Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusaha
Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan
Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan
oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan masingmasing pos yang terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan Arus
Kas dalam periode tertentu.
Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan gambaran informasi mengenai posisi
keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan
bisnis.
Analisis Laporan Keuangan dilakukan dengan menganalisa masing - masing pos yang
terdapat di dalam laporan keuangan dalam bentuk rasio posisi keuangan dengan tujuan agar
dapat memaksimalkan kinerja perusahaan untuk masa yang akan datang.
Setiap tutup periode akhir bulan biasanya accounting menyiapakan dan menyusun Laporan
Keuangan yang terdiri dari Laporan Neraca, Rugi Laba, Arus Kas, Perubahan Modal, dan
Laporan tersebut diserahkan ke pimpinan perusahaan. Hal umum yang biasa terjadi adalah
mereka hanya fokus terhadap Laporan Laba Rugi, namun ada hal yang lebih penting yang
perlu disajikan dalam penyampaian laporan ini yaitu mengenai Analisis Laporan Keuangan.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan Perusahaan
Tujuan utama analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat barometer untuk melakukan forecasting atau memproyeksikan posisi
keuangan dimasa yang akan datang.
2. Mereview kondisi perusahaan saat ini, permasalahan dalam manajemen, operasional
maupun, keuangan.
3. Alat ukur untuk melakukan efisiensi di semua departemen perusahaan.
Metode dan Tehnik Analisis Laporan Keuangan Perusahaan
Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak
ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:
1. Metode Analisa Pertumbuhan
Tehnik analisa yang disusun dengan membandingkan kenaikan atau penurunan posisi laporan
keuangan pada suatu periode tertentu dengan periode lainnya dari masing-masing pos yang
terdapat di dalam laporan keuangan tersebut dengan menggunakan nilai persentase.
Data yang disajikan bisa dengan membandingkan kenaikan atau penurunan masing-masing
pos laporan keuangan bulan lalu dengan bulan sekarang, atau periode Year to Date periode
yang sama tahun lalu dengan sekarang.
2. Metode Trend dan Indeks
Teknik analisa hampir sama dengan Metode Analisa Pertumbuhan namun angka pembanding
adalah laporan keuangan periode tertentu yang dijadikan indeks dan dipilih sebagai tahun
dasar. Teknik tren ini sangat berguna untuk memproyeksikan laporan keuangan di masa yang
akan datang dengan menggunakan data historis.
3. Metode Analisis Rasio
Teknik analisis dengan membandingkan masing-masing pos laporan keuangan yang relevan
atau data yang signifikan.
Artikel Lainnya : Pengertian Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan
Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan
Analisa rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:
1. Rasio Likuiditas
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan finansialnya
dalam jangka pendek.
Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :
a. Current Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar.
Rumus menghitung Current Ratio:
Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%
b. Cash Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga
atau efek jangka pendek.
Rumus menghitung Cash Ratio:
Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%
c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih
likuid (Liquid Assets).
Rumus menghitung Quick Ratio:
Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang / Hutang Lancar X 100%
Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini adalah minimum sebesar
150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.
2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas
Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.
Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :
a. Gross Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba kotor dari penjualan.
Rumus menghitung Gross Profit Margin:
Gross Profit Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto X 100%
b. Operating Income Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.
Rumus menghitung Operating Income Ratio:
Operating Income Ratio = Penjualan Netto - HPP – Biaya Administrasi & Umum
(EBIT) / Penjualan Netto X 100%
c. Net Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba bersih dari penjualan.
Rumus menghitung Net Profit Margin:
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X 100%
d. Earning Power of Total Investment, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang saham.
Rumus menghitung Earning Power of Total Investment:
Earning Power of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X 100%
e. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio, rasio untuk
mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan pendapatan bersih.
Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI):
Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%
f. Return on Equity (ROE), rasio untuk mengukur kemampuan rasio untuk mengukur
kemampuan equity untuk menghasilkan pendapatan bersih.
Rumus menghitung Return on Equity (ROE):
Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%
g. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners, rasio untuk
mengukur kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi
pemegang saham.
