulum yang disediakan untuk belajar sendiri. Di dalam sebuah modul harus memenuhi kriteria modul yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (2009: 156), sebuah modul minimal berisi tentang:

1. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur;

2. Petunjuk penggunaan yakni petunjuk bagaimana siswa belajar modul; 3. Kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh siswa; 4. Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran;

5. Tugas dan latihan;

6. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari untuk mempelajari untuk memperdalam dan memperkaya wawasan;

7. Item-item tes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pelajaran;

8. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasilan siswa dalam mempelajari modul;

9. Kunci jawaban.

Sementara menurut Sukiman (2012: 133), untuk memenuhi karakter self instructional, modul harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut.


(20)

1. Merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan jelas; 2. Mengemas materi pembelajaran ke dalam unit-unit kecil/spesifik

sehingga memudahkan peserta didik belajar secara tuntas;

3. Menyediakan contoh dan ilustrasi pendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran;

4. Menyajikan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan peserta didik memberikan respons dan mengukur penguasaannya; 5. Kontekstual, yakni materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana

atau konteks tugas dan lingkungan peserta didik; 6. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; 7. Menyajikan rangkuman materi pembelajaran;

8. Menyajikan instrumen penilaian (assessment), yang memungkinkan peserta didik melakukanself assessment;

9. Menyajikan umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi;

10. Menyediakan informasi tentang rujukan yang mendukung materi didik.

Berdasarkan penjelasan dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa modul merupakan media instruksional sebagai sarana pembelajaran yang dibuat dengan tujuan siswa dapat belajar mandiri. Modul sebagai media pembelajaran akan sangat baik, karena modul merupakan satu paket media yang lengkap dan mudah dalam penggunaannya.

C. Keuntungan Pengajaran Modul

Modul yang disusun dengan baik dapat memberikan banyak keuntungan bagi peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh Nasution (2008: 206), keuntungan pengajaran menggunakan modul bagi siswa diantaranya sebagai berikut.

1. Balikan ataufeedback.

2. Modul memberikan feedbackyang banyak dan segera sehingga siswa dapat mengetahui taraf hasil belajarnya. Kesalahan dapat segera diperbaiki dan tidak dibiarkan begitu saja seperti halnya dengan pengajaran tradisional.


(21)

tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Dengan penguasaan bahan sepenuhnya ia memperoleh dasar yang lebih mantap untuk menghadapi pelajaran baru. Kelemahan pengajarannonmodul yang tradisional adalah penguasaan kebanyakan anak atas bahan pelajaran kurang tuntas.

4. Tujuan

Modul disusun sehingga tujuannya jelas, spesifik, dan dapat dicapai oleh murid. Dengan tujuan yang jelas, usaha murid akan terarah.

5. Motivasi

Pengajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses melalui langkah-langkah yang teratur tentu akan menimbulkan motivasi yang kuat.

6. Fleksibilitas

Pengajaran modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa antara lain mengenai kecepatan belajar, cara belajar, dan bahan pelajaran.

7. Kerjasama

Pengajaran modul mengurangi atau menghilangkan sedapat mungkin rasa persaingan dikalangan siswa oleh sebab semua dapat mencapai hasil tertinggi. Mereka tidak bersaing untuk memperoleh rangking tertinggi karena tidak digunakan kurva normal dalam penentuan angka. Dengan sendirinya lebih terbuka jalan kearah kerjasama. Kerjasama antara murid dengan guru dikembangkan karena kedua belah pihak merasa sama bertanggung jawab. 8. Pengajaran remedial

Pengajaran modul dengan sengaja memberi kesempatan untuk pelajaran remedial yakni memperbaiki kelemahan, kesalahan atau kekurangan murid yang segera dapat ditemukan sendiri oleh murid berdasarkan evaluasi yang


(22)

diberikan secara kontinu. Murid tak perlu mengulangi pelajaran itu seluruhnya akan tetapi hanya yang berkenaan dengan kekurangannya saja.

keuntungan pengajaran menggunakan modul bagi guru. 1. Rasa kepuasan

Modul disusun dengan cermat sehingga memudahkan siswa belajar untuk menguasai bahan pelajaran menurut metode yang sesuai bagi murid yang berbeda-beda. Oleh karena itu, hasil belajar yang baik bagi semua murid lebih terjamin. Kesuksesan yang dicapai oleh murid-murid akan memberi rasa kehausan yang lebih besar kepada guru sehingga merasa bahwa ia telah melakukan profesinya dengan baik.

2. Bantuan individual

Pengajaran modul memberi kesempatan yang lebih besar dan waktu yang lebih banyak kepada guru untuk memberikan bantuan dan perhatian individual kepada setiap murid yang membutuhkannya, tanpa melibatkan seluruh kelas. 3. Pengayaan

Guru juga mendapat waktu yang lebih banyak, waktu untuk memberikan ceramah atau pelajaran tambahan sebagai pengayaan.

4. Kebebasan dari rutin

Pengajaran modul membebaskan guru dari rutin yang membelenggunya selama ini. Ia dibebaskan dari persiapan pelajaran karena seluruhnya telah disediakan oleh modul. Ia juga bebas dari rutin administrasi karena dapat dilakukan oleh petugasnonprofesional dan oleh murid-murid.

5. Mencegah kemubasiran


(23)

dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran atau mata kuliah. Dengan demikian, modul dapat digunakan oleh berbagai sekolah, fakultas atau jurusan karena itu tidak perlu disusun kembali oleh pihak yang memerlukan. Ini artinya penghematan waktu, sekolah dan perguruan tinggi dapat saling bertukar modul. 6. Meningkatkan profesi keguruan

Pengajaran modul memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai proses belajar itu sendiri. Bagaimana murid belajar? Bagaimana guru meningkatkan proses belajar? Bagaimana langkah-langkah dalam belajar? Pertanyaan-pertanyaan tersebut merangsang guru untuk berfikir dan dengan demikian mendorongnya bersikap lebih ilmiah tentang profesinya.

7. Evaluasi formatif

Bahan pelajaran tradisional, antara lain: dalam bentuk buku pelajaran, biasanya menyajikan bahan itu dalam bentuk bagian-bagian yang besar atau luas, misalnya bab demi bab. Pertanyaan dan tugas baru diberikan pada akhir suatu bab. Dengan demikian sulit diketahui sampai dimana pengertian murid dalam mengikuti proses pembelajaran. Karena itu tidak mungkin memperbaiki pelajaran berdasarkan hasil belajar siswa. Sebaiknya modul hanya meliputi bahan pelajaran yang terbatas dan dapat dicobakan pada murid yang jumlahnya kecil dalam taraf pengembangannya. Dengan mengadakan pre-testdan post-testdapat dinilai taraf hasil belajar murid dengan cara demikian mengetahui efektivitas bahan tersebut.

D. Teknik Penulisan Modul


(24)

Kata Pengantar Daftar Isi

Tinjauan Umum Modul Glosarium/Daftar Istilah I. PENDAHULUAN

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2. Deskripsi

3. Waktu 4. Prasyarat

5. Petunjuk Penggunaan Modul 6. Tujuan Akhir

II. ISI MODUL (MODUL PEMBELAJARAN 1-N) 1. Tujuan

2. Uraian Materi 3. Latihan/Tugas 4. Rangkuman 5. Tes formatif

6. Kunci jawaban tes formatif 7. Umpan balik dan tindak lanjut 8. Lembar kerja praktik (jika ada)

modul. Contoh teknik penulisan modul menurut Abdurrahman (2012, 12-16): 1. Kerangka Modul

Modul sebaiknya dipilih struktur atau kerangka yang sederhana dan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Kerangka modul umumnya tersusun seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Modul

2. Deskripsi Kerangka a. Halaman Sampul

Berisi antara lain: label kode modul, label institusi, bidang/program studi keahlian dan kompetensi keahlian, judul modul, gambar ilustrasi, penulis modul, nama institusi, dan tahun modul disusun.


