BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menarche 1. Pengertian - Hubungan Obesitas terhadap Usia Menarche pada Siswi Kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menarche 1. Pengertian Menarche adalah haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khas

  kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Mitayani & Sartika, 2010, hlm. 75). Biasanya menarche rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun. Namun dalam dasawarsa terakhir ini, usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda (Wiknjosastro, 2008, hlm. 92).

2. Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche

  Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia menarche yang diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen, yaitu status sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan keterpaparan terhadap media massa orang dewasa (Ginarhayu, 2002). Sedangkan menurut Sanjatmiko (2004) tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga, lingkungan pendidikan formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi. Dalam lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non formal. Sedangkan dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi serta sosialisasi dalam lingkungan peer group merupakan faktor-faktor yang mendukung ke arah percepatan usia menarche pada remaja (Anonim, 2009, ¶ 12).

  3. Patofisiologi

  Secara sederhana, diawali dari produksi GnRH yang berlebihan yang menyebabkan kelenjar pituitary meningkatkan produksi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Peningkatan jumlah LH menstimulasi produksi hormon seks steroid oleh sel granul pada ovarium. Peningkatan kadar esterogen menyebabkan fisik berubah dan mengalami perkembangan dini meliputi pembesaran payudara serta mendorong pertumbuhan badan. Peningkatan kadar FSH mengakibatkan pengaktifan kelenjar gonad dan akhirnya membantu pematangan folikel pada ovarium (Pramesemara, 2009, ¶ 7).

  4. Reaksi Remaja Wanita terhadap Menarche Tidak semua individu mampu menerima perubahan fisiologis semasa remaja.

  Para ahli psikologi perkembangan seperti Berk (1993), Turner dan Helms (1995), Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa (1991 dalam Dariyo 2004, hlm.

  21) secara umum mengungkapkan dua jenis reaksi remaja wanita terhadap datangnya haid pertama (menarche), yaitu sebagai berikut: a.

  Reaksi negatif, yaitu suatu pandangan yang kurang baik dari seorang remaja wanita ketika dirinya memandang terhadap munculnya menstruasi. Ketika muncul menstruasi pertama, seorang individu akan merasakan adanya keluhan-keluhan fisiologis (sakit kepala, sakit pinggang, mual-mual, muntah) maupun kondisi psikologis yang tidak stabil (bingung, sedih, stres, cemas, mudah tersinggung, marah dan emosional). Hal ini kemungkinan karena ketidaktahuan remaja tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada awal kehidupan seorang remaja wanita, maka menstruasi dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak baik. Oleh karena itu, peran orang tua maupun guru di sekolah agar bersedia memberi informasi yang benar tentang kondisi perubahan masa-masa remaja agar dapat mengurangi sikap yang membingungkan bagi remaja.

  b.

  Reaksi positif, ialah individu yang mampu memahami, menghargai dan menerima adanya menstruasi pertama sebagai tanda kedewasaan seorang wanita. Sikap yang positif akan menjadi salah satu tolok ukur kedewasaan seseorang (the maturity of

  personality ). Umumnya mereka yang dewasa ditanda dengan konsep diri (self- concept ) yang positif, yakni memiliki kemampuan untuk melihat gambaran diri

  mengenai kelebihan dan kekurangan diri sendiri, artinya mereka mampu untuk mengevaluasi diri (self-awareness). Dari kemampuan tersebut akan menumbuhkan perasaan untuk dapat menghargai diri sendiri (self-esteem), yang akhirnya akan membentuk rasa percaya diri (self-confidence). Orang yang percaya diri akan memiliki rasa optimis dan penuh harapan terhadap masa depannya.

