KONFIGURASI POLITIK DAN KARAKTER HUKUM DALAM PERUMUSAN PERJANJIAN KERJA PERORANGAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA
PERJANJIAN KERJA BERSAMA Ahmad Hunaeni Zulkarnaen
Universitas Suryakancana E.mail: ahmadhzul@gmail.com
Masuk: Maret 2018
Penerimaan: April 2018
Publikasi: Juni 2018
ABSTRAK
Terciptanya ketenanga kerja dan berusaha melalui kejelasan hak dan kewajiban para pihak (pekerja/buruh dan pengusaha), untuk memperjelas hak dan kewajiban para pihak dalam hubungan industrial, baik mengenai hak dan kewajiban bersifat Norma Kerja (Labour Legislation) maupun bersifat Syarat Kerja (Terms of Employment), perlu sarana hubungan industrial berupa Perjanjian Kerja Perorangan (PKP) yang berlaku secara individu dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang keberlakuannya secara kolektif. Permasalahan yang diteliti adalah mengenai konfigurasi politik serta syarat sahnya dalam pembuatan PKP dan PKB. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan deskriptif analitis. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa Pembuatan PKP berlaku harus memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 ayat (1)
s.d ayat (4) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), dan khusus proses perumusan PKB harus sesuai konsep Negara Kesejahteraan (Welvaartsstaat) dengan karakter produk hukum PKB yang responsif/populistik.
Kata kunci : Konfigurasi Politik, Perjanjian Kerja Perorangan, Perjanjian Kerja Bersama.
ABSTRACT
The creation of employment and strive through the clarity of the rights and obligations of the parties (worker/workers and employers), to clarify the rights and obligations of the parties in industrial relations, both regarding the rights and obligations are the norms of work (Labour Legislation) as well as the nature of Work Terms (Terms of Employment), need a means of industrial relations in the form of Individual Work Agreements (PKP) who apply individually and joint work Agreement (PKB) who collectively apply. The problem examined concerns the political configuration of the legitimately in the manufacture of PKP and PKB. Research methods in this study using
a descriptive analytical. The research results obtained that the making of PKP applies should be qualified legitimately an agreement as provided for in article paragraph (1) 1320 s. d subsection (4) the book of the law of civil law (KUHPerdata), and specifically the process of formulation of the PKB should match the concept of the Welvaartsstaat with the character of the legal product PKB responsive/populistik.
Copyright © 2018, Jurnal Hukum Mimbar Justitia Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Keywords: Political Configuration, Individual Work Agreements, Joint Work Agreement.
Modern atau konsep Negara Hukum Indonesia sebagai negara hukum
I. PENDAHULUAN
dalam arti luas atau konsep Negara tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)
(Welvaartsstaat) amandemen ketiga Undang-Undang
Kesejahteraan
sebagaimana dikemukakan oleh F.J. Dasar 1945
yang menyebutkan Stahl, seorang sarjana dari Jerman, Indonesia adheres to the principle and
konsep negara kesejahteraan atau the concept of Pancasila contained in
mengabdi the Preamble to 1945 Constitution 1 , dan
Welvaartsstaat
negara
sepenuhnya kepada, negara satu-satunya dipertegas oleh penjelasan Undang-
untuk menyelenggarakan kemakmuran Undang Dasar 1945 (UUD 45),
rakyat, disini negara aktif dalam “Indonesia negara yang berdasarkan
kemakmuran atas hukum
menyelenggarakan
(Rechtsstaat) tidak warganya untuk kepentingan seluruh berdasarkan 2 kekuasaan belaka rakyat dan negara. Teori atau pola
(Machtsstaat )” dan Indonesia menganut negara hukum Indonesia (termasuk faham Negara Hukum
prinsip-prinsip dan asas-asasnya) telah (Welvaartsstaat) tertuang dalam alinea
Modern
disesuaikan dengan kondisi Indonesia
4 (empat) Pembukaan Undang-Undang berdasarkan falsafah Pancasila, seperti Dasar 1945, yang menyebutkan tugas
yang dikemukakan oleh Azhary: Kalau negara
konsep negara hukum Eropa kontinental kesejahteraan umum atau mewujudkan
adalah
“memajukan
dan konsep negara hukum Anglo Saxon kesejahteraan rakyat”, konsep negara
didasarkan kepada paham liberal hukum Indonesia yang tertuang dalam
individualistis, maka konsep negara alinea 4 (empat) Pembukaan UUD 1945
hukum Indonesia didasarkan pada disebut juga konsep Negara Hukum
2 Padmo Wahjono, 1977, Ilmu Negara Suatu 1 Henny Nuraeny dan Tanti Kirana Utami,
sistimatik dan Penjelasan 14 Teori Ilmu 2015, Legal Protection Against Children
Negara dari Jellinek, Melati Study Group, Who Are Victims Of Human Trafficking In
Jakarta hlm. 22. Lihat dalam Ni’matul Huda, Cianjur District Studied By Human Rights
2005, Negara Hukum, Demokrasi dan Perspective, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 15
Judicial Review, UII Press, Yogyakarta, hlm. No. 2, Mei, hlm. 174.
pandangan hidup bangsa Indonesia, 6 negara kesejahteraan (welvaartstaat). yaitu Pancasila. Henny mengatakan
Fokus pada falsafah Pancasila yang bahwa then one as the deciding factor
menghendaki tercapainya keadilan in holding power is the norm or law. 4
sosial, sebagaimana secara lebih The
terperinci dinyatakan oleh UUD 1945, enforcement depends on three law
baik di dalam Pembukannya, maupun di aspects; those are the structure of law,
dalam Pasal 33 dalam hubungannya the substance of the law, and legal
dengan Pasal 27 ayat (2), keadilan culture. Law structure is about the law
sosial ini baru akan tercapai, apabila enforcers, law substance is about the
antara legislative means, and law culture is
terdapat
keseimbangan
penyelengaraan kebutuhan msyarakat about a living law adopted by society. 5
sebagai satu keseluruhan dan kebutuhan Tujuan hukum dalam konsep negara
bagian dari hukum Indonesia yang berdasarkan 7 keseluruhan masyarakat itu.
perorangan sebagai
Pancasila sejalan dengan tujuan hukum Negara Indonesia adalah negara menurut Roscoe Pound tujuan lain dari
demokrasi atau kedaulatan berada di
pada hukum (selain tujuan hukum untuk tangan rakyat dan dilaksanakan memelihara keamanan, ketertiban dan
menurut Undang-Undang Dasar (Vide stabilitas
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945), sebagai kesejahteraan semua semua warga
masyarakat),
adalah
negara yang demokratis Indonesia masyarakat, inilah merupakan cita suatu
menganut konfigurasi politik yang demokratis adalah:
“Susunan sistem politik yang
3 Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia,
membuka kesempatan (peluang)
Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 143.
bagi partisipasi rakyat secara
4 Henny Nuraeny & Tanti Kirana Utami, 2016,
penuh
untuk
ikut aktif
The Victim Handling Model of Human
menentukan kebijakan umum.
