Regulasi Kampanye Analisis Terhadap Atur

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014; Analisis Terhadap
Aturan Main Kampanye Pemilu di Media Massa

Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Komunkasi Politik

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Kuasa atas berkah rahmat serta karunia-Nya
lah kami dapat menuliskan dan menyusun makalah dalam rangka memenuhi tugas
perkuliahan mata kuliah “Komunikasi Politik” sebagai salah satu tugas yang diberikan oleh

Bpk Iding Rasyidin Hassan MA. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju
zaman muroniyah seperti saat ini.
Penyusunan makalah yang diberi judul “Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014; Analisis
Terhadap Aturan Main Kampanye Pemilu di Media Massa” ini adalah sekumpulan tulisan
yang mengulas tentang peran media massa dalam proses kampanye partai politik menuju
konstelasi pemilu 2014. Materi dalam makalah ini bersumber dari hasil wawancara, diskusi
di kelas, referensi buku bacaan serta informasi tambahan lainnya dari diskusi-diskusi kecil
diluar kampus.
Tak lepas dari rasa khilaf dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, maka perlu adanya
masukan kritik ataupun saran untuk lebih memperbaiki apa yang kurang pada penulisan
makalah kami dari para pembaca.
Demikian, semoga isi makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan
sebagai bagian literature untuk pengetahuan yang lebih mendalam

dan memperluas

wawasan para pembaca.
Ciputat, Oktober 2013


Komunikasi Politik

1

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014
BAB I
PENDAHULUAN
The study of politics is the study of influence and the influential
(Harold Laswell, (1972)1

A. Latar Belakang
Kampanye politik adalah satu hal lumrah yang seringkali ditemukan dalam proses
pertarungan politik dalam suatu negara. Tidak bisa di sangkal lagi bahwa melalui kampanye
tersebut, aktor politik bisa dengan leluasa untuk mencari seluruh segmen pemilih untuk
mendapatkan dukungan nantinya. Menurut Roger dan Storey kampanye sebagai serangkaian
tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada
sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.
Sedangkan Pfau dan Parrot memiliki definisi yang berbeda tentang kampanye, yakni suatu

proses yang dirancang secara sadar, bertahap, dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada
rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang ditetapkan.
Kampanye bisa dikatakan sebagai tindakan komunikasi yang terorganisir yang diarahkan
pada khalayak tertentu, pada periode tertentu guna mencapai tujuan tertentu. 2
Dalam politik setiap kandidat berhak melakukan kampanye sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan tentunya. Dan kampanye dilakukan dengan prinsip pembelajaran
bersama dan tanggung jawab. Charles U Larson (1992) membagi 3 jenis model kampanye,
diantaranya adalah:3
1. Product-oriented Campaign, yakni kampanye yang berorientasi pada produk.
Umumnya terjadi pada dunia bisnis. Sudah tentu motivasinya adalah untuk mencari
keuntungan finansial.
2. Candidat-oriented Campaign, yakni kampanye yang berorientasi pada kandidat,
umumnya di motivasi oleh hasrat untuk memperoleh kekuasaan politik, jenis ini
sering juga disebut Political Campaign
1 Geoff Mulghan, Politik dalam dunia anti-politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996
2 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik Sebuah Pengantar, Bogor: penerbt Ghalia Indonesia, 2013
3 Ibid

Komunikasi Politik


2

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

3. Ideologically campaign, yakni kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang
bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Disebut juga sebagai
Sosial Change Campaign.
Nah model kampanye yang disebutkan pada nomor dua merupakan fokus kajian dalam
makalah ini. Dalam bagian pembahasan juga disertakan wawancara dengan stakeholder,
studi pustaka dan beberapa hasil kajian diskusi serta pengamatan kami tentang regulasi
kampanye berserta analisisnya. Semoga apa yang ditulis dalam makalah ini berguna bagi
para pembacanya. Selamat membaca!
B. Rumusan Masalah
Berikut beberapa rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini:
1. Bagaimana regulasi kampanye pemilihan umum 2014?
2. Bagaimana tanggapan partai politik terhadap regulasi kampanye yang baru saja
dikeluarkan KPU?
3. Media massa kerap kali dijadikan alat monopoli politik bagi pemiliknya, (re:

konglomerasi media massa). Bagaimana analisis terhadap fenomena tersebut?
4. Aturan main kampanye seyogyanya ditaati bagi seluruh partai politik, bagaimana
konsekuensi bag partai yang melanggar aturan main tersebut serta dampaknya?
5. Bagaimana analisis soal fenomena yang terjadi dalam campur tangan media dalam
memengaruhi opini publik yang perannya sangat besar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang regulasi dan aturan main kampanye pemilu
2014.
2. Mengetahui perspektif apa saja dalam proses kampanye politik dan implikasinya.
3. Menganalisa dan mengetahui fenomena-fenomena sosial yang terjadi terutama
menyangkut peran media massa dalam mempengaruhi opini publik

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kampanye Politik

Komunikasi Politik

3


October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan
komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah
besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Beberapa
ahli komunikasi mengakui bahwa definisi yang diberikan Rogers dan Storey adalah yang
paling popular dan dapat diterima dikalangan ilmuwan komunikasi
Hal ini didasarkan kepada dua alasan. Pertama, definisi tersebut secara tegas menyatakan
bahwa kampanye merupakan wujud tindakan komunikasi, dan alasan kedua adalah bahwa
definisi tersebut dapat mencakup keseluruhan proses dan fenomena praktik kampanye yang
terjadi dilapangan. Pada dasarnya metode kampanye diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.