(25)

Memuat informasi tentang peran modul dalam proses pembelajaran. c. Daftar Isi

Memuat kerangka (outline) modul dan dilengkapi dengan nomor halaman. d. Tinjauan Umum Modul

Deskripsi yang menunjukkan kedudukan modul dalam keseluruhan program pembelajaran (sesuai dengan diagram pencapaian kompetensi yang termuat dalam kurikulum).

e. Glosarium

Memuat penjelasan tentang arti dari setiap istilah, kata-kata sulit dan asing yang digunakan dan disusun menurut urutan abjad.

f. Pendahuluan

1) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari pada modul.

2) Deskripsi

Penjelasan singkat tentang nama dan ruang lingkup isi modul, kaitan modul dengan modul lainnya, hasil belajar yang akan dicapai setelah menyelesaikan modul, serta manfaat kompetensi tersebut dalam proses pembelajaran dan kehidupan secara umum.

3) Waktu

Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi yang menjadi target belajar.

4) Prasyarat


(26)

tersebut, baik berdasarkan bukti penguasaan modul lain maupun dengan menyebut kemampuan spesifik yang diperlukan.

5) Petunjuk Penggunaan Modul

Memuat panduan tatacara menggunakan modul, yaitu: a) Langkah yang harus dilakukan untuk mempelajari modul; b) Perlengkapan, seperti sarana/prasarana/fasilitas yang harus

dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan belajar. 6) Tujuan Akhir

Pernyataan tujuan akhir (perfomance objective) yang hendak dicapai peserta didik setelah menyelesaikan suatu modulharus memuat: a) Kinerja (perilaku) yang diharapkan;

b) Kriteria keberhasilan;

c) Kondisi atau variabel yang diberikan. 7) Cek Penguasaan Standar Kompetensi

Berisi tentang daftar pertanyaan yang akan mengukur penguasaan awal kompetensi peserta didik, terhadap kompetensi yang akan dipelajari pada modul ini.

g. Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran I 1) Tujuan

Memuat kemampuan yang harus dikuasai untuk kegiatan belajar. 2) Uraian Materi

Berisi uraian pengetahuan/konsep/prinsip tentang kompetensi yang sedang dipelajari.


(27)

3) Tugas/Latihan

Berisi instruksi tugas yang bertujuan untuk penguatan pemahaman terhadap konsep penting yang dipelajari. Bentuk tugas dapat berupa: a) Kegiatan observasi untuk mengenal fakta;

b) Studi kasus; c) Kajian materi; d) Latihan-latihan.

Setiap tugas yang diberikan perlu dilengkapi dengan lembar tugas, instrumen observasi, atau bentuk instrumen lain dengan bentuk tugas. 4) Rangkuman

Berisi ringkasan pengetahuan/konsep yang terdapat pada uraian materi. 5) Tes formatif

Berisi tes tertulis sebagai bahan pengecekan bagi peserta didik dan guru/instruktur untuk mengetahui sejauh mana penguasaan hasil belajar yang telah dicapai.

6) Lembar Kerja Praktik

Berisi petunjuk atau prosedur kerja suatu kegiatan praktik yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka penguasaan kemampuan

psikomotor. Isi lembar kerja antara lain: alat dan bahan yang digunakan, petunjuk tentang keamanan/keselamatan kerja yang harus diperhatikan, langkah kerja, dan gambar kerja (jika diperlukan) sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

7) Kunci Tes Formatif


(28)

pembelajaran dan evaluasi pencapaian kompetensi, dilengkapi dengan kriteria penilaian pada setiap item tes.

8) Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Berisi informasi kegiatan yang harus dilakukan peserta didik berdasarkan hasil tes formatifnya. Peserta didik diberi petunjuk seperti: ia berhasil dengan baik yaitu mencapai tingkat penguasaan 70% dalam tes formatif yang lalu, atau mengulang kembali kegiatan belajar tersebut bila masih di bawah 70% dari skor maksimum.

h. Daftar Pustaka

Semua referensi/pustaka yang digunakan sebagai acuan pada saat penyusunan modul.

E. Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran

Penulisan buku teks pelajaran harus mengikuti kaidah atau aturan yang baku atau standar. Kaidah penulisan buku teks pelajaran sudah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Adapun kaidah penulisan buku teks pelajaran untuk SMP/MTs dan SMA/MA menurut BSNP adalahUkuran Buku. Kesesuaian ukuran buku mengikuti standar ISO. Ukuran buku A4 (21 x 297 mm), A5 (148 x 21 mm), B5 (176 x 250 mm). Toleransi ukuran antara 5–20 mm. Skala 1 = (15-20 mm), skala 2, (10-15 mm), skala 3 (5- 10 mm), skala 4 (0-5 mm). Pemilihan ukuran buku perlu disesuaikan dengan materi isi buku dan kekhususan bidang studi. Hal ini akan mempengaruhi tata letak bagian isi dan ketebalan halaman buku.


(29)

Desain kulit muka, belakang dan punggung merupakan suatu kesatuan yang utuh. Elemen warna, ilustrasi, dan tipografi ditampilkan secara harmonis dan saling terkait satu dan lainnya. Memiliki pusat pandang (point center) yang baik sebagai daya tarik awal dari buku yang ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tipografi, ilustrasi dan warna. Adanya keseimbangan antara unsur tata letak (judul, pengarang, ilustrasi, logo, dll.) seimbang dan seirama dengan tata letak isi.

Perbandingan ukuran antara ukuran unsur tata letak (tipografi, ilustrasi dan unsur pendukung lainnya seperti kotak, lingkaran dan elemen dekoratif lainnya) secara proporsional. Proporsi tampilan tata letak setiap unsur sesuai yaitu secara keseluruhan ditampilkan serasi dengan tetap memperhatikan unsur-unsur yang perlu ditampilkan secara menonjol. Memperhatikan tampilan warna secara keseluruhan yang dapat memberikan nuansa tertentu yang sesuai dengan materi isi buku. Memiliki tingkat kekontrasan yang baik sehingga dapat memperjelas tampilan teks maupun ilustrasi. Adanya kesesuaian dalam

penempatan unsur tata letak pada bagian kulit maupun isi buku berdasarkan pola yang telah ditetapkan dalam perencanaan awal buku. Adanya kesamaan irama dalam penampilan unsur tata letak dari buku secara keseluruhan yang ditampilkan pada setiap bab meliputi penempatan judul bab, nomor halaman dan unsur lainnya.

Ukuran judul buku lebih dominan dibandingkan nama pengarang dan penerbit. Warna judul buku kontras daripada warna latar belakang. Ukuran huruf proporsional dibandingkan ukuran buku (>14 pt). Tidak menggunakan terlalu


(30)

banyak jenis huruf dan tidak menggunakan huruf hias/dekorasi. Menggunakan ilustrasi yang dapat menggambarkan isi/materi buku. Ilustrasi mampu

mengungkap karakter obyek. Ilustrasi menggunakan bentuk, ukuran yang proporsional dan sesuai realita sehingga tidak menimbulkan salah paham dan penafsiran peserta didik.

