PENGEMBANGAN MODEL AGRIBISNIS BERORIENTASI EKSPOR BAGI KOPERASI, USAHA KECIL MIKRO DAN MENENGAH (KUMKM) KABUPATEN ACEH TENGAH - PROVINSI ACEH

  

PENGEMBANGAN MODEL AGRIBISNIS

BERORIENTASI EKSPOR BAGI KOPERASI, USAHA KECIL

MIKRO DAN MENENGAH (KUMKM)

KABUPATEN ACEH TENGAH - PROVINSI ACEH

  Penulis:

  

Ishak Hasan

  Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh e-mail: ishakhasan20@yahoo.com

  

ABSTRAK

  Pengembangan model untuk tujuan tertentu sangat diperlukan guna memberi arah dan pedoman dalam melakukan sesuatu tindakan, termasuk dalam hal agribisnis yang berorientasi ekspor, khususnya di Kabupaten Aceh Tengah yang mencanangkan misi dan beberapa programnya untuk menghadapi kondisi perdagangan bebas Asean 2015. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui model pengembangan KUMKM Aceh Tengah berorientasi ekspor dalam menghadapi persaingan usaha baik lokal, nasional, maupun antar bangsa. Penelitian ini menggunakan metode survai. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh KUMKM yang menjadi tanggungjawab pembinaan Diskopindag Kabupaten Aceh Tengah khususnya yang menangani komoditas unggulan ekspor. Komoditas unggulan Aceh Tengah yang sudah terkenal seperti Kopi Gayo, Holtikultura, dan tanaman bernilai ekspor lainnya seperti Coklat dan Pinang. Mengigat populasi KUMKM tersebut relatif besar maka sampelnya ditentukan hanya untuk KUMKM yang memiliki potensi besar untuk ekspor dan telah mendapat pembinaan oleh Disperindagkop UKM Aceh Tengah periode Juli 2010 sebanyak 60 unit. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara beberapa informan kunci dan pembagian kuesioner. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa model yang dikembangkan layak digunakan oleh KUMKM dan lembaga terkait dalam mengembangkan usahannya, khususnya dalam mendorong ekspor. Ada dua model yang dapat diterapkan, yaitu model mikro (keterkaitan asosiasi, lembaga promosi, pendukung usaha, dan penciptaan SDM unggul) dan makro (keterkaitan di sektor hulu, menengah dan hilir). Model tersebut dapat dijadikan sebagai penuntun dalam memberi arah dan dukungan yang kuat dari pemerintah dan lembaga mitra usaha serta antar sesama KUMKM. Dengan demikian KUMKM Aceh Tengah semakin kuat berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan nasional dari ekspor dan juga sekaligus dapat mengurangi pengangguran.

  

Keywords: Development Models of Cooperative and SME’s, Agribisnis, Export

  PENDAHULUAN

  Banyak data telah dipublikasikan bahwa sub sektor Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) telah berperan nyata dalam perekonomian nasional Indonesia, bahkan dalam perekonomian global. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya unit-unit KUMKM yang tersebar diberbagai negara dan wilayah telah menopang kehidupan ekonomi masyarakat. Berbagai peran KUMKM telah ditunjukkan dalam mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat, termasuk di masa krisis. Di masa krisis ekonomi banyak KUMKM masih setia mendampingi pemiliknya untuk bertahan hidup, seperti halnya KUMKM di Kabupaten Aceh Tengah.

  KUMKM Kabupaten Aceh Tengah telah mengalami banyak pasang surut. Hal ini disebabkan oleh kondisi wilayah ini yang berada di tengah-tengah wilayah Aceh berada di pusaran konflik. Selama konflik Aceh berlangsung dan mencapai puncaknya antara tahun 1997-2004 KUMKM di wilayah ini telah menderita kerugian yang amat besar. Bukan saja hanya KUMKM yang menderita kerugian, akan tetapi juga kerugian akibat terganggunya tatanan kehidupan masyarakat secara keseluruhan, rusaknya berbagai sumberdaya penghidupan masyarakat, termasuk kerusakan basis usaha lembaga-lembaga ekonomi rakyat. Padahal KUMKM pada berbagai sisi seringkali dijadikan sebagai pilar penting penyangga ketahanan ekonomi bangsa. KUMKM sering diusung sebagai sumber kekuatan perekonomian nasional baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi krisis. Banyak negara di dunia, termasuk Indonesia menjadikan KUMKM sebagai wahana, dan cara efektif mewujudkan bebagai program pemerintah di bidang kesejahteraan ekonomi dan sosial, khususnya melalui pemberdayaan sektor-sektor ekonomi di masyarakat, seperti bidang agrobisnis. Akan tetapi di sisi yang lain potret KUMKM yang labil, marginal, dan rentan terhadap gempuran pemodal kuat, memang sering diabaikan. KUMKM sering mendapat perlakuan yang tidak adil dalam banyak hal dibanding dengan korporasi besar, baik milik negara maupun korporasi swasta lainnya. Padahal banyak bukti menguatkan keyakinan kita bahwa KUMKM mampu bertahan hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Cukup banyak fakta di lapangan meyakinkan kita betapa KUMKM banyak menyelamatkan rakyat jelata dari konstelasi ekonomi yang buruk, serakah, dan menindas.

