Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Hukuman dalam Bentuk Bimbingan Jasmani terhadap Peningkatan Kedisiplinan Siswa Kelas V di SD N Kemetul

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hukuman Dalam Bentuk Bimbingan Jasmani.

1. Pengertian Hukuman

  Pengertian hukuman adalah penderitaan yang diberikan secara sengaja oleh seseorang setelah terjadinya suatu kesalahan atau pelanggaran. Sedangkan di dalam dunia pendidikan, hukuman memiliki arti perbuatan yang ditimbulkan oleh pendidik dengan cara menjatuhkan sanksi kepada anak didik yang memiliki tujuan agar dapat memperbaiki tingkah laku dan budi pekerti anak tersebut.

  Sebelum diuraikan lebih jauh tentang hukuman yang berkaitan dengan segala proses aktifitas pendidikan atau penerapan dalam proses pembelajaran dalam rangka untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan atau pengajaran itu sendiri, maka perlu kiranya untuk memahami apa itu hukuman . Dalam pendapat para ahli pendidikan tentang pengertian hukuman:

  1. Menurut Hamruni (2008:120) hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh pendidik setelah siswa melakukan pelanggaran atau kesalahan.

  2. Menurut Ahmadi dan Uhbiyanti (2003:150) hukuman adalah suatu perbuatan di mana kita secara sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, baik dari segi kejasmanian maupun dari segi kerohanian.

  3. Menurut Mursal (2004:86) pengertian hukuman adalah suatu perbuatan dimana orang sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada orang lain dengan tujuan untuk memperbaiki atau melindungi dirinya sendiri dari kelemahan jasmani dan rohani sehingga terhindar dari segala macam pelanggaran.

  4. Menurut Suwarno (2002:115) menghukum adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak didik yang menjadi anak asuh kita dengan maksud supaya penderitaan itu betul-betul di rasakan untuk menuju kebaikan.

  5. Menurut Purwanto (2005:186) maksud dari hukuman (punishment) ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sejajarnya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan.

  6. Menuurut Tanlain (2006:57) pengertian hukuman (punishment) ialah tindakan pendidikan terhadap anak didik karena melakukan kesalahan, dan dilakukan agar anak didik tidak lagi melakukannya.

  7. Menurut Djiwandono (2008:144) maksud dari hukuman adalah mencegah timbulnya tingkah laku yang tidak baik dan mengingatkan siswa untuk tidak melakukan apa yang tidak boleh.

  Dari beberapa pengertian para ahli di atas dapat diperoleh suatu pemahaman bahwa yang di maksud dengan hukuman adalah tindakan secara sengaja yang diberikan oleh pendidik terhadap anak didik untuk memperbaiki kesalahan yang sudah diperbuat dan agar tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.

  Hukuman yang diberikan kepada anak didik harus hukuman yang edukatif yang berarti penderitaan yang diterima anak didik akibat dari kesalahan perbuatannya mempunyai tujuan untuk mengingatkan dalam diri siswa agar tidak mengulangi kesalahan kedua kalinya.

  Hukuman menjadi salah satu bentuk alat pendidikan yang merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi siswa. Namun, hukuman diberlakukan untuk mencegah dan meninggalkan tingkah laku perbuatan yang kurang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Hukuman digunakan untuk mengarahkan siswa agar senantiasa selalu bertingkah laku yang baik sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi hasil belajar dan perkembangan potensi yang ada pada dirinya. Pendidik memberikan pengalaman hukuman dengan harapan siswa menjadi sadar akan kesalahannya yang telah diperbuat, sehingga dia akan lebih berhati-hati dalam bertindak.

  

2. Macam-macam Hukuman dalam pendidikan menurut Purwanto

(2007:189) Hukuman di bagi menjadi dua macam:

  a. Hukuman preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran, intinya bermaksud memberi suatu peringatan.

  b. Hukuman represif, yaitu hukuman yang dilakukan oleh adanya pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan, jadi hukuman dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan.

  Hukuman preventif dan represif dipergunakan untuk mensifati alat-alat pendidikan. Dengan demikian maka contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian, dan ancaman merupakan alat pendidikan preventif, sedangkan ganjaran dan hukuman merupakan alat pendidikan represif. (Purwanto, 2007:189)Mengenai dua golongan alat pendidikan di atas, yaitu alat pendidikan preventif dan represif. Mempunyai tujuan masing-masing yaitu:

1. Tujuan Alat-Alat Pendidikan Preventif

  Tujuan alat-alat pendidikan preventif ini untuk menjaga agar hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran dari proses pendidikan bisa dihindarkan. (Indra Kusuma, 2003: 401) 2.

  Tujuan Alat-Alat Pendidikan Represif Tujuan alat-alat pendidikan represif yakni untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-hal yang benar, baik, dan tertib. Alat pendidikan represif diadakan apabila terjadi suatu perbuatan yang di anggap bertentangan dengan peraturan-peraturan atau sesuatu perbuatan yang di anggap melanggar peraturan.