2) Bagian Isi Buku

Setiap penempatan judul bab seragam dan konsisten. Memperhatikan

kemudahan dan keterbacaan susunan teks. Teks dan ilustrasi berdekatan karena merupakan kesatuan dengan ilustrasi yang ditampilkan. Memperhatikan margin dua halaman yang berdampingan. Judul bab ditulis secara lengkap disertai dengan angka bab (bab I, bab II, dst). Penulisan sub judul dan sub-sub judul disesuaikan dengan hirarki naskah. Penempatan nomor halaman disesuaikan dengan pola tata letak. Ilustrasi menggambarkan kesesuaian dan mampu memperjelas materi dengan bentuk dan ukuran yang proporsional serta warna yang menarik sesuai aslinya. Keterangan gambar ditempatkan berdekatan dengan ilustrasi dengan ukuran huruf lebih kecil daripada huruf teks.

Tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf, maksimal menggunakan dua jenis huruf sehingga tidak mengganggu peserta didik dalam menyerap informasi yang disampaikan. Tidak menggunakan huruf hias/dekoratif. Penggunaan variasi (bold, italic, all capital, small capital) tidak berlebihan. Panjang baris kalimat antara 45-75 karakter (sekitar 10-12 kata).

Jenjang/hirarki judul-judul jelas, konsisten dan proporsional. Tidak terdapat alur putih di dalam teks. Tanda pemotongan kata (hyphenation) maksimum tiga


(31)

baris. Ilustrasi yang ditampilkan mampu mengungkap makna/arti dari objek. Bentuk ilustrasi harus proporsional, akurat dan realistis. Keseluruhan ilustrasi ditampilkan secara serasi, goresan garis tegas dan jelas, mengungkap konsep kreatif, menggunakan warna sesuai objek dan dinamis.

F. Multirepresentasi

Media digunakan untuk mempermudah berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Media yang digunakan menyampaikan materi dengan satu representasi atau menggunakan berbagai macam bentuk representai. Kress dalam Abdurrahman dkk (2008: 373) mengatakan bahwa:

Secara naluriah manusia menyampaikan, menerima, dan

menginterpresentasikan maksud melalui berbagai penyampaian dan berbagai komunikasi. Baik dalam pembicaraan, bacaan maupun tulisan. Oleh karena itu, peran representasi sangat penting dalam proses pengolahan informasi mengenai sesuatu.

Hall dalam Daewoo (2012: 1) menyatakan bahwa:

Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, video, film,

fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.

Sedangkan Rosengrant dalam Suminnar (2012: 15) menyatakan bahwa: Representasi merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbolkan objek dan atau proses.

Melihat penjelasan mengenai pengertian representasi dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa representasi suatu konsep yang mewakili dan digunakan dalam menyampaikan sesuatu melalui beberapa bentuk seperti dialog, tulisan, video, film, dan sebagainya. Peran representasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam kegiatan pembelajaran.


(32)

Prain dan Waldrip dalam Suminnar (2012: 15) menyatakan bahwa:

Multirepresentasi berarti merepresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda, diantaranya secara verbal, gambar, grafik dan matematika.

Melihat penjelasan mengenai multirepresentasi di atas dapat disimpulkan bahwa multirepresentasi adalah cara menyatakan suatu konsep melalui berbagai format dan bentuk diantaranya dalam bentuk verbal, gambar, grafik, diagram dan matematika. Dikatakan multirepresentasi apabila konsep yang sama disampaikan dengan lebih dari satu representasi. Ainsworth dalam Suminnar (2012: 25) menyatakan bahwa:

Kemampuan siswa dalam menginterpretasikan representasi dipengaruhi oleh kombinasi representasi, perbedaan individual, dan proses dalam memahami suatu representasi. Perbedaan individual diantaranya

dipengaruhi oleh familiar dengan representasi, familiar dengan konsep yang direpresentasikan, umur siswa, cara berpikir, kecerdasan, dan jenis kelamin. Menggunakan representasi dalam kegiatan pembelajaran harus memperhatikan kemampuan siswa dalam menginterpretasikan representasi tersebut, karena dalam hal ini dipengaruhi kombinasi representasi, perbedaan individual, dan proses memahami suatu representasi. Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan multirepresentasi menurut Rosengrant dalam Suminnar (2012: 25-26), yaitu:

1) Multi kecerdasan (multiple intelligences)

Menurut teori multi kecerdasan orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu siswa belajar dengan cara yang berbeda- beda sesuai dengan jenis kecerdasannya. Representasi yang berbeda-beda memberi kesempatan belajar yang optimal bagi setiap jenis kecerdasan. 2) Visualisasi bagi otak

Kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali dapat divisualisasikan dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi konkret.

3) Membantu mengkonstruksi representasi tipe lain

Beberapa representasi konkret membantu dalam mengkonstruksi representasi yang lebih abstrak.

4) Beberapa representasi bermanfaat bagi penalaran kualitatif penalaran kualitatif seringkali terbantu dengan penalaran yang lebih konkret.


(33)

5) Representasi matemaika yang abstrak digunakan untuk penalaran kuantitatif dimana representasi matematika dapat digunakan untuk mencari jawaban kuantitatif terhadap soal.

Dalam pembelajaran dengan multirepresentasi maka siswa harus mampu

menyederhanakan, mengonkritkan, menyebutkan fakta, memberikan contoh, serta membayangkan ide-ide maupun konsep dalam situasi familiar.

G. Kinematika

Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa

memperhatikan penyebab timbulnya gerak. Diantaranya ada gerak lurus beraturan (GLB), gerak lurus berubah beraturan (GLBB), gerak vertikal, dan (GJB).

a. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

GLBB adalah gerak benda pada lintasan lurus dengan percepatan atau perlambatan tetap. Dalam GLBB, kata“berubah” yang dimaksud adalah berkaitan dengan kecepatannya, hal ini jelas berbeda dengan GLB yang mensyaratkan tetapnya kecepatan. Karena terjadi perubahan kecepatan secara

“beraturan” maka dalam GLBB terdapat faktor percepatan yang terlibat. Untuk mengetahui hubungan antara jarak, kecepatan, dan waktu benda, maka dapat diselidiki dengan menggunakan alat pencatat waktu seperti Gambar 2.2.

Pita

Pewaktu

Ketik Trolly Katrol

Beban Gantung


(34)

Pada rangkaian pewaktu ketik terlihat pita kertas, kereta dinamika, dan beban gantung saling terhubung. Ketika kereta dinamika tertarik oleh beban gantung yang dilepaskan, menyebabkan kereta dinamika bergerak dan pencatat waktu yang terus mengetuk pita. Semakin lama, kereta dinamika akan semakin cepat bergerak. Keadaan gerak kereta dinamika akan terlihat melalui bekas ketukan pencatat waktu pada pita kertas.

Gambar 2.3 Hasil Rekaman GLBB Dipercepat pada Pita Kertas

Jika setiap 5 ketukan pada pita dipotong, maka akan diperoleh jarak (panjang) yang berbeda. Pada waktu yang sama jarak yang ditempuh benda semakin panjang. Hasil rekaman pita kertas menunjukkan bahwa semakin lama waktu tempuh kecepatan benda menjadi semakin besar.

v v

t t

Gambar 2.4 Grafik Hubungan v tpada GLBB Dipercepat

Pada kegiatan di atas kita memperoleh diagram batang dengan potongan pita semakin panjang. Setiap potongan pita menunjukkan satuan waktu. Artinya, pada grafik terjadi penambahan kecepatan sehingga kecepatan benda semakin bertambah. Jadi, dapat kita nyatakan bahwa dalam GLBB, kecepatan benda adalah berubah. Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa benda bergerak dipercepat.