Rumus menghitung Rate of Return on Net Worth:
Rate of Return on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas ini adalah adalah semakin
baik, sebaiknya Anda bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis
di pasar.
3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio
Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban
finansial jangka panjang.
Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :
a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya.
Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio:
Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%
b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.
Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio:
Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini adalah semakin buruk
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal
nilainya adalah 200%.
4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio
Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya.
Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :
a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap
penjualan.
Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio:
Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Total Aktiva X 100%
b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih
(Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari
perusahaan.
Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio:
Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan / Modal Kerja Bersih X 100%
c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva tetap yang
dimiliki terhadap penjualan.
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan
pendapatan.
Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:
Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Aktiva Tetap X 100%
d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan perputaran
persediaan yang dimiliki terhadap penjualan.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan persediaan yang
efisien.
Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio:
Inventory Turn Over Ratio = Penjualan / Persediaan X 100%
e. Average Collection Period Ratio, rasio untuk mengukur berapa lama waktu yang
dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen.
Rumus menghitung Average Collection Period Ratio:
Average Collection Period Ratio = Piutang X 365 / Penjualan X 100%
f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan membagi
nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang rendah.
Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio:
Receivable Turn Over Ratio = Penjualan / Piutang Rata-Rata X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Activity ini adalah semakin baik, Anda
bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar agar dapat
menilai seberapa efisien Anda mengelola sumber daya yang dimiliki.
RASIO LIKUIDITAS
Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
financial jangka pendek. Rasio likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi modal kerja
pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Beberapa jenis rasio likuiditas dan rumus
perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut :
Current Ratio
Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rumus untuk
menghitung current rasio adalah sebagai berikut :
Current Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar
Cash Ratio atau Ratio of Immediate Solvency
Cash Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid (liquid assets).
Rumusannya adalah sebagai berikut :
Cash Ratio = (Kas + Efek )/Kewajiban Lancar
Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Quick Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid (liquid assets), rumus
quick ratio adalah sebagai berikut :
Quick Ratio = (Kas + Efek + Piutang)/Kewajiban Lancar
Working Capital to Total Assets Ratio
Working Capital to Total Assets Ratio dipergunakan untuk mengukur likuiditas dari total
aktiva dan posisi modal kerja (netto). Rumusnya sebagai berikut :
Working Capital Ratio = (Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar)/Jumlah Aktiva
2. RASIO LEVERAGE
Rasio Leverage (Rasio Hutang), rasio ini digunakan untuk untuk “>mengukur seberapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar. Data yang
dipergunakan untuk analisis leverage adalah Neraca dan Laporan Laba Rugi. Rasio Leverage
diantaranya adalah :
Total Debt to Equity Ratio
Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :
TD Equity = (Hut. Lancar + Hut. Jangka Panjang)/Jumlah Modal Sendiri
Total Debt To Total Capital Assets
Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin
keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumusnya sebagai berikut :
TD Capital Assets = (Aktiva Lancar + Hutang Jangka Panjang) / Jml Aktiva
Long Term Debt to Equity Ratio
Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :
LTD Equity Ratio = Hutang Jangka Panjang / Modal Sendiri
Tangible Assets Debt Coverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang digunakan untuk
menjamin hutang jangka panjang, rumusnya adalah sebagai berikut :
TAD Coverage =( Jml Aktiva + Tangible + Hutang Lancar)/Hutang Jangka Panjang
Times Interest Earned Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur besar jaminan keuntungan yang digunakan untuk
membayar bunga hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Times Interest Earned Ratio = EBIT /Bunga Hutang Jangka Panjang
3. RASIO AKTIVITAS
Rasio Efetivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumberdaya yang dimiliki. Rasio Aktivitas diantaranya adalah :
Total Assets Turnover
Total Assets Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang
diinvesasikan untuk menghasilkan “revenue”. Rumusnya sebagai berikut :
Total Assets Turnover = Penjualan Bersih/Total Aktiva
Receivable Turnover
Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola
dana yang tertanam dalam piutang yang berputar pada suatu periode tertentu. Rumusnya
sebagai berikut :
Receivable Turnover = Penjualan Kredit / Piutang Rata-rata
Average Collection Period
Average Collection Period digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang diperlukan
untuk mengumpulkan piutang (dalam satuan hari). Jika menghasilkan angka yang semakin
kecil menunjukan hasil yang semakin baik. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Average Collection Period = (Piutang Rata-rata x 360)/Penjualan Kredit
Inventory Turnover
Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam
persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu, atau likuiditas dari persediaan dan
tendensi adanya “overstock”. Rumusnya sebagai berikut :
Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan / Persediaan Rata-rata
Average Day’s Inventory
Average Day’s Inventory digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan
barang dagangan berada di gudang perusahaan. Rumusnya sebagai berikut :
Average Day’s Inventory = (Persediaan Rata-rata x 360 )/Harga Pokok Penjualan
Working Capital Turnover
Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (netto) yang
berputar pada suatu periode siklus kas (cash cycle) yang terdapat diperusahaan, dihitung
dengan rumus berikut :
Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar)
4. RASIO PROFITABILITAS
Rasio Profitabilitas atau Rasio Keuntungan mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, aktiva maupun laba dan modal sendiri.