Pertemuan Terbatas
Tatap muka dan dialog
Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik
Penyiaran melalui radio dan atau televise
Penyebaran bahan kampanye kepada umum
Pemasangan alat peraga di tempat umum
Rapat umum
Debat publik / debat terbuka antar calon
Kegiatan Lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan

Selan itu, sifat kampanye pada dasarnya terbagi menjadi dua, yakni kampanye negatif dan
kampanye hitam (black campaign). Kampanye negatif adalah kampanye yang sifatnya
menyerang pihak lain melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan
diperdebatkan. Dan Kampanye hitam (Black campaign) adalah kampanye yang bersumber
pada rumor, gossip, bahkan menjurus ke implementasi sejumlah teknik propaganda. Jenis ini
biasanya sulit untuk diverifikasi apalagi diperdebatkan.
Jadi pada dasarnya kampanye merupakan hal lumrah yang sering ditemukan. Bahkan dalam

beberapa waktu sering kali ditemukan implementasi dari proses kampanye yang tidak
sejalan dengan regulasi yang telah disepakati bersama. Yang nantinya akan dijelaskan pada
bagian selanjutnya.
B. Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014
Pada era reformasi inilah terlihat peranan rakyat yang begitu penting di dalam mekanisme
pemilihan anggota parlemen DPR serta presiden, berbeda dengan era orde baru di mana
intervensi pemerintah Soeharto begitu kuat dalam mekanisme pemilu di Indonesia. Dalam
Komunikasi Politik

4

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

masa reformasi ini pula perbaikan terhadap undang undang pemilu lebih di perhatikan
terutama perihal permasalahan yang terkait dengan masalah kampanye yang akan kita
bahas.
Kampanye pada perkembangannya mengalami semacam perubahan nilai dan perubahan
gaya dalam menyampaikan visi dan misi kepada khalayak, macam macam model komunikasi

era Soekarno berbeda pula dengan gaya komunikasi di era pemilu 2004 dan 2009 bahkan
mungkin akan lebih berbeda pula untuk di tahun 2014 dimana peranan media elektronik
menjadi begitu dominan di banding komunikasi yang bersifat orasi. Atau bisa kita simpulkan
bahwa bentuk komunikasi ini mengalami perubahan.4
Katakanlah angkatannya bung Karno untuk berkomunikasi atau bahkan berkampanye, actor
politik cenderung melakukan apa yang di sebut dengan retorika politik, actor politik pada era
itu tentu harus memiliki kemampuan orasi yang baik sehingga dapat menarik massa yang
banyak, tipe tipe orang yang mampu memberikan sebuah orasi/retorika politik secara baik
dapat di artikan juga sebagai solidarity maker, tipe solidarity maker tentunya lebih bisa
mempengaruhi massa dalam jumlah yang besar, kemudian isu yang di angkat juga belum
terlalu kompleks melainkan hanya terbatas pada sebuah tatanan ideologis bangsa. 5
Lalu munculnya media massa, peran retorika menjadi sedikit mengalami pergeseran karena
dalam media massa isu isu kepemimpinan mulai di tampilkan dan mempunyai pengarur
terhadap pola pikir masyarakat. Dalam generasi komunikasi media massa ini peran lembaga
pers mulai mendapat perhatian khusus karena isu isu yang di angkat tidak lagi hanya pada
tataran ideologis melainkan turut memperhatikan aspek lain seperti ekonomi serta
kesenjangan sosial yang terus terjadi di dalam sebuah Negara. Kemudian yang ketiga ialah
media sosial, karena perkembangan dunia cyber yang begitu pesat maka pengumpulan
sebuah opini acapkali sering kita temui pada dunia internet seperti di facebook twitter lalu
blog blog yang juga bisa menjadi alat komunikasi sekaligus alat kampanye terhadap sebuah

Negara.
Pergeseran nilai komunikasi ini pula selalu mengikuti perkembangan zaman tentunya dari
komunikasi yang mengharuskan adanya actor lalu khalayak berubah menjadi media massa
4 Elvinaro Ardianto, dkk. Komunikasi Massa; Suatu pengantar, Bandung: Simbiosa Rakatama Media, 2007
5 Ibid