  (Indra Kusuma, 2003:144)

  Ditinjau dari segi obyek yang menjadi sasaran, hukuman ada dua macam menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2007:157):

  1.Hukuman dengan jasmani: hukuman yang dilakukan dengan cara melukai atau merugikan anak. Misalnya: guru menangkap basah anak didik sedang merokok, maka kepada si anak didik dihukum dengan keharusan merokok terus menerus selama jam sekolah, sehingga mengakibatkan anak itu batuk, pusing, dan sakit.

  2.Hukuman dengan rohani: hukuman yang dilakukan dengan cara mendekati dan mengambil hatinya. Misalnya: di suatu kampung ada penghuni baru yang sombong, tidak mau kenal dengan penduduk lama. Maka salah seorang penduduk lama berlaku baik kepadanya sehingga akhirnya si sombong berubah menjadi baik dan mau membaur dengan warga lain.

3. Syarat-syarat Hukuman menurut Purwanto (2000:191)

  Hukuman harus bersifat mendidik di dalam dunia Pendidikan. Hukuman yang bersifat mendidik harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Tiap-tiap hukuman hendaklah dapat dipertanggung jawabkan. Ini berarti hukuman tidak boleh dilakukakan sewenang-wenang.

  b. Hukuman harus bersifat memperbaiki.

  c. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam.

  d. Jangan menghukum ketika sedang marah.

  e. Hukuman harus diberikan dengan sadar dan sudah dipertimbangkan atau diperhitungkan sebelumnya.

  f. Bagi anak, hukuman itu hendaklah dapat dirasakannya sendiri sebagai kedukaan atau penderitaan yang sebenarnya.

  g. Jangan melakukan hukuman badan atau fisik.

  h. Hukuman tidak boleh merusakkan hubungan baik antara pendidik dengan anak didik. i. Pendidik sanggup memberikan maaf sesudah memberikan hukuman kepada anak didik.

  Menurut Suwarno (1992:116), syarat-syarat menghukum antara lain sebagai berikut: a. Hukuman harus selaras dengan kesalahan.

  b. Hukuman harus seadil-adilnya.

  c. Hukuman harus lekas dijalankan agar anak mengerti benar apa sebabnya ia di hukum dan apa maksud hukuman itu.

  d. Memberi hukuman harus dalam keadaan tenang, jangan dalam keadaan emosional.

  e. Hukuman harus sesuai dengan umur anak.

  f. Hukuman harus diikuti dengan penjelasan sebab bertujuan untuk membentuk kata hati, tidak hanya menghukum saja.

  g. Hukuman harus diakhiri dengan pemberian ampun.

  h. Hukuman kita gunakan jika terpaksa, atau merupakan alat pendidikan yang terakhir karena penggunaan alat pendidikan yang lain sudah tak dapat lagi digunakan. i. Yang berhak memberi hukuman hanyalah mereka yang cinta pada anak saja, sebab jika tidak berdasarkan cinta, maka hukuman akan bersifat balas dendam. j. Hukuman harus menimbulkan penderitaan pada yang di hukum dan yang menghukum (sebab yang menghukum karena paksa).

4. Langkah-langkah Menghukum

  Adapun langkah-langkah dalam menjatuhkan hukuman ini menurut Amir Danien Indrakusuma (2003:15) sebagai berikut :

  a. Pemberi hukuman harus tetap dalam jalinan cinta kasih sayang. Kita memberikan hukuman pada anak bukan karena kita ingin menyakiti hati anak, melampiaskan rasa dendam, dan sebagainya. Akan tetapi kita menghukum demi kebaikan, demi kepentingan anak demi masa depan anak sendiri. Oleh karena itu, sehabis menghukum tidak boleh berakibat putusnya hubungan kasih sayang. b. Pemberian hukuman harus didasarkan pada alasan “keharusan”. Artinya sudah tidak ada alat pendidikan yang lain yang bisa dipergunakan. Seperti halnya di muka telah dijelaskan, bahwa hukuman merupakan tindakan terakhir yang kita laksanakan, setelah dipergunakan alat-alat pendidikan yang lain tetapi tidak memberikan hasil. Dalam hal ini kiranya patut diperingatkan bahwa kita hendaknya jangan terlalu biasa dengan hukuman. Kita tidak boleh terlalu mudah dengan hukuman. Hukuman kita berikan kalau memang hal itu betul- betul diperlukan, dan harus kita berikan secara bijaksana.

  c. Pemberian hukuman harus menimbulkan kesan pada hati anak. Dengan adanya kesan itu, anak akan selalu ingat pada peristiwa tersebut. dan kesan itu akan selalu mendorong anak kepada kesadaran dan keinsyafan. Akan tetapi sebaliknya, hukuman tersebut tidak boleh menimbulkan kesan yang negatif terhadap anak. Misalnya saja menyebabkan rasa putus asa pada diri anak, rasa rendah diri dan sebagainya.