  Data yang tersedia pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kabupaten Aceh Tengah per 1 April 2010 menunjukkan jumlah koperasi dalam berbagai jenisnya mencapai 375 unit, terdiri dari 180 yang aktif dan 195 unit yang tidak aktif. Jumlah yang tidak aktif ini pada umumnya merupakan akibat dampak negatif dari konflik. Sedangkan usaha mikro, kecil dan menengah di bawah pembinaan Diskopindag Kabupaten Aceh Tengah mencapai 1521 unit. Usaha mikro, kecil, dan menengah tersebut bergerak dalam berbagai bidang usaha, meliputi; usaha industri kecil, kerajinan dan perdagangan. Usaha industri, kerajinan dan perdagangan tersebut berbasis pada komoditas pertanian yang dihasilkan oleh masyarakat lokal.

  Komoditas pertanian di Kabupaten Aceh Tengah pada dasarnya memiliki potensi yang amat besar apabila dilakukan upaya yang lebih inovatif dalam penanganannya, khususnya untuk sektor pengolahan dan ekspor. Selama ini belum ada langkah dan strategi yang tepat dalam pengembangannya akibatnya komoditas yang memiliki potensi ekspor tersebut belum mencapai asaran yang diharapkan. Padahal kalau ditangani dengan baik dan dengan model yang benar dalam pengembangannya tentu diharapkan akan mendatangkan sumber kemakmuran yang lebih besar bagi masyarakat Aceh Tengah khususnya dan Indonesia pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk:

   Mengetahui kondisi kinerja KUMKM Aceh Tengah berbasis agribisnis dan berorentasi ekspor.  Menganalisis potensi dan pendukung agribisnis Aceh Tengah berorientasi ekspor.  Menghasilkan model pengembangan KUMKM Aceh Tengah berorientasi ekspor dengan daya saing tinggi.

  KUMKM dan Pembangunan Ekonomi

  KUMKM lebih populer dengan CSMEs, yaitu singkatan dari

  

Cooperative, Small and Medium Entreprise , menggambarkan institusi atau sektor

  ekonomi yang dikelola dengan skala manajemen yang relatif kecil, dan ada yang bersifat kooperatif. KUMKM pada umumnya dikelola dengan tenaga kerja dalam jumlah kecil, dengan kualitas SDM yang kurang profesional, dan skala usaha yang relatif terbatas. Selain itu itu juga kemampuan permodalan pada umumnya masih relatif kecil bila dibanding dengan sebaran unit KUMKM.

  E.F. Schumacher penulis buku “Small is Beautiful” yang sudah diterjemahkan dengan judul “Kecil itu Indah” (1978) meyakini bahwa “usaha kecil akan semakin berkontribusi kuat di masa depan bagi kemakmuran suatu bangsa”. Demikian juga dengan ramalan futurolog John Naisbitt (1999), ia percaya bahwa masa depan perekonomian global berada di tangan unit usaha kecil, otonom, namun padat teknologi. Apa yang diprediksi oleh kedua pakar di atas terbukti memang usaha-usaha kecil telah ikut menstabilkan perekonomian suatu negara, apalagi ketika banyak negara diterpa oleh krisis ekonomi yang berat. Masih banyak pandangan lainnya dari berbagai kalangan dengan nada serupa bahwa usaha kecil, menengah dan koperasi sering menjadi simbol institusi penyelamatan terhadap marginalisasi ekonomi rakyat, orang kecil yan tertindas dan terpental dari persaingan. Khusus untuk institusi koperasi, Endress dalam Munkner (2000) menggambarkan bahwa koperasi juga berperan serupa dalam penyelamatan orang tertindas secara ekonomi: “lembaga ini terbukti mampu menolong para petani, perajin dan pedagang kecil bertahan hidup dan berusaha di masa sulit, yang diakibatkan oleh adanya reformasi, baik pertanian, industri dan politik ekonomi liberal. Koperasi menjadi alternatif yang tepat, tidak saja di masa serba kekurangan, tetapi juga di masa serba makmur”.