Komunikasi Politik

5

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

yang memainkan peran yang lebih dominan. Dalam proses penyelenggaraan berbangsa dan
bernegara maka diperlukan suatu contract social untuk mewujudkan tatanan hidup yang
terarah dan berpedoman. Begitupun pula dengan proses kampanye politik, dalam
pelaksanannya pun bukan berarti tanpa aturan melainkan terdapat aturan kuat didalamnya.
Termasuk pedoman dan juga sanksi bagi yang melanggar.
Karena perkembangan media kampanye ini begitu berkembang maka pelanggaran pun

sering di lakukan pihak yang berkampanye, maka KPU sebagai lembaga yang mengatur
mekanisme pemilu membuat semacam aturan baru bagi para peserta kampanye yang
menggunakan media elektronik sebagai alat untuk memobilisasi massa. Khususnya di
Indonesia aturan mengenai pemilu secara keseluruhan di atur oleh UU NO 8 Tahun 2012.
Pada awal 2013, Tim Perumus (Timus) Pansus Revisi UU Pemilu menggelar rapat mengenai
aturan kampanye pemilu 2014. Berikut adalah beberapa hasilnya: 6
1. Pasal 86 ayat (1) huruf h yang terkait dengan penggunaan fasilitas kampanye.
Fasilitas pemerintah, tempat ibadah dan pendidikan dilarang untuk digunakan
sebagai tempat kampanye, kecuali individu yang diundang secara resmi oleh pihak
penanggungjawab kegiatan tanpa menggunakan atribut kampanye. Misalnya orang
datang melakukan ceramah akbar di masjid, mengisi seminar di kampus dan yang
sejenisnya tidak dilarang sepanjang tidak menggunakan atribut kampanye, dan
syaratnya hanya bersifat individu,
2. Yang diputuskan juga adalah tentang pemberitaan kampanye sebagaimana dalam
Pasal 94 ayat 2 tentang kampanye iklan yang “Mengganggu Kenyamanan”. Pansus UU
Pemilu menilai kalimat ini subyektif, dan tidak memiliki tolak ukur yang jelas.
"Mestinya bahasa UU tidak boleh sumir dan tolak ukurnya harus jelas. Karena itu,
kosa kata “kenyamanan” oleh anggota Timmus dihapus,"kata Nurul.
3. Persoalan yang juga tidak kalah alotnya adalah perdebatan mengenai Dana
Kampanye Pemilu. Hal ini diatur dalam bagian kesepuluh. Pasal 130 ayat (3) yang
mengatur tentang Dana kampanye Pemilu dapat berupa uang, barang, dan/atau jasa.
4. Sementara itu Pasal 132 Ayat (1) tentang dana kampanye Pemilu yang berasal dari
sumbangan pihak lain perseorangan, tidak boleh melebihi Rp. 1 miliar sementara
untuk Dana kampanye Pemilu yang berasal dari sumbangan pihak lain, kelompok,
6 http://www.kpi.go.id

Komunikasi Politik

6

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

perusahaan, maksimal Rp. 5 miliar. Untuk DPD Sumbangan Dana kampanye yang
berasal dari perseorangan tidak boleh melebihi Rp. 250 juta. Dan sumbangan yang
berasal dari kelompok atau perusaahan tidak boleh melebihi Rp. 500 juta,
5. Pasal 140 yang mengatur peserta Pemilu dilarang menerima sumbangan yang berasal
dari pihak asing, baik perusahaan asing maupun negara asing.
.
C. Batasan Waktu Kampanye
UU Pemilu Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 83 menyatakan, kampanye pemilu legislatif dimulai
tiga hari setelah partai ditetapkan secara resmi sebagai peserta pemilu dan berakhir saat
dimulainya masa tenang. Artinya, sepanjang 11 Januari 2013-5 April 2014, lebih kurang 15
bulan, masyarakat akan menghadapi terpaan kampanye beragam kekuatan yang bertarung.
Rentang masa kampanye Pemilu 2014 ini lebih lama dibandingkan Pemilu 2009 yang
berjalan 9 bulan (5 Juli 2008-5 April 2009). Hal lain yang berbeda adalah waktu pelaksanaan
metode kampanye.7
Untuk Pemilu 2014, tak hanya metode rapat umum, iklan di media cetak dan elektronik baru
bisa digunakan 21 hari sebelum masa tenang. Dalam praktik demokrasi elektoral di
Indonesia, fase kampanye kerap menjadi satu titik krusial yang memengaruhi kualitas
penyelenggaraan pemilu, terutama hubungannya dengan pendidikan politik warga
masyarakat. Hal kunci yang sering menjadi persoalan dalam fase kampanye adalah
komitmen untuk menghormati dan menjalankan kesepakatan aturan main.
Batasan waktu kampanye seharusnya dihormati semua kontestan. Terlebih untuk media
penyiaran, spektrum frekuensi itu jelas-jelas sumber daya alam terbatas sebagaimana diatur
dalam pertimbangan UU No 32/2002. Jadi, kekeliruan besar jika frekuensi yang terbatas
semena-mena dimanfaatkan segelintir pengusaha-politisi untuk kepentingan partai mereka.
Hal tersebut menjadi upaya besar dalam upaya mengurangi tingginya/mahalnya ongkos
kampanye di Indnesia, mengingat dalam dua pemilu sebelumnya, partai politik disulitkan
dengan tingginya ongkos kamanye, sehingga hanya partai-partai yang punya modal banyak
yang mampu menampilkan wajahnya di depan ubik lewat fasilitas media massa, sedangkan
partai-partai kecil mengalami kesuliitan.8.
7 http://www.kpu.go.id
8 Buhanuddin Muhtadi, Perang Bintang 2014, Jakarta Noura Book, 2013