(35)

v

Percepatan = =

=

Tambahan Kecepatan Selang Waktu

= ( 0)

= + (1)

Jarak merupakan panjang potongan-potongan pita kertas yang berbentuk grafik

v tdi bawah ini. Untuk memperoleh persamaan untuk mencari jarak maka kita harus menghitung luas bidang grafik. Pada Gambar 2.5 terlihat bahwa titik-titik pada setiap sudut membentuk trapesium.

v v C

B vt

t v0

A D t

Gambar 2.5 Grafik Hubungan v tpada GLBB Dipercepat

Jarak = Luas trapesium ABCD = (AB + CD)1AD =

2

{v + (v + v)} t 2

v + (v + at)t =

2

t = (2v + at)

2 2v t

= 2

at +

2 1

s = v t + at (2)

2

Jika t dari persamaan (1) disubstitusikan ke persamaan (2) maka persamaan gerak dalam gerak lurus dipercepat beraturan dapat juga dirumuskan menjadi:


(36)

Dengan v dan a kita anggap konstan, kita dapat melukiskan grafik hubungan antara s dan t pada GLBB dipercepat sebagai berikut.

s

t 0

Gambar 2.6 Grafik Hubungan s–t pada GLBB Dipercepat

Pita

Pewaktu

Ketik Trolly Katrol

Gambar 2.7 RangkaianTrolly pada GLBB Diperlambat

Beban Gantung

Ketika trollytertarik oleh beban gantung yang dilepas akan menyebabkan trolly bergerak dan pencatat waktu terus mengetuk pita. Setelahtrolly

bergerak, segera tali penghubung antara trollyke beban gantung diputuskan/ dipotong sehinga semakin lama geraktrollyakan diperlambat dan akhirnya berhenti. Keadaan geraktrollyakan terlihat melalui bekas ketukan pencatat waktu pada pita kertas. Jika setiap 5 ketukan pada pita dipotong dan disusun, maka akan diperoleh pola seperti Gambar 2.8.

v v

V0

t t

0 0


(37)

Berdasarkan Gambar 2.8, dalam selang waktu yang sama, jarak tempuhnya semakin berkurang. Jika pengurangan kecepatan dalam waktu yang sama selalu tetap, maka gerak benda termasuk GLBB diperlambat. Jadi, dapat kita nyatakan bahwa dalam GLBB, kecepatan benda adalah berubah. Untuk memperoleh persamaan jarak maka kita harus menghitung luas bidang grafik. Pada grafik terlihat bahwa titik-titik pada setiap sudut membentuk trapesium.

v B v

v0 v

t

0 A D

vtt

Gambar 2.9 Grafik Hubungan v tpada GLBB Diperlambat

GLBB diperlambat sama seperti GLBB dipercepat, hanya saja percepatannya berharga negatif (-) karena kecepatan benda yang semakin berkurang.

v = v at (4)

1 s = v t

2 at (5)

v = v 2as (6)

Lalu, bagaimana dengan percepatan ( ) pada GLBB? Percepatan adalah perubahan kecepatan dan atau arah dalam selang waktu tertentu. Percepatan merupakan besaran vektor. Percepatan berharga positif (+) jika kecepatan suatu benda bertambah dalam selang waktu tertentu, sedangkan berharga negatif (-) jika kecepatan berkurang dalam selang waktu tertentu. Berdasarkan persamaan (2) Pada gerak lurus berubah beraturan diperlambat, hubungan jarak terhadap waktu dilukiskan seperti pada Gambar 2.10.


(38)

s

t

Gambar 2.10 Grafik Hubungan s–t Pada GLBB Diperlambat Telah dibahas sebelumnya, pada gerak lurus berubah beraturan gerak suatu benda mengalami kecepatan yang berubah-ubah. Sehingga percepatannya

= 0. Hubungan percepatan terhadap waktu dapat dilihat pada Gambar 2.11.

t

Gambar 2.11 Grafik Hubungan –t pada GLBB

Berdasarkan definisi percepatan, secara matematis dapat ditulis.

v v v

= =

t t t (7)

b. Gerak Lurus Beraturan (GLB)

Di SMP Anda telah mempelajari tentang gerak lurus beraturan (GLB). Contoh GLB yang mudah kita temui adalah pasukan pengibar bendera. selama

hentakan kaki pasukan pengibar bendera kita anggap sebagai jarak lintasan yang ditempuh dengan anggapan setiap hentakan mempunyai panjang yang sama. Berdasarkan persamaan (1) pada GLBB, apabila = 0maka diperoleh,

=

= . , = 0 = 0


(39)

= = (8)

Gerak dengan kecepatan tetap seperti pada persamaan (12) disebut GLB. Dengan demikian GLB merupakan gerak suatu benda kecepatan tetap (konstan) dan percepatan = 0. Pada GLB, nilai kecepatan sama dengan kelajuannya. Melalui persamaan (2) pada GLBB, dapat ditentukan persamaan kecepatan pada GLB,

1

= + 2

=

= (9)

Jika direpresentasikan ke dalam bentuk grafik, maka hubungan dan pada GLB akan diperoleh grafik seperti pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Grafik Hubungan dan pada GLB

c. Gerak Vertikal

Setiap benda yang dilepas dari suatu ketinggian tertentu, akan jatuh ke permukaan bumi. Hal ini terjadi karena terdapat medan gravitasi yang menyebabkan benda selalu jatuh ke permukaan Bumi.

v v

v

h g

v

v t


(40)

Gerak vertikal ke bawah memiliki kecepatan awal. Misalkan, kita

melemparkan sebuah benda dari gedung bertingkat. Benda akan memiliki kecepatan awal dari hasil lemparan kita. Besaran pada gerak vertikal sama dengan GLBB, jika pada GLBB terdapat percepatan ( ), maka pada gerak vertikal menggunakan percepatan gravitasi (g). Begitu pula dengan jarak (s) pada GLBB, pada gerak vertikal mengunakan ketinggian (h).

v = v ± gt (10)

h = v t ± 1gt (11)

2

v = v ± 2gh (12)

Tanda (+) menyatakan bahwa benda di lempar vertikal ke bawah sedangkan tanda (-) menyatakan bahwa benda di lempar vertikal ke atas.

d. Gerak Jatuh Bebas

Gerak jatuh bebas termasuk dalam GLBB, benda bergerak karena dijatuhkan ke bawah dengan kecepatan awal nol. Seperti halnya sebuah kelapa yang jatuh dari ketinggian pohon. Kelapa yang jatuh tentu tanpa kecepatan awal. Ia jatuh hanya semata-mata karena gaya gravitasi bumi.

vt = gt (13)

1

h = gt (14)

2

v = 2gh (15)

v = 0

h

v


(41)

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009: 407). Pengembangan berupa pembuatan media pembelajaran modul berbasis multirepresentasi pada materi kinematika SMA kelas X. Subjek uji coba produk penelitian pengembangan yaitu.

1. Uji ahli desain yaitu seorang yang ahli dalam bidang teknologi pendidikan dalam mengevaluasi desain modul.

2. Uji ahli bidang isi/materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi yaitu seorang yang berlatar belakang Ilmu Fisika.

3. Uji satu lawan satu yaitu diambil sampel penelitian 3 orang siswa yang dapat mewakili populasi target.

4. Uji kelompok kecil yaitu diambil sampel penelitian satu kelas siswa SMA kelas X dimana sampel diambil dari semua anggota populasi.

Uji coba dilakukan untuk mendapatkan tanggapan kemenarikan, kemanfaatan, kemudahan dan efektivitas dari modul yang telah dikembangkan. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 di SMAN 1 Banjit.


