Analisis Sebab Akibat Kebiasaan Menyonte

ANALISIS SEBAB AKIBAT KEBIASAAN MENYONTEK PADA
PELAJAR DAN SOLUSI UNTUK MENGATASINYA

MAKALAH

Oleh :
LUTFI KOTO

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan penuh kejujuran. Shalawat beserta salam juga penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, sosok Nabi yang sikap dan tingkah
lakunya dapat kita jadikan teladan untuk hidup didunia ini.
Alhamdulillah, Pembuatan Makalah ini terlaksana atas bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam
penulisan Makalah ini. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk
evaluasi dan penyempurnaan. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna untuk
kita semua, terutama bagi penulis sendiri. Amin.

Padang, Mei 2014

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................

2

C. Tujuan ............................................................................................

3

D. Manfaat ..........................................................................................

3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Menyontek ...................................................................


4

B. Faktor Penyebab Timbulnya Kebiasaan Menyontek .....................

5

C. Dampak yang Ditimbulkan dari Kebiasaan Menyontek ................

9

D. Solusi Untuk Mengatasi Kebiasaan Menyontek ............................

12

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................

13


B. Saran...............................................................................................

13

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

15

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahterahan.
Pendidikan juga berfungsi untuk membentuk karakter manusia yang lebih baik.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 (Sistem Pendidikan Nasional) Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis
dan bertanggung jawab.
Setiap warga negara wajib ikut serta mewujudkan tujuan pendidikan
Indonesia. Bahkan Pembukaan Undang-undang secara lantang menegaskan
bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa salah satu dari cita-cita bangsa. Kita
wajib berbangga atas prestasi anak negeri yang mengharumkan nama bangsa.
Namun jika dilihat secara global, masih banyak yang harus kita benahi dari sistem
pendidikan Indonesia. Kita tidak bisa menghindari kenyataan bahwa masih ada
beberapa civitas akademika yang melanggar aturan dalam melaksanakan sistem
pendidikan. Pelanggaran yang terjadi seolah kompleks, penyimpangan dimulai
dari lini bawah sampai ke lini atas dari sistem pendidikan nasional.
Adapun penyimpangan yang dapat kita rasakan sendiri adalah masih
banyaknya oknum pemerintahan yang korupsi, belum meratanya pendidikan dan
penempatan jabatan yang tidak tepat. Dalam penulisan makalah ini, penulis
memfokuskan pada penyimpangan yang dilakukan pada lini bawah, yaitu
pelanggaran yang dilakukan oleh objek dari sistem pendidikan nasional. Salah
satu kesalahan (kebiadaban) yang dilakukan adalah kebiasaan menyontek.

1


Menyontek tidak hanya dilakukan oleh pelajar tingkat dasar dan menengah,
namun yang paling parah kebiadaban ini juga dilakukan oleh calon pendidik dan
pendidik (guru dan dosen).
Jika dilihat secara global, prestasi pendidikan di Indonesia belum
membanggakan. Banyak survey yang menunjukkan buruknya prestasi pendidikan
dinegeri ini, salah satunya

Laporan dari Bank Dunia yang menyatakan :

keterampilan membaca siswa kelas 4 SD Indonesia paling rendah di Asia Bagian
Timur. Kompetisi atau daya saing Indonesia menduduki rangking 37 dari 57
negara yang di survey. Memang banyak faktor yang menyebabkan kenapa
rendahnya kualitas pendidikan dinegeri ini, dibutuhkan konsentrasi yang suci dan
kerjasama dari semua lini.
Perubahan kearah yang lebih baik pasti bisa kita lakukan. Tugas kita
semua untuk membantu pemerintah membangun suatu sistem pendidikan yang
tidak cacat dan sehat. Perubahan bisa kita mulai dari hal yang kecil, salah satunya
menghilangkan kebiasaan menyontek. Walaupun kita belum bisa membantu
banyak, tapi penulis yakin jika kita semua mau menghilangkan kebiasaan
menyontek, kita sudah menjadi bagian dalam peningkatkan mutu pendidikan.