  KUMKM sering dicirikan dengan: (1) Struktur usaha yang sederhana, (2) Sering tanpa menggunakan staf, biasanya pemilik merangkap sebagai staf, (3) Pembagian kerja yang kurang jelas, (4) Memiliki hirarki manajerial yang relatif pendek, (5) Aktivitas usaha relatif kurang formal, kurang melakukan fungsi manajemen, (6) Kurang membedakan aset pribadi dari aset perusahaan, dan, dan (7) Pencatatan keuangan yang sederhana, bahkan ada yang tidak membuat pencatatan. Ada beberapa alasan mengapa KUMKM bertahan di masa krisis ekonomi: (1) Sebagian besar KUMKM memproduksi barang konsumsi dan jasa- jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya juga tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan, (2) Sebagian besar KUMKM tidak mendapat modal dari bank. Karena itu keterpurukan nilai uang tidak menyeret KUMKM dalam kebangkrutan usaha, (3) KUMKM relatif sangat dinamis dalam berproduksi dan tidak terikat dengan produk yang tetap. KUMKM relatif tanpa ada rintangan keluar masuk ke dalam pasar. Sehingga mereka dapat bertahan terus di dalam pasar (Yuyun Wirasasmita, 1993:2 : Indra Ismawan, 2001:9).

  Metode Penelitian

  Penelitian ini menggunakan metode survai. Metode survai merupakan metode yang mengambil sampel dari sebagian populasi untuk mewakili populasi secara representatif (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995). Penelitian ini hanya difokuskan pada KUMKM yang memiliki potensi untuk dikembangkan bergerak dalam komoditi agribisnis ekspor. Potensi yang dimaksud meliputi; (a) kemampuan manajemen, (b) kapasitas permoalan, (c) kemampuan menjalin kemitraan, (d) sumberr input, (e) pasar output, (f) skala usaha, dan (g) kemampuan berinovasi.

  Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh KUMKM yang telah mendapat pembinaan Diskopindag Kabupaten Aceh Tengah. Mengigat populasi KUMKM yang masih aktif melakukan usaha mencapai 376 unit, maka ditarik sampel sebanyak 60 unit secara proporsional untuk masing-masing kecamatan berdasarkan skala usaha. Sumber data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi UKM dan ESDM, Kantor BAPEDA dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan sumber data primer diperoleh dari responden yang terpilih sebagai sampel sebagai pengelola atau pemilik KUMKM. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara, membagikan kuesioner dan pengamatan langsung di lapangan. Wawancara dilakukan dengan beberapa informan kunci (Pimpinan Diskopindag yang membidangi KUMKM dan pimpinan usaha dari KUMKM yang diteliti). Kuesioner diberikan kepada pimpinan KUMKM. Analisis data dilakukan secara kualitatif. Data setelah dikumpulkan di ditabulasi dan ditarik kesimpulan dengan membuat pemodelan dalam bentuk skematik berdasarkan kondisi lokal dan kebutuhan jaringan ekspor (jaringan tataniaga komoditas pertanian untuk ekspor).

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Aceh Tengah.

  Di antara 23 kabupaten dan kota di Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Tengah memiliki kekhasan geografis tersendiri. Wilayah ini berada di tengah- tengah wilayah Aceh dengan sebagian besar wilayahnya berhawa sejuk. Kota Takengon sebagai Ibukota Kabupaten Aceh Tengah berada di pinggir Danau Laut Tawar yang tenang dan indah dikelilingi pegunungan dengan hutan pinus yang hijau dan masih tetap diselimuti kabut di sore dan pagi hari. Aceh Tengah memiliki luas wilayah 4.318,39 km2 atau 431.839 ha. Wilayah Kabupaten Aceh Tengah di bagi ke dalam 14 wilayah kecamatan, yaitu; (1) Linge, (2) Bintang, (3) Lut Tawar, (4) Kebayakan, (5) Pegasing, (6) Bebesan, (7) Kute Panang, (8) Silih Nara, (9) Ketol, (10) Celala, (11) Jagung Jeget, (12) Atu Lintang, (13) Bies, dan (14) Rusip Antara (BPS Aceh Tengah, 2012).