(42)

Prosedur pengembangan ini mengacu pada langkah-langkah penelitian dan

pengembangan yang diadaptasi dari Suyanto dan Sartinem (2009). Desain tersebut meliputi tahapan prosedur pengembangan produk dan uji produk yang perlu dilakukan, yaitu:

1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi bahwa diperlukan adanya pengembangan media berupa modul ajar berbasis multirepresentasi. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi langsung. Wawancara ditujukan terhadap guru mata pelajaran fisika kelas X di SMA Negeri 1 Banjit. Wawancara

dilakukan untuk mengetahui metode yang diterapkan dalam pembelajaran, sumber belajar yang digunakan, sejauh mana penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran serta mengetahui hambatan-hambatan dalam penggunaan media pembelajaran, dan untuk mengetahui pentingnya penggunaan modul yang akan dikembangkan untuk kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara ternyata di SMA Negeri 1 Banjit kegiatan pembelajaran belum menggunakan media pembelajaran secara variatif. Dalam kegiatan pembelajaran penggunaan media masih didominasi oleh media buku dan papan tulis serta metode yang diterapkan masih didominasi oleh metode ceramah. Belum terdapat modul pembelajaran sebagai media penunjang dalam kegiatan pembelajaran sehingga dibutuhkan media pembelajaran yaitu berupa modul berbasis multirepresentasi. Observasi


(43)

yang dimiliki oleh sekolah sebagai sumber belajar bagi guru maupun siswa yang mendukung kegiatan pembelajaran. Observasi seperti ketersediaan buku fisika di perpustakaan, ketersediaan alat-alat praktikum di

laboratorium fisika dan pemanfaatan sumber belajar. Berdasarkan hasil observasi langsung di SMA Negeri 1 Banjit diketahui bahwa sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran seperti perpustakaan dan laboratorium belum ada sehingga kegiatan pembelajaran masih sangat terbatas. Hasil wawancara dan observasi ini yang menjadi acuan penulisan latar belakang masalah penelitian pengembangan ini.

2. Identifikasi Sumber Daya

Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya guru maupun sumber daya sekolah seperti perpustakaan, laboratorium,

ketersediaan media dan sumber belajar lainnya yang mendukung kegiatan pembelajaran. Hasil identifikasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang akan dikembangkan.

3. Identifikasi Spesifikasi Produk

Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya yang mendukung pengembangan produk hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.


(44)

Kata Pengantar Daftar Isi

Tinjauan Umum Modul Glosarium/Daftar Istilah I. PENDAHULUAN

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2. Deskripsi

3. Waktu 4. Prasyarat

5. Petunjuk Penggunaan Modul 6. Tujuan Akhir

II. ISI MODUL (MODUL PEMBELAJARAN) 1. Tujuan

2. Uraian Materi 3. Latihan/Tugas 4. Rangkuman 5. Tes Formatif

6. Kunci Jawaban Tes Formatif 7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 8. Lembar Kerja Praktik (Jika ada) III. DAFTAR PUSTAKA

b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran;

c. Menentukan format pengembangan modul multirepresentasi.

4. Pengembangan Produk

Tahap pengembangan produk dilakukan pembuatan modul pembelajaran berbasis multirepresentasi. Spesifikasi produk yang akan dikembangkan adalah modul pembelajaran berbasis multirepresentasi materi kinematika yang tersusun secara sistematis. Kerangka modul seperti Gambar 3.1.


(45)

Dalam penelitian pengembangan, sebuah desain media pembelajaran memerlukan kegiatan uji coba secara bertahap dan berkesinambungan. Pada tahap pengembangan ini dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk. Uji internal yang dikenakan pada produk terdiri dari uji ahli desain dan uji ahli isi/materi pembelajaran. Produk yang telah dibuat diberi nama prototipe I, kemudian dilakukan uji kelayakan produk dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah dibuat. Uji kelayakan produk ini meliputi: a. Menyusun instrumen uji kelayakan produk berdasarkan indikator

penilaian yang telah ditentukan.

b. Melaksanakan uji kelayakan produk yang dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran.

c. Melakukan analisis terhadap hasil uji kelayakan produk dan melakukan perbaikan.

d. Mengkonsultasikan hasil yang telah diperbaiki kepada ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran.

Dalam melaksanakan uji kelayakan peneliti, untuk uji ahli desain dilakukan oleh seorang master dalam bidang teknologi pendidikan dalam

mengevaluasi desain media pembelajaran yaitu salah seorang dosen P.MIPA Universitas Lampung, sedangkan ahli bidang isi/materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi untuk mengevaluasi isi/materi kinematika untuk SMA/MA yaitu seorang dosen P.MIPA Universitas Lampung yang berlatar belakang Pendidikan Fisika. Setelah dilakukan uji internal produk, maka prototipe I


(46)

Selanjutnya produk hasil perbaikan dan konsultasi kemudian disebut prototipe II.

6. Uji Eksternal

Setelah dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk dan diperoleh hasil berupa prototipe II, langkah selanjutnya dilakukan uji eksternal yang diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber sekaligus media pembelajaran. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan produk. Hal yang diujikan yaitu: kemenarikan, kemudahan menggunakan produk oleh pengguna, dan keefektifan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus terpenuhi.

Uji ini dilakukan melalui dua tahap yaitu: uji satu lawan satu dan uji kelompok kecil. Tahap uji satu lawan satu ini bertujuan untuk melihat kesesuaian media dalam pembelajaran sebelum tahap uji coba media pada uji kelompok kecil. Uji satu lawan satu dilakukan dengan cara dipilih tiga orang siswa secara acak. Pada tahap ini, siswa menggunakan media secara individu (mandiri) lalu diberikan angket untuk menyatakan apakah media sudah menarik, mudah digunakan dan membantu siswa dalam pembelajaran dengan pilihan jawaban“ya”dan“tidak”, media akan diperbaiki pada pilihan jawaban tidak.

Pada uji kelompok kecil dikenakan kepada satu kelas sampel pada siswa yang belum pernah mendapatkan materi kinematika. Uji kelompok kecil


(47)

menggunakan media dan keefektifan media. Siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan media berupa modul multirepresentasi dan setelah pembelajaran siswa diberikan post-testuntuk mengetahui tingkat

kemenarikan dan kemudahan dalam menggunakan media.

7. Produksi

Setelah dilakukan perbaikan dari uji eksternal maka dihasilkan prototipe III kemudian dilakukan tahap selanjutnya yaitu produksi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian pengembangan ini digunakan empat macam metode pengumpulan data. Keempat metode tersebut yaitu:

1. Metode Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan media pembelajaran.

2. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah yang menunjang proses pembelajaran.

3. Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengukur indikator program yang

berkenaan dengan kriteria pendidikan, tampilan media, dan kualitas teknis. Instrumen meliputi angket uji ahli dan angket respon pengguna. Instrumen


(48)

X O

produk sebagai media pembelajaran. Sedangkan instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan,dan kemanfaatan produk.

4. Metode Tes Khusus

Metode tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas produk yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Tahap ini produk digunakan sebagai sumber belajar, pengguna (siswa) diambil sampel penelitian satu kelas siswa, dimana sampel diambil menggunakan teknik Sampling jenuh

yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan dan

menggunakan desain penelitian One-Shot Case Study. Gambar desain yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1One-Shot Case Study

Keterangan: X =Treatment, penggunaan modul pembelajaran O = Hasil belajar siswa

Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa kelas X SMA Negeri 1 Banjit, siswa menggunakan modul sebagai media pembelajaran,

selanjutnya siswa tersebut diberi soalpost-test. Hasilpost-testdianalisis ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan nilai KKM yang harus terpenuhi.