  Hukuman jangan sampai atau tidak boleh berakibat anak memutuskan hubungan ikatan batin dengan pendidiknya. Artinya sudah tidak mau menerima lagi anjuran- anjuran, saran-saran yang diberikan oleh pendidiknya.

  d. Pemberian hukuman targetnya harus menimbulkan atau menjadikan jera dan penyesalan pada anak. Hal inilah yang merupakan hakekat daripada tujuan pemberian hukuman terhadap anak didik. Dan dengan jera itu anak berjanji dalam hatinya sendiri untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi.

  e. Pemberian hukuman harus diikuti dengan pemberian ampun dan disertai dengan harapan serta kepercayaan. Setelah anak selesai menjalani hukumannya, maka guru sudah tidak lagi menaruh atau mempunyai rasa dendam terhadap anak tersebut.

  Menurut Hamruni (2008:120), mengemukakan ada tiga syarat apabila seorang pendidik ingin menghukum siswanya secara fisik. Syaratnya yaitu: a. Sebelum berumur 10 tahun anak-anak tidak boleh dipukul.

  b. Pukulan tidak boleh dari 3 kali. Yang dimaksud dengan pukulan di sini ialah lidi atau tongkat kecil bukanlah tongkat besar.

  c. Diberikan kesempatan kepada anak-anak untuk bertaubat dari apa yang ia lakukan dan memperbaiki kesalahannya tanpa perlu menggunakan pukulan atau merusak nama baiknya (menjadikan siswa malu).

5. Tujuan hukuman menurut Samuel Soetoe (2001:36)

  Dengan hukuman anak akan menyadari kesalahan atau menyingkir dari perbuatan yang berakibat jatuhnya hukuman. Karena tujuan hukuman adalah :

  a. Untuk meluruskan perbuatan Hukuman spontan setelah anak melakukan perbuatan buruk berarti memperkecil hal yang negatif. Dengan demikian anak akan mengkaitkan perbuatan tersebut dengan rasa sakit karena hukuman, sehingga akan takut untuk mengulanginya.

  b. Untuk menjaga orang lain Ketika seseorang dicegah dari perbuatan yang membahayakan berarti pemberi hukuman menjaga orang lain dari perbuatan yang menimbulkan bahaya bagi mereka.

  c. Mendidik orang lain Hal seperti tersebut diatas disebut pendidikan sosial atau aspek sosial dalam hukuman, karena hukuman meluruskan perilaku orang lain yang menyaksikan.

  Orang yang mendengar hukuman tersebut mungkin adalah orang-orang yang akan berbuat seperti yang dilakukan orang yang mendapatkan hukuman, apabila mereka tidak mendengar atau menyaksikan hukuman tersebut.

6. Dampak hukuman bagi Siswa menurut Purwanto (2000:187)

  Pemberian hukuman pada siswa bertujuan menimbulkan efek jera dan siswa dapat memperbaiki kesalahannya. Namun selain itu juga bisa mendatangkan beberapa akibat lain, yakni sebagai berikut:

  a. Menimbulkan perasaan dendam pada diri siswa yang dihukum terhadap guru atau pihak yang menghukum.

  b. Membuat siswa menjadi bandel dan lebih pandai untuk menyembunyikan kesalahan yang sudah diperbuat.

  c. Dapat memperbaiki tingkah laku siswa yang dihukum dan membuat untuk melakukan kebaikan.

  d. Dapat membuat siswa merasa tidak bersalah, karena kesalahannya telah ditebus dengan hukuman.

  e. Dapat menurunkan harga diri siswa, yang mengakibatkan menghilangnya rasa percaya diri pada siswa.

  Di samping itu, kepada anak harus diberikan kepercayaan bahwa anak itupun akan sanggup dan mampu berbuat baik seperti halnya yang dilakukan teman lainnya. Sesuai dengan penjelasan di atas, maka diharapkan para pendidik dalam menjatuhkan hukuman dapat memenuhi persyaratan pelaksanaan hukuman di atas. Bagi tipe anak yang perasa, adanya hukuman akan memberikan rasa bahwa dirinya sudah dan merasa gagal. Hal ini sangat berbahaya, karena dalam jiwa yang sedang tumbuh dan berkembang akan terganggu jiwanya. Hal ini dapat menimbulkan sikap kurang percaya diri, apatis dan minder. Bagi anak-anak yang bandel dan keras kepala, jika mereka sering dijatuhi hukuman maka mereka akan meremehkan hukuman yang sudah diberikan kepadanya sehingga akan bertambah nakal dan bandel, Bahkan bisa terjadi tidak akan menghormati gurunya lagi. Oleh karena itu, terlebih dahulu anak didik diberikan sebuah peringatan dan nasehat sebagai langkah awal agar tidak melakukan kesalahannya lagi di kemudian hari.