Trafficking through Economic Independence,
Partisipasi ini ditentukan atas
Jurnal Dinamika Hukum FH-UNSOED, Vol.
dasar mayoritas oleh wakil-wakil
rakyat dalam pemilihan-pemilihan
10.20884/1.jdh.2016.16.2.507, hlm. 121. 5 Dedi Mulyadi dan Tanti Kirana Utami, 2017,
berkala didasarkan atas prinsip
The Dispute Settlement Model of regional Head Election Perspective Theory of Legal 6 Sunaryati Hartono, 1988, Hukum Ekonomi
System in Indonesia, International Journal of Pembangunan, Cetakan Kedua, Binacipta, Nusantara Islam- UIN Sunan Gunung DJati,
Bandung, hlm. 16-17.
Vol. 5 No. 1, hlm. 98.
7 Ibid,.
kesamaan
tahun 2000-an (dua ribuan) sebelum diselenggarakan dalam suasana
politik
dan
keluarnya Undang-Undang Nomor 13 kebebasan
politik,
terdapat
pluralitas organisasi di mana Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan organisasi-organisasi
penting
(UUK),. Sistem hukum hubungan relatif otonom dan terdapat bagi
rakyat melalui wakil-wakilnya
berupaya untuk melancarkan kritik kepada
industrial
Pancasila
8 menempatkan pekerja/buruh dengan pemerintah” .
didalamnya Paham konfigurasi politik yang
pengusaha
termasuk
pemerintah dalam kedudukan yang demokratis, membawa konsekuensi
proporsional. 10
terhadap karakter produk hukum di Tujuan dan fungsi hukum
Indonesia, yaitu menganut karakter (berdasarkan Pancasila dan UUD 1945)
produk yang responsif/populistik sebagaimana telah dipaparkan di atas
adalah: lebih diarahkan kepada cita-cita untuk
kesejahteraan masyarakat Indonesia, mencerminkan rasa keadilan dan
memenuhi harapan masyarakat. baik dalam arti masyarakat sebagai satu Dalam proses pembuatannya
kesatuan, maupun kesejahteraan bagi
memberikan peranan besar dan partisipasi
penuh kelompok- setiap warga negara Indonesia, adalah kelompok sosial atau individu-
sejalan dengan tujuan Hubungan individu di dalam masyarakat.
Hasilnya bersifat
Industrial, yang berdasarkan hasil terhadap
responsif
tuntutan-tuntutan
seminar Hubungan Industrial Pancasila kelompok sosial atau individu dalam masyarakat”. 9
(HIP) tahun 1974, tujuan dan fungsi hukum HIP, adalah:
cita-cita demokratis dengan karakter produk
“ Mengembangkan
Kemerdekaan yang responsif/populistik merupakan
Proklamasi
Republik Indonesia 17 Agustus 1945 di dalam pembangunan
konfigurasi politik dan karaktek
mewujudkan produk hukum hubungan industrial di
nasional untuk
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila serta ikut
Indonesia terutama dalam proses perumusan PKB, istilah hubungan
10 Ahmad Hunaeny Zulkarnaen & Tanti Kirana
industrial sendiri dikenal dalam dekade
Utami,
Perlindungan Hukum
Terhadap Pekerja
Dalam Pelaksanaan Hubungan Industrial, Padjadjaran Jurnal
8 Ibid,. Ilmu Hukum FH-UNPAD, Vol. 3 No. 2, 9 Ibid,.
Bandung, hlm. 407.
melaksanakan ketertiban dunia yang efektif dan berkelanjutan yang berdasarkan kemerdekaan,
dan dilakukan secara sadar, perdamaian abadi dan keadilan
komunikasi memegang peranan sosial
penting dalam membina dan ketenangan, ketentraman dan
melalui
penciptaan
meningkatkan saling percaya.14 ketertiban kerja serta ketenangan
Diantara para yang terlibat secara usaha, meningkatkan produksi
hubungan dan meningkatkan kesejahteraan
langsung
dalam
industrial (pengusaha/pimpinan pekerja serta derajatnya sesuai
perusahaan dan pekerja/buruh)”. derajat manusia. 11
Pengertian ketenanga kerja dan Suwarto menyatakan, tujuan
berusaha di dalam perusahaan atau akhir pengaturan hubungan industrial
industrial peace adalah suatu kondisi adalah peningkatan kesejahteraan bagi
yang dinamis di dalam hubungan kerja semua pihak 12 , harus didukung oleh
di perusahaan terdapat 3 (tiga) unsur pemerintah. Hal ini selaras dengan
penting, ialah:
pengertian bahwa one of the main
1. Hak dan kewajiban terjamin factors and actors who play a role in
dilaksanakan;
realization of clean government and
2. Apabila timbul perselisihan dapat
good governance is bureaucracy . diselesaikan secara musyawarah;
selanjutnya menurut Suwarto:
3. Mogok dan penutupan perusahaan “ Demi mencapai peningkatan
(lock out) tidak perlu digunakan kesejahteraan
semua
pihak
(perusahaan dan kesejahteraan untuk memaksakan kehendak, pekerja/buruh: penulis) harus
karena perselisihan yang terjadi melalui peningkatan produktivitas
dari waktu kewaktu. Produktivitas telah dapat diselesaikan dengan dapat dicapai manakala dalam
keserasian hubungan industrial Kondisi dinamis mengandung berdasarkan asas kekeluargaan
pengertian (dalam hubungan kerja dan asas kerukunan, sehingga
tercipta ketenangan kerja dan dan/atau hubungan industrial: penulis) berusaha, melalui komunikasi
terjadi:
“ Komunikasi yang intensif antara
Yunus Shamad, 1995, Hubungan Industrial di Indonesia, PT Bina Sumber-daya Manusia,
pekerja/buruh
atau
serikat
Jakarta, hlm 12.
pekerja/serikat buruh dengan
12 Suwarto, 2003, Hubungan Industrial Dalam Praktek, 14 Asosiasi Hubungan Industrial Suwarto, 2003, Hubungan……, Op. Cit., hlm
Indonesia, hlm 14.
Ibid,. 15 Ibid,.
pengusaha. Pekerja/buruh atau diatur dalam PKP, juga diatur dalam serikat pekerja/serikat buruh dapat
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang menyampaikan
keluhan
dan
pendapatnya secara bebas dan juga mengatur Norma Kerja (labour tanpa ada rasa takut, disamping
legislation ) dan Syarat-Syarat Kerja itu manajemen juga terbuka untuk
menampung dan menyelesaikan (terms of employment) yang bersifat permasalahan
yang
penulis) dikeluhkannya.
pengusaha berperan secara aktif dan positif
tingkat lini terdepan harus
pekerja/buruh
dan
tergantung dari cakupan PKB yang menampung keluhan yang timbul
dan dapat menyelesaikannya
bersifat Mikro Kondisional.
sebatas kewenangan yang ada,
permasalahan yang dan tidak perlu meneruskan
Adapun
keluhan tersebut kepada tingkat diteliti meliputi, 1. Bagaimanakah yang lebih tinggi 16 ” .