Komunikasi Politik

7

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

D. Batasan Alat Peraga
KPU akhir-akhir ini sibuk mensosialisasikan beberapa aturan main kampanye diantaranya
yakni soal batasan alat peraga. Regulasinya adalah pemasangan baliho hanya diperuntukkan
untuk parpol untuk satu unit disetiap desa di Indonesia. Tercatat ada 81 ribu desa yang ada
di seluruh wilayah nusantara. Sedangkan bagi caleg, hanya diperkenan untuk membuat
spanduk dalam sebuah zona yang ditentukan oleh KPUD. Bila ada yang melanggar, maka aka
nada sanksi yang dijatuhkan, yakni berupa teguran dan sanksi administrative. 9
Ada dua hal yang kita batasi dalam alat peraga yakni, pertama adalah alat peraga berbentuk
baliho itu hanya diperuntukan hanya untuk partai politik peserta Pemilu, satu partai satu
pemilu di setiap desa, kedua adalah tentang spanduk untuk satu caleg satu spanduk untuk
setiap zona. Zona itu nantinya ditentukan oleh kpu dan pemerintah daerah.
Sebagian kalangan menilai pembatasan bagi caleg untuk memasang alat peraga seperti
billboard, baliho, dan spanduk akan menyulitkan para caleg untuk memperkenalkan diri ke
publik. Namun tidak sedikit juga yang setuju dengan KPU karena pembatasan tersebut justru
menghemat biaya politik.
Selain itu untuk saat ini, berdasarkan keputusan dari KPU, kampanye pemilu menggunakan
media sosial termasuk dalam kampanye media massa. Karena itu, penggunaan media sosial
sebagai sarana kampanye belum diperbolehkan. Dikutip dari Harian kompas, 09/10/2013
"(Media sosial) termasuk dalam media massa online. Undang-Undang (Nomor 8 tahun 2012
tentang Pemilu Legislatif) dan PKPU (Peraturan KPU Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tahapan,
Program, dan Jadwal Pemilu Legislatitf) sudah mengatur, kampanye dalam bentuk rapat
umum dan kampanye melalui media masa cetak, online, dan elktronik. Hanya bisa dilakukan
21 hari sebelum dimulainya masa tenang," tegas Komisioner KPU Arif Budiman saat ditemui
di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (8/10/2013).
Pemberian sanksi bagi peserta pemilu yang sudah menggunakan media tersebut tergantung
pada penilaian dan rekomendasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Jika Bawaslu
merekomendasikan ada pelanggaran administrasi dalam penggunaan media sosial untuk
kampanye, maka KPU yang akan menindak. Namun atas beberapa pandangan dan pengamatan
penulis, beberapa parpol dan caleg sudah mulai mencuri start melakukan kampanye melalui
9 Audiensi bersama

Komunikasi Politik

8

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

media sosial. Di halaman Twitter dan Facebook ditemukan beberapa akun milik parpol dan
caleg yang membubuhkan nama papol pengusung, nomor urut ,dan daerah pemilihan
(dapil) pencalonan
E. Kampanye dan Konglomerasi Media Massa serta Dampaknya Bagi Demokrasi
Perihal kampanye politik, peraturan dan perundang-undangan yang menjadi acuan bukan
hanya terbatas pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
melainkan juga merujuk pada UU No. 32/2002 tentang Penyiaran serta UU No.40/1999
tentang Pers. Terlebih apabila itu menyangkut media massa.
Dalam upayanya untuk mewujudkan kebebasan pers dan tinjauan positif atas pelaksanaan
kampanye di media massa, maka sudah semestinya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Komisi
Pemilihan Umum (KPU), Banwaslu, Dewan Pers untuk duduk bersama menyiapkan beberapa
aturan tentang batasan kampanye di media massa.
Di bulan oktober ini, keempat lembaga tersebut sedang berusaha merumuskan regulase
kampanye tersebut. saat ditemui di kantor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Moch. Nur
Huda, selaku asisten ahli KPI pusat mengatakan bahwa “tujuan utama dari adanya
pertemuan ini adalah untuk membahas aturan agar mengarahkan kampanye Pemilu 2014 di
media massa bisa sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku."10
Sorotan terhadap dampak konglomerasi media massa kembali mengemuka menjelang
Pemilu 2014. Peranan media massa baik cetak maupun elektronik yang strategis dalam
sosialisasi dan pencitraan politik membuat semua kekuatan politik berupaya memanfaatkan
dan menguasai media massa.Persoalannya, tidak semua partai politik memiliki tokoh yang
menguasai media massaterutama private ownership media, sehingga dikhawatirkan
masuknya para pemilik media massa ke kancah politik akan menimbulkan situasi yang tidak
fair dan menjadi ancaman bagi kualitas demokrasi akibat monopoli media massa untuk
kepentingan politik partai atau tokoh tertentu. 11

