PERSEPSI GURU PENJASORKES SMAMA KOTA PONTIANAK TERHADAP KTSP 2006 DAN KURIKULUM 2013

PERSEPSI GURU PENJASORKES SMA/MA KOTA PONTIANAK TERHADAP KTSP 2006 DAN KURIKULUM 2013 Beadryx Otte Fallo, Victor Simanjuntak, Eka Supritna

  Program Studi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan FKIP Untan Pontianak

  Email : otte.cs678@gmail.com

  Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru Penjasorkes

  SMA/MA Kota pontianak yaitu SMAN 2, 6, 7, dan 8, SMA Muhammadiyah 1, Madrasah Aliyah Mujahidin, SMA Katolik Santu Petrus dan SMA Kristen Immanuel terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian survei.

  Sampel dalam penelitian ini berjumlah 14 orang guru. Berdasarkan analisis data yang dilakukan diperoleh hasil persepsi guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak memilih Kurikulun 2013 sebanyak 66,57% dan yang memilih KTSP 2006 sebanyak 33,43%. Dapat disimpulkan bahwa persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 lebih baik dibandingkan persepsi guru terhadap KTSP 2006, karena Kurikulum 2013 lebih jelas dan rinci serta efektif meningkatkan hasil belajar siswa dan menjadikan guru lebih berkompeten dibidangnya.

  Kata Kunci: Persepsi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, Kurikulum 2013 Abstract: The purpose of this study is to find out the Penjasorkes teache

  rs’ perception of SMA/MA in Pontianak which are SMAN 2, SMAN 6, SMAN 7, SMAN 8, SMA Muhammadiyah 1, Madrasah Aliyah Mujahidin, SMA Katolik Santu Petrus and SMA Kristen Immanuel toward KTSP 2006 and curriculum of 2013. The method used is descriptive method in the form of survey research. The sample of this research about 14 teachers. Based on the result of Penjasorkes teachers’ perception of SMA / MA in Pontianak that choose curriculum of 2013 as many as 66.57% and choose KTSP 2006 as many as 33.43%. We can conclude that the teachers

  ’ perception toward curriculum of 2013 better than the teachers’ perception toward KTSP 2006, because curriculum of 2013 is clear and detailed, and effectively improve students learning outcomes and make the teachers more competent in their field.

  

Keywords: Perception, Education Unit Level Curriculum 2006, Curriculum 2013 ingga saat ini kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian yang dikelompokkan menjadi lima: yakni Kurikulum Rencana Pelajaran,

H

  Kurikulum berorientasi pada tujuan, Kurikulum Berbasis Kompetensi, kurikulum yang saat ini sedang diterapkan yaitu KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. KTSP 2006 merupakan kurikulum yang berpola desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan, guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah masing-masing. Artinya, kurikulum ini menekankan pada penyediaan materi atau bahan ajar oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi lingkungan sekolah, selanjutnya akan dikembangkan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa. Sedangkan Kurikulum 2013 menekankan pada pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kesiapan guru sangat penting dalam pelaksanaan kurikulum ini karena berdampak pada motivasi peserta didik untuk melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran. Artinya guru memberikan garis besar materi pembelajaran, selanjutnya akan dikembangkan siswa dan menjadi sumber interaksi aktif antara guru dan siswa. Dalam penerapannya, KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing yang dipengaruhi oleh kemampuan guru dan kemampuan dasar siswa, lingkungan sekitar, serta kelengkapan sarana dan prasarana.

  Persepsi Menurut Poerwadarminta (2003: 880) “adalah proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya”. Adapun persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pandangan yang diberikan oleh guru

  Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013.

Menurut Mulyasa (2009: 5) “KTSP 2006 adalah sebuah model pengembangan kurikulum berbasis sekolah yan g menuntut kemandirian guru”

  Kemandirian yang dimaksud adalah kemandirian dalam hal mengembangkan pembelajaran untuk membentuk kompetensi siswa dan membangun hubungan yang baik dengan masyarakat dan lingkungan. Tujuan diterapkannya KTSP 2006 adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan. Menurut Sanjaya (2009: 130-131), karakteristik KTSP 2006 adalah sebagai berikut: (a) Dilihat dari disainnya, adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, (b) Kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu, (c) Kurikulum yang dikembangkan oleh daerah sesuai dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan daerah tersebut, dan (d) Merupakan kurikulum teknologis, yaitu adanya standar kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada indikator hasil belajar.