5. Resiko Menarche Dini

  Beberapa laporan penelitian menunjukkan, menarche dini memiliki resiko lebih besar terhadap munculnya kanker pada wanita. Hal ini dipertegas oleh Dr. Marion Kavanaugh Lynch, direktur Breast Cancer Research Program di Amerika yang mengatakan bila terjadi haid pertama sebelum usia 12 tahun, risiko kanker payudara meningkat 50% dibanding dengan usia 16 tahun. Selain itu, karena hormon seksualnya lebih cepat berkembang, secara fisik mereka juga menjadi lebih cepat dewasa. Sayangnya, perkembangan tersebut tidak diiringi oleh perkembangan mental. Akibatnya anak-anak yang mengalami menarche dini juga lebih berisiko mengalami gangguan psikologis dan perilaku. Menurut Dr. Amarullah Siregar, ahli naturopati dari Klinik Bio-RX, Jakarta, menarche dini juga menyebabkan produksi hormon kortisol meningkat secara tajam. Padahal, kortisol merupakan ‘hormon kematian’. Jika kadarnya terlalu tinggi, sel-sel di dalam tubuh akan lebih cepat mati dan terjadilah proses penuaan dini (aging). Hormon dehidroepiandrosterone (DHEA) yang bertugas mengatur sistem metabolisme dan fungsi kerja hormon seperti estrogen, progesteron, testosteron, serta kortisol, juga menjadi lebih cepat ‘lelah’. Kelelahan ini membuat proses metabolisme di dalam tubuh jadi terganggu. Akibatnya, anak-anak yang mengalami menarche dini juga lebih berisiko mengalami metabolic syndrome (Pratitasari, 2011, ¶ 4-7).

B. Obesitas

  1. Pengertian

  Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak secara berlebihan akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan pemakaian energi (Hidajat, Hidayati & Irawan, 2011, ¶ 1).

  Istilah obesitas dengan over weight berbeda. Secara definitif, obesitas mengacu pada kelebihan berat badan yang melebihi antara 10% - 20% dari berat normalnya, sedangkan over weight melebihi 20% dari berat normalnya (Sarafino, 1994 dalam Dariyo, 2004, hal. 24).

  2. Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Obesitas pada Anak

  Menurut Misnadiarly (2007, hlm. 118), banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya kelebihan berat badan/ obesitas pada anak, antara lain: a.

  Pola Makan Mengkonsumsi makanan berkalori tinggi seperti makan cepat saji, makanan yang dibakar dn kudapan memiliki andil dalam peningkatan berat badan.

  Makanan tinggi lemak biasanya tinggi kalori. Minuman bersoda, kudapan, permen dan makanan penutup dapat juga menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan. Makanan dan minuman seperti ini biasanya memiliki kandungan kalori dan gula atau garam yang tinggi.

  b.

  Jarang bergerak Anak-anak yang jarang bergerak akan lebih mudah mengalami kenaikan berat badan karena mereka tidak membakar kalori melalui aktifitas fisik. Aktivitas untuk mengisi waktu luang yang tidak membuat mereka banyak bergerak seperti menonton televisi atau bermain video game, memiliki andil terjadinya masalah ini.

  c.

  Faktor genetik Bila anak berasal dari sebuah keluarga yang rata-rata anggotanya mengalami kegemukan, dia mungkin secara genetik akan mengalami kelebihan berat badan, terutama bila berada dalam lingkungan di mana makanan tinggi kalori selalu tersedia dan aktivitas fisik jarang dilakukan.

  d. Faktor psikologis Ada sebagian anak-anak yang makan terlalu banyak sebagai pelampiasan bila ada masalah, terutama masalah emosi seperti stres atau kebosanan. Orang tua dari anak-anak seperti ini biasanya akan memiliki kecenderungan yang sama.

  d.

  Faktor keluarga/ sosial Biasanya anak-anak tidak belanja untuk keperluan keluarga sehari-hari.

  Memang betul, orang tua yang bertanggung jawab menyediakan makanan sehat di dapurdan meninggalkan makanan yang tidak sehat di dalam lemari. Kita tidak bisa menyalahkan anak-anak bila mereka tertarik pada gula-gula, makanan asin dan makanan berlemak. Lagipula rasa makanan tersebut biasanya memang enak.

