KOSAKATA DALAM MAKANAN TRADISIONAL MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK

  

KOSAKATA DALAM MAKANAN TRADISIONAL

MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK

Eis Saputri, Ahadi Sulissusiawan, Amriani Amir

  

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Email

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengkaji kosakata dalam makanan tradisional

  masyarakat Melayu Pontianak. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini ialah penutur asli bahasa Melayu Pontianak. Data dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan inventarisasi, makna kata, fungus makna, dan tata susun kosakata berupa bahan, alat, cara membuat, bentuk, dan warna. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan cakap yang memiliki teknik dasar berupa pemancingan terhadap narasumber yang merupakan penutur asli bahasa melayu dialek Pontianak. Berdasarkan hasil analisis data yang ada, dapat disimpulkan bahwa dalam bahasa Melayu dialek Pontianak terdapat 49 kosakata makanan tradisional berupa bahan, 23 kosakata makanan tradisional berupa alat, 16 kosakata makanan tradisional berupa cara membuat, 14 kosakata makanan tradisional berupa bentuk, 10 kosakata makanan tradisional berupa warna dan 36 hasil kosakata makanan tradisional Melayu Pontianak.

  Kata Kunci: Kosakata, Makanan Tradisional, Melayu Pontianak Abstract:

This study generally aims to examine The Vocabulary of Traditional Food of

Melayu in Pontianak. The method of this research was descriptive method with a

form of qualitative research. The data of sourcesin this research were native

speakers of Melayu in Pontianak that obtained through observing and recording

directly. The data in this research was related to the inventory, the meaning of

words, the function of the meaning of words and the structure of vocabulary. The

techniquethat researcher used in this research was Simak Cakap, that had the

basic techniques in form of the processtoward the speakers that who were native

speakers in dialect of Melayu Pontianak. Based on the analysis of existing the

data, it can be concluded that in Melayu dialect Pontianak there were 49

vocabularies of traditional foods in the form of materials, 23 vocabularies of

traditional foods in the form of tools, 16 vocabularies of traditional foods such as

how to make, 14 vocabularies of traditional foods such as shape, 10 vocabularies

of traditional foods such as color and 36 the results fromvocabulary of traditional

food of Melayu in Pontianak.

  Keywords: Vocabulary, Food Traditional, Melayu in Pontianak

  1 eranan bahasa daerah sangat penting karena bahasa daerah merupakan kekayaan budaya yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan pembinaan dan

  P

  pengembangan bahasa daerah itu sendiri. Bagi masyarakat penutur Bahasa Melayu Pontianak (BMP) memiliki peranan yang sangat penting karena bahasa Melayu Pontianak selalu digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari warga Pontianak.

  Tradisi dan budaya masyarakat Melayu Pontianak tidak menutup kemungkinan akan terjadinya pergeseran terhadap berbagai macam budaya. Budaya yang semula kental di masyarakat akan menjadi hilang dengan masuknya budaya dari luar. Satu di antara budaya yang terdapat di masyarakat ialah makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak. Keadaan demikian juga akan mempengaruhi budaya-budaya yang ada dalam masyarakat, seperti makanan tradisional. Makanan-makanan tradisional semakin jarang ditemukan dan bukan itu saja mungkin akan hilang dan ditinggalkan dalam kehidupan masyarakat Melayu Pontianak. Makanan tradisional merupakan makanan yang sudah ada sejak zaman dahulu yang berkaitan dengan adat dan budaya warisan nenek moyang. Makanan tradisional diturunkan secara lisan dan turun-temurun.

  Makanan tradisional merupakan satu di antara nilai budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Di zaman globalisasi seperti saat ini makanan tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat, baik makanannya maupun nama makanan tersebut. Hanya beberapa makanan tradisional yang masih tetap bertahan walaupun sangat sulit menemukannya. Penelitian yang akan dilakukan ini berkenaan dengan bidang linguistik. Bidang linguistik terdapat beberapa aspek kebahasaan yang dapat diteliti. Penelitian ini memfokuskan pada bidang semantik. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pontianak timur khususnya di Kelurahan Saigon dan Parit Mayor.