  Menurut Fadlillah (2014: 16) “Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft

  skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan”.

  Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia untuk menjadi manusia yang produktif, kreatif, inovatif dan efektif melalui proses belajar yang holistik dan menyenangkan agar tercapainya kompetensi seimbang antara sikap, pengetahuan dan keterampilan. Menurut Kurinasih dan Berlin Sani (2014: 22) “ciri yang paling mendasar pada Kurikulum 2013 adalah: (a) Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak- banyaknya karena siswa zaman sekaran mudah mencari informasi dengan bebas melalui media teknologi dan informasi sehingga guru lebih siap dalam proses pembelajaran, (b) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun berpikir kritis, (c) Bertujuan membentuk generasi yang produktif, kreatif, inovatif dan aktif, dan (d) Pelajaran IPA dan IPS yang diajarkan menyatu dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

  Menurut Standar Nasional Pendidikan yang terkandung di dalam masing- masing kurikulum, terdapat empat perubahan pada Kurikulum 2013 yaitu standar isi, standar kompetensi lulusan, standar Proses dan standar penilaian. Memurut Kurinasih dan Berlin Sani (2014: 45-46), perbedaan KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

  Tabel 1 Perbedaan KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 No Kurikulum 2013 No Kurikulum 2013 KTSP 2006 KTSP 2006

  SKL (Standar Kompetensi Lulusan) Standar Isi ditentukan terlebih ditentukan terlebih dahulu, melalui dahulu melaui Permendiknas No 22 Permendikbud No 54 Tahun 2013. Tahun 2006. Setelah itu ditentukan Setelah itu baru ditentukan Standar SKL (Standar Kompetensi Lulusan)

  1 Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar melalui Permendiknas No 23 Tahun Kurikulum, yang dituangkan dalam 2006 Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 Aspek kompetensi lulusan ada lebih menekankan pada aspek keseimbangan soft skills dan hard pengetahuan

  2 skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan di jenjang SD Tematik Terpadu untuk di jenjang SD Tematik Terpadu

  3 kelas I-VI untuk kelas I-III

  4 Jumlah jam pelajaran per minggu Jumlah jam pelajaran lebih sedikit lebih banyak dan jumlah mata dan jumlah mata pelajaran lebih pelajaran lebih sedikit dibanding banyak dibanding Kurikulum 2013 KTSP Proses pembelajaran setiap tema di Standar proses dalam pembelajaran jenjang SD dan semua mata pelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dan Konfirmasi dengan pendekatan ilmiah (saintific

  5 approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.

  TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata pelajaran Komunikasi) bukan sebagai mata

  6 pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran Standar penilaian menggunakan Penilaiannya lebih dominan pada penilaian otentik, yaitu mengukur aspek pengetahuan

  7 semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler

  8 wajib

  Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X Penjurusan mulai kelas XI

  9 untuk jenjang SMA/MA BK lebih menekankan BK lebih pada menyelesaikan

  10 mengembangkan potensi siswa masalah siswa

  METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif.

  Penelitian ini menggunakan bentuk survei. Populasi penelitian ini berjumlah 14 orang guru. Penarikan sampel menggunakan sampling jenuh, yaitu penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berikut adalah karakteristik sampel:

  

Tabel 2

Krakteristik Sampel

Sumber: data sekolah

  31 Pegawai Swasta 2008

  30 Pegawai Swasta 2009

  8 HPP Laki-laki

  32 Pegawai Swasta 2007

  9 AM Laki-laki

  39 Pegawai Negeri 2010

  10 MU Laki-laki

  11 H Laki-laki

  27 Pegawai Swasta 2012

  30 Pegawai Swasta 2009

  12 VA Laki-laki

  28 Pegawai Swasta 2011

  13 SR Laki-laki

  52 Pegawai Negeri 1989

  14 NR Laki-laki

  7 AB Laki-laki

  6 MH Perempuan

  Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuesioner (angket) dan interview (wawancara). Teknik kuesioner digunakan untuk mengetahui presentase persepsi guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak terhadap KTSP 2006 dan KTSP 2013. Teknik interview digunakan untuk mengetahui persepsi atau pandangan guru penjasorkes terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013, pertanyaan akan diberikan pada guru untuk dijawab pada saat dilakukan proses pengumpulan data.