  Tetapi kita dapat mengendalikan akses yang dimiliki anak-anak pada makanan seperti ini, terutama di rumah.

3. Gejala Klinis

  Menurut Hidajat, Hidayati & Irawan (2011, ¶ 3), berdasarkan distribusi jaringan lemak, gejala klinis obesitas dibedakan menjadi: a.

  Apple shape body (distribusi jaringan lemak lebih banyak di bagian dada dan pinggang).

  b.

   Pear shape body/ gynecoid (distribusi jaringan lemak lebih banyak di bagian pinggul dan paha).

  Secara klinis mudah dikenali karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain : 1) Wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap. 2) Leher relatif pendek. 3) Dada membusung dengan payudara membesar. 4) Perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen. 5) Pubertas dini. 6)

  Genu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi kulit.

4. Pemeriksaan dan Diagnosis

  Sebagai bagian dari perawatan anak sehat, dokter akan menghitung Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index). Menurut Astuti (2011), cara untuk menentukan berat badan ideal salah satunya dengan menghitung indeks massa tubuh.

  Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh adalah sebagai berikut:

            Berat badan (kg)

  Indeks massa tubuh = Tinggi badan ² (m) Interpretasi hasil penghitungan IMT menurut Depkes (2002 dalam Astuti, 2011) adalah:

  IMT < 17,0 : kurus (kekurangan berat badan tingkat berat)

  IMT 17,0 – 18,5 : kurus (kekurangan berat badan tingkat sedang)

  IMT 18,5 – 25,0 : normal

  IMT 25,0 – 27,0 : gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)

  IMT > 27,0 : gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat) 5.

   Komplikasi

  Anak yang kelebihan berat badan dapat menderita masalah kesehatan yang cukup serius seperti diabetes dan penyakit jantung dan sering kali juga membawa kondisi ini sampai ke masa dewasanya. Menurut Misnadiarly (2007, hlm. 124), anak yang kelebihan berat badan memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita: a.

  Diabetes tipe 2, resisten terhadap insulin.

  b.

  Sindrom metabolisme: kegemukan terutama di daerah perut, kadar lemak yang tinggi, takanan darah tinggi, resistensi terhadap insulin, rentan terhadap terbentuknya sumbatan pembuluh darah dan rentan terhadap proses paradangan.

  c.

  Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan tingkat blood lipid yang abnormal.

  d.

  Asma dan masalah saluran pernapasan lainnya (misalnya napas pendek yang dapat membuat olah raga, senam atau aktivitas fisik lainnya sulit dilakukan).

  e.

  Masalah tidur.

  f.

  Penyakit liver dan kantong empedu.

  g.

  Pubertas dini: anak yang kelebihan berat badan dapat tumbuh lebih tinggi dan secara seksual lebih matang dari anak-anak sebaya, membuat orang-orang berharap mereka dapat berlaku sesuai dengan ukuran tubuh mereka, bukan sesuai dengan usia mereka; gadis-gadis yang mengalami kelebihan berat badan sering kali menglami siklus menstruasi tidak teratur dan menghadapi masalah fertilitas pada usia dewasanya.

  h.

  Masalah makan. i.

  Infeksi kulit. j.

  Masalah pada tulang dan persendian.

6. Penatalaksanaan Obesitas

  Anak-anak tidak seperti orang dewasa. Mereka membutuhkan nutrisi dan kalori untuk perkembangan dan pertumbuhan mereka. Meskipun demikian, berat badan merupakan keseimbangan antara kalori yang masuk dengan kalori yang dibuang (Misnadiarly, 2007, hlm.127).