syarat Sahnya Perjanjian dalam Pengaturan dan kejelasan hak dan
pembuatan PKP?; Apakah perumusan kewajiban bagi pihak-pihak yang
PKB menganut konfigurasi politik terlibat
demokratis dan karakter hukum merupakan esensi di dalam hubungan
responsif/populistik ?.
industrial. Pengaturan
hak
dan
kewajiban (pihak pengusaha/pimpinan
II. METODE PENELITIAN
perusahaan dan para pekerja/buruh:
yang penulis) selain dapat dilihat dari
Metode
pendekatan
digunakan adalah yuridis normatif, peraturan
perundang-undangan yaitu mempelajari dan mengkaji asas- (ketenagakerjaan: penulis) yang bersifat
asas, pengertian dan tujuan hukum Makro Minimal, juga dapat diatur
khususnya kaidah-kaidah hukum positif dalam Perjanjian Kerja Perorangan
bahan-bahan (PKP) yang dibuat oleh perusahaan dan
kepustakaan yang ada dari peraturan disetujui oleh pekerja/buruh, yang
perundang-undangan serta ketentuan- biasanya pembuatan PKP pada saat
ketentuan terutama yang berkaitan penerimaan sebagai pekerja/buruh baru.
dengan syarat sahnya perjanjian kerja Pengaturan dan kejelasan hak dan
perorangan dan konfigurasi politik kewajiban bagi pihak-pihak selain
perumusan serta karakter hukum
perjanjian kerja bersama. Dalam
Ibid,.
penelitian ini juga meliputi usaha untuk
III. HASIL PENELITIAN DAN
menemukan hukum yang in concreto
ANALISIS
yang tujuannya untuk menemukan
A. Syarat
Sahnya
Perjanjian
Kerja Perorangan.
hukum yang sesuai dan yang akan diterapkan dalam suatu permasalahan
Hubungan kerja antara pekerja terutama dalam penelitian tersebut. 15
dengan pengusaha tidak selamanya harmonis, ada saja ketidaksepahaman
Penelitian yang
dilakukan
hukum merupakan
ketenagakerjaan. Hal ini menunjukan analisis, yaitu memberikan gambaran
bahwa in the concept of nation umum yang menyeluruh dan sistematis
prosperity, not only the government acts mengenai syarat sahnya perjanjian kerja
as defender of society, but also is perorangan dan konfigurasi politik
responsible to realize the social justice perumusan serta karakter hukum
and social prosperity 17 . Hubungan kerja perjanjian kerja bersama. Gambaran
antara pekerja dengan pengusaha tidak umum tersebut dianalisis dengan
ada saja
bertitik tolak pada peraturan perundang- ketidaksepahaman dalam menyikapi
undangan ketenagakerjaan
atau
hukum ketenagakerjaan. Hubungan hubungan industrial, pendapat para ahli
kerja adalah hubungan antara pekerja hukum ketenagakerjaan dan/atau hukum
dengan pengusaha yang terjadi setelah hubungan industrial, dengan tujuan
adanya perjanjian kerja. 18
untuk mencari dan mendapatkan Dasar dari hubungan kerja adalah
jawaban atas pokok masalah yang akan perjanjian kerja (perorangan/PKP:
dibahas lebih lanjut dalam penelitian penulis), adalah suatu perjanjian
ini. (perorangan/PKP: penulis) yang dibuat
17 Tanti Kirana Utami, 2018, Law Protection For Indonesian Migrant Workers Family In
Cianjur District, Jurnal Dinamika Hukum FH UNSOED, Vol. 18 No. 2, May, hlm. 158.
18 Tanti Kirana Utami, 2013, Peran Serikat Pekerja Dalam Penyelesaian Perselisihan
15 Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi
Kerja, Jurnal Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Ghalia
Pemutusan
Hubungan
Wawasan Yuridika STHB, Vol. 28 No. 01, Indonesia, Jakarta, hlm. 22.
Februari, hlm. 677.
antara pekerja/buruh secara perorangan
1. Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata
dengan pengusaha, yang pada intinya
memuat hak dan kewajiban masing-
Perorangan
masing pihak. Perjanjian kerja dapat Pasal 1320 Ayat (1) KUHPerdata, dibuat secara lisan atau tertulis, baik
mengatur dalam suatu perjanjian harus untuk (perjanjian kerja; penulis) waktu
pengertian tidak tertentu (PKWTT: Penulis)
ada
kesepakatan,
kesepakatan adalah kedua belah pihak maupun untuk (perjanjian kerja:
(pengusaha/pimpinan perusahan dan penulis) waktu tertentu (PKWT:
pekerja/buruh) dalam suatu perjanjian Penulis). 19 Dalam proses PKP berlaku
(perjanjian kerja: penulis), harus syarat-syarat sahnya suatu perjanjian
mempunyai kemauan bebas untuk sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
mengikatkan diri dan kemauan itu harus ayat (1) s.d ayat (4) Kitab Undang-
dinyatakan. Pernyataan dapat dilakukan Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), 21 dengan tegas atau secara diam-diam.
yaitu untuk suatu perjanjian (perjanjian Cara yang belakangan, sangat lazim kerja) yang sah harus dipenuhi 4
dalam suatu perjanjian kerja pernyataan
(empat) syarat:
dilakukan
dengan
tegas, yaitu
1. Perizinan yang bebas dari orang- perjanjian kerja dilakukan secara orang yang mengikatkan diri;
tertulis, perjanjian kerja secara tertulis
2. Kecakapan untuk membuat suatu (tegas) lebih baik, apabila terjadi salah perjanjian;
pengertian akan sangat mudah mencari
3. 22 Suatu hal tertentu yang dasar sebagai acuan penyelesaian, diperjanjikan;
baik untuk (perjanjian kerja: penulis)
4. Suatu sebab (oorzaak) yang halal, waktu tidak tertentu (PKWTT: Penulis) artinya tidak terlarang 20 tidak
maupun untuk (perjanjian kerja: dilarang
penulis) waktu tertentu (PKWT: perundang-undangan, ketertiban
umum dan kesusilaan. Perjanjian kerja dibuat saat mulai terjadi hubungan kerja, atau pada saat
19 Suwarto, 2003, Hubungan…, Op.Cit, hlm 42. 20 Subekti, 1984, Pokok-Pokok Hukum Perdata,
PT Intermasa, Cetakan Ke XVIII, Jakarta,
21 Ibid,.
hlm. 134. 22 Suwarto, 2003, Hubungan…, Op.Cit., hlm 42.
pengangkatan pekerja/buruh untuk perjanjian kerja: penulis) karena ia bekerja disuatu perusahaan. Sehingga
pimpinan dengan demikian sejak awal kedua
(pihak
pengusaha/pihak
perusahaan atau pekerja/buruh: penulis) belah pihak yang terlibat di dalam
akan dianiaya atau akan dibuka hubungan kerja telah mengatahui secara
(pihak tentang hak dan kewajiban masing-
pengusaha/pihak pimpinan perusahaan masing. 23
atau pekerja/buruh: penulis) tidak Perjanjian kerja berawal dari
menyetujui suatu perjanjian (perjanjian adanya pekerjaan yang dimiliki oleh
kerja: penulis). Yang diancam harus seseorang atau suatu badan yang perlu
mengenai suatu perbuatan yang dilarang diselesaikan atau dikerjakan atau perlu
oleh undang-undang. Jikalau yang dilakukan oleh orang lain yang
diancam itu suatu perbuatan yang kemudian
memang diizinkan oleh undang-undang, Dengan demikian maka diantara
menjadi
pekerja/buruh.