Rasio Profitabilitas atau disebut juga dengan istilah Rentabilitas diantaranya adalah :
Gross Profit Margin
Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan mendapatkan laba
bruto per rupiah penjualan, dihitung dengan rumus berikut :
Gross Profit Margin = (Penjualan Bersih – HPP) / Penjualan Bersih
Operating Income Ratio atau Operating Profit Margin
Dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum
bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumusnya adalah sebagai
berikut :
OIR = (Penjualan Bersih – HPP – Biaya2)/Penjualan Bersih
Operating Ratio
Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin
kecil angka rasio menunjukan kinerja yang semakin baik. Rumusnya sebagai berikut :
Operating Ratio = (HPP + By Adm.Penjualan & Umum)/Penjualan Bersih
Net Profit Margin atau Sales Margin
Net Profit Margin atau Sales Margin digunakan untuk mengukur keuntungan netto atau laba
bersih per rupiah penjualan. Semakin besar angka yang dihasilkan, menunjukan kinerja yang
semakin baik, rumusnya sebagai berikut :
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)/Penjualan Bersih
Earning Power Of Total Investment
Digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal
perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
bagi semua investor (pemegang obligasi + saham). Rumusnya sebagai berikut :
Earning Power Of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva
Net Earning Power Ratio atau Rate Of Return On Investment (ROI)
ROI digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Rumusnya sbb :
ROI = Laba Bersih Setelah Pajak / Jumlah Aktiva
Rate Of Return for Owners atau Rate of Return on Net Worth
Digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi
pemegang saham preferen dan saham biasa. Rumusnya adalah :
Rate of Return For Owners = Laba Bersih Setelah Pajak / Jumlah Modal Sendiri
1.Konsep (Metode) Pencatatan Akuntansi
a. Cash Basis
Acrual Basis merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam
akuntansi, dimana Pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi
terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain
Akuntansi Cash Basis adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang
digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Cash Basis akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah diterima
misalkan perusahaan menjual produknya akan tetapi uang pembayaran belum
diterima maka pencatatan pendapatan penjualan produk tersebut tidak dilakukan, jika
kas telah diterima maka transaksi tersebut baru akan dicatat seperti halnya dengan
“dasar akrual” hal ini berlaku untuk semua transaksi yang dilakukan, kedua teknik
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan, jika menggunakan dasar
akrual maka penjualan produk perusahaan yang dilakukan secara kredit akan
menambah piutang dagang sehingga berpengaruh pada besarnya piutang dagang
sebaliknya jika yang di pakai cash basis maka piutang dagang akan dilaporkan lebih
rendah dari yang sebenarnya terjadi. Cash Basis juga mendasarkan konsepnya
pada dua pilar yaitu :
1)Pengakuan Pendapatan :
Pengakuan pendapatan, saat pengakuan pendapatan pada cash basis adalah pada
saat perusahaan menerima pembayaran secara kas. Dalam konsep cash basis
menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan munculnya hak untuk menagih.
Makanya dalam cash basis kemudian muncul adanya metode penghapusan
piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya estimasi piutang tak tertagih.