  Penurunan berat badan biasanya direkomendasikan untuk anak-anak usia di atas 7 tahun atau untuk anak-anak dengan usia yang lebih muda yang memiliki masalah kesehatan. Penurunan berat badan harus dilakukan secara teratur dan sedikit demi sedikit. Biasanya dengan kisaran antara 1 pound (0,45 kg) dalam seminggu sampai dengan 1 pound dalam sebulan, tergantung kondisi anak (Misnadiarly, 2007, hlm. 129).

  Metode-metode yang dilakukan untuk menjaga berat badan atau menurunkan berat badan menurut (Misnadiarly, 2007, hlm. 129) adalah sebagai berikut: a.

  Makan dengan pola makan yang sehat Pilihlah buah dan sayuran dibandingkan makanan cepat saji. Batasi pembelian minuman yang manis, termasuk juga minuman yang memiliki rasa buah karena minuman seperti ini hanya memberikan sedikit nutrisi dan batasi kebiasaan makan di luar rumah terutama di restoran cepat saji. b.

  Meningkatkan aktivitas fisik Satu komponen yang sangat penting dalam penurunan berat badan terutama pada anak-anak adalah aktivitas fisik. Kegiatan seperti ini tidak hanya membakar kalori, tetapi juga dapat memperkuat tulang dan otot serta membantu anak-anak tidur nyenyak di malam hari dan terjaga di siang hari.

  Kebiasaan seperti ini yang dibangun sejak masa kanak-kanak akan membantu mereka menjaga berat badan pada kisaran yang sehat pada masa dewasanya.

  Meskipun mereka mengalami pertumbuhan yang pesat, perubahan hormon dan mengalami perubahan sosial yang sering kali menyebabkan mereka terlalu banyak makan dan anak-anak yang aktif akan cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat.

  c.

  Buat sebagai komitmen keluarga Anak-anak tidak dapat mengubah sendiri pola makan dan juga aktivitas mereka. Mereka membutuhkan dukungan dan dorongan dari keluarga dan pengasuh mereka. Untuk meningkatkan tingkat kesuksesan anak, buat komitmen untuk melakukan kebiasaan sehat dalam kelurga yaitu harus tetap mengikuti pola yang sudah ditentukan. Fokus pada program perubahan pola makan dan aktivitas untuk jangka panjang. Jangan gunakan pola diet yang sudah ditentukan atau pola diet yang sedang trend yang bertujuan mengurangi berat badan secara cepat. Tujuan yang harus dicapai adalah pola makan sehat dan perubahan gaya hidup, bukan jumlah kilogram yang sudah bisa dihilangkan.

  d.

  Pembedahan Karena faktor resiko dan adanya kemungkinan terjadinya komplikasi jangka panjang, operasi untuk mengurangi berat badan jarang sekali dilakukan pada remaja. Efek dilakukannya pembedahan pada tubuh remaja yang sedang berkembang secara garis besar memang belum diketahui. Meskipun demikian, pada kasus dimana berat badan anak sangat berlebihan dan manimbulkan lebih banyak ancaman pada kesehatannya dibandingkan resiko potensial dilakukannya pembedahan, dokter mungkin akan mempertimbangkan dilakukannya pembedahan untuk mengurangi barat badan sebagai suatu pilihan.

  Meskipun demikian, pembedahan bukan jawaban termudah untuk menghilangkan masalah kelebihan berat badan. Pembedahan tidak menjamin anak kehilangan semua kelebihan beratnya atau anak dapat menjaga agar tubuhnya tidak kelebihan berat badan untuk jangka waktu yang lama. Pembedahan juga tidak menggantikan kebutuhan pola makan yang sehat dan program aktivitas fisik yang harus dilakukan secara reguler.

  e.