  Kabupaten Aceh Tengah letaknya berada di wilayah tengah Provinsi Aceh. Wilayah ini berada pada ketinggian 200 – 2.600 m di atas permukaan laut. Daerah dengan topografi bukit-bukit, lembah, dan pegunungan ini lebih dikenal dengan “Dataran Tinggi Gayo” membentang dalam gugusan bukit barisan yang 11 berhawa sejuk. Aceh Tengah berada pada posisi 4 11 11

  10 Lintang Utara, dan

  96 18 - 96

  22 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah; Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Timur, Sebelah Barat dengan Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Barat, dan Sebelah Selatan dengan Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Gayo Lues. Pada umumnya wilayah Aceh tengah beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata dalam setahun 1.682 mm, dengan hari hujan rata-rata 118 hari. Musim penghujan berlangsung mulai September sampai Desember. Sedangkan musim kemarau dari Januari hingga Agustus. Temperatur maksimum rata-rata 26 C dan minimum 15 C dengan kelembaban maksimum 96% dan minimum 65%. (Profil Kabupaten Aceh Tengah, 2008). Etnis Gayo merupakan penduduk asli dan mayoritas mendiami dataran tinggi Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. Berdasarkan registrasi penduduk tahun 2010, Kabupaten Aceh Tengah berpenduduk 189.298 jiwa. Terdiri dari 95.503 laki-laki dan 93.798 perempuan tersebar dalam 14 wilayah kecamatan.

  Sumberdaya lahan yang luas dengan iklim tropis dan sebagian berhawa sejuk sangat mendukung tumbuh berkembangnya berbagai komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi bagi kemakmuran penduduknya. Kondisi geografis yang demikian memungkinkan beberapa komoditas unggulan Aceh Tengah seperti Kopi Gayo (jenis kopi Arabika) yang terkenal tumbuh subur di wilayah ini. Demikian juga dengan tanaman ekspor lainnya seperti; kemiri, nilam, dan kakao, termasuk sayuran dan buah-buahan.

  Gambaran Umum KUMKM Aceh Tengah

  KUMKM Aceh Tengah diperkirakan semakin penting peranannya di masa depan, mengingat permintaan terhadap komoditas pertanian, khususnya tanaman pangan cenderung meningkat secara nasional maupun secara global. Apalagi setelah terjadinya letusan Gunung Sinabung di Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu sentra holtikultura di Sumatera, maka Kabupaten Aceh Tengah semakin penting sebagai sumber pasokan berbagai kebutuhan holtikultura di Aceh, yang selama ini sebagian memang dipasok dari Sumatera Utara. Letaknya yang strategis sebagai pintu keluar ke pesisir Utara Aceh telah menjadikan Aceh Tengah sangat menguntungkan sebagai hinterland, pemasok berbagai kebutuhan produk holtikultura untuk sebagian wilayah Aceh.

  Jenis koperasi yang terbanyak adalah KSU sebanyak 97 unit. Disusul jenis koperasi lainnya seperti koperasi syariah, koperasi baitul qiradh dan lainnya berjumlah 59 unit. Koperasi KPRI 49 unit dan Koperasi Pertanian 48 unit. Sedangkan jumlah usaha mikro berbagai sektor usaha di Kabupaten Aceh mencapai 25 unit (14%). Usaha kecil mencapai 155 unit (85%), dan usaha menengah 3 unit (2%). Jadi keseluruhan usaha mikro, kecil dan menengah berjumlah 183 unit. Perkembangan UMKM di Aceh Tengah selama ini telah tumbuh secara alamiah berdasarkan minat dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sebagian dari UMKM tersebut merupakan warisan secara turun-temurun dari orangtua mereka

  Bidang usaha yang menjadi garapan dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis usaha, meliputi: (1) Ekstraktif (Kehutanan, Galian), (2) Pertanian (Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Perikanan), (3) Industri, (Industri Kecil, Kerajinan), (4) Perdagangan (Grosir, Eceran) dan (5) Jasa (Jasa Keuangan, Transportasi, Kesehatan, Kecantikan, dll.) Kebanyakan KUMKM Aceh Tengah memiliki modal 5-20 juta rupiah yaitu sebesar 23,34%. Modal tersebut digunakan untuk kebutuhan operasional dan pembelian input, serta untuk modal cadangan. Sumber modal sebagian besar (90%) merupakan modal sendiri. Selebihnya merupakan modal pinjaman.

  Profil Manajemen dan Usaha Karakteristik Responden

  Distribusi umur responden yang terbanyak berkisar 41

  • – 45 tahun sebesar 21 orang (26,66%). Apabila dilihat dari segi usia produktif semua mereka termasuk dalam usia yang produktif dan dinggap sangat ideal mengelola usaha. Jenis kelamin rensponden tebanyak adalah laki-laki sebanyak 52 orang (86,67%). Perempuan hanya 8 orang (13,33). Tingkat pendidikan terbanyak pengelola KUMKM Aceh Tengah tingkat SLTA sebesar 50%. SLTP sebesar 38,33%. Kondisi pengalaman responden dalam mengelola usaha yang terbanyak adalah 06- 10 tahun mencapai 28,33%. Sebaran besarnya pendapatan yang diperoleh oleh pengelola KUMKM Aceh Tengah yang terbanyak kisarannya 4-6 juta rupiah perbulan atau sebesar 28,33%. Pendapatan tersebut merupakan pendapatan bersih setelah dikurangi biaya-biaya. Beban anggota keluarga yang relatif besar biasanya sangat terasa bagi KUMKM dalam mengembangkan usahanya. Jumlah tanggungan keluarga terbanyak dengan kisaran 6 hingga 10 orang atau sebesar 50%.