  Menurut Chaer (2012:318) setiap kata, leksem, atau butir leksikal tentu mempunyai

makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen yang membantu

keseluruhan makna itu. Komponen makna ini dapat dianalisis berdasarkan pengertian-

pengertian yang dimilikinya. Misalnya, kata ayah memiliki komponen makna /+manusia,

/+dewasa, /+laki-laki, /+menikah, dan /+punya anak. Jika dibandingkan komponen kata

ayah dan ibu sebagai berikut.

  Tabel 1 Komponen Makna Komponen makna ayah ibu

  • 2.
  • 1.

  Manusia

  • 3.
  • Jantan 4.
  • Kawin

  Dewasa

  • Keterangan : tanda + berarti mempunyai makna komponen tersebut tanda
  • 5.

  Punya anak

  • – berarti tidak mempunyai komponen makna tersebut

  Menurut Tarigan (2009:188) kosakata dasar adalah kata-kata yang merupakan perbendaharaan dasar suatu bahasa; kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya diambil dari bahasa lain karena dapat dikatakan bahwa setiap bahasa memilikinya. Menurut Chaer (2009:60) leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosakata, perbendaharaankata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Makna leksikal juga dapat dimaknai sebagai makna kata yang sesuai dengan pengindraan manusia terhadap barang yang diacu oleh kata tersebut.

  Menurut Sudaryat (2009:32) makna kolokasi adalah seluruh kemungkinan adanya beberapa kata dalam lingkungan yang sama. Misalnya garam, gula, lada, kunyit, jahe yang berkolokasi dengan bumbu masak. Kolokasi merupakan sosialisasi yang tetap antara kata dengan kata-kata tertentu lainnya. Maka dengan kata lain makna kata-kata yang berkolokasi disebut makna kolotatif. Menurut Kridalaksana (2011:69) fungsi semantik adalah peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain khususnya dibidang makna. Kosakata makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak ini bertujuan untuk memberikan sumbangan serta menambah wawasan mengenai kosakata makanan tradisional, sebagai bahan tentang makanan tradisional dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah manegah pertama. Penelitian ini juga memiliki tindak lanjut, yaitu penyusudan daftar kosakata yang berupa kamus.

  METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif.

  Menurut Sudaryono (1988:2) mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya. Bentuk . penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif Sumber data penelitian ini adalah penutur asli bahasa Melayu Pontianak yang diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara langsung.

  Teknik dalam penelitian ini adalah teknik simak dan cakap. Menurut Mahsun (2013:92) Metode penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan menyimak penggunaan bahasa. Artinya teknik simak yaitu teknik yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa yang digunakan atau diujarkan oleh penutur. Menurut Mahsun (2013:95) penamaan metode penyediaan data dengan metode cakap disebabkan cara yang ditempuh dalam pengumpulan data itu adalah berupa percakapan antara peneliti dengan informan. Artinya teknik cakap adalah pengumpul data dengan percakapan atau kontak langsung antara penulis dengan penutur selaku narasumber. Penelitian ini juga menggunakan teknik rekam dan catat.

  Tahap Akhir a.

  Transkripsi, hampir semua penelitian kualitatif tergantung pada data hasil wawancara dan diskusi dengan informan. Semua hasil wawancara dan diskusi direkam dan catatan lapangan, yang kemudian ditransferkan. Menurut Patilima (2011:95) kegiatan mentransfer hasil rekaman ini lah yang dimaksudkan dengan transkip. Ada pendapat lain yakni menurut Kridalaksana (2011:246) transkipsi adalah penggabungan wicara menjadi bentuk tertulis, biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi atau fonem dengan satu lambang. Peneliti mengubah wawancara ke dalam bentuk tulisan agar lebih mudah diteliti. Data yang telah didapat dari hasil pengumpulan data di lapangan, kemudian dipilih yang sesuai dengan pembahasan kosakata dalam makanan tradisional dalam BMDP.

  b.

  Penerjemah, pada tahap ini data yang telah ditranskipsikan, kemudian data tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemah ini dilakukan untuk mempermudah dalam menganalisis data.

  c.