10 Audiensi bersama Moch Nur Huda, asisten ahli Komisi Penyiaran Indonesia
11 Robert McChesney, Konglomerasi media massa dan ancaman terhadap demokrasi. Penerjemah, Andi
Achdian; Ed., Ignatius Haryanto, Jakarta: Freedom Institute 2003

Komunikasi Politik

9

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

Fenomena ini tidak lepas dari terjunnya sejumlah pebisnis media dalam politik kepartaian
seperti Hary Tanoesoedibyo pemilik MNC Group (RCTI, MNC TV, Global TV) yang bergabung
ke partai Hanura, Aburizal Bakrie pemilik TVOne dan ANTV yang sekaligus menjabat posisi
sebagai Ketua Umum Partai Golkar, maupun Surya Paloh sang pemilik Media Group (Metro
TV dan Media Indonesia) yang kini juga sebagai Ketua Umum Partai Nasdem.
Munculnya kekhawatiran itu bukanlah tanpa alasan. Dalam sistem demokrasi, media massa
dapat menjadi kekuatan sosial yang menjalankan fungsi pengawasan sosial jika dikelola
dengan prinsip-prinsip jurnalisme yang ketat. Namun, besar pula kemungkinan media massa
menjadi kekuatan yang mengabdi kepada kepentingan ideologi politik modal yang
menggerakannya sekaligus tunduk pada mekanisme pasar guna menggapai keuntungan yang
maksimum. Dalam konteks itu, konglomerasi media massa di Indonesia memperlihatkan
bagaimana media massa didominasi oleh kepentingan politik pemiliknya sekaligus menjadi
instrumen bisnis meraup keuntungan melalui komodifikasi informasidalam pasar yang
oligopolistik.
Potensi konflik kepentingan dalam konglomerasi media massa ini secara faktual dapat dilihat
dari munculnya sikap media massa yang cenderung partisan dan tidak netral dalam
pemberitaan.12 Lihat sajakeberadaan Aburizal Bakrie sebagai pemilik TV One dan ANTV
sekaligus ketua umum Golkar yang sedikit banyak memberi insentif politik tersendiri baik
bagi kepentingan politik Aburizal Bakrie maupun Golkar. Meski tahapan kampanye pemilu
2014 belum dimulai, mereka sudah dapat memanfaatkan media massa yang dikuasai guna
sosialisasi, pencitraan, mengcounter opini sekaligus propaganda politik dengan menseleksi
informasi yang akan diberitakan pada publik melalui media mereka. Begitupula dengan
MNC Group yang kini gencar menopang pencitraan politik Hanura maupun Wiranto dan
Hary Tanoesudibyo yang telah mendeklarasikan diri sebagai pasangan Capres dan Cawapres
dalam Pilpres 2014. Hal serupa terjadi dengan media massa di bawah kendali Media Group
yang sulit untuk menghindari tudingan sebagai mesin kampanye dan pencitraan Surya Paloh
maupun partai Nasdem.13
Meski secara formal media massa di Indonesia seperti MNC Group, Bakrie Group maupun
Media Group tidak pernah menyatakan bahwa mereka memiliki hubungan afiliatif maupun
12 Ibid
13 Datuak Alat Tjumano, Konglomerasi Media Massa, Kompas, 8 September 2013