7. Pengertian bimbingan

  Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang agar dapat memahami permasalahan yang ada pada diri sendiri dan lingkungannya. Arti bantuan dalam bimbingan tidak diartikan sebagai bantuan material seperti sumbangan, uang dan lain-lain, melainkan merupakan bantuan yang bersifat menunjang bagi kelangsungan perkembangan pribadi seseorang. Bimbingan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan dan terancang, bukan merupakan kegiatan kebetulan. Pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator di saat proses bimbingan. Sedangan pengertian bimbingan menurut para ahli yakni:

  1. Menurut Menurut Andi Mapiare (1984), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan secara metodis dan demokratis dari seseorang yang memiliki kompetensi memadai dalam menerapkan pendekatan, metode dan teknik layanan kepada individu (murid) agar si terbantu ini lebih memahami diri, menerima diri, mengarahkan diri dan memiliki kemampuan nyata dalam mencapai penyesuaian, membuat pilihan dan memecahkan persoalan-persoalan secara lebih memedai sesuai dengan tingkat perkembangan yang dicapainya. Kesemuanya itu ditujukan untuk mencapai kesejahteraan mental dan kebahagiaan yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

  2. Menurut Rachman Natawijaya (1987), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.

  3. Menurut Sunaryo Kartadinata (1998): bimbingan adalah proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.

  4. Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004), bimbingan merupakan proses pemberian bantuan oleh orang yang ahli kepada beberapa orang atau individu, baik anak anak, remaja, maupun dewasa.

  5. Menurut Djumhur dan Moh. Surya (1975), bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sitematis kepada individu untuk memcahkan masalah yang dihadapinya.

  6. Menurut Bimo Walgito (2005:5), Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

  7. Menurut Sofyan S. Willis (2009:13), Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana dan sistematis, tanpa paksaan melainkan atas kesadaran individu tersebut, sehubungan dengan masalahnya.

  Dari pendapat-pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan oleh pembimbing kepada individu lain yang dilakukan secara berkesinambungan, agar individu itu dapat memahami diri sendiri, mengarahkan diri sendiri, membuat keputusan sendiri dan mempunyai tanggung jawab.

  Sesuai pendapat dari beberapa ahli di atas penulis dapat menyatakan bahwa bimbingan ialah bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan, mengadakan penyesuaian, dan dalam memecahkan masalah. Bimbingan dilakukan di dunia pendidikan untuk memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam menyelesaikan masalahnya yang berada di luar situasi proses belajar mengajar di kelas.

8. Pengertian bimbingan Jasmani

  Kata jasmani atau fisik yang berarti badan atau tubuh. Kata fisik seringkali ketangkasan fisik, kekuatan fisik, kebugaran fisik dan penampilan fisik. Jika kata bimbingan ditambahkan dengan kata fisik, maka membentuk susunan kata atau frase bimbingan fisik atau bimbingan jasmani, yakni sesuatu kegiatan yang menunjukkan proses pemberian bantuan berupa aktivitas-aktivitas fisik yang berguna untuk memelihara dan menjaga kebugaran tubuh manusia.

  Berdasarkan hasil penelitian di SD Kemetul, dapat dikatakan bimbingan jasmani adalah suatu bantuan yang diberikan dengan aktivitas otot yang teratur sehingga akan menghasilkan perubahan individu dari aktivitas tersebut. Bimbingan jasmani menjadi bagian dari proses pendidikan yang dapat memberikan kontribusi melalui pengalaman motorik atau gerak sehingga berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik. Bimbingan jasmani harus dilakukan dengan gerakan yang benar dan teratur agar memiliki makna bagi peserta didik. Bimbingan jasmani di dalam penelitian ini menggunakan aktivitas gerakan yang di adaptasi dari Pendidikan jasmani yang berupa push up, scoot jump, sit up dan lari.

  Bimbingan jasmani memberikan pengalaman langsung kepada siswa dengan cara melakukan berbagai kegiatan fisik supaya memperoleh kemampuan dan keterampilan fisik, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak siswa. Bimbingan jasmani mempunyai kesamaan dengan pendidikan jasmani yang menjadi media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental- emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Sehingga bimbingan jasmani memiliki kesamaan tujuan dengan pendidikan jasmani yang dijabarkan menurut pendapat Nurhasan (2005:6) Pendidikan Jasmani mempunyai tujuan yaitu:

  1. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis agar menjadi lebih baik.

  2. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya untuk memelihara

  3. Meningkatkan keterampilan gerak dasar melalui tindakan bimbingan.

  4. Mengembangkan sikap disiplin, jujur, sportif, bertanggungjawab dan percaya diri.

  5. Menanamkan karakter moral yang positif yang kuat melalui nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap kegiatan fisik atau olah tubuh.