  Penggunaan obat-obatan Ada dua jenis obat untuk mengurangi berat badan yang dapat digunakan oleh para remaja, yaitu:

  1) Sibutramine

  Obat penurun berat badan ini sudah disetujui untuk digunakan oleh remaja usia di atas 16 tahun. Berfungsi mengubah susunan kimiawi di otak sehingga membuat tubuh merasa lebih cepat kenyang. 2)

  Orlistat Obat penurun berat badan ini sudah disetujui untuk digunakan remaja usia di atas 12 tahun. Berfungsi mencegah penyerapan lemak di dalam usus. Meskipun ada, obat-obatan seperti itu jarang sekali digunakan untuk remaja. Resiko penggunaan obat-obatan seperti dalam jangka panjang masih tidak diketahui dan efek yang ditimbulkannya pada pengurangan berat badan dan untuk menjaga berat badan pada anak-anak usia remaja masih dipertanyakan.

  Sekali lagi, obat untuk mengurangi berat badan tidak menggantikan kebutuhan akan pola makan yang sehat dan program aktivitas fisik yang harus dilakukan secara reguler.

7. Tips Pencegahan Kegemukan pada Anak

  Untuk mencegah terjadinya kegemukan pada anak, ada tips yang bisa dilakukan menurut Fiasry (2011, ¶ 14), antara lain: a.

  Menyediakan makan pagi Jangan pernah melewatkan makan pagi karena beberapa penelitian mengatakan bahwa anak yang menyantap makan pagi dapat lebih berkonsentrasi pada pagi hari. Ada juga yg mengatakan bahwa BMI nya lebih rendah dibandingan anak yang tidak menyantap makan pagi.

  b.

  Seimbangkan makanan antara Karbohidrat dan Protein.

  Protein membantu menstabilkan kadar gula darah, memperlambat pencernaan dan memberi efek kenyang untuk waktu yg lama.

  c.

  Hindari kalori dalam bentuk cairan (kecuali susu skim, susu 1% rendah lemak dan susu kedelai). Jangan memberi anak anda jus buah atau sayur yang mengandung gula, karena kalori dalam bentuk cairan lebih mudah dicerna tanpa memberi rasa kenyang.

  d.

  Kenyangkan dengan serat.

  Serat yang tidak mudah dipecah membutuhkan waktu lebih lama untuk dikunyah dan memberikan volume pada makanan itu sendiri tanpa menambah kalori.

  Sedangkan serat yang mudah dipecah akan menstabilkan gula darah dan memberi efek tidak mudah lapar.

  e.

  Sediakan sayuran dan buah setiap saat. f.

  Buatlah waktu makan yang menyenangkan dan batasi melihat TV sambil makan.

C. Hubungan Obesitas dengan Usia Menarche

  Pubertas adalah proses yang kompleks di mana anak-anak mengembangkan karakteristik seksual sekunder dan kompetensi reproduksi. Pubertas yang normal dimulai terpusat, dengan fungsi gonad didorong oleh GnRH meningkat dan sekresi gonadotropin. Diantara faktor-faktor lain, status gizi yang memadai tampaknya diperlukan untuk inisiasi pusat pubertas ((Solorzano & Mc Cartney, 2010, ¶ 2).

  Faktor kunci terjadinya pubertas adalah massa tubuh. Menarche terjadi relatif ajeg saat anak perempuan mencapai berat tubuh tertentu. Berat badan sekitar 103 – 109 pon dapat mencetuskan menarche dan akhir dari lonjakan pertumbuhan pubertas. Agar menarche dapat dimulai dan berlanjut, 17% berat badan remaja harus terdiri dari lemak.

  Remaja yang mengalami anoreksia yang bobotnya menurun drastis dan atlet putri pada olahraga tertentu (seperti senam) dapat mengalami amenorrhe (Santrock, 2003, hlm.

  87).

  Obesitas pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan tanda-tanda awal pubertas pada anak perempuan. Masih belum jelas apakah pubertas dini pada anak perempuan obesitas berhubungan dengan aktivasi pusat sumbu gonadotropin (Solorzano & Mc Cartney, 2010, ¶ 45).