Komunikasi Politik

10

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

partisan terhadap kekuatan politik.Namun relasi antara pemilik modal yang merangkap
politisi membuat para pengelola media massa tidak bisa netral dari kepentingan politik
pemilik modalnya.14 Sehingga konflik kepentingan antara media massa yang harus tunduk
pada kaidah-kaidah jurnalistik dalam menyajikan informasi kepada publik dengan
kepentingan politik dari pemilik media tersebut menjadi tidak terhindarkan. Apabila hal
tersebut terjadi secara intensif dan mengabaikan kode etik jurnalistik maka dikhawatirkan
konglomerasi media massa akan mampu merusak kualitas demokrasi.
Oleh karena itu untuk menghindari kekhawatiran tersebut, KPI, KPU, Banwaslu dan Dewan
Pers sedang berusaha menyusun draft buku panduan untuk dijadikan pedoman partai politik
menghadapi kampanye menuju pemilu 2014. Pada saat kami datangi dikantornya sedang
terjadi rapat tertutup membahas persoalan tersebut.
F. Pengawasan Penyiaran
Guna memperbaiki kualitas kampanye di media penyiaran, ada beberapa faktor yang harus
menjadi perhatian bersama. Pertama, faktor struktural, harus adanya koordinasi yang lebih
intensif, fungsional, dan komplementer antarpenyelenggara pemilu; dalam hal ini KPU dan
Bawaslu dengan Komisi Penyiaran Indonesia dan Dewan Pers. KPU telah menetapkan
peraturan No 1/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Legislatif. 15
Apa yang sudah disusun KPU ini tentu harus dikoordinasikan dengan KPI, terutama
menyangkut aturan kampanye di media penyiaran, karena setahu penulis KPI juga sedang
dalam proses akhir penyusunan peraturan program pemilu. Jangan sampai aturan main yang
disusun kedua lembaga ini berbenturan sehingga menjadi pintu masuk bagi para kontestan
untuk mencari celah memainkannya.Termasuk penjelasan soal persepsi program siaran
pemilu selain iklan, kewenangan antarlembaga KPU dan KPI, sanksi atas pelanggaran oleh
lembaga penyiaran dan partai kontestan, serta sejumlah aturan teknis operasional KPI. MOU
kelembagaan jangan semata seremonial dan formalistik, atau lebih menunjukkan ego
kelembagaan, tetapi harus dalam koridor kebersamaan mengawal kualitas kampanye.
Kedua, faktor substansial, yakni menyangkut sejumlah aturan yang memerlukan ketatnya
sistem pengawasan di lapangan. Sebenarnya, dalam UU No 08/2012 ini ada beberapa hal
14 Ibid
15 Gun Gun Heryanto, Regulasi Kampanye. Harian Kompas 8 Juni 2013

Komunikasi Politik

11

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

yang sudah mulai diatur meskipun masih melahirkan banyak problematika. Misal, Pasal 96
mengatur soal larangan: menjual blocking segment dan blocking time, menerima program
sponsor dalam format atau segmen apa pun yang dapat dikategorikan iklan kampanye
pemilu, serta menjual spot iklan yang tidak dimanfaatkan oleh peserta pemilu kepada
peserta pemilu lainnya.
Pasal 97, batas maksimum pemasangan iklan kampanye pemilu di televisi secara kumulatif
sebanyak 10 spot berdurasi paling lama 30 detik untuk setiap stasiun televisi setiap hari pada
masa kampanye. Di radio, 10 spot berdurasi paling lama 60 detik.
Soal durasi ini, KPI tentu harus melengkapinya dengan aturan tentang waktu siaran iklan
kampanye pemilu ditambah dengan iklan komersial ataupun iklan layanan masyarakat lain,
maksimal 20 persen dari seluruh waktu siaran per hari selama masa kampanye di lembaga
penyiaran yang bersangkutan. Ini penting dilakukan agar tidak menabrak UU penyiaran.
KPI juga perlu mengatur secara lebih operasional tentang beberapa hal, antara lain berapa
kali diperbolehkannya running text dan superimpose dalam sehari, penyiaran jajak
pendapat, dialog/talkshow, dan jenis siaran lain yang sangat mungkin menjadi kampanye
terselubung para kontestan pemilu.
Menurut Gun Gun Heryanto saat ditemui di ruangannya, “Intinya, regulasi kampanye di
media penyiaran harus dibuat jelas, tegas, dan operasional sehingga turut menyumbang
perbaikan kualitas pemilu”16
G. Tanggapan Partai Politik Terhadap Aturan Main Kampanye
Saat dikunjungi di kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta Pusat, Ketua Badan Pemenangan
Pemilu (Bappilu) Partai NasDem yang juga sebagai mantan kader partai Golkar, Ferry
Mursyidan Baldan mengatakan “Bagaimana bisa KPU sebagai penyelenggara pemilu, yang
UU nya mengatur calon terpilih ditetapkan berdasar suara terbanyak, namun membatasi
para caleg untuk menggunakan alat peraga sebagai media sosialisasi” menurutnya
peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) soal pembatasan alat peraga kampanye bagi calon
anggota legislatif disebut sebagai keputusan yang iriasional. Alat peraga adalah salah satu
modal caleg untuk lebih dikenal masyarakat.
16 Audiensi bersama Gun Gun Heryanto, Dosen Komunikasi Politik FIDKOM UIN Jakarta