misalnya ancaman akan menggugat keduanya
(pihak perusahaan dan pekerja/buruh: Penulis)
(pengusaha/pimpinan
pengusaha/pihak pimpinan perusahaan
terjadi suatu ikatan kerja, dimana ikatan atau pekerja/buruh: penulis) di depan tersebut atas dasar kemauan bebas
hakim dengan penyitaan barang, itu kedua belah pihak, artinya dalam 21 tidak dapat dikatakan suatu paksaan.
perjanjian kerja tersebut tidak boleh ada Kekhilafan, dapat terjadi mengani unsur paksaan, penipuan
orang (pihak pengusaha/pihak pimpinan kehilapan baik dari pihak pekerja/buruh
dan
perusahaan atau pekerja/buruh: penulis) maupun dari pihak pengusaha atau
atau mengenai barang (syarat-syarat pemberi kerja yang menyangkut objek
kerja, hak dan kewajiban: pemulis) yang perjanjian kerja berupa syarat-syarat
menjadi tujuan pihak-pihak (pihak kerja, hak dan kewajiban.
pengusaha/pihak pimpinan perusahaan Paksaan terjadi, jika seseorang
penulis) (pihak 22 pengusaha/pihak pimpinan mengadakan perjanjian (perjanjian
atau
pekerja/buruh:
perusahaan atau pekerja/buruh: penulis) kerja: penulis). Kekhilafan mengenai memberi persetujuannya (dalam suatu
21 Subekti, 1984, Pokok…Op. Cit, hlm. 135.
Ibid,. 22 Ibid,.
orang, terjadi misalnya jika seseorang membuat perjanjian kerja (pengusaha pengusaha/pimpinan
dan pekerja/buruh) harus memiliki membuat perjanjian dengan orang yang
perusahaan
kecakapan untuk membuat suatu dikiranya
perikatan, pengertian kecakapan untuk komputer, tetapi kemudian ternyata
seorang
programmer
membuat suatu perikatan menurut bukan
Abdulkadir Muhamad, adalah “setiap Kekhilafan barang, yaitu mengenai
orang yang
dimaksud.
pihak dalam perikatan (perjanjian syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban
kerja: penulis) harus memenuhi syarat- karena kekhilafan pengusaha/pimpinan
syarat wewenang berbuat menurut perusahaan tidak sesuai peraturan
hukum atau harus dapat melakukan perundangan,
perbuatan hukum (membuat perjanjian Pengusaha/pimpinan perusahaan yang
misalkan
kerja: penulis) yang ditentukan oleh mempekerjakan anak (antara usia 13
undang-undang, sebagai berikut: (tiga belas) tahun sampai dengan 15
a. Sudah dewasa, artinya sudah (lima belas) tahun) lupa meminta izin
berumur 21 tahun penuh; dari orang tua atau wali dari
b. Walaupun belum dewasa tetapi
pekerja/buruh anak tersebut (Vide Pasal
sudah pernah menikah;
69 ayat (1) dan ayat (2) UUK).
c. Dalam keadaan sehat akal (tidak Penipuan terjadi, apabila satu
gila);
pihak (pihak pengusaha/pihak pimpinan
bawah perusahaan atau pekerja/buruh: penulis)
d. Tidak
berada
di
pengampuan; dan
dengan sengaja
e. Memiliki surat kuasa jika keterangan-keterangan 23 yang tidak mewakili pihak lain.
memberikan
benar, disertai kelicikan-kelicikan, Menurut Subekti, kedua belah sehingga pihak lain terbujuk karenanya
pihak (pengusaha/pimpinan perusahaan untuk memberikan perizinan.
dan pekerja/buruh: Penulis) harus cakap
2. Pasal 1320 ayat (2) KUHPerdata
menurut hukum untuk bertindak sendiri
Pada Perjanjian
Kerja
(membuat, menandatangi perjanjian
Perorangan
kerja: penulis), beberapa golongan Pasal 1320 ayat (2) KUHPerdata,
23 Abdulkadir Muhammad, 2014, Hukum
mengatur para pihak (subjek) yang
Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 234.
orang (pengusaha/pimpinan perusahaan kerja adalah syarat-syarat kerja, hak dan dan pekerja/buruh: Penulis) oleh
kewajiban dalam suatu hubungan kerja. undang-undang (peraturan perundang-
(term of undangan: penulis) dinyatakan “tidak
Syarat-syarat
kerja
employment ) adalah pengaturan hak dan cakap” mela kukan sendiri perbuatan
kewajiban bagi pekerja/buruh dan hukum (membuat, menandatangani
perusahaan perjanjian kerja: penulis). Mereka itu,
pengusaha/pimpinan
mengenai berbagai aspek hubungan seperti orang di bawah umur, orang di
kerja yang belum diatur yang belum bawah pengawasan (curatele) dan
diatur oleh peraturan perundangan- perempuan (pekerja/buruh perempuan)
undangan (norma kerja). Pengaturan ini yang telah kawin (Vide Pasal 1130
bersifat mikro kondisional. Mikro KUHPerdata). 24 atau pejabat perusahaan
dalam arti diatur hanya untuk yang dalam tugas dan kewenangan (job
perusahaan tertentu secara individual, description ) tidak diberi tugas dan
kondisional dalam arti pengaturan kewenangan untuk membuat dan
disesuaikan dengan kondisi atau menandatangani suatu perjanjian kerja
dengan pihak pekerja/buruh, dalam 25 bersangkutan. Hak-hak pekerja/buruh praktek biasanya pejabat yang diberi
yang masuk dalam katagori syarat- tugas dan kewenangan (job description)
syarat (term of employment) kerja lebih untuk membuat dan menandatangani
baik dari hak-hak pekerja/buruh yang perjanjian
masuk dalam katagori norma Kerja pekerja/buruh adalah pejabat minimal
(labour legislation), contoh: hak-hak setingkat Kepala Bagian Personalia.
pekerja/buruh yang masuk dalam
3. Pasal 1320 ayat (3) KUHPerdata
katagori syarat-syarat kerja (term of
Pada Perjanjian
Kerja
employment ), adalah: bonus produksi,
Perorangan
pekerja/buruh, Pasal 1320 ayat (3) KUHPerdata,
perumahan
untuk
tunjangan hari raya idul fitri sebesar 3 suatu pokok persoalan tertentu, pokok
(tiga) kali upah perbulan, tunjangan persoalan tertentu dalam perjanjian
rekreasi, tunjangan naik haji untuk
24 Subekti, 1984, Pokok-Pokok 25 Hukum Suwarto, 2003, Hubungan…, Op.Cit, 2003, Perdata…, hlm 136.
hlm 16.
pekerja/buruh yang sudah bekerja
apapun pada selama 10 (sepuluh) tahun, tunjangan
dalam
keadaan
dapat umroh untuk pekerja/buruh yang sudah
kenyataannya
tidak
dikesampingkan melalui perjanjian bekerja 5 (lima) tahun dan lain-lain.