  Kinerja Manajemen dan Usaha

  Hasil penelitian memberikan gambaran tentang kinerja manajemen dan usaha sebagai berikut:

  Persaingan Usaha

  Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada 31,67% mengaku bahwa usaha sejenis yang mereka lakukan mendapat saingan di sekitarnya. Kondisi persaingan usaha dapat dilihat pada gambar berikut:

  Gambar Persaingan Usaha

  Kondisi Kelengkapan Peralatan Usaha

  Sebagian responden mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki saat ini kondisinya sedang (41,67%), artinya dari 20 item kelengkapan usaha yang penting dapat diinvertarisir, hanya 10 item saja dimiliki. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar berikut:

  Gambar Kelengkapan Peralatan Usaha

  Kepercayaan Lembaga Keuangan

  Kepercayaan dari lembaga keuangan sangat penting untuk ditumbuh- kembangkan agar sebuah usaha dapat meningkatkan aktivitas dan keuntungannya. Kondisi kepercayaan lembaga keuangan terhadap KUMKM di Aceh Tengah dapat dilihat pada gambar berikut:

  Gambar Kepercayaan Lembaga Keuangan

  Kemampuan Bermitra Usaha

  Dengan bermitra usaha maka posisi tawar mereka menjadi lebih kuat apalagi ketika menghadapi persaingan yang samakin ketat. Kondisi kemampuan menjalin kemitraan KUMKM di Aceh Tengah dapat dilihat pada gambatr berikut:

  Gambar Kemampuan Bermitra Usaha

  Kemampuan Permodalan

  Kondisi kemampuan permodalan KUMKM Aceh Tengah saat ini dapat di lihat pada gambar berikut: Gambar Kemampuan Permodalan Usaha

  6). Kondisi Pelaksanaan Adminisitasi Usaha Adminisrasi yang baik sangat mendukung lancarnya kegiatan usaha.

  Sebesar 46.67% kondisi pelaksanaan adminitrasi usaha KUMKM Aceh Tengah berkriteria sedang, hanya 16,67% saja tergolong baik. Kondisi pelaksanaan administrasi KUMKM Aceh Tengah dapat dilihat pada gambar berikut:

  Gambar Kondisi Pelaksanaan Administrasi

  Volume Usaha

  Meningkatnya volume usaha bagi perusahaan merupakan hal yang sangat penting, sebab variabel ini juga merupakan indikator yang sangat mendukung perkembangan usaha. Kondisi volume usaha KUMKM Aceh Tengah dapat dilihat pada gambar berikut:

  Gambar Kondisi Volume Usaha

  Intensitas Dukungan LSM/Pemerintah Mendorong Ekspor

  Sampai saat ini intensitas dukungan LSM/Pemerintah dalam mendorong ekspor sudah sangat sering dilakukan, yaitu sebesar 35%. Dukungan tersebut dilakukan dengan melakukan sosialisasi, pelatihan, bimbingan manajemen dan juga mengikutsertakan dalam pameran-pameran baik di tingkat lokal, tingkat provinsi maupun tingkat nasional.

  Gambar Dukungan LSM/Pemerintah Mendorong Ekspor

  Relasi Usaha/Mitra Luar Aceh Tengah

  KUMKM Aceh Tengah juga telah melakukan hubungan atau bermitra usaha dengan beberapa usaha di luar Aceh Tengah. Akan tetapi kemitraan yang dijalin selama ini masih terbatas pada usaha tertentu dengan volume usaha yang terbatas. Padahal potensi yang dimiliki sangatlah besar untuk digarap secara optimal. Hal ini dibuktikan bahwa KUMKM Aceh Tengah masih belum melakukan upaya kemitraan maksimaL, yaitu sebesar 38,33%. Kondisi ini dapat di lihat pada gambar berikut.

  Gambar Relasi Usaha/Mitra Luar Aceh Tengah Kebutuhan Organisasi Bersama Untuk Aktivitas Ekspor.