Komunikasi Politik

12

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

Hal tersbeut merujuk pada PKPU No 15/2013 atas perubahan PKPU No 1/2013. Menurutnya
saat

ditanya,

sepertinya

KPU

kembali

menunjukkan

sikap

'main-main'

dalam

penyelenggaraan pemilu legislatif 2014, setelah dua keputusan penting dan strategis seperti
penetapan peserta pemilu dan keterwakilan perempuan dianulir begitu saja.
Lanjut saat diwawancara, Ferry mengatakan “Tanpa pertahanan, tanpa sanggahan dan
tanpa argumentasi mempertahankannya. Kali ini dalam hal pengaturan kampanye,
khususnya yang mengatur dan membedakan partai dengan caleg dalam penggunaan alat
peraga".17
Berbeda dengan Nasdem, Kader partai Golkar, Agun Gunanjar Sudarsa justru menilai alat
peraga sudah tidak efektif lagi untuk meraup dukungan suara. Menurutnya “masyarakat
tidak lagi memilih orang karena politik uang atau karena kekuasaan. Justru yang terpilih
adalah orang-orang yang blusukan dan mampu mendekati rakyat sehingga alat peraga
seperti spanduk dan baliho tidak menjadi faktor penentu”, bahkan menurutnya juga alat
peraga hanyalah merusak lingkungan dan keindahan kota. 18
Karena itu, dia mengapresiasi KPU atas aturan baru tersebut. Pasalnya, orientasi Pemilu 2014
adalah pemilu berkualitas sehingga pemilih bisa memperoleh informasi utuh tentang caleg.
H. Kampanye Terbatas
Dalam PKPU Nomor 15 Tahun 2012, pelaksanaan kampanye yang diperbolehkan hanyalah
kampanye melalui pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan
kampanye kepada umum, dan pemasangan alat peraga. Sedangkan kampanye melalui rapat
terbuka dan rapat umum, serta menggunakan media massa cetak dan elektronik baru
diperbolehkan selama 21 hari menjelang pemungutan suara, yaitu pada 16 Maret 2014
sampai 5 April 2014. Tata tertib kampanye oleh parpol sejatinya benar-benar dipatuhi guna
menghadirkan modus informasi politik yang elegan dan penuh pencerahan.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan guna melaksanakan pemilu secara berkualitas adalah
dengan memperbanyak kampanye yang bersifat dialogis yakni melaksanakan pendekatan
sesuai kapasitas anggota masyarakat yang dituju- sebab tidak semua masyarakat memiliki
pemahaman yang seragam tentang arti agenda kampanye.
17 Audiensi bersama Ferry Mursyidan Baldan, Ketua Bappilu DPP Partai Nasdem
18 Audiensi bersama Agung Gunanjar, kader Partai Golkar

Komunikasi Politik

13

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

Sementara kampanye yang berbentuk konvoi yang lebih banyak mengerahkan massa tanpa
menyampaikan program harus mulai dibatasi dan dikurangi, selain “wasting time”, program
‘arak-arakan’ itu memboroskan dana, menimbulkan kegaduhan serta dapat memicu konflik
horizontal. Model kampanye yang kreatif inovatif tentu dapat saja beragam tergantung
kecerdasan tim kampanye masing-masing parpol yang mengusungnya. Rakyat tentu semakin
kritis dan cerdas dalam menilai kinerja parpol yang akan mereka pilih kelak.
Proses pembelajarannya sudah berlangsung baik selama ini, terutama sejak era reformasi
dimulai. Esensi kampanye jelas erat kaitannya dengan gelanggang politik. Arnold Steinberg
dalam bukunya, Political campaign management: a systems approach. Lexington Books
mengatakan, pengertian kampanye politik adalah cara yang digunakan para warga negara
dalam demokrasi untuk menentukan siapa yang akan memerintah mereka. Dan kalau ditarik
dalam konteks Indonesia, model kampanye yang dianggap merakyat adalah kampanye
terbuka atau sering kali disebut kampanye monologis, walau sebenarnya masih banyak
model lain-salahsatunya adalah model dialogis yang efektif dan efisien. 19
Selama ini, hanya kampanye terbuka saja yang kita kenal di mana kampanye itu
menekankan adanya komunikasi tatap muka di depan khalayak massa. Dalam konteks ini
pemilu tujuannya adalah untuk mengantongi legitimasi dari masyarakat Indonesia dalam
menuju kursi kekuasaan- ini senada dengan apa yang dikemukakan Jurgen Habermas dalam
teori tindakan komunikatif.
Pemilu sebagai jalan untuk memulai sebuah kekuasaan karena dari sanalah pilihan rakyat
banyak ditentukan. Intinya, pemilu merupakan upaya untuk memenangkan hati rakyat.
Dalam konteks memenangkan hati rakyat, banyak cara yang dapat dilakukan, diantaranya
melakukan pendekatan dialogis, bertatap muka dengan agenda pendidikan politik yang
mencerahkan. Dalam artian menghindarkan diri dari gejala konflik horizontal yang mungkin
timbul, tidak menyerang lawan politik dengan kampanye-kampanye negatif yang mengadu
domba serta menyesatkan. Kreatifitas dalam menentukan bentuk-bentuk kampanye dialogis
tentunya terpulang kepada parpol masing-masing. 20