individual yang dibuat di antara para Norma kerja (labour legislation),
pihak. Dengan kata lain kaidah-kaidah adalah pengaturan hak dan kewajiban
hukum semacam ini dalam keadaan untuk
apapun harus ditaati dan daya ikatnya pengusaha/pimpinan perusahaan yang 27 bersifat mutlak. Berdasarkan isi
pekerja/buruh
dan
tertuang di dalam peraturan perundang-
norma kerja (labour undangan (ketenagakerjaan: penulis),
kaidahnya
legislation ) masuk dalam kaidah hukum bersifat
publik, adalah kaidah-kaidah hukum dilaksanakan. Karena sifatnya wajib
yang mengatur hal-hal ketatanegaraan, maka mengikat semua perusahaan
khususnya yang menyangkut cara-cara, bersifat Makro Minimal. Makro dalam
antara lain “perw ujudan hubungan arti mengikat perusahaan tanpa kecuali
hukum antara pemerintah (negara) baik tempat, ukuran, jenis usaha, sifat 28 dengan masyarakat
badan hukum, dan lain sebagainya, dan pengusaha/pimpinan perusahaan dan minimal dalam arti bahwa dalam
pekerja/buruh.
praktek mengenai hal-hal yang diatur Hak dan kewajiban yang di atur dapat dilaksanakan lebih baik atau lebih
dalam norma kerja (labour legislation), atau lebih besar tergantung kemampuan
berbeda dengan pengertian hak dan dan kemauan perusahaan secara
kewajiban yang diatur dalam hukum individual. 26
perdata/privat/sipil:
a. Hak dan kewajiban yang diatur dalam
Norma kerja (labour legislation)
dalam hukum perdata/privat/sipil berdasarkan sifat
penggolongan
hukum
sama-sama sanksinya, masuk kaidah hukum
merupakan pernanan. Peranan memaksa (dwingendrecht, compulsory
yang dimaksud adalah terletak law ), yaitu kaidah-kaidah hukum yang
berisi ketentuan-ketentuan hukum yang
Tim Pengajar PIH Fakultas Hukum Unpar, 1995, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung, hlm. 67.
Ibid,. 28 Ibid., hlm. 69.
pada pelaksanaan atas hak dan peraturan sendiri di dalam kewajiban itu sendiri. Terhadap 30 perjanjian yang mereka adakan.
peranan yang boleh tidak
b. Hak dan kewajiban pengusaha dilaksanakan itu nama hak,
serta pekerja/buruh yang diatur sehingga
dalam norma kerja (labour (kebolehan), sedangkan pernanan
sifatnya
fakultatif
berdasarkan yang
legislation )
penggolongan hukum serta sifat dikatakan sebagai kewajiban
harus
dilaksanakan
dan kekuatan sanksinya, masuk sehingga
kaidah Hukum yang memaksa (keharusan). 29 Hak dan kewajiban
sifatnya
imperatif
(dwingendrecht, compulsory law), yang diatur dalam hukum
yaitu kaidah-kaidah hukum yang perdata/privat/sipil bila dilihat
berisi ketentuan-ketentuan hukum dari penggolongan hukum yang
yang dalam keadaan apapun pada berdasarkan sifat dan kekuatan
dapat sanksinya masuk dalam kaidah
kenyataannya
tidak
melalui hukum
dikesampingkan
mengatur
perjanjian individual yang dibuat
(aanvullendrecht), yaitu kaidah- di antara para pihak. Dengan kata kaidah hukum yang dalam
hukum kenyataannya
lain
kaidah-kaidah
semacam ini dalam keadaan dikesampingkan oleh para pihak
dapat
apapun harus ditaati dan daya dengan 31 membuat ketentuan- ikatnya bersifat mutlak.
ketentuan atau aturan-aturan Berdasarkan isi kaidahnya norma khusus di dalam perjanjian yang
kerja (labour legislation) masuk mereka adakan sendiri, kaidah-
dalam kaidah hukum publik, kaidah hukum semacam ini baru
adalah kaidah-kaidah hukum yang akan berlaku (dan karena itu jadi
mengatur hal-hal ketatanegaraan, memaksa) dalam hal para pihak
khususnya yang menyangkut cara- tidak menetapkan peraturan-
cara, antara lain “perwujudan
30 Tim Pengajar PIH Fakultas Hukum Unpar, 29 Muhamad Erwin, H Firman Freaddy Busroh,
1995, Pengantar Ilmu Hukum…, Op.CIt, hlm. 2012, Pengantar Ilmu Hukum, akan ke 1
(satu) PT Refika Aditama, Bandung, hlm 39.
31 Ibid., hlm. 67.
hubungan
tidak memakai causa atau dibuat pemerintah
hukum
antara
dengan suatu causa yang palsu atau masyarakat. 32
(negara)
dengan
terlarang tidak mempunyai kekuatan.
4. Pasal 1320 ayat (4) KUHPerdata
Berdasarkan paparan di atas, jelaslah
Pada Perjanjian
Kerja
bahwa praktis hampir tidak ada
Perorangan
perjanjian (PKP: penulis) yang tidak Pasal 1320 ayat (4) KUHPerdata
mempunyai causa. Suatu causa yang menghendaki untuk suatu perjanjian
palsu terdapat, jika suatu perjanjian (PKP: penulis) harus ada suatu
(PKP: penulis) dibuat dengan pura-pura “oorzaak”
atau “causa” berarti saja, untuk menyembunyikan causa “sebab” atau “tujuan” yaitu apa yang
tidak dikendaki 35 oleh para pihak diperbolehkan, contoh: causa yang
(pengusaha/pimpinan
pura-pura juga bertentangan dengan pekerja/buruh:
perusahaan,
perundang-undangan perjanjian (PKP: penulis) itu. Misalnya
yaitu: dalam PKP para pihak minimal harus
ketenagakerjaan,
pengusaha/pimpinan perusahaan seolah-
melaksanakan hak dan kewajiban yang olah membayar upah pekerja/buruhnya bersifat
minimal sesuai upah minimum, padahal legislation ), yaitu pengaturan hak dan
kenyataannya upah pekerja/buruhnya kewajiban untuk pekerja/buruh dan
dibayar di bawah upah minimum di pengusaha/pimpinan perusahaan yang
kabupataen atau kota dimana PKP tertuang di dalam peraturan perundang-
dibuat.
undangan (ketenagakerjaan: penulis), Causa dalam suatu perjanjian bersifat
(PKP: penulis) ialah yang tidak dilaksanakan. Dengan kata lain causa
peraturan berarti: isi perjanjian (PKP: penulis) itu
bertentangan
dengan
perundang-undangan, kesusilaan atau sendiri. 34
ketertiban umum, suatu causa PKP yang Menurut Pasal 1335 KUHPerdata,
peraturan suatu perjanjian (PKP: penulis) yang
bertentangan
dengan
perundang-undangan ketenagakerjaan
misalnya, suatu PKP dimana pihak
Ibid., hlm. 69. 34 Subekti,
1984, Pokok-Pokok
Hukum
Perdata…, Op.Cit., hlm. 136-137. 35 Ibid,.
pengusaha/pimpinan perusahaan dan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, pekerja/buruh sepakat untuk besaran
mengatur “Semua persetujuan (PKP: upah pekerja/buruhnya dibawah upah
penulis) yang dibuat secara sah sesuai minimum di kabupaten atau kota
dengan undang-undang berlaku sebagai dimana PKP dibuat, PKP tersebut
undang-undang bagi mereka yang bertentangan dengan Pasal 88 ayat (3)
membuatnya atau dengan kata lain huruf a UUK yang mewajibkan
pihak pengusaha/pimpinan perusahaan untuk
mengikat
para
perusahaan, membayar pekerja/buruhnya minimal
(pengusaha/pimpinan
(PKP: sebesar upah minimum kabupaten/kota
pekerja/buruh).