  Klasifikasi data, data mengenai kosakata dalam makanan tradisional Melayu Pontianak yang telah dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan submasalah yang akan diteliti. Submasalah tersebut adalah jenis makna yang berupa bahan dan alat dan komponen makna.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Saigon dan Kelurahan Parit Mayor. Melalui teknik simak dan cakap juga teknik rekam dan catat maka terdapat hasil klasifikasi berdasarkan kelas atau genus kosakata makanan tradisional Melayu Pontianak sebagai berikut ini.

  Tabel 2 Inventarisasi Berdasarkan Klasifikasi Genus atau Kelas

  No. Pokok Genus atau Kelas Diferensiasi

  1. Makanan Bingke

  Kue yang terbuat dari tepung terigu dan tepung beras. Kemudian dicampur dengan gula, santan, telur, vanili, dan garam. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

  2. Makanan Kue pancong

  Kue yang terbuat dari tepung kanji dicampur parutan kelapa muda, gula, garam, air, soda, dan diolesi mentega kekita matang. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

  Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur dengan gula merah, air, gula pasir, garam, dan ditaburi kelapa parut ketika ingin memakannya. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.biasa.

3. Putu mayang kering Makanan

  Putu piring Makanan 6.

  Putu buluh Makanan 7.

  Naga sari Makanan 8.

  Apam Makanan 9.

  Ongol-ongol Makanan 10.

  Mie sagu Makanan

  Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur dengan, air, gula pasir, garam, dan disiram dengan air gula merah ketika ingin memakannya. Makanan ini dapat dimakan pada hari- hari biasa.

4. Putu mayang siram Makanan 5.

  Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur air pandan dan diisi gula merah didalamnya. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

  Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur air, diisi pisang didalamnya dan dibungkus berbentuk segi tiga menggunakan daun pisang. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

  Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur air, ragi dan gula pasir. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

  Kue yang terbuat dari parutan ubi kayu, pisang, gula pasir, garam, dan air pandan. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

  Makanan yang berbentuk mie yang terbuat dari tepung sagu, air, garam, mecin, merica, bawang putih, disajikan

  Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur air dan diisi gula merah didalamnya. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

  11. Makanan Kembang goyang

  Kue yang terbuat dari tepung sagu dicampur gula merah, telur, dan santan. Makanan ini biasanya dimakan pada hari-hari biasa.

  12. Makanan Cengkarok

  Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur telur, santan, garam, kacang tanah, dan daun jeruk purut. Makanan ini biasanya dimakan pada hari- hari biasa.

  13. Makanan Putri salad

  Makanan ini memiliki dua lapisan yang pertama terbuat dari tepung terigu dicampur santan, gula, garam, dan pewarna makanan. Lapisan kedua terbuat dari ketan. Makanan ini biasanya dimakan pada hari-hari biasa.

  14. Makanan Serabi

  Makanan ini terbuat dari tepung beras dicampur santan, gula, garam dan telur. Makanan ini biasanya dimakan pada saat tahlilan.

  15. Makanan Bubor sumsum

  Makanan ini terbuat dari tepung ketan dicampur garam, santan, gula pasir, dan daun pandan. Makanan ini biasanya dimakan pada saat acara hajatan dan hari- hari biasa.

  16. Makanan Kue deram

  Kue ini terbuat dari tepung beras dicampur gula merahdan garam. Biasanya Kue ini dimakan pada saat hari-hari biasa.

  17. Makanan Kue kaca mata

  Kue ini terbuat dari ubi kayu, pisang dan gula pasir. Biasanya Kue ini dimakan pada saat acara hajatan dan idul fitri.

  18. Makanan Bipang

  Kue ini terbuat dari ketan yang disangrai degan gula merah yang sudah dicairkan. Makanan ini dimakan pada hari-hari biasa.

  19. Makanan Pukes

  Kue ini terbuat dari tepung gandum dicampur gula, soda, vanili, telur, santan, garam, dan mentega. Makanan ini dimakan pada hari-hari biasa.