19 Arnold Steinberg, Political campaign management: a systems approach. Lexington Book London: Cambriege
University Press.
20 Audiensi bersama Gun Gun Heryanto, Dosen Komunikasi Politik FIDKOM UIN Jakarta

Komunikasi Politik

14

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

Urgensi atas kampanye dialogis tidak dapat diragukan lagi, mendidik, transparans atas
program-program partai kedepan, sekaligus mencerahkan bagi masyarakat konstituenkampanye simpatik yang digelar niscaya juga akan mampu meningkatkan elektabiltas
terhadap partai politik sekaligus kader partai yang bersangkutan, ini juga sesuai dengan
Sesuai arahan Ketua KPU Pusat Husni Kamil Malik, bahwa kampanye pemilu 2014
diharapkan dapat mengedepankan prinsip efisien, ramah lingkungan, akuntabel,
nondiskriminasi, dan tanpa kekerasan.

BAB III
PENUTUP
Dinamika perjalanan partai politik di Indonesia bukan lagi soal positioning ideologi, namun
lebih mengarah pada populisme dan pengaruh opini. Bila diamati sejak Indonesia merdeka
sampai sekarang, pergeseran positioning ideologi partai politik terus bergeser sampai garis
tengah. Hal tersebut tidak lepas dari tingginya peran media sebagai alat untuk menggiring
opini publik dan jeritan rakyat yang memberikan celah bagi partai politik untuk menerapkan
strategi populis. Bila kedua faktor telah merasuki kehidupan politik maka positioning ideologi
tidak lagi menentukan nasib partai.
Tingginya pengaruh media massa dalam menggiring opini publik membuat ideologi partai
politik tidak lagi menjadi sesuatu kekuatan yang mampu menarik pemilih. Terlebih apabila
kepemilikan media massa jatuh ketangan praktisi politik, dalam hal ini permainan opini
sudah tidak dapat dihindarkan. Media massa kini sudah menjadi kendaraan perang dalam
konstelasi politik. Media massa digunakan sebagai ajang pencitraan publik, meruntuhkan
popularias lawan politik, dan mampu menjadi alat counter attack bagi serangan-serangan
politis. keadaan seperti ini membuat ideologi menjadi tersingkirkan dan secara tidak
langsung sudah tidak lagi berpengaruh bagi partai politik.

Komunikasi Politik

15

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

Ketika media massa sudah dijadikan alat perang dan ideologi sudah dianggap tidak mampu
memobilisasi massa, maka mereka yang mampu melakukan pencitraan dan propaganda
politik melalui media massa adalah dia yang akan menang. Sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Lasswell (1972), “the study of politics is the study of influence and the
influential” (ilmu tentang politik adalah ilmu tentang pengaruh dan kekuatan pengaruh).
Tingginya pengaruh media massa dalam menggiring opini dan memobilisasi massa tentu
semakin membuah arah kebijakan menjadi tidak jelas dan menimbulkan masa depan
kebijakan politik yang tidak menyehatkan. Karena apabila sudah seperti itu praktisi politik
hanya memikirkan bagaimana permainan opini untuk kedepannya, bukan untuk memikirkan
arah kebijakan suatu negara. Oleh karena itu wajib hukumnya bahwa perlu adanya regulasi
kampanye yang tegas untuk menghindari praktek-pkraktek kecurangan dalam kampanye dan
juga guna untuk mengurangi mahalnya ongkos kampanye.

Bibliography

Komunikasi Politik

16

October 22, 2013

Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014

Geoff Mulghan, Politik dalam dunia anti-politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1996
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik Sebuah Pengantar, Bogor: penerbt Ghalia
Indonesia,
Elvinaro Ardianto, dkk. Komunikasi Massa; Suatu pengantar, Bandung: Simbiosa
Rakatama Media, 2007 http://www.kpi.go.id
http://www.kpu.go.id
Buhanuddin Muhtadi, Perang Bintang 2014, Jakarta Noura Book, 2013
Audiensi bersama Moch Nur Huda, asisten ahli Komisi Penyiaran Indonesia
Robert McChesney, Konglomerasi media massa dan ancaman terhadap
demokrasi. Penerjemah, Andi Achdian; Ed., Ignatius Haryanto, Jakarta: Freedom
Institute 2003
Datuak Alat Tjumano, Konglomerasi Media Massa, Kompas, 8 September 2013
Gun Gun Heryanto, Regulasi Kampanye. Harian Kompas 8 Juni 2013
Audiensi bersama Gun Gun Heryanto, Dosen Komunikasi Politik FIDKOM UIN
Jakarta
Audiensi bersama Ferry Mursyidan Baldan, Ketua Bappilu DPP Partai Nasdem
Audiensi bersama Agung Gunanjar, kader Partai Golkar
Arnold Steinberg, Political campaign management: a systems approach.
Lexington Book London: Cambriege University Press.
Audiensi bersama Gun Gun Heryanto, Dosen Komunikasi Politik FIDKOM UIN
Jakarta

Komunikasi Politik

17

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5