Perjanjian
penulis) tidak dapat ditarik kembali, dimana perusahaan tersebut berada
kecuali dengan persetujuan kedua belah (berdomisili). PKP yang bertentangan
pihak (pengusaha/pimpinan perusahaan, dengan
atau pengusaha/pimpinan perusahaan mau
kesusilaan,
misalnya
pekerja/buruh:
penulis)
yang menerima seseorang untuk bekerja
berdasarkan
alasan-alasan
undang-undang diperusahaan dengan syarat orang
(pekerja/buruh) tersebut selama dalam
undangan:penulis).
jam kerja dilarang untuk melaksanakan ibadah
B. Konfigurasi Politik Perumusan dan
Karakter
Hukum
keyakinannya. Dalam hal-hal (PKP:
Perjanjian Kerja Bersama.
Penulis) semacam ini, perjanjian (PKP:
1. Konfigurasi Politik Perumusan
penulis) itu dianggap dari semula sudah
Perjanjian Kerja Bersama.
batal (demi hukum: penulis) dan hakim Telah dipaparkan di atas, PKP berwenang – karena
berlaku secara individu, yaitu hanya mengucapkan
jabatannya –
pengusaha/pimpinan tidak diminta oleh para pihak
pembatalan-meskipun
mengikat
perusahaan dan pekerja/buruh secara (pengusaha/pimpinan
individu, PKP dibuat pada saat baru pekerja/buruh: penulis) atau batal secara
perusahaan,
pertama kali seseorang diterima sebagai mutlak. 36
pekerja/buruh di suatu perusahaan. Sedangkan Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) keberlakuannya secara kolektif
Ibid,.
(kelompok) yaitu PKB berlaku untuk ketenagakerjaan dengan pengusaha atau semua pihak yang terlibat secara
beberapa pengusaha, penyusunan PKB langsung dalam hubungan kerja atau
dilakukan secara musyawarah (Vide hubungan
Pasal 116 ayat (1) dan ayat (2) UUK). (pengusaha/pimpinan perusahaan dan
industrial
PKB adalah perjanjian yang merupakan seluruh pekerja/buruh) pada perusahaan
hasil perundingan antara serikat dimana PKB dibuat, PKB dibuat pada
pekerja/serikat buruh atau beberapa masa pekerja/buruh selama bekerja
serikat pekerja/serikat buruh yang (during employment).
tercatat pada instansi yang bertanggung PKB merupakan salah satu sarana
jawab di bidang ketenagakerjaan dalam rangka pelaksanaan terjadinya
dengan pengusaha, atau beberapa keserasian hubungan berdasarkan asas
pengusaha atau perkumpulan pengusaha kekeluargaan dan kerukunan dalam
yang memuat syarat-syarat kerja, hak suatu hubungan industrial, sekaligus
dan kewajiban kedua belah pihak (Vide sebagai sarana untuk menciptakan
Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri ketenangan kerja dan berusaha dalam
Tenaga Kerja Nomor 28 Tahun 2014
perusahaan atau industrial peace. PKB tentang Tata Cara Pembuatan Peraturan merupakan salah satu sarana dalam
Perusahaan Serta Pembuatan dan rangka pelaksanaan hubungan industrial
Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama/ yang serasi, aman mantap dan dinamis
Permenaker 28/2014).
berdasarkan Pancasila (Vide huruf a Proses perumusan PKB yang Pertimbangan
mengharuskan dirundingkan dantara Tenaga Kerja Nomor 01 Tahun 1985
Peraturan
Menteri
serikat pekerja/serikat buruh atau tentang Pelaksanaan Tata Cara
beberapa serikat pekerja/serikat buruh Pembuatan
atau beberapa Bersama/Permenaker 01/1985).
Kesepakatan
Kerja
dengan Pengusaha,
perkumpulan PKB
pengusaha
atau
pengusaha, kalau meminjam istilah pekerja/serikat buruh atau beberapa
Moh. Mahfud MD, maka proses serikat pekerja/serikat buruh yang
perumusan PKB menganut konfigurasi telah tercatat pada instansi yang
politik demokratis, karena proses bertanggung
perumusannya membuka kesempatan
(peluang) bagi partisipasi baik kepada Buruh, selanjutnya disebut UU Serikat pengusaha
Pekerja). Supaya keberadaan PKB pekerja/buruh
maupun
seluruh
betul-betul dapat menjadi salah satu pekerja/serikat buruh secara penuh ikut
melalui
serikat
sarana hubungan industrial dengan aktif dalam menentukan syarat kerja
tujuan meningkatkan produktivitas (term of employment ) yang akan
perusahaan yang berkorelasi dengan dituangkan dalam PKB, partisipasi
kesejahteraan serikat pekerja/serikat buruh dalam
peningkatan
pekerja/buruh dan keluarganya, maka proses perumusan PKB selain untuk
hasil perumusan PKB harus lebih meningkatkan
banyak memuat kondisi kerja (working perusahaaan, juga untuk mewujudkan
produktivitas
condition ) berupa syarat kerja (term of tujuan dari serikat pekerja/serikat buruh,
employment ) bukan hanya sekedar yaitu antara
lain meningkatkan norma kerja (labour legislation). kesejahteraan
Kondisi kerja (working condition) keluarganya.
pekerja/buruh
dan
keadaan Proses perumusan PKB menganut
merupakan
tingkat
ketenagakerjaan yang dilihat dari
konfigurasi politik demokratis, yaitu pengaturan hak dan kewajiban antara proses
pekerja/buruh dan pengusaha/pimpinan serikat pekerja/serikat buruh, yaitu suatu 37 perusahaan. Norma kerja (labour
perumusannya
melibatkan
organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan legislation ), pengaturan hak dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan
kewajiban bagi pekerja/buruh dan maupun di luar perusahaan, yang
pengusaha/pimpinan perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,
tertuang di dalam peraturan perundang- demokratis, dan bertanggung jawab
pengaturannya guna memperjuangkan, membela serta
undangan.