  20. Makanan Batang burok

  Kue ini terbuat dari tepung gandum dicampur gula, air dan telur kemudian diisi dengan kelapa dan gula merah.

  21. Makanan Kue blodar

  Kue ini terbuat dari tepung terigu dicampur telur, gula pasir, vanili, soda, dan santan. Makanan ini dimakan pada acara hajatan dan hari-hari biasa.

  22. Makanan Kue gogo

  Kue ini terbuat dari tepung terigu dicampur telur, gula merah, vanili, soda, dan santan. Makanan ini dimakan pada acara hajatan dan hari-hari biasa.

  23. Makanan Kukes

  Kue ini terbuat dari tepung beras, santan, gula pasir, ragi, mentega, dan kunyit. Makanan ini biasanya dimakan pada acara hajatan dan hari-hari biasa.

  24. Makanan Pengkang

  Makanan ini terbuat dari ketan, kelapa dan gula biasanya makanan ini dimakan pada saat hari-hari biasa.

  25. Makanan Ati parik

  Makanan ini terbuat dari tepung beras dicampur garam dan air kemudian disiram dengan kuah gula merah dan santan. Makanan ini biasanya dimakan pada saat acara hajatan dan hari-hari biasa.

  26. Makanan Bubor merah puteh

  Makanan ini terbuat dari beras dan santan kemudian dipisahkan menjadi dua bagian. Bagian pertama dicampur garam dan bagian kedua dicampur gula merah. Makanan ini biasanya dimakan pada saat tanggal pusat bayi, hajatan.

  27. Makanan Paceri nanas

  Makanan yang terbuat dari nanas dengan kuah kental yang dicampur kapulaga, adas manis, sahang, rempah cukup, santan, kunyit, jahe, cabai kering, kacang tanah, daun salam, bawang merah dan bawang putih. Makanan ini dapat dimakan pada saat acara nikahan dan hari-hari biasa.

  28. Makanan Botok

  Makanan yang terbuat dari ikan tenggiri dicampur garam, mecin, kemiri, merica, kunyit, jahe, cabai kering, bawang merah, bawang putih, daun kunyit, ketumbar, daun mengkudu. Makanan ini biasanya dimakan pada hari-hari biasa.

  Makanan yang terbuat dari ikan tenggiri dicampur bumbu asam jawa, cabai kering, bawang merah, bawang putih, serai, kunyit, daun kunyit, dan air. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

29. Ikan asam pedas Makanan

  Makanan 31.

  Cencalok Makanan

  32. Makanan 33.

  Lemang Makanan 34.

  Pekasem Makanan 35.

  Sayok rebong Makanan

  Makanan yang berbahan dasar tempoyak ini biasanya dimasak dengan campuran bawang merah, bawang putih, dan cabai rawit. Makanan ini biasanya dimakan pada hari-hari biasa.

30. Tempoyak

  Makanan yang berbahan dasar udang kecil atau ebi, biasanya dimasak dengan campuran bawang merah, bawang putih, dan cabai rawit. Makanan ini biasanya dimakan pada hari-hari

  Sayur umbut kelapa Makanan memiliki bahan utama umbut kelapa yang dicampur ketumbar, sahan, bawang merah, bawang putih, cabai kering, dan rempah cukup. Makanan ini dimakan pada hari-hari biasa.

  Makanan ini terbuat dari ketan yang dicampur dengan santan, garam dan daun pandan. Makanan ini dimakan pada saat hari raya idul fitri dan hari raya idul adha. Makanan ini terbuat dari ikan bulu ayam yang dipermentasi dengan menggunakan nasi dan garam selama satu bulan. Makanan ini dimakan pada hari- hari biasa.

  Makanan memiliki bahan utama bambu muda yang dicampur ketumbar, sahan, bawang merah, bawang putih, cabai kering, dan rempah cukup. Makanan ini

  36. Makanan Buntel

  Makanan ini terbuat dari dari ikan tenggiri dicampur garam, mecin, kemiri, merica, kunyit, jahe, cabai kering, bawang merah, bawang putih, daun kunyit, ketumbar, daun keladi. Makanan ini biasanya dimakan pada hari-hari biasa.