Sesuatu yang sanga disayangkan adalah adanya hasil Penelitian dilapangan yang
menyatakan 100% mahasiswa pernah menyontek pada saat ujian (Alam, dkk :
2008). Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengulas masalah
menyontek pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apasaja faktor yang menyebabkan seseorang menyontek.?
2. Apasaja dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan menyontek.?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi kebiasaan menyontek.?

2

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong pelajar untuk menyontek.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari sikap menyontek.
3. Untuk mencari solusi mengatasi kebiasaan menyontek
D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah : (a) Bagi pelajar (siswa

dan mahasiswa), agar introspeksi diri dan memupuk rasa kesadaran akan
bahayanya kebiasaan menyontek, sehingga tidak ada lagi yang menyontek saat
ujian. (b) Bagi pendidik (guru dan dosen), agar lebih mengoreksi diri pribadi dan
bertanggung jawab untuk mengevaluasi semua tugas yang diberikan kepada
peserta didik, selain itu diharapkan kepada pendidik agar tegas kepada peserta
didik yang ketahuan menyontek dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Menyontek
Menyontek merupakan sebuah strategi yang digunakan siswa untuk
memperoleh prestasi yang tinggi dengan cara yang tidak adil (Anderman,
Griesinger & Wasterfield, 1998). Menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan
W.J.S. Purwadarminta menyontek adalah mencontoh, meniru, atau mengutip
tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Dalam artikel yang ditulis oleh
Alhadza (2004) kata menyontek sama dengan cheating. Beliau mengutip pendapat
Bower (1964) yang mengatakan cheating adalah perbuatan yang menggunakan
cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan

keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis.
Menurut Deighton (1971) “Cheating is attempt an individuas makes to
attain success by unfair methods.” Maksudnya, menyontek adalah upaya yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang
tidak jujur.Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat kita simpulkan
menyontek adalah sikap yang menggunakan cara-cara yang tidak terhormat untuk
memperoleh prestasi yang diinginkan.Untuk itu perilaku menyontek sangat tidak
layak dilakukan oleh kaum intelektual karena dapat merusak tujuan pendidikan
nasional.

4

Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan menyontek, kita juga
harus tahu apa saja tindakan yang bisa dikategorikan sebagai menyontek. Menurut
Wangsajaya, seseorang bisa dikategorikan sebagai penyontek apabila dalam
pendidikan dia meniru pekerjaan teman, bertanya langsung pada teman saat ujian,
membawa catatan dikertas, anggota badan atau salinan pada handphone saat
ujian, menerima dropping jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal, arisan
(saling tukar) mengerjakan tugas dengan teman, menyuruh atau meminta bantuan
orang lain dalam menyelesaikan tugas dirumah.

B. Faktor penyebab timbulnya kebiasaan menyontek
Secara garis besar, ada dua faktor yang menyebabkan peserta didik untuk
menyontek yaitu :
1. Faktor Intern
a. Menurut Shandy (2010) Kebiasaan menyontek dapat muncul dari diri
sendiri disebabkan karena kurangnya percaya diri dalam mengerjakan
tugas. Selain itu menyontek juga disebabkan faktor “malas” yang
sudah

ada

pada

siswa.

Malas

belajar

dan


tidak

membuat

tugasakanmembentuk karakter siswa yang menginginkan sesuatu
diperoleh dengan cara instan, sehingga menyontek menjadi pilihan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dien F. Iqbal, Dosen Fakultas
Psikologi Unpad, seperti yang dikutip Rakasiwi (2007) sesorang
menyontek tidak hanya disebabkan dari faktor luar, tetapi juga faktor
dari dalam diri. Dari dalam diri, konsep diri merupakan gambaran apa
yang dibayangkan seseorang, nilai dan sesuatu yang dirasakan tentang
dirinya sendiri. Misalnya, anggapan bahwa, "Saya adalah orang biasa
saja". Anggapan ituakan memunculkan kompenen afektif yang disebut
harga diri.