Sifat
imperative atau harus dilaksanakan, melindungi hak dan kepentingan
wajib, mengikat semua perusahaan pekerja/buruh serta meningkatkan
tanpa kecuali baik tempat, ukuran, jenis kesejahteraan
usaha, sifat badan hukum, dan lain keluarganya (Vide Pasal 1 ayat (1)
pekerja/buruh
dan
sebagainya, dan minimal dalam arti Undang-Undang Nomor 21 Tahun
bahwa dalam praktek mengenai hal-hal 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
37 Suwarto, 2003, Hubungan…Op.Cit, hlm. 15.
yang diatur dalam dapat dilaksanakan 40 konservatif/ortodoks/elitis . Mengacu lebih baik atau lebih besar tergantung
kepada pendapat Moh. Mahfud MD di kemampuan dan kemauan perusahaan
atas, yaitu konfigurasi politik dalam secara individual dalam suatu Syarat
perumusan PKB yang demokratis akan kerja (term of employment). 38
menghasilkan produk hukum PKB Syarat kerja (term of employment)
responsive/populistic dan konfigurasi adalah pengaturan hak dan kewajiban
politik dalam perumusan PKB yang bagi
otoriter akan menghasilkan karakter pengusaha/pimpinan
pekerja/buruh
dan
hukum konservatif/ortodoks/elitis. mengenai berbagai aspek hubungan
perusahaan
Politik hukum adalah “kebijakan kerja yang belum diatur atau tidak
dasar yang menentukan arah, bentuk diatur oleh peraturan perundang-
maupun isi hukum yang akan undangan (norma kerja). Pengaturan ini 41 dibentuk. Politik hukum PKB adalah
bersifat mikro-kondisional. Mikro kebijakan dasar yang dibuat oleh dalam arti diatur hanya untuk
pengusaha/pimpinan perusahaan dengan perusahaan tertentu secara individual.
para
pekerja/buruh
(serikat
Kondisional dalam arti pengaturan pekerja/serikat buruh) yang akan disesuaikan dengan kondisi atau
menentukan arah, bentuk maupun isi kemampuan
PKB yang akan dibentuk sesuai bersangkutan. 39
perusahaan
yang
konfigurasi politik yang dianut oleh Konfigurasi
politik
(politik
politik hukum PKB tersebut.
hukum: penulis) menurut Moh.
Konfigurasi politik diartikan Mahfud MD akan menentukan karakter
sebagai susunan atau konstelasi produk hukum, konfigurasi politik yang
kekuatan politik yang dikotomis dibagi demokratis akan menghasilkan produk
atas dua konsep yang bertentangan hukum responsive/populistic, sementara
secara diametral, yaitu konfigurasi konfigurasi politik yang otoriter akan menghasilkan 40 karakter hukum Moh. Mahfud MD, 2010, Politik Hukum di
Indonesia, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, hlm 31-32.
41 Padmo Wahyono, dalam Bernad L. Tanya, 2011, Politik Hukum Agenda Kepentingan
38 Ibid,. Bersama, Genta Publishing, Yogyakarta, 39 Ibid,.
hlm. 3.
politik demokratis dan konfigurasi Penghapusan oposisi terbuka, politik otoriter. Pengertian konsepsual
dominasi pimpinan negara untuk dan indikator-indikator variable bebas
menentukan kebijakan negara dan adalah:
dominasi kekuasaan politik oleh
a. Konfigurasi politik demokratis elit politik yang kekal, serta di adalah susunan sistem politik
balik semua itu ada satu doktrin yang
yang membenarkan konsentrasi (peluang) bagi partisipasi rakyat 42 kekuasaan.
membuka
kesempatan
secara penuh
untuk menentukan kebijakan umum.
mengkualifikasikan apakah konfigurasi Partisifasi ini ditentukan atas
politik (politik hukum PKB: Penulis) itu dasar mayoritas oleh wakil-wakil
demokratis atau otoriter, indikator yang rakyat dalam pemilihan-pemilihan
dipakai adalah perumusan PKB berkala yang didasarkan atas
membuka kesempatan (peluang) bagi prinsip kesamaan politik dan
partisipasi para pekerja/buruh atau diselenggarakan dalam suasana
serikat pekerja/serikat buruh dan
terjadinya kebebasan politik, di pengusaha/pimpinan perusahaan secara dalam
penuh ikut aktif menentukan arah, demokratis ini terdapat kebebasan
konfigurasi
politik
bentuk maupun isi PKB yang disepakati bagi rakyat melalui wakil-
musyawarah wakilnya untuk melancarkan
bersama
secara
disesuaikan dengan kondisi atau kritik terhadap pemerintah.
b. Konfigurasi politik otoriter adalah bersangkutan (mikro conditional). susunan sistem politik yang lebih
memungkinkan negara berperan
Perjanjian Kerja Bersama
aktif serta mengambil hampir
Meminjam istilah dari Moh.
seluruh inisiatif dalam membuat Mahfud MD, tentang “Karakter suatu 43 kebijakan negara. Hukum” . Produk hukum (PKB:
Konfigurasi ini ditandai oleh Penulis) yang responsive/populistik dorongan elit kekuasaan untuk
42 Moh. Mahfud MD, 2010, Politik Hukum…,
memaksakan
persatuan.
hlm. 31. 43 Ibid,.
adalah produk hukum (PKB: Penulis) tidak langsung dalam hubungan yang mencerminkan rasa keadilan dan
(pengusaha/pimpinan memenuhi
industrial
dan (pengusaha, pekerja/buruh, pemerintah:
pekerja/buruh
pemerintah), sejalan dengan fungsi PKB penulis),
yang berkarakter resposif sebagaimana pembuatannya memberikan peranan
besar dan partisipasi penuh kelompok- berpendapat, rumusan pengaturan hak kelompok sosial atau individu-individu
kewajiban melalui perundingan PKB di dalam masyarakat (pengusaha,
penulis) pekerja/buruh, pemerintah: penulis),
(berkarakter
responsif:
mengandung banyak kelebihan, antara dan hasilnya bersifat responsive
lain:
t erhadap tuntutan semua pihak,
a. Perundingan pembuatan PKB sehingga mampu mewujudkan tujuan
dapat berlangsung atas kemauan akhir pengaturan hubungan industrial
kedua belah pihak untuk saling yaitu kesejahteraan bagi semua pihak
bertemu, berkomunikasi, dan yaitu
produktivitas/keuntungan saling memberi masukan. Hal ini
perusahaan yang berkorelasi dengan
untuk kesejahteraan
merupakan
etiket
keterbukaan yang merupakan keluarganya sehingga pada akhirnya
pekerja/buruh
dan
unsur penting dalam membina mampu mewujudkan keadilan sosial
hubungan selanjut;
bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Dalam proses perundingan terjadi Dilihat dari fungsinya maka PKB
interaksi aktif, saling tukar yang berkarakter responsif, bersifat
informasi dan saling mengajukan aspiratif, PKB memuat materi-materi
pendapat. Di sini terjadi proses yang secara umum sesuai dengan
saling memahami posisi pihak aspirasi dan kehendak semua pihak
menjurus yang terlibat secara langsung atau tidak
penyamaan persepsi antara kedua langsung dalam hubungan industrial.