2)Pengakuan Biaya :
Pengakuan biaya, pengakuan biaya dilakukan pada saat sudah dilakukan
pembayaran secara kas. Sehingga dengan kata lain, pada saat sudah diterima
pembayaran maka biaya sudah diakui pada saat itu juga. Untuk usaha-usaha
tertentu masih lebih menggunakan cash basis ketimbang accrual basis, contoh :
usaha relative kecil seperti toko, warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis
seperti dokter, pedagang informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit cardtapi ingat credit card dikategorikan juga sebagai cash basis).
Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga
mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :
1)Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis
a)Metode Cash basis digunakan untuk pencatatan pengakuan pendapatan,
belanja dan pembiayaan.
b)Beban/biaya belum diakui sampai adanya pembayaran secara kas walaupun
beban telah terjadi, sehingga tidak menyebabkan pengurangan dalam
penghitungan pendapatan.
c)Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas,sehingga benar-benar
mencerminkan posisi yang sebenanya.
d)Penerimaan kas biasanya diakui sebagai pendapatan.
e)Laporan Keuangan yang disajikan memperlihatkan posisi keuangan yang
ada pada saat laporan tersebut.
f)Tidak perlunya suatu perusahaan untuk membuat pencadangan untuk kas
yang belum tertagih.
2)Kelemahan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis
a)Metode Cash basis tidak mencerminkan besarnya kas yang tersedia.
b)Akan dapat menurunkan perhitungan pendapatan bank, karena adanya
pengakuan pendapatan sampai diterimanya uang kas.
c)Adanya penghapusan piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya
estimasi piutang tak tertagih.
d)Biasanya dipakai oleh perusahaan yang usahanya relative kecil seperti toko,
warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis seperti dokter, pedagang
informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit card-tapi ingat credit
card dikategorikan juga sebagai cash basis).
e)Setiap pengeluaran kas diakui sebagai beban.
f)Sulit dalam melakukan transaksi yang tertunda pembayarannya, karena
pencatatan diakui pada saat kas masuk atau keluar.
g)Sulit bagi manajemen untuk menentukan suatu kebijakan kedepannya
karena selalu berpatokan kepada kas.
b. Accrual Basis
Basis Akrual (Accrual Basis) Teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan
dimana transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi
uang masuk atau keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya
walaupun uang belum benar – benar diterima atau dikeluarkan.
Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban
dan ekuitas dana. Jadi Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Cash Basis juga mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu:
1)Pengakuan pendapatan :
Saat pengakuan pendapatan pada accrual basis adalah pada saat perusahaan
mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan.
Dalam konsep accrual basis menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan
kas benar-benar diterima. Makanya dalam accrual basis kemudian muncul
adanya estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal
kas belum diterima.
2)Pengakuan biaya :
Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi.
Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka
titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun biaya
tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini, perusahaan selalu dituntut
untuk senantiasa menggunakan konsep accrual basis ini.
Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga
mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :
1) Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a)Metode aacrual basis digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas
dana.
b)Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan lebih
handal dan terpercaya.
c)Pendapatan diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan
lebih handal dan terpecaya walaupun kas belum diterima.
d)Banyak digunakan oleh perusahan-perusahana besar (sesuai dengan Ketentuan
Standar Akuntansi Keuangan dimana mengharuskan suatu perusahaan untuk
menggunakan basis akural).
e)Piutang yang tidak tertagih tidak akan dihapus secara langsung tetapi akan
dihitung kedalam estimasi piutang tak tertagih.
f)Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam masing-masing akun
sesuai dengan transaksi yang terjadi.
g)Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang belum diterima
dapat diakui sebagai pendapatan.
h)Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman manajemen dalam
menentukan kebijakan perusahaan kedepanya.
i)Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak tertagih, sehingga
dapat mengurangi risiko kerugian.
2) KelemahanPencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a)Metode aacrual basis digunakan untuk pencatatan.
b)Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat efektif sebagai biaya
sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan.
c)Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat membuat
mengurangi pendapatan perusahaan.
d)Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi pendapatan
perusahaan.
e)Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas yang belum
dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.
Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan
oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan masingmasing pos yang terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan Arus
Kas dalam periode tertentu.
Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan gambaran informasi mengenai posisi
keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan
bisnis.
Analisis Laporan Keuangan dilakukan dengan menganalisa masing - masing pos yang
terdapat di dalam laporan keuangan dalam bentuk rasio posisi keuangan dengan tujuan agar
dapat memaksimalkan kinerja perusahaan untuk masa yang akan datang.
Setiap tutup periode akhir bulan biasanya accounting menyiapakan dan menyusun Laporan
Keuangan yang terdiri dari Laporan Neraca, Rugi Laba, Arus Kas, Perubahan Modal, dan
Laporan tersebut diserahkan ke pimpinan perusahaan. Hal umum yang biasa terjadi adalah
mereka hanya fokus terhadap Laporan Laba Rugi, namun ada hal yang lebih penting yang
perlu disajikan dalam penyampaian laporan ini yaitu mengenai Analisis Laporan Keuangan.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan Perusahaan
Tujuan utama analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat barometer untuk melakukan forecasting atau memproyeksikan posisi
keuangan dimasa yang akan datang.
2. Mereview kondisi perusahaan saat ini, permasalahan dalam manajemen, operasional
maupun, keuangan.
3. Alat ukur untuk melakukan efisiensi di semua departemen perusahaan.
Metode dan Tehnik Analisis Laporan Keuangan Perusahaan
Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak
ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:
1. Metode Analisa Pertumbuhan
Tehnik analisa yang disusun dengan membandingkan kenaikan atau penurunan posisi laporan
keuangan pada suatu periode tertentu dengan periode lainnya dari masing-masing pos yang
terdapat di dalam laporan keuangan tersebut dengan menggunakan nilai persentase.
Data yang disajikan bisa dengan membandingkan kenaikan atau penurunan masing-masing
pos laporan keuangan bulan lalu dengan bulan sekarang, atau periode Year to Date periode
yang sama tahun lalu dengan sekarang.
2. Metode Trend dan Indeks
Teknik analisa hampir sama dengan Metode Analisa Pertumbuhan namun angka pembanding
adalah laporan keuangan periode tertentu yang dijadikan indeks dan dipilih sebagai tahun
dasar. Teknik tren ini sangat berguna untuk memproyeksikan laporan keuangan di masa yang
akan datang dengan menggunakan data historis.
3. Metode Analisis Rasio
Teknik analisis dengan membandingkan masing-masing pos laporan keuangan yang relevan
atau data yang signifikan.
Artikel Lainnya : Pengertian Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan
Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan
Analisa rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:
1. Rasio Likuiditas
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan finansialnya
dalam jangka pendek.
Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :
a. Current Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar.
Rumus menghitung Current Ratio:
Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%
b. Cash Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga
atau efek jangka pendek.
Rumus menghitung Cash Ratio:
Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%
c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih
likuid (Liquid Assets).
Rumus menghitung Quick Ratio:
Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang / Hutang Lancar X 100%
Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini adalah minimum sebesar
150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.
2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas
Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.
Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :
a. Gross Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba kotor dari penjualan.
Rumus menghitung Gross Profit Margin:
Gross Profit Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto X 100%
b. Operating Income Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.
Rumus menghitung Operating Income Ratio:
Operating Income Ratio = Penjualan Netto - HPP – Biaya Administrasi & Umum
(EBIT) / Penjualan Netto X 100%
c. Net Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba bersih dari penjualan.
Rumus menghitung Net Profit Margin:
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X 100%
d. Earning Power of Total Investment, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang saham.
Rumus menghitung Earning Power of Total Investment:
Earning Power of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X 100%
e. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio, rasio untuk
mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan pendapatan bersih.
Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI):
Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%
f. Return on Equity (ROE), rasio untuk mengukur kemampuan rasio untuk mengukur
kemampuan equity untuk menghasilkan pendapatan bersih.
Rumus menghitung Return on Equity (ROE):
Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%
g. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners, rasio untuk
mengukur kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi
pemegang saham.