5

b. Dari teori-teori tentang motivasi, diketahui bahwa menyontek/cheating
bisa terjadi apabila seseorang berada dalam kondisi underpressure,
yaitu apabila dorongan atau harapan untuk berprestasi jauh lebih besar
dari pada potensi yang dimiliki. Apabila tidak dikendalikan dengan
baik, akan menimbulkan hasrat untuk melakukan cheating/menyontek.
2. Faktor Ekstern
Selain karena faktor intern, kebiasaan menyontek juga didorong oleh
faktor ekstern atau lingkungan.Peserta didik terdorong untuk melakukan tindakan
curang karena implikasi dari pendidik, keluarga dan teman sebaya.
a. Dari Pendidik
Beberapa alas an siswa untuk menyontek juga didorong dari para
pendidik (Guru dan Dosen). Salah satunya adalah bagi sebagian
pendidik yang tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan
baik. Metode yang monoton dan kurangnya variasi dalam mengajar
menyebabkan siswa bosan dan jenuh untuk belajar.Alasan kedua juga
didorong kurangnya ketegasan dari guru untuk menindaklanjuti siswa
yang ketahuan menyontek.Dengan pembiaran yang dilakukan guru,
hal ini dapat menyebabkan budaya menyontek semakin menjadi-jadi.
Peserta didik akanterbiasa dengan sikap curang ini karena tidak ada
sanksi yang tegas dari pendidik.Bahkan yang sangat disayangkan ada
beberapa oknum guru yang memberikan kunci jawaban untuk Ujian
Nasional.
b. Dari orang tua atau keluarga.
Dari observai mini yang penulis lakukan, hasrat untuk menyontek juga
didorong oleh orang tua yang menuntut anaknya untuk mendapatkan
nilai yang tinggi. Jika tidak didukung degan cara yang relevan,
tuntutan orang tua tersebut bisa berdampak negatif pada anak.Salah
satunya adalah orang tua yang mementingkan hasil daripada proses
6

anak dalam belajar. Hal ini bisa menekan anak untuk menyontek
dalam pelajaran karena takut, dan menyontek dianggap sebagai solusi
pintas untuk mendapatkan nilai yang tinggi.
c. Dari teman
Keinginan menyontek juga timbul pada saat anak melihat temannya
yang lain membuat kecurangan. Dilihat dari ilmu psikologi, anak-anak
yang belum matang dalam berpikir cenderung meniru dari apa yang
mereka lihat di lingkungan sekitar. Maka Jika ada teman mereka yang
menyontek, siswa tersebut terdorong untuk menyontek karena berpikir
bahwa “untuk apa jujur saat ujian sementara semua temannya
mendapat nilai yang tinggi karena menyontek”.Hasrat untuk
menyontek juga muncul karena adanya peluang yang diberikan oleh
teman.Peluang ini dapat berupa pembagian isi jawaban dengan
sukarela oleh beberapa siswa yang pintar.Mereka beranggapan bahwa
dengan saling membantu saat ujian menjadikanbukti solidaritas dalam
pertemanan.Maka

“kesempatan”

ini

mendorong

siswa

untuk

melakukan sikap yang curang.Asumsi ini sangat cocok jika dikaitkan
dengan pesan bang napi di salah satu stasion TV swasta yang
menyatakan : “Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat
pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan”. Jadi dengan adanya
peluang ini akan mendorong siswa untukmenyontek.

7

Study ilmiah yang mendukung 2 faktor yang dijelaskan diatas juga
dibuktikan oleh penelitian Alhadza (2004) mengenai masalah menyontek yang ia
istilahkan dengan cheating. Alhadza menyebarkan kuesioner dengan pertanyaan
terbuka kepada 60 mahasiswa di PPS UNJ. Dari hasil kuisioner tersebut
didapatkan jawaban tentang alasan seseorang melakukan cheating dengan
pengelompokan sebagai berikut :
1.

Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan cheating meskipun
pada awalnya tidak ada niat melakukannya.

2.

Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu membuku (buku
sentris) sehingga memaksa peserta ujian harus menghapal kata demi kata
dari buku teks.

3.

Merasa dosen/guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai.

4.

Adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat.

5.

Takut gagal. Yang bersangkutan tidak siap menghadapi ujian tetapi tidak
mau menundanya dan tidak mau gagal.

6.

Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak bersedia mengimbangi dengan
belajar keras atau serius.

7.