  Analisis jenis makna pada medan makna kosakata dalam makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak dilakukan dengan mengidentifikasi leksem sesuai dengan makna yang terdapat dalam kosakata makanan tradisional BMDP. Ada pun contoh analisis mengenai jenis makna kosakata makanan tradisional Melayu Pontianak sebagai berikut.

  1. Makna Leksikal a.

  Berdasarkan nama makanaan apam [apam] (n) makanan tradisional Melayu Pontianak yang terbuat dari tepung beras dicampur air, ragi dan gula pasir.

  b.

  Berdasarkan bahan air [ae  ] (n) cairan jernih tidak berwarna; air digunakan sebagai bahan

  1

  2

  pembuatan kue pancung, putu mayang kering, putu mayang siram, putu piring, naga sari, apam, mie sagu, dan ikan asam pedas.

  c.

  Berdasarkan alat bambu [buloh] (n) tumbuhan berumpun, berakar serabut yang batangnya bulat

  1

  berongga, beruas, keras, dan tinggi; bambu digunakan sebagai alat

  2 dalam pembuatan lemang, pengkang, dan putu buluh.

  d.

  Berdasarkan cara dia฀on [a฀on] aron (v) merebus beras setengah matang untuk kemudian dikukus;

  1 2 makanan yang pembuatannya diaron adalah putri salad.

  e.

  Berdasarkan bentuk tabu฀ [tabu฀] tabung (n)

  1 tabung; 2 makanan yang bentuknya tabung adalah putu buluh, cengkarok, dan lemang.

  f.

  Berdasarkan warna dadu [dadu] merah muda (n) merah muda; makanan yang warnanya merah muda adalah putu

  1

  2 mayang siram, cencalok, dan kue kaca mata.

  2. Makna Kolokatif

  Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Makna kolokatif dalam penelitian ini sebagai berikut.

  a.

  Makna kolokatif yang terkumpul dalam penelitian ini berupa bahan sebagai berikut; tepo t฀igu, tepo b฀as, gul pas฀, santan, tlo, vanili,

  gaam, klapa mud, tepo kanji, ae, mntg, gul meah, ae pandan, pisa

  ฀, agi, ubi kayu, kapulag, adas manis, kminti, saha,

  kuet, liya, cabe k฀i, kaca tanah, daon salam, nanas, bawa meah, bawa puteh, asam jaw, serai, ikan t฀gii, daon kuet, tepo sagu, miak gore, daon j฀o puot, l฀kuas, daon salam, ktumba, ktan, pewan makanan, tepo ktan itam, tmpoya, cncalo, cabe aet, k

  lapa paot, tpo ktan, ikan bulu ayam, ฀bo, tpo gandom, b฀as,

  nasi, daon kladi.

  b.

  Makna kolokatif yang terkumpul dalam penelitian ini berupa alat sebagai berikut; sendo, ceet keci, piso, buloh, danda, daon pisa, lidi,

  p ฀oco kue, kuali, mako keci, lso, daon opeh pina, pii kami keci, p฀gile tpo, loya, kuali kci, sagan, oven, pmaot, cetakan, blaa, tali apiya, saean.

  c.

  Makna kolokatif yang terkumpul dalam penelitian ini berupa cara sebagai

  ฀  ฀ ฀

  berikut; dibaka , dikukos, ditumbo , di bos, dilipat, diikat, dibu kos,

  diose, digoe, diaon, ditumes, digulo, dip ฀ mentasi, dipaot, digsa, diaya.

  d.

  Makna kolokatif yang terkumpul dalam penelitian ini berupa bentuk sebagai berikut; mako kci, tabu, sgitig, pii kci, bulat, p ฀ sgi panja,

  ฀  ฀ ฀ ban, bulat bintang di tengah, cetakan, bubo , k ntal, uda , lonjo , tipes.

  e.

  Makna kolokatif yang terkumpul dalam penelitian ini berupa warna sebagai berikut; kuni, puteh, coklat, ijau, meah, dadu, m ฀ ah kkunian, m ฀ ah

  tu, itam, kuni kcoklatan.

