Adhitya Rizki Pratama.pdf

Psikodrama
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikoterapi

Disusun Oleh :

Adhitya Rizki Pratama

150 101 111 30041

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikodrama pada awalnya diperkenalkan dan dikembangkan oleh Jacob L.
Moreno, seorang psikiater dari Rumania. Kata psikodrama sering digunakan
sebagai istilah umum ketika berbicara tentang tindakan berbagai metode yang
dikembangkan J.L. Moreno. Menurut J.L Moreno, Psikodrama adalah sebuah

bentuk pengembangan manusia dengan eksplorasi, melalui tindakan dramatis,
masalah, isu, keprihatinan, mimpi dan cita-cita tertinggi orang, kelompok, sistem
dan organisasi. Hal ini kebanyakan digunakan sebagai metode kerja kelompok, di
mana setiap orang dalam kelompok dapat menjadi agen penyembuhan
(terapeutic agent) untuk satu sama lain dalam kelompok.
Psikodrama ini merupakan salah satu cara yang bisa digunakan sebagai media
pengembangan manusia (human development). Dengan berakting dalam sebuah
drama diharapkan hal ini akan dapat menyadarkan seseorang (insight) dan juga
menggali (to explore) permasalahan yang sedang dihadapinya. Berbagai isu
(issue) atau masalah dan kemungkinan pemecahannya dimainkan terasa lebih
baik daripada sekedar berbicara. Psikodrama menawarkan kesempatan untuk
melatih dengan aman peranan baru, melihat diri sendiri dari sisi luar,
menumbuhkan insight dan perubahan. Ada seorang pemimpin (director), sebuah
action area dan para anggota kelompok. Directormendukung kelompok untuk
menggali (explore) solusi baru dari masalah – masalah terdahulu, anggota
kelompok berpartisipasi dalam drama sebagai orang lain yang berarti dan saling

berbagi cara mereka bagaimana berhubungan secara pribadi dan bisa belajar
dari masalah yang diajukan pada akhir sesi.


B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa definisi dari Psikodrama?
2. Apakah tujuan dari Psikodrama?
3. Bagaimana Prosedur Pelaksanaan dari Psikodrama?
4. Apakah perbedaan dari Sosiodrama dan Psikodrama?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikoterapi, serta untuk tujuan-tujuan berikut ini.
1. Untuk mengetahui definisi Psikodrama
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari terapi menggunakan Psikodrama
3. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan Psikodrama.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara Sosiodrama dan Psikodrama.
5. Untuk mengetahui fungsi terapi Psikodrama yang digunakan dalam mengatasi
katarsis
6. Untuk mengetahui teknik-teknik dari terapi Psikodrama

BAB II
PEMBAHASAN

Menurut Bennet (Romlah 2001:99), Psikodrama merupakan bagian dari
permainan peranan (role playing). Bennet membagi permainan peranan menjadi
dua macam yaitu sosiodrama dan psikodrama. Sosiodrama adalah permainan
peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam
hubungan antar manusia.
Psikodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan gangguan serius dalam kesehatan mental para partisipan, sehingga
tujuannya ialah perombakan dalam struktur kepribadian seseorang. Psikodrama
bersifat kegiatan terapi dan ditangani oleh seorang ahli psikoterapi (WS. Winkel,
:571).
Psikodrama biasanya dipentaskan secara spontan tanpa skenario yang telah
ditetapkan.(KBS World, 2009)
Psikodrama merupakan upaya untuk menciptakan restrukturisasi internal
disfungsional pola pikir dengan orang lain, dan menantang para peserta untuk
menemukan jawaban baru untuk beberapa situasi dan menjadi lebih spontan
dan mandiri. (dari Wikipedia,2009)
Meskipun penerapan utama psikodrama secara tradisional sebagai bentuk
psikoterapi kelompok, dan sering didapati bahwa psikodrama didefinisikan
sebagai ―sebuah metode psikoterapi kelompok,‖ hal ini merugikan kepada


banyak kegunaan lain atau fungsi-fungsi dari metode. Psikodrama secara lebih
akurat didefinisikan sebagai ―sebuah metode komunikasi di mana komunikator

mengekspresikan dirinya/dia/mereka sendiri dalam tindakan‖ . Metode yang
psikodramatis merupakan sumber penting dari permainan peran (role playing)
banyak digunakan dalam bisnis dan industri. Psikodrama menawarkan
pendekatan yang sangat kuat untuk mengajar dan belajar, serta hubungan
timbal-balik pelatihan keterampilan. Teknik tindakan psikodrama juga
menawarkan cara untuk menemukan dan mengkomunikasikan informasi
tentang kegiatan dan situasi di mana komunikator telah terlibat. (dari Wikipedia,
2009)

Departemen

Pendidikan

Nasional

dalam


Strategi

Pembelajaran

dan

Pemilihannya(2008), Mendefinisikan Psikodrama sebagai metode pembelajaran
dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan
psikologis. Psikodrama digolongkan ke dalam metode simulasi dan merupakan
metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplemetasi strategi
pembelajaran.