Tidak percaya diri. Sebenarya yang bersangkutan sudah belajar teratur tetapi
ada kekhawatiran akan lupa lalu akan menimbulkan kefatalan, sehingga
perlu diantisipasi dengan membawa catatan kecil.

8.

Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga hilang ingatan sama sekali lalu
terpaksa buka buku atau bertanya kepada teman yang duduk berdekatan.

9.

Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara
soal yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat.

10. Mencari jalan pintas dengan pertimbangan daripada mempelajari sesuatu
yang belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal.
11. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi
kepada dosen/guru lebih efektif daripada belajar serius.

8

12. Penugasan

guru/dosen

yang

tidak

rasional

yang

mengakibatkan

siswa/mahasiswa terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara.
13. Yakin bahwa dosen/guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan
berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas dengan
mengelabui dosen/guru yang bersangkutan.
C. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku menyontek
Berikut ini dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan mencontek adalah :
1. Bagi Siswa yang Menyontek
a. Tidak mandiri
Peserta didik yang sering menyontek akan mengakibatkan tingginya rasa
ketergantungan terhadap orang lain. Hal ini dikarenakan kebiasaan yang
selalu mengandalkan orang lain dalam melaksanakan tugas.
b. Mudah menyerah
Hal ini akan dirasakan pada saat menghadapi dunia kerja. Karena terbiasa
mengandalkan orang lain, maka pada saat bekerja mereka yang sering
menyontek akan mudah menyerah dalam melaksanakan pekerjaan.
c. Berdosa
Kebiasaan menyontek jika dilihat dari segi agama maka termasuk dalam
perbuatan tercela. Hal ini tentu akan menambah daftar dosa yang kita
kerjakan. Karena tuhan akan mebalas kebaikan seseorang walaupun hanya
sebiji zarah, begitupun sebaliknya.

9

d. Berpotensi sebagai koruptor.
Dalam sebuah acara seminar di Universits Tadulako, Ketua KPK Abraham
Samad yang menyatakan “Menyontek saat ujian, berarti tidak jujur, dan
ini adalah cikal bakal dari kejahatan korupsi. Apalagi skripsi dibuatkan
oleh orang lain”. Dalam hal ini Abraham Samad tidak hanya menekankan
pada mahasiswa saja, ”Begitu pula dosen yang mendagangkan ilmunya
dengan membuatkan skripsi mahasiswa. Keduanya merupakan intellectual
corruption atau korupsi intelektual,” tegas Dr. Abraham Samad.
2. Bagi Siswa yang Tidak Menyontek
a. Merugikan Siswa yang Jujur
Secara tidak langsung, siswa yang jujur juga ikut dirugikan akibat
kebiasaan menyontek. hal ini dapat dilihat dalam seleksi penerimaan
beasiswa yang diadakan disekolah atau di kampus. Bagi mereka yang
menyontek memperoleh nilai tinggi daripada siswa yang jujur saat ujian.
Sementara salah satu syarat untuk memperoleh beasiswa dilihat dari nilai
siswa tersebut.
b. Nilai /IPK Bukan jadi Kebanggaan.
Dampak selanjutnya dari menyontek adalah kurangnya rasa bangga
terhadap Nilai/IPK yang diperoleh oleh peserta didik dan mahasiswa.IPK
yang tinggi diperoleh dengan gampangnya tanpa dibarengi dengna usaha
yang sepantasnya.

3. Bagi Sekolah
10

a. Rendahnya Mutu Hasil Pendidikan
Hasil pendidikan yang dimaksud adalah para siswa dan sarjana yang
dihasilkan oleh perguruan tinggi. Mereka lulusan dengan IPK yang tinggi
tanpa ilmu yang mumpuni karena sewaktu kuliah mereka hanya
mengandalkan otak orang lain dalam melaksanakan tugas. Hal ini akan
mempengaruhi kemampuan lulusan sarjana dalam menyikapi dunia kerja
yang mana kreatifitas dituntut harus tinggi.
b. Rendahnya Daya Saing Sekolah dengan Sekolah Lain.
Dengan lulusan yang sisiwanya sering menyontek, maka tingkat
kompetensi sekolah tersebut akan rendah. Hal ini akan berakibat
rendahnya daya saing lulusan sekolah dengan sekolah lain.