  Fungsi semantis penelitian kosakata dalam makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak. 1) Fungsi bingke memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 2)

  Fungsi kue pancong memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 3)

  Fungsi putu mayang kering memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari- hari biasa. 4)

  Fungsi putu mayang siram memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari- hari biasa. 5)

  Fungsi putu piring memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 6)

  Fungsi putu buloh memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  r 7) i memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  Fungsi naga sa 8) Fungsi apam memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 9)

  Fungsi ongol-ongol memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  10) Fungsi mi sagu

  k re bo ng

  24) Fungsi bubo

  r cane memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat acara hajatan dan hari-hari biasa.

  25) Fungsi kue d

  er am memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  26) Fungsi Kue kac

  e mat e

  memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat acara hajatan dan hari-hari biasa. 27)

  Fungsi bapi

  ng memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  28) Fungsi p

  e kas e m memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  29) Fungsi sayo

  memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 30) Fungsi pukes memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 31)

  Fungsi s

  Fungsi bata

  ng bu r o k

  memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat hajatan dan hari-hari biasa. 32) Fungsi buntel memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 33)

  Fungsi ati pa

  r i k

  memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat hajatan dan hari-hari biasa. 34)

  Fungsi kue bloda

  r

  memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat hajatan dan hari-hari biasa. 35)

  Fungsi kue gogo memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat hajatan dan hari-hari biasa. 36)

  Fungsi bubo

  r me r ah puteh memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat acara tanggal pusat bayi dan hajatan.

  er abi memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat tahlilan dan acara naik ayun bayi.

  memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat hari raya idul fitri dan idul adha. 23)

  k

  16) Fungsi c

  memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat bulan puasa dan hari-hari biasa. 11)

  Fungsi pac

  er i nanas memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat acara nikahan dan hari-hari biasa.

  12) Fungsi boto

  k memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  13) Fungsi ikan asam p

  e das memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  14) Fungsi k

  e mba ng goya ng

  memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 15)

  Fungsi t

  e mpoya k memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  e ncalo k memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  e ma ng

  17) Fungsi pe

  k ye k memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  18) Fungsi c

  ng ka r o k

  memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat tahlilan, acara nikahan, dan hari-hari biasa. 19)

  Fungsi put

  r i salat memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  20) Fungsi pe

  ng ka ng memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  21) Fungsi sayo

  k umbot klapa k

  memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 22)

  Fungsi l

  37) Fungsi kukes memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

  Adapun beberapa contoh daftar kosakata berupa atau seperti kamus dalam Bahasa Melayu Dialek Pontianak sebagai berikut.

  

apam [apam] apam (n) kue yang terbuat dari tepung beras dicampur air, ragi dan

gula pasir. Contoh kalimat

  apam itu ena

  • apam itu enak.

   aek [ae] air (n) cairan jernih tidak berwarna Contoh kalimat ae dipakai unto buat macam-macam kue.

  • air digunakan sebagai bahan pembuatan berbagai kue.

   coklat [colat] cokelat (v) warna merah kehitam-hitaman Contoh kalimat

  kue itu wa฀ne฀ ncolat kalo uda masa

  • kue itu berwarna coklat jika sudah matang.

   Pembahasan

  Penelitian ini dimulai pendeskripsian data yaitu kosakata dalam makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak. Data-data diperoleh dari tiga informan yang ada di Kecamatan Pontianak Timur.Data-data yang diperoleh berjumlah 36 leksem. Ada pun leksem-leksem yang membentuk suatu wilayah makna, yaitu proses dalam memasak. Analisis selamjutnya mengenai komponen makna. Analisis komponen makna terhadap leksem kosakata dalam makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak digunakan metabahasa yang terungkap dalam pemberian makna terhadap suatu leksem sebagai berikut. (1) Dari sudut pandang bahan ditemukan komponen makna yaitu, tepung terigu, tepung beras, gula pasir, santan, telur, vanili, garam, kelapa muda, tepung kanji, air, mentega, gula merah, air pandan, pisang, ragi, ubi kayu, kapulaga, adas manis, kemiri, merica, kunyit, jahe, cabai kering, nanas, bawang merah, bawang putih, asam jawa, serai, ikan tenggiri, daun kunyit, tepung sagu, minyak goreng, lengkuas, daun salam, ketumbar, ketan, pewarna makanan, tepung ketan hitam, tempoyak, cencalok, cabai rawit, kelapa parut, tepung ketan, soda, ikan bulu ayam, rebung, tepung gandum, nasi beras, ebi.