Tujuan
Tujuan dari psikodrama ini adalah membantu seorang pasien atau sekelompok
pasien untuk mengatasi masalah masalah pribadi dengan cara menggunakan
permainan peran, drama, atau terapi tindakan. Lewat cara cara itu pasien di
bantu untuk mengungkapkan perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi,
perasaan bersalah dan kesedihan (Semiun, 2006:562).
Psikodrama merupakan permainan peranan yang dimaksudkan agar individu
yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya,

dapat

menemukan

konsep

pada

dirinya,

menyatakan

kebutuhannya-

kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap
dirinya (Corey dalam Romlah, 2001:107). Jacob Moreno berpendapat bahwa
dalam teknik dramatik, manusia dapat berusaha menciptakan atau menciptakan
kembali suasana fisik dan emosional yang dikehendaki dan yang harus dipahami
adalah bahwa keaktifan dalam psikodrama tidak dimonopoli oleh konselor atau
terapis tetapi juga anak.


Manfaat
menurut Betary Maharani, Ada dua manfaat penting dalam psikodrama. Pertama
manfaat kartasis atau melepaskan emosi. Manfaat kedua adalah bisa melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Dengan mendramatisasikan konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa
sedikit lega dan dapat mengembangkan pemahaman (insight) baru yang
memberinya kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang
nyata.

Prosedur Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan psikodrama:
1. Tahap persiapan (The warm-up). Tahap persiapan dilakukan untuk
memotivasi anggota kelompok agar mereka siap berpartisipasi secara aktif
dalam permainan, menentukan tujuan permainan, menciptakan perasaan aman
dan saling percaya pada kelompok.
2. Tahap pelaksanaan (The action). Tahap pelaksanaan tediri dari kegiatan
dimana pemain utama dan pemain pembantu memperagakan permainannya.
Dengan bantuan pemimpin kelompok dan anggota kelompok lain pemeran
utama memperagakan masalahnya.

3. Tahap diskusi atau tahap berbagi pendapat dan perasaan (The sharing). Dalam
tahap diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan, para anggota kelompok
diminta untuk memberikan tanggpan dan sumbangan pikiran terhadap
permainan yang dilakukan oleh pemeran utama. Tahap diskusi ini penting
karena merupakan rangkaian proses perubahan perilaku pemeran utama kearah
keseimbangan pribadi.

Komponen utama/dasar (operational component of) psikodrama:
1. Panggung permainan (stage): Merupakan ruang kehidupan psikologis dan fisik
bagi subjek atau pasien.
2. Pemimpin psikodrama (Director): Yaitu Psychodramatist terlatih yang
membimbing peserta melalui setiap fase dari sesi.
3. Pemegang peran utama(protagonist): Anggota yang dipilih untuk ―mewakili

tema‖ dalam kelompok drama.

4. Peran pembantu (Auxilary egos): Anggota kelompok yang diasumsikan
mempunyai peran penting lain dalam drama.
5. Pendengar (Audience): Anggota kelompok yang menyaksikan drama dan
mewakili dunia‘ pada umumnya.


Dalam psikodrama, peserta mengeksporasi konflik yang terjadi di dalam diri
(internal conflic) dimunculkan keluar melalui tindakan dengan mengeluarkan
emosinya (acting) dan interaksi antarpribadi dengan pemain lainnya di atas
panggung (stage). Sebuah psikodrama diberikan sesi (biasanya 90 menit sampai
2 jam) dengan fokus utama pada satu peserta (peserta yang mempunyai
masalah), yang dikenal sebagai protagonis (protagonist). Sedangkan pemain
lainnya bertugas membantu protagonis (Auxilary Egos). Protagonis menguji
hubungannya dengan berinteraksi dengan para pemain lain dan pemimpin
(Director). Layaknya sebuah drama yang dipentaskan, psikodrama ini selain
membutuhkan pemain juga membutuhkan suasana yang mendukung. Ada
banyak teknik yang bisa digunakan misalnya saja dengan doubling (psikodrama),
pembalikan peran (bertukar peran dengan pemain lain), cermin, solilokui, dan
diterapkan sosiometri.
Seperti yang dikembangkan dan dipraktekan oleh Moreno, psikodrama
menggunakan tempat yang menyerupai panggung. Hal ini bertujuan supaya
pasien memainkan peran di alam khayal, dengan demikian dia merasa bebas
mengungkapkan sikap-sikap yang terpendam dan motivasi-motivasi yang kuat.
Ketika peran dimainkan, implikasi-implikasi realistis dari tingkah lakunya yang
dramatis menjadi jelas, ketrampilan Terapis dalam mengenal dan menafsirkan