(49)

Setelah diperoleh data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika dan data hasil observasi langsung dijadikan sebagai latar belakang dilakukannya penelitian ini. Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli desain dan ahli materi melalui uji/validasi ahli, yang selanjutnya data kesesuaian yang diperoleh tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan produk diperoleh melalui hasil uji kemanfaatan kepada pengguna secara langsung. Data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk menentukan tingkat efektivitas produk sebagai media pembelajaran.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji kelompok kecil dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen uji ahli oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran, memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu:“ya”

dan“tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban

“tidak”,atau para ahli memberikan masukkan khusus terhadap media prototipe yang sudah dibuat.

Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat. Instrumen uji satu lawan satu memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu:“ya”


(50)

sebagai sumber belajar diperoleh dari uji kelompok kecil kepada siswa sebagai pengguna. Angket respon terhadap pengguna produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu:“sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik”

dan“tidak menarik” atau“sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan“tidak baik”.

Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor, selanjutnya

hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat baik 4

Menarik Baik 3

Kurang menarik Kurang baik 2

Tidak menarik Tidak baik 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Skor penilaian = Jumlah skor pada instrumen X 4

jumlah nilai total skor tertinggi

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor dapat dilihat dalam Tabel 3.2.


(51)

Suyanto dan Sartinem(2009:20)

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat Baik

3 2,51–3,25 Baik

2 1,76–2,50 Kurang Baik

1 1,01–1,75 Tidak Baik

Data hasilpost-testdigunakan untuk mengukurs tingkat efektivitas media, sebagai pembanding digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Banjit. Apabila 75% nilai siswa yang diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.


(52)

A. Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Penelitian ini menghasilkan produk berupa modul pembelajaran fisika berbasis multirepresentasi pada materi pokok kinematika.

2. Modul berbasis multirepresentasi pada materi pokok kinematika memiliki kualitas kemenarikan sangat baik dengan rerata skor 3,30, kualitas

kemudahan baik dengan rerata skor 3,24, kualitas kebermanfaatan sangat baik dengan rerata skor 3,54. Modul dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan perolehan hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata 75 dengan persentase kelulusan sebesar 77,1 % pada uji lapangan terhadap siswa kelas X SMA Negeri 1 Banjit Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini, hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keefektifan modul dalam lingkup yang lebih luas.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2012.Panduan Penyusunan Modul Bagi Pengembangan

Profesional. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi. 2008. Limitation of representation mode in learning gravitational concept and its influence toward student skill problem solving.Proceeding Of The 2ndInternational Seminar on Science Education. PHY-31: 373–377.

Arsyad, Azhar. 2011.Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Daewoo.2012.Representasi.http://mashimoro.blogspot.com/2012/03.representasi.

html.Diakses 17 Mei 2013

Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara. Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2012.Konsep Strategi Pembelajaran.

Bandung: Refika Aditama.

Http://bsnp-indonesia.org/id/. Diakses 20 Juni 2013.

Nasution. 2008.Pengembangan media sebagai sumber belajar.Jakarta: Bumi aksara

Nasution. 2010.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan mengajar.

Jakarta: Bumi aksara

Sadiman, Arief S., dkk. 2007.Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan,dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2012.Media Komunikasi Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. 2009.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(54)

Pendidikan Indonesia.

Suprawoto, N. A. 2009.Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul.http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan Ajar-dengan-Menyusun-Modul. Diakses pada tanggal 25 Mei 2013. Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika

Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lamung.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Unila.


(55)

LAMPIRAN


(56)

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1.

Metode apa yang biasa Ibu gunakan dalam proses pembelajaran?

2.

Media apa yang sering Ibu gunakan dalam kegiatan pembelajaran?

3.

Apakah siswa mempunyai buku pegangan semacam modul dan LKS dalam

kegiatan pembelajaran?

4.

Apa yang menjadi kendala siswa sehingga tidak mempunyai buku

pegangan?

5.

Dalam kegiatan pembelajaran fisika, siswa dituntut untuk menguasai materi

dengan banyak representasi, apakah ada kendala dalam hal ini Bu?

6.

Bagaimana jika dibuatkan suatu modul pembelajaran fisika yang multi

representasi agar kegiatan pembelajaran fisika lebih efektif, efisien dan

variatif bu?


(57)

Lampiran 2

TRANSKRIPSI WAWANCARA

Tabel L.1 Transkripsi wawancara dengan guru Fisika SMA Negeri 1 Banjit

tahun pelajaran 2013/2014.

Rekaman Wawancara per Kode

Identifikasi Masalah

P

1

: Selamat pagi ibu, Apa kabar?

J

1

: Selamat pagi nak, kabar baik..

P

2

: Begini Ibu, saya ingin wawancara, beberapa waktu lalu sudah

Membuat janji untuk wawancara, sekarang saya minta waktunya

sebentar boleh Ibu?

J

2

: Ia tentu silakan nak...

P

3

: Metode apa yang biasa Ibu gunakan dalam proses pembelajaran?

J

3

: Banyak metode yang ibu gunakan ketika mengajar di kelas biasanya

adalah ceramah dan sebelum mengakhiri pelajaran pasti selalu ibu

minta siswa untuk mengulang kembali rumus-rumus yang dipakai.

P

4

: Lalu, media apa yang sering Ibu gunakan dalam kegiatan

pembelajaran?

J

4

: Untuk media sendiri ibu gunakan buku paket pegangan untuk guru.

Ibu jarang menggunakan Lab karena alat-alat nya yang tidak

lengkap.

P

5

: Kemudian, Apakah siswa mempunyai buku pegangan semacam

modul atau LKS dalam kegiatan pembelajaran?

J

5

: Kalau LKS ada nak, tetapi untuk modul tidak ada. Buku paket saja

tidak ada, yang mau mereka beli sendiri.

P

6

:Apa yang menjadi kendala siswa sehingga tidak mempunyai buku

pegangan seperti modul?

J

6

: Itu karena buku pegangan seperti modul sulit didapat, pihak-pihak

yang datang juga hanya sebatas menawarkan LKS dan buku paket

saja.

P

7

: Siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda kan Bu? Dalam

kegiatan pembelajaran fisika, siswa dituntut untuk menguasai materi

dengan banyak representasi, apakah ada kendala dalam hal ini Bu?

J

7

: Memang sulit untuk membuat siswa memahami materi yang

disampaikan, terlebih mata pelajaran fisika ini abstrak. Ada gambar,

teori, konsep dll.

P

8

: Bagaimana jika dibuatkan suatu modul pembelajaran fisika yang

multi representasi agar kegiatan pembelajaran fisika lebih efektif,

efisien dan variatif bu?

J

8

: Kalau begitu saya sangat setuju sekali, semoga bisa membantu proses

pembelajaran yang ada di sekolah ini ya nak.

P

9

: Mungkin sudah cukup Bu yang bisa saya wawancarai ke Ibu,

terimakasih ibu atas waktunya?

J

9

: Ia sama-sama, ibu tunggu nak modulnya...

P

10

: Ia ibu, sekali lagi terimakasih. Selamat pagi ibu...

1.

Metode pembelajara

menggunakan metode

tanya jawab sehingga ke

pembelajaran monot

berjalan satu arah (J

3

2.

Penggunaan media p

hanya LKS, karena ti

media lain seperti LC

dan lain-lain (J

5

).

3.

Siswa tidak mempun

pegangan seperti modul

4.