  (2) Dari sudut pandang alat ditemukan komponen yaitu, cangkir air, pisau, bambu, dandang, daun pisang, lidi, pengocok kue, kuali, mangkuk kecil, lesung, daun opeh pinang, tali rapia, piring keramik kecil, penggiling tepung, loyang, kuali kecil, saringan, pemarut, baskom, oven, cetakan, panci, tali rapiya, saringan. (3) Dari sudut pandang cara ditemukan komponen makna yaitu, dibakar, dikukus, digorang, ditumbuk, direbus, dilipat, diikat, dibungkus, ditumis, disangrai, diaron, diayak, digiling, digulung, dipermentasi, diayak. (4) Dari sudut pandang bentuk ditemukan komponen makna yaitu, mangkuk kecil, tabung, segitiga, piring kecil, bulat, persegi panjang, persegi, ban, bulat bintang di tengah, cetakan, bubur, kental, udang lonjong, tipis. (5) Dari sudut pandang bentuk ditemukan komponen makna yaitu, mangkuk kecil, tabung, segitiga, piring kecil, bulat, persegi panjang, persegi, ban, bulat bintang di tengah, cetakan, bubur, kental, udang lonjong, tipis. Hasi penelitian ini memiliki tindak lanjut yakni penyusunan daftar kosakata berupa atau seperti kamus.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ada

  Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini dapat disimpulankan bahwa

  

dua makna yang terdapat pada penelitian ini yaitu makna leksikal dan makana

kolokatif, kemudian kosakata makanan

  tradisioanal masyarakat Melayu Pontianak. Inventarisasi data kosakata makanan tradisioanal masyarakat Melayu Pontianak berhasil menghimpun data yang terdiri atas 49 kosakata makanan tradisional berupa bahan, 23 kosakata makanan tradisional berupa alat, 16 kosakata makanan tradisional berupa cara, 14 kosakata makanan tradisional berupa bentuk, 10 kosakata makanan tradisional berupa warna, dan 36 kosakata makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak yang terkumpul dalam penelitian ini.

  Saran

  Berdasarkan simpulan di atas saran-saran yang ingin peneliti sampaikan sebagai berikut: (1) diharapkan kosakata makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak didokumentasikan agar tidak hilang atau punah, (2) hasil penelitian ini diharapkan menimbulkan rasa keingintahuan generasi muda untuk terus belajar makanan tradisional Melayu Pontianak, (3) penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa jurusan bahasa dan seni program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, (4) penelitian ini diharapkan dapat mengenalkan kekayaan budaya serta sebagai usaha dalam melestarikan kearifan lokal khususnya masyarakat Melayu Pontianak.

DAFTAR RUJUKAN

  Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Renika Cipta. Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Renika Cipta. Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Patilima, Hamid. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung. Yrama Widya. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

  

KOSAKATA DALAM MAKANAN TRADISIONAL MASYARAKAT

MELAYU PONTIANAK

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH EIS SAPUTRI NIM F11112028

  

ARTIKEL PENELITIAN

EIS SAPUTRI

F11112028

Disetujui,

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

  Dr. Ahadi Sulissusiawan, M.Pd. Amriani Amir, S.S., M.Hum. NIP195909161986021002 NIP 198007062005012004

Mengetahui,

Dekan FKIP Untan Ketua Jurusan PBS

  

Dr. H. Martono Drs. Nanang Heryana, M.Pd.

NIP 196803161994031014 NIP 196107051988101001