  Kebanyakan KUMKM Aceh Tengah mengaku mereka sangat memerlukan wadah atau organisasi yang menghimpun jenis usaha sejenis. Mereka menyadari bahwa dengan memiliki organisasi bersama hak-hak mereka dapat dipejuangkan secara bersama-sama pula, mulai dari hulu sampai ke hilir.

  Gambar Kebutuhan Organisasi Usaha Bersama

  Potensi Agrobisnis Aceh Tengah Total luas lahan yang ada di Aceh Tengah mencapai 431.839 Ha.

  Terdiri dari, areal persawahan 8.239 Ha, kebun rakyat 9.778 Ha, ladang 7.159 Ha, padang rumput 43.068 Ha, pemukiman 3.838, rawa-rawa 923 Ha, kolam/tambak 368 Ha, hutan rakyat 16.350 Ha, tanah terlantar 9.850 Ha, hutan negara 209.510 Ha, perkebunan komersial 49.414 Ha, lain-lain 73.342 Ha (BPS Aceh Tengah, 2013). Sebaran potensi komoditas utama yang memiliki nilai ekonomis tinggi berdasarkan luas areal dapat di lihat pada tabel berikut:

  

Tabel Potensi Komoditas Pertanian Utama Aceh Tengah

Berdasarkan Luas Areal

No Komoditas Luas Lahan Produksi

  (Ha) (Ton)

  1. Kopi Arabika 48.001 28.344

  2. Kopi Robusta 3.301 1.137

  3. Tebu 6.064 32.118

  4. Kakao 254

  12

  5. Tembakau

  22

  4

  6. Lada

  23

  5

  7. Casia Vera (Kulit kayu manis) 617 468

  8. Aren 106

  31

  9. Kemiri 641 211

  10. Nilam 1.405 4.740

  11. Serewangi 2 -

  12. Pinang

  86

  41

  13. Kelapa

  65

  6

  14. Pala 148

  5

  15. Kapuk

  3

  1 Total 60.738 67.123 Sumber: Aceh Tengah Dalam Angka (2013).

  Pembinaan Pemerintah

  Pembinaan pemerintah yang dibutuhkan KUMKM saat ini meliputi; (a) Kemudahan pemberian izin dalam usaha tertentu agar dapat berkembang secara kondusif serta memiliki jaringan usaha yang lebih luas karena ada kepercayaan yang kuat dari pelanggan dan mitra usaha, (b) Penguatan Manajemen, upaya penguatan manajemen yang telah dilakukan meliputi; bidang kewirausahaan, pelatihan akuntansi usaha, kemitraan, dan aspek-aspek manajemen yang lainnya. Semua ini diharapkan KUMKM dapat hidup dan berkembang sesuai harapan, (c) Penguatan Modal, banyak program-program bantuan modal telah dilakukan dalam meningkatkan aktivitas KUMKM. Modal tersebut ada yang bersumber dari APBN, APBA maupun APBK secara langsung, di samping ada dana yang besumber dari non pemerintah secara tidak langsung seperti dari bank, (d) Peralatan Produksi, bantuan peralatan diberikan bersamaan dengan pembekalan dalam mempergunakannya. Diharapkan peralatan tersebut benar-benar dapat berguna dalam meningkatkan kemampuan KUMKM dalam berproduksi, (e) Akses Informasi dan Pasar, d ewasa ini banyak pihak meyakini bahwa “hanya perusahaan-perusahan yang mampu mengakses berbagai informasi saja yang dapa t bertahan di dalam pasar“ (Indra Ismawan, 2001).

  

Pengembangan Model KUMKM Aceh Tengah Berbasis Agrobisnis

Berorientasi Ekspor Model Mikro

  Dengan memperhatikan kondisi di lapangan maka alternatif pengembangan model KUMKM Aceh Tengah yang berbasis Agrobisnis Berorientasi Ekspor dapat dikemukakan sebagai berkut:

  Gambar Model Mikro Keterkaitan Asosiasi, Lembaga Promosi, Pendukung Usaha, Penciptaan SDM Unggul di Kabupaten Aceh Tengah

  Keempat aspek tersebut harus bersinergi secara kuat dalam meningkatkan KUMKM di Kabupaten Aceh Tengah. Pihak KUMKM harus memiliki lembaga asosiasi agar mereka dapat dapat bersatu untuk memecahkan berbagai persoalan yang mereka hadapi.

   KUMKM harus didorong untuk menciptakan wadah bersama berbentuk Asosiasi atau perhimpunan usaha sejenis atau beragam usaha tetapi memiliki kepentingan yang sama, yaitu tujuan ekspor.