Rumus menghitung Rate of Return on Net Worth:
Rate of Return on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas ini adalah adalah semakin
baik, sebaiknya Anda bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis
di pasar.
3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio
Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban
finansial jangka panjang.
Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :
a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya.
Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio:
Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%
b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.
Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio:
Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini adalah semakin buruk
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal
nilainya adalah 200%.
4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio
Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya.
Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :
a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap
penjualan.
Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio:
Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Total Aktiva X 100%
b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih
(Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari
perusahaan.
Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio:
Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan / Modal Kerja Bersih X 100%
c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva tetap yang
dimiliki terhadap penjualan.
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan
pendapatan.
Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:
Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Aktiva Tetap X 100%
d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan perputaran
persediaan yang dimiliki terhadap penjualan.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan persediaan yang
efisien.
Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio:
Inventory Turn Over Ratio = Penjualan / Persediaan X 100%
e. Average Collection Period Ratio, rasio untuk mengukur berapa lama waktu yang
dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen.
Rumus menghitung Average Collection Period Ratio:
Average Collection Period Ratio = Piutang X 365 / Penjualan X 100%
f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan membagi
nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang rendah.
Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio:
Receivable Turn Over Ratio = Penjualan / Piutang Rata-Rata X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Activity ini adalah semakin baik, Anda
bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar agar dapat
menilai seberapa efisien Anda mengelola sumber daya yang dimiliki.
RASIO LIKUIDITAS
Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
financial jangka pendek. Rasio likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi modal kerja
pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Beberapa jenis rasio likuiditas dan rumus
perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut :
Current Ratio
Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rumus untuk
menghitung current rasio adalah sebagai berikut :
Current Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar
Cash Ratio atau Ratio of Immediate Solvency
Cash Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid (liquid assets).
Rumusannya adalah sebagai berikut :
Cash Ratio = (Kas + Efek )/Kewajiban Lancar
Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Quick Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid (liquid assets), rumus
quick ratio adalah sebagai berikut :
Quick Ratio = (Kas + Efek + Piutang)/Kewajiban Lancar
Working Capital to Total Assets Ratio
Working Capital to Total Assets Ratio dipergunakan untuk mengukur likuiditas dari total
aktiva dan posisi modal kerja (netto). Rumusnya sebagai berikut :
Working Capital Ratio = (Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar)/Jumlah Aktiva
2. RASIO LEVERAGE
Rasio Leverage (Rasio Hutang), rasio ini digunakan untuk untuk “>mengukur seberapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar. Data yang
dipergunakan untuk analisis leverage adalah Neraca dan Laporan Laba Rugi. Rasio Leverage
diantaranya adalah :
Total Debt to Equity Ratio
Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :
TD Equity = (Hut. Lancar + Hut. Jangka Panjang)/Jumlah Modal Sendiri
Total Debt To Total Capital Assets
Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin
keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumusnya sebagai berikut :
TD Capital Assets = (Aktiva Lancar + Hutang Jangka Panjang) / Jml Aktiva
Long Term Debt to Equity Ratio
Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :
LTD Equity Ratio = Hutang Jangka Panjang / Modal Sendiri
Tangible Assets Debt Coverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang digunakan untuk
menjamin hutang jangka panjang, rumusnya adalah sebagai berikut :
TAD Coverage =( Jml Aktiva + Tangible + Hutang Lancar)/Hutang Jangka Panjang
Times Interest Earned Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur besar jaminan keuntungan yang digunakan untuk
membayar bunga hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Times Interest Earned Ratio = EBIT /Bunga Hutang Jangka Panjang
3. RASIO AKTIVITAS
Rasio Efetivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumberdaya yang dimiliki. Rasio Aktivitas diantaranya adalah :
Total Assets Turnover
Total Assets Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang
diinvesasikan untuk menghasilkan “revenue”. Rumusnya sebagai berikut :
Total Assets Turnover = Penjualan Bersih/Total Aktiva
Receivable Turnover
Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola
dana yang tertanam dalam piutang yang berputar pada suatu periode tertentu. Rumusnya
sebagai berikut :
Receivable Turnover = Penjualan Kredit / Piutang Rata-rata
Average Collection Period
Average Collection Period digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang diperlukan
untuk mengumpulkan piutang (dalam satuan hari). Jika menghasilkan angka yang semakin
kecil menunjukan hasil yang semakin baik. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Average Collection Period = (Piutang Rata-rata x 360)/Penjualan Kredit
Inventory Turnover
Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam
persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu, atau likuiditas dari persediaan dan
tendensi adanya “overstock”. Rumusnya sebagai berikut :
Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan / Persediaan Rata-rata
Average Day’s Inventory
Average Day’s Inventory digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan
barang dagangan berada di gudang perusahaan. Rumusnya sebagai berikut :
Average Day’s Inventory = (Persediaan Rata-rata x 360 )/Harga Pokok Penjualan
Working Capital Turnover
Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (netto) yang
berputar pada suatu periode siklus kas (cash cycle) yang terdapat diperusahaan, dihitung
dengan rumus berikut :
Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar)
4. RASIO PROFITABILITAS
Rasio Profitabilitas atau Rasio Keuntungan mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, aktiva maupun laba dan modal sendiri.