  6. Mengajarkan pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.

9. Hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani

  Hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani di dalam dalam pendidikan merupakan keadaan darurat, bukan merupakan metode yang secara rutin dilakukan. Hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani dapat diterapkan dalam proses kependidikan karena di dalam melakukan hukuman tidak didasarkan atas paksaan atau kekerasan melainkan berdasarkan kehalusan budi untuk mendidik dan melatih ketrampilan motorik dengan tujuan memberikan kebugaran jasmani anak didik yang melakukan pelanggaran tata tertib. Hukuman ini tidak menggunakan pukulan dalam mendidik anak-anak melainkan menggunakan aktivitas fisik yang di adaptasi dari pendidikan jasmani yang berupa push up, scoot jump, sit up dan lari. Hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani ini sangat berbeda dengan hukuman fisik lainya karena dalam pelaksanaannya hukuman fisik ini tidak menggunakan kekerasan atau tidak sama sekali.

  Prinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani yaitu bahwa hukuman ini dilakukan sebagai jalan terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti peserta didik. Tujuan utama dari hukuman ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan- kesalahan yang ia lakukan tanpa melakukan kekerasan dan melukai jiwa siswa. Manfaat hukuman ini dalam dunia pendidikan ditujukan untuk memperoleh perbaikan, pengarahan dan bimbingan supaya anak didik yang melakukan pelanggaran ikut aktif dalam memperbaiki kesalahan mereka sendiri dan

  10. Prinsip-prinsip pemberian hukuman menurut Al Fikri (2002:7) yaitu: a. Kepercayaan terlebih dahulu kemudian hukuman.

  Metode terbaik yang tetap harus diprioritaskan adalah memberikan kepercayaan kepada anak. Memberikan kepercayaan pada anak berarti tidak menyudutkan mereka dengan kesalahannya, tetapi sebaliknya kita yakin mereka tidak berniat melakukan kesalahan tersebut, mereka hanya khilaf atau mendapat pengaruh dari lingkungan luar.

  b. Hukuman sudah disepakati bersama Hukuman harus dimusyawarahkan terlebih dahulu, agar anak didik tidak merasa kaget ketika akan menerima hukuman.

  c. Menghukum tanpa emosi Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh pendidik adalah ketika mereka menghukum anak didik disertai dengan emosi. Bahkan emosi itulah yang menyebabkan timbulnya kemarahan saat menghukum.

  d. Hukuman distandarkan pada perilaku Sebagaimana halnya pemberian hadiah yang harus distandarkan pada perilaku, maka demikian halnya hukuman. Hukuman harus berawal dari penilaian terhadap perilaku siswa, bukan atas dasar siapa „pelakunya‟.

  11. Tahapan pemberian hukuman menurut Ibnu Jama ’ah (2008):

  Ada beberapa tahapan ketika akan memberikan hukuman, mulai dari yang teringan hingga yang terberat.

  Hukuman dapat diberikan dalam empat tahapan yaitu:

  1. Melarang perbuatan itu didepan siswa yang melakukan kesalahan tanpa menyebutkan namanya.

  2. Jika anak tidak menghentikan, guru dapat melarangnya dengan cara memberikan isyarat.

  3. Jika anak tidak juga menghentikannya, guru dapat melarangnya secara tegas.

  4. Jika anak tidak kunjung menghentikannya, guru dapat memberikan hukuman.

B. Tinjauan Tentang Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

  Disiplin merupakan kata yang sudah memasyarakat diberbagai kalangan masyarakat Indonesia. Kita sudah mengenal adanya disiplin lalu lintas, disiplin kerja, disiplin belajar dan istilah disiplin lainnya. Masalah disiplin yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya difokuskan mengenai disiplin waktu, disiplin belajar dan disiplin bertingkah laku. Disiplin adalah suatu sikap kepatuhan untuk menghormati dan taat dalam melaksanakan suatu sistem yang berlaku. Dalam hal ini seseorang diharuskan untuk tunduk kepada perintah dan peraturan yang sudah berlaku. Secara singkat disiplin dapat dikatakan sebagai sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Menurut Thomas Gordon (1996:5) berasal dari bahasa asing, yaitu: dicipline (disiplin) yang artinya tertib atau ketertiban. Disiplin juga memiliki dua arti yang berbeda, yang pertama seperti yang telah disebutkan di atas yaitu disiplin yang bertujuan untuk mengawasi, sedangkan yang kedua disiplin yang berkaitan dengan tindakan mendidik, memberi instruksi dan mengajar.

  Arti disiplin menurut para ahli diantaranya yaitu:

  1. Menurut pendapat Rahman (2012:8): disiplin berasal dari bahasa Inggris yaitu discipline yang mengandung banyak arti antara lain: memperbaiki dengan sanksi, pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral dan kumpulan beberapa

  2. Menurut pendapat W.J.S. Poerwadarminta (1985:245), disiplin adalah: Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib dan peraturan.

  3. Menurut Amatembun (1981:8), disiplin adalah: Suatu keadaan tertib dimana para pengikut itu tunduk dengan senang hati pada ajaran-ajaran pemimpin atau suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.

  4. Menurut pendapat Hurlock (1999:82), disiplin yaitu seorang yang belajar atau secara sukarela mengikuti seorang pemimipin, orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia.