   KUMKM harus memperkuat basis usaha dengan menciptakan kepemilikan bersama seperti; pergudagangan, sarana pengolahan, dan berbagai sarana penunjang lainnya.  KUMKM harus memiliki keterkaitan yang kuat dengan berbagai lembaga promosi yang ada.  KUMKM perlu menciptakan berbagai hubungan bersifat kemitraan dengan lembaga usaha di luar negeri dengan dibantu oleh pemerintah dan LSM.

  Keempat aspek ini harus diintegrasikan ke dalam Asosiasi KUMKM di tingkat kabupaten dan dengan demikian asosiasi tingkat kabupaten dapat menyusun struktur organisasi secara lebih solid, melahirkan AD/ART, serta berbagai program kerja jangka pendek mapun jangka panjang.

  Model Makro

  Model bersifat makro yang dapat dikembangkan adalah dengan mengkaitkan sektor hulu, menengah dan hilir. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

  SEKTOR HULU (Pasar Input):

   Memfasilitasi pembukaan perwakilan di Kabupaten Aceh Tengah  Memberikan kemudahan dan perlindungan

  SEKTOR MENENGAH (Penyimpanan dan Pengolahan)

   Melengkapi sarana produksi di Kabupaten Aceh Tengah  Melatih SDM profesional  Mengadakan berbagai sarana pelengkap usaha

  SEKTOR HILIR (Pasar Output):

   Memfasilitasi penciptakaan asosiasi KUMKM Kabupaten Aceh Tengah  Menjalin kerjasama wadah kemitraan  Membantu jaringan pemasaran

   Membantu penciptaan image dan daya beli konsumen terhadap produk KUMKM

   Membentuk lembaga keuangan bersama Gambar Model Makro Keterkaitan di Sektor Hulu, Menengah dan Hilir Pada sektor hulu atau pasar input perlu dilakukan pembukaan perwakilan di Kabupaten Aceh Tengah. Berbagai usaha terkait dengan UKMKM Aceh Tengah perlu didorong untuk dapat membuka perwakilan di Aceh Tengah. Demikian juga berbagai pihak perlu memberikan kemudahan dan perlindungan bagi berkembangnya hubungan-hubungan tersebut secara harmoni. Sehingga KUMKM Aceh Tengah dapat menikmati manfaatnya. Sedangkan di sektor menengah perlu melengkapi sarana produksi di Kabupaten Aceh Tenga diperlukan upaya melatih SDM profesional yang dapat mengani usaha secara berkesinambungan. Selain itu juga perlu disediakan bebagai sarana sarana pelengkap lainnya dalam berusaha seperti jaringan internet yang bisa diakses oleh semua KUMKM di Aceh Tengah.

  Di sektor hulu atau pasar output perlu dilakukan seperti memfasilitasi penciptakaan asosiasi KUMKM Kabupaten Aceh Tengah, menjalin kerjasama wadah kemitraan, membantu jaringan pemasaran, membantu penciptaan image dan daya beli konsumen terhadap produk KUMKM, membentuk lembaga keuangan bersama. Dengan demikian KUMKM Aceh Tengah akan mendapat peluang yang besar untuk bekembang dan berkopetisi secara nasional maupun global.

  Strategi Pemberdayaan

  Berdasarkan hasil penelitian lapangan pada 60 unit KUMKM terpilih di Aceh Tengah dapat diberikan beberapa rekomendasi sebagai strategi pemberdayaan. Strategi tersebut meliputi: (1) Peningkatan Kinerja Manajemen dan Kelembagaan, (2) Peningkatan Kinerja Usaha, (3) Penguatan Kemitraan, (4) Penguatan Akses Informasi dan Teknologi Produksi, (5) Penguatan Jaringan Pemasaran, (6) Bantuan permodalan, dan (7) Progam Pendampingan.

  PENUTUP

  Pengembangan KUMKM hendaknya dilakukan secara terpadu dan secara terus-menerus agar KUMKM dapat berkembang sesuai dengan harapan. Masih banyak KUMKM di Indonesia termasuk di Aceh Tengah memerlukan perhatian dan sentuhan secara khusus dalam berbagai bidang, agar usaha mereka tidak terhenti di tengah jalan. Pemerintah perlu mendorong KUMKM agar lebih mandiri dalam segala hal, termasuk penguatan manajemen, permodalan dan pemasaran. Ada dua model yang dapat diterapkan dalam pengembangan model tataniaga agribisnis Aceh Tengah yang berorientasi ekspor, yaitu; (a) Model mikro (keterkaitan asosiasi, lembaga promosi, pendukung usaha, dan penciptaan SDM unggul) dan (b) Model makro (keterkaitan di sektor hulu, menengah dan hilir). Model tersebut dapat dijadikan sebagai penuntun dalam memberi arah dan dukungan yang kuat dari pemerintah dan lembaga mitra usaha serta antar sesama KUMKM. Dengan demikian KUMKM Aceh Tengah semakin kuat berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan nasional dari ekspor dan juga sekaligus dapat mengurangi pengangguran