Rasio Profitabilitas atau disebut juga dengan istilah Rentabilitas diantaranya adalah :
Gross Profit Margin
Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan mendapatkan laba
bruto per rupiah penjualan, dihitung dengan rumus berikut :
Gross Profit Margin = (Penjualan Bersih – HPP) / Penjualan Bersih
Operating Income Ratio atau Operating Profit Margin
Dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum
bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumusnya adalah sebagai
berikut :
OIR = (Penjualan Bersih – HPP – Biaya2)/Penjualan Bersih
Operating Ratio
Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin
kecil angka rasio menunjukan kinerja yang semakin baik. Rumusnya sebagai berikut :
Operating Ratio = (HPP + By Adm.Penjualan & Umum)/Penjualan Bersih
Net Profit Margin atau Sales Margin
Net Profit Margin atau Sales Margin digunakan untuk mengukur keuntungan netto atau laba
bersih per rupiah penjualan. Semakin besar angka yang dihasilkan, menunjukan kinerja yang
semakin baik, rumusnya sebagai berikut :
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)/Penjualan Bersih
Earning Power Of Total Investment
Digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal
perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
bagi semua investor (pemegang obligasi + saham). Rumusnya sebagai berikut :
Earning Power Of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva
Net Earning Power Ratio atau Rate Of Return On Investment (ROI)
ROI digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Rumusnya sbb :
ROI = Laba Bersih Setelah Pajak / Jumlah Aktiva
Rate Of Return for Owners atau Rate of Return on Net Worth
Digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi
pemegang saham preferen dan saham biasa. Rumusnya adalah :
Rate of Return For Owners = Laba Bersih Setelah Pajak / Jumlah Modal Sendiri
1.Konsep (Metode) Pencatatan Akuntansi
a. Cash Basis
Acrual Basis merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam
akuntansi, dimana Pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi
terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain
Akuntansi Cash Basis adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang
digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Cash Basis akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah diterima
misalkan perusahaan menjual produknya akan tetapi uang pembayaran belum
diterima maka pencatatan pendapatan penjualan produk tersebut tidak dilakukan, jika
kas telah diterima maka transaksi tersebut baru akan dicatat seperti halnya dengan
“dasar akrual” hal ini berlaku untuk semua transaksi yang dilakukan, kedua teknik
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan, jika menggunakan dasar
akrual maka penjualan produk perusahaan yang dilakukan secara kredit akan
menambah piutang dagang sehingga berpengaruh pada besarnya piutang dagang
sebaliknya jika yang di pakai cash basis maka piutang dagang akan dilaporkan lebih
rendah dari yang sebenarnya terjadi. Cash Basis juga mendasarkan konsepnya
pada dua pilar yaitu :
1)Pengakuan Pendapatan :
Pengakuan pendapatan, saat pengakuan pendapatan pada cash basis adalah pada
saat perusahaan menerima pembayaran secara kas. Dalam konsep cash basis
menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan munculnya hak untuk menagih.
Makanya dalam cash basis kemudian muncul adanya metode penghapusan
piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya estimasi piutang tak tertagih.