Siswa kesulitan dalam

materi fisika secara mul

representasi (J

7

).


(58)

Rekaman Wawancara per Kode

Identifikasi Masalah

J

10

: Selamat pagi nak...

Keterangan:

P

n

= Pertanyaan ke n dengan

n = 1, 2, 3, …, n.


(59)

Lampiran 3

OBSERVASI SARANA DAN PRASARANA

SMA N 1 BANJIT

SMA

: SMA Negeri 1 Banjit

Tahun Pelajaran

: 2012/2013

Tanggal Observasi

: Mei 2013

Tabel L.2. Observasi Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 1 Banjit

No

Perihal yang

Diobservasi

Butir-butir

Observasi

Deskripsi Hasil Observasi

1.

Ketersediaan

fasilitas pendukung

yang menunjang

proses

pembelajaran fisika

Buku Teks

Memakai buku teks sebagai

pegangan dalam mengajar

Penggunaan Modul

Tidak ada

Penggunaan LKS

Ada

Media Pembelajaran

Media yang digunakan

dalam pembelajaran fisika

hanya LKS

Laboratorium Fisika

Ada


(60)

Lampiran 4.a

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN GURU

Petunjuk Pengisian Angket!

1.

Mohon Bapak/Ibu memilih satu jawaban dengan cara memberi tanda

checklist

(

√) pada kotak “Ya” atau “Tidak” untuk jawaban yang dianggap paling tepat

dan bila Bapak/Ibu memiliki keterangan khusus mengenai jawaban yang

dipilih silahkan tuliskan pada kolom yang tersedia.

2.

Informasi yang Bapak/Ibu guru berikan tidak ada kaitannya dengan prestasi

Bapak/Ibu sebagai guru mata pelajaran fisika di sekolah. Oleh karena itu,

mohon informasi yang diberikan sesuai dengan pendapat guru.

3.

Sebelumnya Saya mengucapkan terimakasih banyak atas bantuan yang

diberikan.

Tabel L 3.a. Angket Pengungkap Kebutuhan Guru

No

Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Keterangan

Ya

Tidak

1

Apakah Bapak/Ibu memiliki buku

teks atau buku pegangan lain selain

yang diberikan kepada siswa dalam

membantu membelajarkan materi

kinematika?

2

Apakah Bapak/Ibu menggunakan

metode khusus untuk membelajarkan

konsep kinematika?

3

Apakah Bapak/Ibu guru memiliki

kesulitan membelajarkan konsep

kinematika dalam berbagai bentuk?

4

Apakah Bapak/Ibu menggunakan

media pembelajaran tertentu untuk

membelajarkan konsep kinematika?

5

Apakah Bapak/Ibu memiliki

kesulitan saat membelajarkan

konsep kinematika, misalnya karena

keterbatasan media, dll?

6

Apakah sudah ada media belajar

mandiri yang dapat digunakan siswa

untuk memahami kinematika?


(61)

No

Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Keterangan

Ya

Tidak

7

Apakah Bapak/Ibu membutuhkan

media pembelajaran yang dapat

digunakan mandiri oleh siswa untuk

membelajarkan konsep kinematika

secara lebih konkret, misalnya

modul?

8

Apakah Bapak/Ibu setuju bila

dikembangkan media pembelajaran

seperti modul untuk belajar mandiri

siswa guna membelajarkan konsep

kinematika agar konsepnya lebih

mudah dipahami siswa?


(62)

Lampiran 4.b

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA

Petunjuk Pengisian Angket!

1.

Beri tanda

checklist

(

) pada pilihan jawaban yang tersedia untuk jawaban

yang dianggap paling tepat.

2.

Informasi yang Anda berikan tidak ada kaitannya dengan prestasi Anda sebagai

siswa di sekolah. Oleh karena itu, mohon informasi yang diberikan sesuai

dengan pendapat anda.

3.

Pertanyaan dan jawaban yang anda berikan semata-mata untuk penelitian yang

bertujuan untuk meningkatkan proses KBM.

Tabel L 3.b. Angket Pengungkap Kebutuhan Siswa

No

Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Keterangan

Ya

Tidak

1

Apakah metode mengajar yang

diterapkan oleh guru sudah tepat ?

2

Apakah Anda memiliki kesulitan

mempelajari konsep kinematika

dalam berbagai bentuk (grafik,

persamaan matematik, dll)?

3

Apakah Anda menggunakan

media belajar tertentu untuk

mempelajari konsep kinematika?

4

Apakah sudah ada media belajar

mandiri yang dapat Anda gunakan

di kelas?

5

Jika sudah ada media belajar

mandiri, perlukah dikembangkan

dengan desain yang berbeda?

6

Apakah Anda membutuhkan

media belajar yang dapat

digunakan secara mandiri untuk

mempelajari konsep fisika secara

lebih kongkret, misalnya Modul?

No

Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Keterangan

Ya

Tidak

7

Apakah Anda setuju bila


(63)

pembelajaran modul untuk belajar

mandiri, guna membelajarkan

konsep fisika agar konsepnya lebih

mudah anda dipahami?


(64)

Lampiran 4.c

HASIL ANGKET PENGUNGKAP KEBUTUHAN SISWA

Tabel LP 4.c. Hasil Analisis Angket Pengungkap Kebutuhan Siswa Terhadap

Siswa Kelas XI IPA

1

SMA N 1 Banjit

No

Kode Item Perta nyaan

Kode jawaban (1 = ya, 0 = tidak)

S 1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 S 7 S 8 S 9 S 10 S 11 S 12 S 13 S 14 S 15 S 16 S 17 S 18 S 19 S 20 S 21 S 22 S 23 S 24 S 25 S 26

1 P1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 2 P2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 P3 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

4 P4 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1

5 P5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 P6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 P7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah

Keterangan:

1.

P

1

, P

2

, P

3

, ..., dst. adalah kode pertanyaan pada angket pengungkap

kebutuhan siswa

2.

S

1

, S

2

, S

3

, ..., dst. adalah kode siswa

Rentang Total Skor Konversi:

0 - 122 : Tidak perlu dikembangkan modul multi representasi

123 - 245 : Perlu dikembangkan modul multi representasi


(65)

Lampiran 5

KISI-KISI INSTRUMEN UJI AHLI

MODUL PEMBELAJARAN FISIKA

Tabel LP 5.a. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Desain Modul Pembelajaran

Fisika

No.

Indikator

Aspek

Nomor

Soal

1

Bagian Sampul

Desain

Memiliki pusat pandang (

point

center

) yang

baik.

1

Apakah desain sampul

pandang (

point

Komposisi unsur tata letak (judul, pengarang,

ilustrasi, logo, dll.) seimbang dan seirama

dengan tata letak isi.

2

Apakah kompos

pengarang, ilustra

modul seimbang

isi?

Ukuran unsur tata letak proporsional.

3

Apakah ukuran unsur ta

proporsional?

Warna unsur tata letak harmonis dan

memperjelas fungsi.

4

Apakah warna unsu

modul harmonis dan me

Memiliki tingkat kekontrasan yang baik.

5

Apakah desain sampul

kekontrasan yan

Tifografi

Ukuran judul modul lebih dominan.

6

Apakah ukuran judul

Warna judul modul kontras daripada warna

latar belakang.

7

Apakah warna judul

warna latar bela

Ukuran huruf proporsional dibandingkan

dengan ukuran modul.

8

Apakah ukuran hur

dengan ukuran modul

Tidak menggunakan terlalu banyak kombinasi

jenis huruf.