  5. Menurut pendapat Winataputra (1998:10) menjelaskan bahwa disiplin yakni: “(1) disiplin diartikan sebagai tingkat keteraturan yang terdapat pada suatu kelompok, (2) disiplin diartikan sebagai tekhnik yang digunakan oleh guru untuk membangun atau memelihara keteraturan di dalam kelas, (3) disiplin disamakan dengan hukuman (punishment )”.

  6. Menurut pendapat purbawakaca (1997:81), Disiplin adalah proses pengamalan atau pengabdian kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan keagamaan, keinginan atau kepentingan kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai efek yang lebih besar.

  7. Menurut pendapat Oemar Hamalik (1981:210), disiplin yaitu: Mengikuti atau belajar dibawah seorang pemimpin.

  8. Menurut Dewa Ketut Sukardi (1983:41) dalam bukunya Bimbingan dan Konseling mendefinisikan disiplin sebagai berikut: Disiplin memberikan dua arti yang berbeda, tetapi keduanya mempunyai hubungan yang erat. Disiplin dibedakan arti positif dan negatif, arti positif adalah, suatu rentetan aktivitas atau latihan yang berencana yang dianggap perlu atau penting mencapai suatu tujuan tertentu. Arti negatif disiplin adalah hukuman terhadap prilaku yang dianggap tidak diinginkan karena telah melanggar peraturan atau tata tertib.

  9. Menurut Soedijarto (1999:51), disiplin yaitu: Kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan.

  Pendapat beberapa para ahli diatas mengindikasikan bahwa kedisiplinan adalah peraturan atau tata tertib yang terwujud dalam bentuk tertulis maupun yang tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh semua orang yang berada dalam lingkup kedisiplinan. Pada dasarnya semua orang masuk kedalam lingkup kedisiplinan, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan masayarakat dan lingkungan sekolah yang mana disiplin itu sendiri dilaksanakan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Supaya kedisiplinan tersebut berjalan lancar maka dalam hal ini dibutuhkan hukuman dan ganjaran sebagai alat pendukung. Kemudian yang terpenting dalam hal ini adalah seorang siswa harus memiliki sikap disiplin untuk selalu terbiasa patuh dan mempunyai kendali diri yang baik. Sikap disiplin yang timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat lebih tahan lama dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari pihak lain. Seorang siswa yang bertindak disiplin karena ada pengawasan ia akan bertindak semaunya dalam bertingkah laku apabila tidak ada pengawas. Oleh karena itu perlu ditegakkan hukuman di sekolah dasar yang berupa koreksi dan sanksi. Apabila ada siswa melanggar peraturan dapat dikenakan tindakan yaitu koreksi untuk memperbaiki kesalahannya dan berupa sanksi. Keduanya harus dilaksanakan secara konsisten untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan pelanggaran terhadap peraturan yang sudah ada. Hal ini dilakukan karena mengingat banyak orang cenderung berperilaku sesuka hati baik di lingkungan keluarga maupun sekolah. Disiplin perlu diajarkan kepada anak sejak dini oleh orang tuanya. Apabila anak telah mengetahui kegunaan dari disiplin, maka siswa dalam melakukan tindakan disiplin akan timbul dari kesadarannya sendiri, bukan merupakan suatu paksaan dari orang lain. Sehingga siswa akan berlaku tertib dan teratur dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah.

2. Bentuk-bentuk disiplin

  Banyak bentuk-bentuk disiplin yang diterapkan di lingkungan sekolah. Di skripsi ini penulis akan membahas tiga bentuk disiplin yang mempunyai peranan penting bagi peserta didik di sekolah, yaitu : disiplin waktu, disiplin belajar dan disiplin tingkah laku. Disiplin yang ada didalam diri anak didik tidaklah terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi melalui proses, yaitu dengan melakukan suatu kegiatan disiplin secara berulang-ulang sehingga pelaku yang melakukan menjadi terbiasa melakukannya yang nantinya akan menjadi suatu kebiasaan yang baik.

  a. Disiplin Waktu Kedisiplinan yang paling mendasar adalah displin waktu. Sebagai contoh dari disiplin waktu ini dapat ditemukan pada kegiatan sehari-hari, seperti ibadah tepat waktu, berangkat sekolah tepat waktu, pulang sekolah tepat waktu itu dapat membentuk kedisiplinan anak. Kedisiplinan harus dibiasakan dan harus dilatih sejak kecil. Kedisiplinan berangkat sekolah tepat waktu harus dilakukan oleh seorang anak sebagai suatu rasa tanggung jawab pada dirinya, sehingga jika tidak dilakukan tepat waktu maka akan menjadi suatu beban baginya. Dalam penerapan kedisiplinan ada suatu alat yang digunakan agar dapat berjalan disiplin tersebut, alat tersebut adalah hukuman dan ganjaran. Jadi apabila ada seseorang yang melanggar disiplin tersebut akan diberikan sangsi, seperti hukuman.