2)Pengakuan Biaya :
Pengakuan biaya, pengakuan biaya dilakukan pada saat sudah dilakukan
pembayaran secara kas. Sehingga dengan kata lain, pada saat sudah diterima
pembayaran maka biaya sudah diakui pada saat itu juga. Untuk usaha-usaha
tertentu masih lebih menggunakan cash basis ketimbang accrual basis, contoh :
usaha relative kecil seperti toko, warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis
seperti dokter, pedagang informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit cardtapi ingat credit card dikategorikan juga sebagai cash basis).
Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga
mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :
1)Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis
a)Metode Cash basis digunakan untuk pencatatan pengakuan pendapatan,
belanja dan pembiayaan.
b)Beban/biaya belum diakui sampai adanya pembayaran secara kas walaupun
beban telah terjadi, sehingga tidak menyebabkan pengurangan dalam
penghitungan pendapatan.
c)Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas,sehingga benar-benar
mencerminkan posisi yang sebenanya.
d)Penerimaan kas biasanya diakui sebagai pendapatan.
e)Laporan Keuangan yang disajikan memperlihatkan posisi keuangan yang
ada pada saat laporan tersebut.
f)Tidak perlunya suatu perusahaan untuk membuat pencadangan untuk kas
yang belum tertagih.
2)Kelemahan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis
a)Metode Cash basis tidak mencerminkan besarnya kas yang tersedia.
b)Akan dapat menurunkan perhitungan pendapatan bank, karena adanya
pengakuan pendapatan sampai diterimanya uang kas.
c)Adanya penghapusan piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya
estimasi piutang tak tertagih.
d)Biasanya dipakai oleh perusahaan yang usahanya relative kecil seperti toko,
warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis seperti dokter, pedagang
informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit card-tapi ingat credit
card dikategorikan juga sebagai cash basis).
e)Setiap pengeluaran kas diakui sebagai beban.
f)Sulit dalam melakukan transaksi yang tertunda pembayarannya, karena
pencatatan diakui pada saat kas masuk atau keluar.
g)Sulit bagi manajemen untuk menentukan suatu kebijakan kedepannya
karena selalu berpatokan kepada kas.
b. Accrual Basis
Basis Akrual (Accrual Basis) Teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan
dimana transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi
uang masuk atau keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya
walaupun uang belum benar – benar diterima atau dikeluarkan.
Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban
dan ekuitas dana. Jadi Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Cash Basis juga mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu:
1)Pengakuan pendapatan :
Saat pengakuan pendapatan pada accrual basis adalah pada saat perusahaan
mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan.
Dalam konsep accrual basis menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan
kas benar-benar diterima. Makanya dalam accrual basis kemudian muncul
adanya estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal
kas belum diterima.
2)Pengakuan biaya :
Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi.
Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka
titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun biaya
tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini, perusahaan selalu dituntut
untuk senantiasa menggunakan konsep accrual basis ini.
Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga
mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :
1) Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a)Metode aacrual basis digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas
dana.
b)Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan lebih
handal dan terpercaya.
c)Pendapatan diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan
lebih handal dan terpecaya walaupun kas belum diterima.
d)Banyak digunakan oleh perusahan-perusahana besar (sesuai dengan Ketentuan
Standar Akuntansi Keuangan dimana mengharuskan suatu perusahaan untuk
menggunakan basis akural).
e)Piutang yang tidak tertagih tidak akan dihapus secara langsung tetapi akan
dihitung kedalam estimasi piutang tak tertagih.
f)Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam masing-masing akun
sesuai dengan transaksi yang terjadi.
g)Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang belum diterima
dapat diakui sebagai pendapatan.
h)Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman manajemen dalam
menentukan kebijakan perusahaan kedepanya.
i)Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak tertagih, sehingga
dapat mengurangi risiko kerugian.
2) KelemahanPencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a)Metode aacrual basis digunakan untuk pencatatan.
b)Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat efektif sebagai biaya
sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan.
c)Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat membuat
mengurangi pendapatan perusahaan.
d)Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi pendapatan
perusahaan.
e)Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas yang belum
dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.