D. Solusi untuk Mengatasi Kebiasaan Menyontek
11

Berikut ini yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebiasaan menyontek
adalah :
1. Meningkatkan ketegasan guru
Guru sebagai factor penentu dalam mengatasi kebiasaan menyontek pada
siswa. Jika ada siswa yang ketahuan menyontek diharapkan seorang guru akan
memberi sanksi yang tegas, sehingga kebiasaan menyontek dapat diberantas
hingga tuntas
2. Menambah wawasan pengetahuan siswa
Penambahasan wawasan siswa dapat dilakukan dengan penambahan
bimbingan belajar (bimbel).Diharapkan dengan bertambanya pengetahuan
siswa, dapat mengurangi kebiasaan menyontek pada siswa.
3. Memberikan reward/penghargaan
Penghargaan diberikan kepada siswa yang konsisten untuk jujur. Hal ini dapat
memicu semangat siswa untuk berlomba-lomba untuk jujur. Selain untuk
siswa penghargaan juga diberikan kepada pendidik yang konsisten dalam
menerapkan

peraturan

yang

tidak

membolehkan

siswa

untuk

menyontek.Sehinggadengan adanya penghargaan ini diharapkan dapat
mengurangi kebiasaan menyontek pada siswa.
4. Memberikan sanksi yang setimpal dengan kecurangan yang dilakukan siswa.
Dengan memberikan sanksi yang setimpal diharapkan dapat menekan
kebiasaan menyontek pada siswa. Namun sanksi yang diberikan diusahakan
berdampak positif, yang mengarahkan siswa untuk sadar akan kesalahannya.

E.

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat kita simpulkan :
1. Kebiasaan mencontek pada umumnya sudah dianggap suatu kewajaran
dikalangan pelajar.
2. Menyontek memberikan dampak yang negative terhadap kualitas pendidikan
nasional.
3. Dampak negative yang ditimbulkan dari kebiasaan menyontek tidak hanya
bersifat jangka pendek tetap juga jangka panjang.
4. Dampak jangka pendek yang dapat dirasakan dari kebiasaan menyontek
adalah kurang adanya penghargaan terhadap nilai yang diperoleh oleh siswa
yang jujur.
5. Jika kebiasaan kotor ini terus dibudidayakan, maka semakin mendukung
praktek korupsi dimasa depan.
B. Saran
Dalam kesempatan ini, penulis menyarankan kepada kita semua :
1. Melakukan suatu perubahan dimulai dari hal yang terkecil yag bisa kita
lakukan
2. Perubahan dimulai dari diri sendiri, teman sebaya dan lingkungan sekitar.
3. Bagi pelajar yang masih idealis untuk jujur dalam ujian agar tetap
mempertahankan sikapnya, bersama dan saling membantu untuk mewujudkan
tujuan pendidikan Indonesia yang sangat mulia.
4. Untuk memberantas budaya menyontek bagi pelajar diharapkan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan dan sadar akan tujuan pendidikan yang dicitacita-kan.
13

5. Pemberantasan kebiasaan menyontek juga ikut dilakukan oleh para pendidik
dengan mengevaluasi proses pembelajaran dan tegas kepada siswa yang
ketahuan curang dalam ujian.
6. Secara global, penulis juga menyarankan kepada pemerintah agar lebih
memperhatikan kesjahterahan pendidik dan peserta didik. Dengan demikian
ikut membantu sehatnya kualitas pendidikan.

14

DAFTAR PUSTAKA
Poedjinoegroho, Baskoro. E, 2006, Biasa Mencontek Melahirkan Koruptor,
http://ilman05.blogspot.com
Alhadza, Abdullah, 2004, Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan, http;//www.depdiknas.go.id/Jurnal
Arifin,

Surjinal.

2009,

menyontek

penyebab

dan

penanggulangannyahttp://sujinalarifin.wordpress.com/
Alma. Dkk. 2008. Pusat Informasi Dan Komunikasi di Tengah Peradaban
Manuisa. Bandung : Alvabeta

15

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63