  34 Pegawai Swasta 2007

  Instrument dalam penelitian ini berbentuk angket dan pedoman wawancara (guide sheet). Angket dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan skala

  Guttman

  . “skala Guttman merupakan skala kumulatif digunakan untuk mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multi dimensi sehingga skala ini mempunyai sifat unidimensional

  ”, (Nazir, 2003: 304). “Dalam skala Guttman hanya ada dua interval, penelitian menggunakan skala ini apa bila ingin mendapat suatu jawaban yang jelas terhadap suatu permasalahan”, (Sugiyono, 2009: 96). Model skala Guttman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Setuju dan Tidak Setuju.

  No Inisial Jenis Kelamin Usia Satatus Pegawai Tahun Mengajar

  1 MA Laki-laki

  2 JE Laki-laki

  29 Pegawai Swasta 2011

  51 Pegawai Negeri 1990

  3 EH Laki-laki

  49 Pegawai Negeri 1992

  4 RH Laki-laki

  32 Pegawai Swasta 2009

  5 MF Laki-laki

  27 Pegawai Swasta 2011

  Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Indikator Komponen

  Implementasi Perencanaan a.

  Silabus KTSP 2006 Pembelajaran b.

  RPP dan Kurikulum c.

  Program Tahunan 2013 d.

  Program Semester e. Lembar Penilaian

  Pelaksanaan Proses a.

  Pembukaan pelajaran Belajar Mengajar b.

  Interaksi dengan siswa c. Penggunaan metode mengajar d.

  Penggunaan media/alat dan sumber pembelajaran e.

  Respon dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran f. Alokasi waktu g.

  Teknik pengelolaan kelas h. Cara memotivasi siswa i. Penutup pembelajaran

  Penilaian a.

  Waktu penilaian b.

  Bentuk dan jenis penilaian c.

Tindak lanjut penilaian

  Hambatan Perencanaan Pembelajaran

  Implementasi KTSP 2006

  Pelaksaanaan dan Kurikulum Proses Belajar

  2013 Mengajar Penilaian

  Sumber: Ludiagungwahyudi.blogspot.co.id/2011/01/contoh-proposal- penelitian.html, yang diunggah pada 22 Januari 2016.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

  Penelitian ini dilakukan pada guru mata pelajaran Penjassorkes yang berjummlah 14 orang yang terdiri dari 4 guru Pegawai Negeri Sipil dan 10 guru Pegawai Swata.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 14 guru Penjasorkes, maka didapat hasil sebagai mana tabel 4 berikut:

  Tabel 4 Persepsi Guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak Terhadap KTSP

2006 dan Kurikulum 2013

Jumlah Persentas

  Kriteria Jawaban e

  Memilih KTSP 2006 117 33,43% Memilih Kurikulum 2013 233 66,57% Jumlah 350 100%

  Berdasarkan tabel 4 Persepsi Guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontanak Terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 diperoleh hasil sebanyak 33,43% memilih KTSP 2006 sebagai Kurikulum yang cocok diterapkan di sekolah mereka dan sebanyak 66,57% memilih Kurikulum 2013 sebagai Kurikuum yang cocok diterapkan di sekolah mereka. Selanjutnya berdasarkan data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik histrogram 1 sebagai berikut:

  100% 66,57%

  80% 60% 33,43%

  40% 20% 0% Memilih Memilih KTSP

  Kurikulum 2006 2013 Grafik 1 Persentase Persepsi Guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak Terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 Berdasarkan grafik 1 di atas menunjukkan bahwa persepsi guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak paling dominan memilih menerapkan Kurikulun 2013 di sekolah mereka yaitu sebanyak 66,57%.

  Pembahasan

  Penelitian ini dilakukan di 8 SMA/MA Kota Pontianak yang terdiri dari 4 SMA Negeri, 3 SMA Swasta, dan 1 MA Swasta. Proses penelitian secara keseluruhan berlangsung selama 4 hari di setiap sekolah. Hari pertama peneliti datang ke sekolah untuk memasukkan surat izin penelitian, hari kedua peneliti datang ke sekolah untuk bertemu dengan guru mata pelajaran Penjasorkes selaku subjek dalam penelitian ini, menyerahkan angket dan menentukan waktu yang tepat sesuai dengann kesiapan guru untuk diwawancarai dan mengembalikan angket yang telah diisi sebelumnya. Hari ketiga peneliti datang ke sekolah untuk melakukan wawancara dan mengambil angket kembali. Setelah wawancara selesai dan angket di ambil kembali, peneliti melapor ke bagian administrasi sekolah untuk meminta surat balasan sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian di sekolah tersebut. Hari keempat peneliti datang ke sekolah untuk mengambil surat balasan dan berterimakasih kepada guru dan kepala sekolah karena telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut serta mennyampaikan bahwa penelitian yang peneliti lakukan telah selesai dan peneliti berpamitan pada pihak sekolah. Penelitian ini terbagi menjadi tiga aspek yaitu persepsi gurur terhadap persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 14 orang guru, maka didapat hasil 42,86% guru memilih proses persiapan pembelajaran KTSP dan 57,14% guru memilih persiapan pembelajaran Kurikulum 2013, dapat digambarkan dalam bentuk grafik 2 sebagai berikut:

  100,00% 80,00%

57,14%

  60,00% 42,86%

  40,00% 20,00% 0,00% Memilih KTSP Memilih

  2006 Kurikulum 2013 Grafik 2 Persentase Persepsi Guru Terhadap Persiapan Pembelajaran KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 Berdasrkan hasil wawancara diketahui bahwa perbedaan dalam proses persiapan pembelajaran yang dialami oleh guru pada KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 adalah pada pembuatan RPP. Perbedaan tersebut terdapat pada langkah- langkah pembelajaran, jika pada RPP KTSP 2006 kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, maka pada RPP Kurikulum 2013 kegiatan intinya terdiri dari mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring yang bermula dari pendengkatan saintifik (ilmiah) dan kontekstual sebagai sarana untuk meningkatkan kreatifitas siswa. Perbedaan juga terdapat pada lembar penilaian. Pada Kurikulum 2013 harus dicantumkan item lembar pengamatan sikap dalam bentuk instrumen, sementara pada KTSP 2006 tidak. Pada awal penerapannya, pembuatan RPP Kurikulum 2013 memang membuat guru-guru Penjasorkes repot, karena guru harus menuliskan hal apa saja yang akan dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Hal itu dirasa kurang efektif karena mata pelajaran Penjasorkes dilakukan tidak hanya di dalam kelas, tapi juga di lapangan. Saat pelaksanaan proses pembelajaran di lapangan terkadang apa yang dilakukan tidak sesuai dengan yang telah direncanakan, hal ini disebabkan beberapa faktor salah satunya adalah cuaca yang berubah-ubah. Namun setelah mengalami revisi, maka dalam pembuatan RPP Kurikulum 2013 saat ini guru tidak perlu lagi menuliskan apa yang akan dilakukan di lapangan dari awal sampai akhir, cukup menuliskan poin-poin dari proses pembelajaran yang akan dilakukan.

  Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan terhadap 14 orang guru, didapat hasil 21,43% guru mengatakan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran KTSP 2006 lebih baik dan 78,57% guru mengatakan proses pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 lebih baik, dapat digambarkan dalam bentuk grafik 3 sebagai berikut:

  100,00%

78,57%

  80,00% 60,00% 40,00%

  21,43% 20,00% 0,00%

  Memilih KTSP Memilih 2006 Kurikulum

2013 Grafik 3 Persentase Persepsi Guru Terhadap Proses Pembelajaran KTSP 2006

dan Kurikulum 2013 Pada pelaksanaan pembelajaran, tidak terdapat perbedaan yang signifikan, hanya saja pada Kurikulum 2013 guru harus mempunyai metode khusus agar dapat meningkatkan kreativitas siswa. Dalam Kurikulum 2013 guru dituntut dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Guru bukan lagi satu-satunya sumber ilmu bagi siswa, namun siswa harus mencari ilmu melalui sumber-sumber lain yanng tersedia. Hal ini yang merupakan tantangan bagi guru, selama ini murid terbiasa hanya menerima ilmu yang diberikan oleh guru, namun dengan mereka mendapatkan tambahan ilmu secara mandiri guru juga harus siap untuk menerima dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa yang akan lebih kritis, karena dengan menemukan hal baru akan membuat rasa penasaran siswa meningkat dan guru harus siap untuk menjawab rasa penasaran tersebut, ini berarti bahwa guru juga harus memiliki wawasan yang luas. Hal ini juga akan berdampak pada perubaha perilaku siswa yang lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 14 orang guru, didapat hasil 37,5% guru mengatakan proses penilaian KTSP 2006 lebih mudah dan 62,5% guru mengatakan bahwa penilaian Kurukulm 2013 lebih jelas, dapat digambarkan dalan grafik 4 sebagai berikut:

  70,00% 62,50% 60,00% 50,00%

  37,50% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00%

  0,00% Memilih KTSP Memilih 2006 Kurikulum 2013

  