9

Apakah sampul m

terlalu banyak kombi

Tidak menggunakan huruf hias/dekorasi.

10

Apakah sampul m

hias/dekorasi?

No.

Indikator

Aspek

Nomor

Soal

1

Bagian Sampul

Tifografi

Sesuai dengan jenis huruf untuk isi modul.

11

Apakah huruf di sa

huruf untuk isi m

Ilustrasi

Ilustrasi dapat menggambarkan isi/materi

modul.

12

Apakah ilustrasi

menggambarka

Bentuk, ukuran, obyek ilustrasi proporsional

dan sesuai realita.

13

Apakah bentuk, uku

proporsional dan se

Warna obyek ilustrasi sesuai realita.

14

Apakah warna ob

2

Bagian Isi

Tata Letak

Penempatan unsur tata letak konsisten.

15

Apakah penempata

Jarak antar paragraf jelas serta tidak ada

widow

atau

orphans

.

16

Apakah jarak anta

tidak ada

widow

Setiap penempatan judul bab

seragam/konsisten.

17

Apakah setiap p

seragam/konsisten?


(66)

Bidang cetak dan marjin

proporsional/sebanding.

18

Apakah bidang

proporsional/se

Teks dan ilustrasi berdekatan.

19

Apakah teks da

Kesesuaian bentuk, warna dan ukuran unsur

tata letak.

20

Apakah kesesuaia

unsur tata letak suda

Memiliki unsur tata lengkap yaitu judul bab,

sub judul bab, angka halaman/folios, ilustrasi,

keterangan gambar (

caption

).

21

Apakah memiliki

bab, sub judul bab, a

ilustrasi, ketera

Ruang putih (

white space

).

22

Apakah memilki rua

Tifografi

Tidak menggunakan terlalu banyak jenis

huruf.

23

Apakah tidak men

huruf?

Tidak menggunakan huruf hias/dekoratif.

24

Apakah tidak men

No.

Indikator

Aspek

Nomor

Soal

2

Bagian Isi

Tifografi

Penggunaan variasi huruf (

bold, italic, all

capital, small capital

) tidak berlebihan.

25

Apakah penggun

all capital, smal

Jenjang /hierarki judul-judul jelas, konsisten

dan proporsional.

26

Apakah jenjang

konsisten dan pro

Ilustrasi

Konsep ilustrasi jelas yaitu mampu

mengungkap makna/arti dari objek, bentuk

proporsional, akurat dan realistis.

27

Apakah konsep

mengungkap makna

proporsional, akur

Daya tarik ilustrasi menarik yaitu serasi,

goresan garis dan raster tegas dan jelas,

kreatif, warna yang sesuai dan dinamis.

28

Apakah daya tar

goresan garis da

warna yang sesua

Tabel LP 5.b. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi Modul Pembelajaran

Fisika

No.

Indikator

Aspek

Nomor

Soal

Pertanyaan

1

Kesesuaian tujuan

pembelajaran

dengan

SK/KD/Kurikulum

Indikator

pembelajaran.

1

Apakah indikator

pembelajaran sesuai

dengan SK dan KD?

Tujuan

pembelajaran.

2

Apakah tujuan

pembelajaran sesuai

dengan SK dan KD?

Taraf berfikir

3

Apakah indikator sesuai

dengan taraf berfikir

siswa?

2

Kesesuaian Uraian

Materi dengan SK

dan KD

Kesesuaian

Materi

4

Apakah materi yang

disajikan dalam modul

sesuai dengan semua

Standar Kompetensi


(67)

(SK)?

5

Apakah materi yang

disajikan dalam modul

sesuai dengan semua

Kompetensi Dasar

(KD)?

Kelengkapan

Materi

6

Apakah modul

menyajikan materi yang

dilengkapi dengan

berbagai representasi

yang ditinjau dari

Standar Kompetensi

(SK), Kompetensi

Dasar (KD), dan

Indikator?

Kedalaman

Materi

7

Apakah modul

menyajikan materi

mulai dari pengenalan

konsep, definisi,

contoh, latihan,

rangkuman sampai

dengan interaksi

antarkonsep sesuai

dengan tingkat

pendidikan peserta

didik dan sesuai dengan

Kompetensi Dasar

(KD)?

3

Keakuratan Materi

Keakuratan

fakta dan

fenomena

8

Apakah fakta dan

fenomena yang ada

dalam modul sesuai

dengan kenyataan dan

efisien dalam

pembelajaran?

Keakuratan

gambar,

diagram dan

ilustrasi

9

Apakah sajian gambar

atau ilustrasi efisien

dalam meningkatkan

pemahaman siswa?

Keakuratan

istilah

10

Apakah istilah-istilah

yang digunakan dalam

modul sesuai dengan

yang berlaku di fisika?


(1)

(2)

(3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jln.Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandarlampung 35145

Telepon (0721) 704624 faximile (0721) 704624

SARAN-SARAN PERBAIKAN SKRIPSI

Nama : Kadek Ceria Sukma Putri

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013022042

Jurusan : Pendidikan MIPA

Program Studi : Pendidikan Fisika

Catatan perbaikan skripsi

1. ………

2. ………

3. ………

4. ………

5. ………

6. ………

7. ………

8. ………

9. ………

10. ………

Bandarlampung, Januari 2014 Sekretaris

Wayan Suana, S.Pd, M.Si.


(4)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jln.Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandarlampung 35145

Telepon (0721) 704624 faximile (0721) 704624

SARAN-SARAN PERBAIKAN SKRIPSI

Nama : Kadek Ceria Sukma Putri

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013022042

Jurusan : Pendidikan MIPA

Program Studi : Pendidikan Fisika

Catatan perbaikan skripsi

1. ………

2. ………

3. ………

4. ………

5. ………

6. ………

7. ………

8. ………

9. ………

10. ………

Bandarlampung, Januari 2014 Ketua Tim Penguji

Drs. Nengah Maharta, M.Si. NIP 19551231 198303 1 002


(5)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jln.Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandarlampung 35145

Telepon (0721) 704624 faximile (0721) 704624

SARAN-SARAN PERBAIKAN SKRIPSI

Nama : Kadek Ceria Sukma Putri

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013022042

Jurusan : Pendidikan MIPA

Program Studi : Pendidikan Fisika

Catatan perbaikan skripsi

1. ………

2. ………

3. ………

4. ………

5. ………

6. ………

7. ………

8. ………

9. ………

10. ………

Bandarlampung, Januari 2014 Penguji Utama

Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd.


(6)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jln.Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar lampung 35145

Telepon (0721) 704624 faximile (0721) 704624

REKOMENDASI CETAK SKRIPSI

Nama : Kadek Ceria Sukma Putri

Nomor Pokok Mahasiswa : 101022042

Jurusan : Pendidikan MIPA

Program Studi : Pendidikan Fisika

Judul skripsi : Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis

Multirepresentasi pada Materi Pokok Kinematika

Setelah selesai melaksanakan perbaikan skripsi sesuai dengan petunjuk/saran dari tim penguji, maka tim penguji memberikan persetujuan cetak skripsi mahasiswa tersebut di atas,

1. Pembimbing Utama 2. Pembimbing Pembantu 3. Penguji Bukan Pembimbing

Drs. Nengah Maharta, M.Si. Wayan Suana, S.Pd, M.Si. Drs. Feriansyah S., M.Pd. NIP 19551231 198303 1 002 NIP 19851231 200812 1 001 NIP 19570902 198403 1 003 Demikian atas bantuannya, kami ucapkan terima kasih.

Bandarlampung, Januari 2014

Pemohon,

Kadek Ceria Sukma Putri NPM 1013022042