belah pihak (terutama mengenai Sehingga PKB tersebut dapat dipandang
hak dan kewajiban para pihak sebagai kristalisasi kehendak semua
yang bersifat syarat kerja (terms pihak yang terlibat secara langsung atau
of employment ): Penulis); of employment ): Penulis);
Undang-Undang seharusnya tidak ada yang merasa
Kitab
Hukum Perdata (KUHPerdata), ditekan.
yaitu untuk suatu perjanjian pelaksanaan hasil perundingan
Dengan
demikian
(perjanjian kerja ) yang sah harus tersebut juga dapat berjalan
dipenuhi 4 (empat) syarat yaitu: lancar. Oleh karena itu, maka
a. Perizinan yang bebas dari selama kurun berlakunya PKB
yang dapat
mengikatkan diri;
(hubungan industrial: penulis)
b. Kecakapan untuk membuat yang besar dan serius , 44 (mogok
suatu perjanjian;
kerja, penutupan perusahaan:
c. Suatu hal tertentu yang Penulis).
diperjanjikan;
d. Suatu sebab (oorzaak) yang kondisi kerja (working condition) atau
PKB yang baik harus menghindari
tidak hak dan kewajiban yang bersifat norma 24 terlarang tidak dilarang
kerja (labour legislation) tetapi harus oleh peraturan perundang- banyak memuat kondisi kerja (working
undangan, ketertiban umum condition ) atau hak dan kewajiban yang
dan kesusilaan.
bersifat syarat kerja (terms of PKP dibuat saat mulai terjadi employment ), seperti bonus produksi,
hubungan kerja, atau pada saat perumahan pekerja/buruh, kepemilikan
pekerja/buruh sebagian saham perusahaan oleh
pengangkatan
untuk bekerja disuatu perusahaan, pekerja/buruh
sehingga dengan demikian sejak karyawan dan lain lain.
melalui
koperasi
awal kedua belah pihak yang terlibat di dalam hubungan kerja
IV. PENUTUP
telah mengatahui secara jelas
1. Di dalam proses PKP berlaku tentang hak dan kewajiban syarat-syarat
masing-masing. Pasal 1320 ayat perjanjian sebagaimana diatur
sahnya
suatu
24 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa,Cetakan Ke XVIII, Jakarta, Tahun
44 Suwarto, 2003, Hubungan…, Op.Cit, hlm. 23.
1984, hlm 134.
(1) s/d ayat (4) KUHPerdata mencerminkan rasa keadilan dan tentang
memenuhi harapan para pihak perjanjian
syarat-syarat
sahnya
yang terlibat secara langsung atau pembuatan PKP.
berlaku
untuk
tidak langsung dalam suatu
2. PKB adalah perjanjian yang hubungan industrial yaitu dalam merupakan hasil perundingan
mewujudkan antara serikat pekerja/serikat
upaya
produktivitas/keuntungan buruh atau beberapa serikat
perusahaan yang berkorelasi pekerja/serikat buruh yang tercatat
kesejahteraan pada instansi yang bertanggung
dengan
pekerja/buruh dan keluarganya. jawab di bidang ketenagakerjaan
Pihak yang terlibat secara dengan pengusaha, atau beberapa
hubungan pengusaha atau perkumpulan
langsung
dalam
adalah pengusaha yang memuat syarat-
industrial,
pengusaha/pimpinan perusahaan syarat kerja, hak dan kewajiban
dan pekerja/buruh, sedangkan kedua belah pihak. Proses
pemerintah sebagai pihak yang
perumusan PKB
secara konfigurasi politik demokratis,
langsung, tugas dan tanggung yaitu
proses perumusannya jawab pemerintah dalam suatu membuka kesempatan (peluang)
adalah bagi partisipasi baik kepada
hubungan
industrial,
membuat regulasi, melakukan pengusaha/pimpinan perusahaan
melakukan maupun seluruh pekerja/buruh
pengawasan dan
pembinaan kepada para pihak melalui serikat pekerja/serikat
yang terlibat secara langsung buruh secara penuh untuk ikut
dalam suatu hubungan industrial. aktif dalam menentukan syarat kerja (term of employment) yang akan dituangkan dalam PKB, karakter produk hukum PKB bersifat
responsive/populistik artinya produk hukum PKB harus
DAFTAR ISI
Subekti, 1984, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa,Cetakan
A. Buku
Ke XVIII, Jakarta.
Abdul Khakim, 2003, Pengantar Hukum
Ketenagakerjaan
Indonesia Berdasarkan Undang- Sunaryati Hartono, 1988, Hukum
Ekonomi Pembangunan, Cetakan 2003, Citra
Undang Nomor 13 Tahun
Kedua, Binacipta, Bandung. Bandung.
Aditya
Bakti,
Suwarto, 2003, Hubungan Industrial
Asosiasi Abdulkadir Muhammad, 2014, Hukum
Dalam
Praktek,
Hubungan Industrial Indonesia. Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Yunus Shamad, 1995, Hubungan Industrial di Indonesia, PT Bina Azhary,
Sumber-daya Manusia, Jakarta. Indonesia, Universitas Indonesia,
Zaeni Asyhadi, 2015, Hubungan Kerja, Jakarta.
Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan
PT Moh. Mahfud MD, 2010, Politik Hukum
Kerja,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, di Indonesia, Edisi Revisi,
Cetakan ke 4.
Rajawali Pers, Jakarta.
B. Peraturan
Perundang- 110
Muhamad Erwin, H Firman Freaddy
Undangan
Busroh, 2012, Pengantar Ilmu
Undang-Undang Dasar 1945.
Hukum, cetakan ke 1 (satu) PT Refika Aditama, Bandung.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Ni’matul Huda, 2005, Negara Hukum,
tentang Ketenagakerjaan.
Demokrasi dan Judicial Review, UII Press, Yogyakarta.
Peraturan Menteri Tenaga kerja Nomor
01 Tahun 1985 tentang Padmo Wahjono, 1977, Ilmu Negara
Pelaksanaan Tata Cara Suatu Sistimatik dan Penjelasan
Pembuatan
Kesepakatan
14 Teori Ilmu Negara dari
Kerja Bersama.
Jellinek, Melati Study Group, Jakarta.
Peraturan Menteri Tenaga kerja Nomor
28 Tahun 2014 tentang Tata Bernad L, Tanya, 2011 Politik Hukum
Cara Pembuatan Peraturan Agenda Kepentingan Bersama,
Serta Genta Publishing, Yogyakarta.
Perusahaan
Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum
C. Jurnal, Makalah, Internet dan
Dan Jurimetri , Ghalia Indonesia.
Lain-lain.
Ahmad Hunaeny Zulkarnaen & Tanti Hukum FH-UNSOED, Vol. 18 Kirana
Utami,
2016,
No. 2 May.
Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Pelaksanaan
-----------------------, 2013 Peran Serikat Hubungan Industrial , Padjadjaran
Pekerja Dalam Penyelesaian Jurnal Ilmu Hukum FH-UNPAD,
Pemutusan Vol. 3 No. 2, Bandung.
Perselisihan
Hubungan Kerja , Jurnal Wawasan Yuridika STHB, Vol. 28 No. 01
Dedi Mulyadi dan Tanti Kirana Utami,
Februari.
2017, The Dispute Settlement Model
of