Grafik 4

Persepsi Guru Terhadap Proses Penilaian KTSP 2006 dan Kurikulum 2013

  Pada mata pelajaran Penjassorkes tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penilaian, penilaian tetap mengacu pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor, hanya saja terdapat perbedaan pada poin-poin yang harus dinilai. Jika saat menerapkan KTSP guru menilai proses yang dilakukan siswa secara keseluruhan dan hasil, maka saat menerapkan Kurikulum 2013 guru menilai proses yang dilakukan siswa dari awal sampai akhir dan selanjutnya menilai hasil. Berdasaarkan wawancara yang telah dilaukan oleh peneliti, didapati bahwa pada awalnya guru merasa kesulitan untuk melakukan penilaian pada Kurikulum 2013 karena guru harus membuat format penilaian yang lebih lengkap dan pada saat penilaian guru harus memperhatikan siswa secara teliti, namun setelah terbiasa sistem penilaian ini dianggap lebih efektif dan membantu meningkatkan hasil belajar siswa karena walaupun saat melakukan praktek hasilnya tidak sempurna namun terdapat poin-poin pada proses yang telah dilakukan siswa.

  Berdasarkah wawancara terhadap guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Kota Pontianak, diketahui 4 orang gurur mengalami beberapa hambatan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 yaitu: a.

  Kurangnya pengetahuan guru mengenai Kurikulum 2013, kurangnya sosialisasi dan pelatihan yang diberikan pada guru-guru mengenai penerapan kurikulum 2013, b. Kurangnya penguasaan media elektronik terutama bagi guru yang telah burusia lanjut menyebabkan pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran tidak maksimal, dan c. Susahnya mengubah paradigma lama tentang proses pembelajaran, bahwa guru merupakan satu-satunya sumber ilmu menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari pembelajaran untuk menjadikan siswa lebih kreatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka didapat persepsi guru secara keselururhan terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 adalah: a.

  KTSP 2006 merupakan kurikulum yang baik, namun masih terdapat kekurangan dan itu dilengkapai di Kurikulum 2013.

  b.

  Kurikulum 2013 pada awal penerapannya memang mengalami banyak hambatan karena kurangnya pengetahuan guru terhadap Penerapannya dan Kurangnya sosialisasi kepada guru, namun setelah dijalani ternyata penerapan Kurikulum 2013 tidak sulit.

  c.

  Kurikulum 2013 memiliki ketelitian yang lebih dari KTSP terutama dalam proses penilaian, ini membatu dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

  d.

  Tujuan dari Kurikulum 2013 untuk menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif secara tidak langsung menjadikan guru memiliki wawasan yang lebih luas dan berkompeten dalam bidangnya.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap persepsi guru Penjasorkes terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013, maka didapatkan hasil sebagai berikut: (1) Persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 lebih baik dari pada KTSP 2006, saat ini guru lebih memilih Kurikulm 2013 karena merupakan penyempurnaan dari KTSP 2006, (2) Kurikulm 2013 lebih teliti dari KTSP 2006 terutama dalam hal penilaian, walaupun rumit tapi lebih jelas dan rinci, (3) Walaupun pada awalnya terdapat masalah dalam pelaksanaannya, namun ternyata Kurikulum 2013 cocok diterapkan di SMA/MA Kota Pontianak, Terbukti 85,71% atau 12 orang guru memilih Kurikulum 2013, dan (4) Kurikulum 2013 efektif meningkatakan hasil belajar siswa dan menjadikan guru lebih berkompeten dalam bidangnya.

  Saran

  Berdasarkan hsil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah: (1) Pemerintah sebaiknya memberikan pelatihan menyeluruh secara bertahap pada guru-guru agar lebih paham terhadap Kurikulum 2013, (2) Guru sebaiknya meningkatkan kretivitas dan menambah wawasan agar lebih berkompeten dibidangnya, dan (3) Sebaiknya guru mulai meninggalkan paradigma lama yang menganggap guru adalah sumber ilmu utama dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa agar lebih kretif dan aktif agar tujuan dari Kurikulum 2013 dapat tercapai.

  Fadlillah, M. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA. Yogyakarta: AR-Ruzz Media. Kurinasih, Imas dan Berlin, Sani. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jkarta: PT Bumi Aksara. Poerwadarminta, W.J.S. (2013). Kamus Umum Bahasa Indonasia. Jakarta: Balai Pustaka. Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajarn Teori dan Praktik

  Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

  Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikn (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.