  Namun beberapa studi telah menemukan hubungan antara indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan masa awal pubertas pada anak perempuan. Kelebihan lemak tubuh mengubah kadar hormon insulin, leptin dan estrogen. Dan faktor-faktor ini diyakini bertanggung jawab untuk percepatan waktu pubertas dengan obesitas. Juga, aktivitas fisik dapat menurunkan tingkat melatonin yang juga dapat mempengaruhi sinyal di otak yang memicu perkembangan pubertas (Fuhrman, 2011, ¶ 4).

  Seorang peneliti bernama Aviva Must yang merupakan seorang assisten professor

  

Public Health and Family Medicine, University School of Medicine di Boston

  mengatakan bahwa suatu hormon dari sel lemak pada anak-anak yang obesitas yang disebut dengan leptin diduga merupakan suatu mekanisme yang menyebabkan menarche dini terjadi (Mundell, 2005, ¶ 5).

  Leptin adalah produk protein dari gen (ob) obesitas. Hormon ini disekresikan sebagai hormon utama dari jaringan adiposa putih dan berfungsi sebagai sinyal untuk otak menyimpan energi tubuh (Shalitin, S. & Philip M., 2003, ¶ 7).

  Secara fisiologis, lemak dipecah menjadi asam lemak dan gliserol (Nurachmah, 2001, dalam Sunarto, 2009). Gliserol larut dalam air sehingga mudah diserap. Di dalam dinding usus, asam lemak disintesa menjadi lemak kembali dan butir-butir lemak sebagai chylomicron dialirkan melalui kapiler lymphe ke dalam ductus thoracicus dan masuk ke dalam aliran darah di dalam angulus venosus. Chylomicron dialirkan oleh darah, dibawa ke hati dan sebagian diambil oleh sel-sel untuk mengalami metabolisme lebih lanjut. Sedangkan yang tidak diambil oleh sel hati terus mengalir di dalam saluran darah untuk kemudian diambil oleh sel-sel di dalam jaringan terutama sel-sel lemak di tempat penimbunan.

  Di dalam sel jaringan, lemak mengalami hydrolisa untuk menghasilkan energi. Gliserol masuk ke dalam jalur Embden-Meyerhof dari metabolisme karbohidrat dan asam lemak dipecah, setiap kali melepaskan satuan yang terdiri atas dua karbon yaitu

  

acetyl-coa. Acetyl Co-A merupakan bahan bakar yang masuk ke dalam siklus krebs

  untuk dioksidasi menjadi CO2 dan H2O sambil menghasilkan ATP. Acetyl Co-A ini juga merupakan bahan untuk biosintesis kolesterol yang berpengaruh pada sekresi hormon-hormon, termasuk leptin (Sediaoetama, 2000, dalam Sunarto, 2009).

  Kebutuhan lemak sangat diperlukan untuk cadangan energi. Bila pola makan berlebihan memacu tubuh tidak mampu memecah lemak yang berakibat penumpukan. Akibatnya semakin banyak kolesterol yang dihasilkan sehingga semakin tinggi pula kadar leptin yang disekresikan dalam darah. Leptin memicu pengeluaran Gonadotropin

  

Releazing Hormone (GnRH) dan selanjutnya memicu pengeluaran Follicle Stimulating

  (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) di ovarium sehingga terjadi

  Hormone

  pematangan folikel dan pembentukan estrogen. Pada anak-anak dengan kelebihan berat badan akan terjadi peningkatan sekresi leptin. Makin tinggi kadar leptin, makin cepat terjadi menarche (Badziad, 2003, dalam Sunarto, 2009).

D. Kerangka Teori Variabel Independen

  Hormon leptin

  Obesitas

  GnRH ‐ Pola makan

  FSH LH ‐ Jarang bergerak ‐ Masalah genetik ‐ Faktor psikologis ‐ Faktor keluarga/ sosial

  Menarche Variabel Dependen

  

Skema 1. Kerangka Teori