  Mengingat masih ada sebagian KUMKM sangat memerlukan proteksi dari pemerintah karena skala usaha dan jangkauan pemasaran yang masih terbatas. Dengan berkembangnya KUMKM maka tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat dan dengan demikian akan berimplikasi positif bagi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu dalam memajukan KUMKM hendaknya haruslah saling bersinergi dengan lintas sektor yang lain agar diperoleh perlidungan dan kekuatan hukum dalam melaksanakan aktivitasnya. Dengan demikian KUMKM akan dapat berkembang dalam konstelasi dunia usaha yang semakin bersaing ketat saat ini.

  DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Aceh Tengah (2010). Aceh Tengah Dalam Angka, Takengon.

  BAPPEDA Aceh Tengah (2008). Profil Kabupaten Aceh Tengah, Takengon - Aceh E.F. Schumacher (1978). Kecil itu Indah, LP3ES, Jakarta.

  Cobia, David W. (1989). Cooperative In Agriculture, Prentice Hall, New Jersey Diskopindag ESDM Aceh Tengah (2010). Rencana Strategis Diskopindag ESDM Aceh Tengah, Takengon - Aceh.

  __________(2012) Laporan Perkembangan KUMKM Aceh Tengah, Takengon - Aceh __________ (2011). Daftar Identifikasi UMKM Aceh Tengah Posisi Per 28 Feb.

  2011, Takengon. ___________(2010) Realisasi Penerbitan Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK)

  Disperindagkop dan ESDM Aceh Tengah, Takengon ___________(2012). Data Pokok Kopeasi dan UKM Aceh Tengah 2012, Takengon.

  Hans H. Munkner (1997). Masa Depan Koperasi, Dekopin, Jakarta. Indra Ismawan (2001). Sukses Di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil Menengah, Grasindo, Jakarta.

  Ishak Hasan (2009). Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) di Kabupaten Aceh Tengah, Diskoperindag ESDM Kabupaten Aceh Tengah, Takengon.

  Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995). Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta. Mohd. Nazir (2000). Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Roopke (1992). Cooperative Entrepreneurship, Philips Marburg, Germany Sekaran, Uma (2000). Research Methods for Business: A Skill-Building Approach, John Wiley & Sons, Inc., New York. Sri Bintang Pamungkas (1996). Pokok-Pokok Pikiran Tentang Demokrasi Ekonomi dan Pembangunan, Yayasan Daulat Rakyat, Jakarta. Soekartawi (1990). Teori Ekonomi Produksi, Rajawali Pers, Jakarta. Umar Burhan & Munawar Ismail (1988). Koperasi Produksi, Karunika, Jakarta. Yuyun Wirasasmita (2000). Kewirausahaan di Perguruan Tinggi, Makalah UNPAD, Bandung.

Dokumen yang terkait

STUDI PEMETAAN POLITIK DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI KOTA PALEMBANG Markoni Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya e-mail: markonbadriyahoo.com Abstract - STUDI PEMETAAN POLITIK DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILI

0 1 10

Latar Belakang - Strategi Peningkatan Investasi Pedesaan Dalam Meningkatkan Perekonomian Desa Di Provinsi Riau

0 0 13

ANALISIS ORIENTASI PASAR KEARAH KEUNGGULAN KINERJA RUMAH SAKIT DI KOTA DAN KABUPATEN MALANG

0 1 6

PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Studi Evaluasi Pelayanan Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap Online Di Kantor Samsat Pekanbaru Selatan

0 0 22

PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SUPLEMEN KESEHATAN K-OMEGA SQUA (Studi Kasus pada Stokis PT K-LINK Nusantara Cabang Plaju Palembang)

1 4 16

ANALISIS PROSEDUR PENERIMAAN, SELEKSI DAN PENEMPATAN KARYAWAN PADA LPP TVRI SUMSEL BABEL PALEMBANG

0 1 10

ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Penulis: Dheo Rimbano Dosen STIE MURA, Lubuk Linggau ABSTRACT - ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDO

0 2 19

EVALUASI PELAKSANAAN KEWENANGAN DESA DI BIDANG KESEHATAN DI DESA BATURIJAL BARAT KECAMATAN PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU

0 1 12

PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DALAM UPAYA PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DESA

0 0 19

PENGARUH PEMBIMBING AKADEMIK MELALUI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN FASILITAS PEMBELAJARAN DALAM MEMOTIVASI MAHASISWA JURUSAN NON REKAYASA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

0 0 9