  Dari kegiatan berangkat sekolah tepat waktu yang pada awalnya dilakukan karena takut akan ada sangsi atau hukuman, tetapi karena sudah terbiasa pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan. b. Disiplin Belajar Pada dasarnya belajar atau menuntut ilmu sangat penting bagi umat manusia. Agar dalam menuntut ilmu dapat berjalan dengan baik, teratur dan terarah, maka disiplin belajar sangat dibutuhkan. Dengan adanya disiplin belajar akan menimbulkan rasa kesadaran diri untuk belajar tanpa ada dorongan dari luar atau tekanan orang lain. Keinginan belajar harus ditumbuhkan dalam diri siswa sehingga jika suatu saat ia tidak melaksanakannya, ia akan merasa rugi karena sudah membuang-buang waktu untuk belajar.

  Belajar menurut Slameto (2003), ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Jadi dengan berdisiplin belajar selain mendapatkan ilmu juga dapat mengubah tingkah laku dan kepribadian menjadi lebih baik sehingga akan lebih siap di dalam bermasyarakat di lingkungannya. Lembaga pendidikan tingkat sekolah dasar akan menjadi patokan terselenggaranya disiplin belajar secara intensif karena segala aktivitas disekolah selalu diawasi sehingga jika ada yang melanggar disiplin akan diberikan sangsi.

  c. Disiplin Bertingkah Laku Yang dimaksud disiplin bertingkah laku disini adalah disiplin dalam bersikap, dalam perkataan maupun perbuatan di sekolah maupun di luar sekolah.

3. Tujuan Disiplin

  Di dalam kehidupan kita sebagai manusia harus menciptakan kedisiplinan agar hidup yang kita jalani menjadi teratur sehingga tidak akan muncul kesulitan dan kekacauan. Adapun pendapat para ahli mengenai tujuan daripada disiplin ini antara lain adalah: Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to

  students complying with a code of behavior often known as the school rules ”. tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar atau kerja.

  Menurut Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah: a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

  b. Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar.

  c. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.

  d. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

  Selain itu disiplin juga bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan pendidikan berkualitas maka bangsa Indonesia akan siap untuk memasuki dunia globalisasi. Sumber daya manusia indonesia akan siap untuk bersaing dan mengarumkan negara dengan prestasi-prestasi ilmu pengetahuan maupun teknologi. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kita membutuhkan startegi yang tepat disertai perubahan sikap-sikap yang salah satunya adalah dengan disiplin.

  Dengan disiplin yang tinggi, maka keefektifan dalam pembelajaran akan meningkat. Tidak ada ketertinggalan maupun membuang waktu dalam belajar.

4. Manfaat Disiplin Belajar

  manfaat disiplin belajar menurut Yusuf (2006:110) yaitu: (1) Agar siswa mampu mendisiplinkan dirinya dan mampu mengendalikan diri sendiri tanpa di kontrol guru, (2) sebagaimana disiplin belajar di akui oleh para pakar sebagai titi berhasil atau tidak susatu sekolah tergantung dari penarapan displin di sekolah tersbut, (3) Meningkatkantkan ketaataan siswa terhadap aturan dan (4) Membiasakan siswa untuk mentaati aturan.

  

C. Pengaruh Hukuman Dalam Bentuk Bimbingan Jasmani Terhadap

Peningkatan Kedisiplinan Belajar Siswa

  Hukuman diberikan agar anak mentaati tata tertib sekolah. Menghukum bukan berarti membuat orang menderita secara jasmani atau rohani, menghukum berarti menegakkan peraturan yang hendak dilanggar oleh pelanggar. Hukuman digunakan apabila memang sudah tidak ada upaya lain untuk mengatasi suatu masalah, yaitu terjadinya pelanggaran yang melanggar tata tertib di lingkungan sekolah.

  Kedisiplinan merupakan sikap ketaatan yang ada pada diri siswa untuk menjaga dan mematuhi peraturan yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat sebagai berikut: “Disiplin berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan dan larangan”. Kepatuhan di sini bukan hanya patuh karena adanya paksaan dari pihak lain, melainkan kepatuhan yang timbul secara sadar diyakini di dalam diri siswa bahwa pentingnya perintah dan larangan yang diberlakukan di sekolah dasar.

  Hukuman yang berupa tindakan fisik seperti pemukulan sering kali menuai protes dari siswa sendiri maupun dari pihak orang tua, sehingga sering ada seorang guru yang dikasuskan ke ranah hukum. Hukuman yang diberikan berupa pukulan bukan tanpa alasan, hal ini sampai dilakukan karena sikap siswa yang sudah keterlaluan dalam melanggar peraturan sekolah dan sudah tidak ada cara lain lagi untuk mengatasi sikap tersebut.

  Pemberian variasi hukuman harus dilakukan oleh guru kepada siswa yang melanggar peraturan. Hal ini dilakukan agar siswa tidak terbiasa dengan hukuman yang sudah diberikan kepada mereka. Karena apabila mereka terbiasa dengan hukuman tersebut, maka tidak akan ada rasa jera di dalam diri siswa yang sebenarnya harus ada efek jera. Siswa akan terbiasa karena intensitas hukuman yang sering dilakukan menyebabkan mereka merasa hukuman yang diberikan sangat ringan. Oleh karena itu dalam pemberian hukuman harus ada variasi- variasi hukuman.

  Pada skripsi ini penulis mendeskripsikan adanya variasi hukuman yang dapat diberikan oleh guru kepada anak didik yang sering melanggar peraturan, variasi hukuman tersebut adalah hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani. Hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani adalah hukuman yang diadaptasi dari pendidikan jasmani berupa Squat jump, push up, sit up dan lari. Pada dasarnya hukuman memang diberikan supaya ada efek jera dan tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama dalam melanggar peraturan, namun di sini ketika hukuman diberikan dalam bentuk bimbingan jasmani akan ada manfaat yang diberikan kepada anak didik dengan adanya kebugaran jasmani dan kesegaran psikis mental sehingga anak didik dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik karena kondisi tubuh yang semakin sehat dan segar.

  Dengan demikian perilaku disiplin perlu ditanamkan dan dimiliki oleh siswa sekolah dengan maksud menjadikan siswa memiliki pribadi yang matang dan mental yang kuat. Menjadikan siswa menjadi anak yang mandiri tanpa tergantung kepada orang lain dan siap terjun kedalam kehidupan bermasyarakat. Hal yang menjadi sasaran disiplin yaitu disiplin waktu, disiplin terhadap tata tertib peraturan di sekolah, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan belajar di rumah.

  Pengaruh hukuman terhadap kedisiplinan siswa yaitu dengan diterapkannya hukuman di sekolah, maka kedisiplinan siswa yang ada kaitannya dengan peraturan dan tata tertib sekolah akan dipatuhi oleh siswa. Adapun pengaruh hukuman terhadap kedisiplinan siswa yang ada kaitannya dengan disiplin waktu yaitu: dengan adanya hukuman di sekolah berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa dalam keluar masuk kelas dan berangkat ke sekolah tepat waktu. Sedangkan pengaruh hukuman terhadap kedisiplinan belajar siswa yang ada kaitannya dengan prosedur kerja. Hukuman akan diberikan kepada siswa yang melanggar perintah guru, misalnya siswa akan selalu mengerjakan semua yang diperintahkan oleh guru dalam hal ini siswa akan selalu mengerjakan tugas-tugas di sekolah, mengerjakan PR dan kesiapan mengikuti kegiatan belajar di kelas. Sesuai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh hukuman dalam menghindarkan siswa melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib sekolah serta menghentikan siswa dari tingkah laku yang sifatnya negatif yang tidak sesuai dengan norma dan tata tertib di sekolah. Selain itu juga hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani juga memberikan manfaat kepada anak didik seperti kesegaran jasmani yang berguna dalam meningkatkan kecerdasan dan kesiapan menerima pelajaran di kelas.

D. Penelitian Yang Relevan

  Berikut ini dikemukakan penelitian yang relevan dengan membahas permasalahan yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu Muhammad Ilham dengan judul Kekerasan Guru Terhadap Siswa. Mahasiswa program studi Sosisologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya. Penelitian tersebut membahas secara luas sejauhmana peranan hukuman dalam peningkatan kedisiplinan siswa di SMP Sunan Giri Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. Penelitian tersebut merupakan penelitian Deskriptif menggunakan teknik analisa kualitatif, dengan maksud untuk memperoleh gambaran bentuk kekerasan yang diberikan oleh Guru kepada peserta didik.

  Penelitian ini akan membahas bagaimana pengaruh hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani untuk meningkatkan kedisiplinan siswa kelas V di SD Negeri Kemetul Kecamatan Susukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan teknik analisa kualitatif.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perhitungan Satuan Biaya Pendidikan di SMA Negeri Kota Salatiga

0 0 17

SMA N 1 2 3 Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Pengantar

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Use of Audio-Visual Aids in Enhancing Students’ Speaking Motivation in EFL Speaking Classes

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Vocabulary Teaching Techniques Used by English Teachers to Teach Seventh Grade Students at SMPN 6 Salatiga

0 1 75

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Attributions on Students’ Speaking Fluency Problems in An EFL Speaking Classroom

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: EFL Teacher’s Strategies in Accommodating Students’ Needs with Various Learning Styles

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tongkonan Sangulele sebagai Solidaritas Kekristenan Tana Toraja

0 1 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Smailing Tour Bali dalam Memasarkan Pariwisata Bali untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Bali

0 1 18

PERUBAHAN POLA KOMUNIKASI JEMAAT GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) DITINJAU DARI PERSPEKTIF INTERAKSI SOSIAL Oleh: Berma Arpinando Sembiring 712013099 TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perubahan Pola Komunikasi J

0 0 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Hukuman dalam Bentuk Bimbingan Jasmani terhadap Peningkatan Kedisiplinan Siswa Kelas V di SD N Kemetul

0 0 11