dinamika yang di ungkapkan memudahkan proses terapi.
Menurut Yustinus (2006:563) Ada 3 tahap yang penting dalam psikodrama,
yaitu:
1. Tahap pelaksanaan. Dimana subyek memerankan khayalan-khayalannya.
2. Tahap penggantian. Dimana orang-orang yang sebenarnya menggantikan
orang-orang yang di khayalkan subyek.
3. Tahap penjernihan. Dimana diadakan penngalihan dari kontak dengan
individu-individu pengganti, kontak dengan individu-individu dimana subyek
memiliki kesempatan menyesuaikan diri dengan mereka dalam kehidupan yang
nyata.

Teknik – Teknik dalam Psikodrama
·

Creative imagery, pembayaran kreatif merupakan teknik pemanasan untuk
mengundang peserta psikodrama membayangkan adegan dan objek yang
menyenangkan dan netral.

·


The magic shop, ini merupakan teknik pemanasan yang berguna bagi
protagonis yang tidak dapat memutuskan atau ragu tentang nilai dan tujuan
mereka.

·

Teknik berbicara-sendiri (soliloquy), teknik ini melibatkan protagonis (klien)
menyajikan suatu monolog tentang situasi dirinya.

·

Monodrama (autodrama), teknik ini merupakan bentuk inti terapi gestalt.
Dalam taknik ini, ptotagonis memainkan semua bagian peranan atau tidak
menggunakan ego pembantu.

·

The double and multiple double technique. Teknik double adalah suatu teknik
yang sangat penting dalam psikodrama. Teknik ini terdiri atas pengambilan
peran aktor dari ego protagonis dan membantu protagonis mengekspresikan
perasaan terdalam yang sesungguhnya secara lebih jelas. Jika protagonist
memiliki perasaan ragu, maka teknik multiple double dapat digunakan

·

Role reverals (pemindahan peran). Dalam teknik ini protagionist
memindahkan peran dengan orang lain di pentas dan memainkan bagian
orang itu. Teknik ini mendorong ekspresi konflik-konflik secara maksimum,
dan merupakan teknik inti dari psikodrama.

·

Teknik cermin. Dalam aktivitas ini, protagonis memperhatikan dari luar
pentas, sementara cermin ego pembantu memantulkan kata-kata, gerak
tubuh, dan postur protagonis. Teknik ini dipakai pada fase tindakan untuk
membantu protagonis melihat dirinya secara lebih akurat.

Dari para penonton, klien memperhatikan bagaimana dia melihat dirinya sendiri
sebagaimana orang-orang lain melihatnya.
Pemimpin (Director) berfungsi baik sebagai produser maupun sebagai terapis.
Sebagai produser, dia mengatur dan memilih adegan adegan dan juga memimpin
tindakan (perbuatan) psikodramatis. Adegan-adegan dipilh berdasarkan situasisituasi yang mengandung muatan emosional bagi pasien atau berdasarkan

situasi-situasi dimana pasien bertingkah laku tidak tepat atau tidak efektif dalam
situasi-situasi itu.
Sebagai terapi, Pemimpin memberikan dukungan atau klarifikasi pada aktor dan
kadang kadang memberikan penafsiran (seiring dengan bantuan para anggota
kelompok lain) tentang adegan permainan itu.

Roleplaying (Permainan Peranan ) Sosiodrama dan Psikodrama


Dasar teori Roleplaying (Permainan Peran )
Istilah permainan peran (Roleplaying) mempunyai 4 macam arti,yaitu:

1. Sesuatu yang bersifat sandiwara,dimana permain memainkan peranan
tertentu sesuai dengan lokan yang sudah di tulis, dan memainkannya
untuk tujuan hiburan.
2. Sesuatu yang bersifat sosiologis, atau pola-pola perilaku oleh normanorma social.
3. Suatu perilaku tiruan atau perilaku tipuan di mana seseorang berusa
memperbodoh orang lain dengan jalan berperilaku yang berlawanan
dengan apa yang sebenarnya diharapkan, dirasakan atau di inginkan.
4. Sesuatu

yang

berkaitan

dengan

pendidikan,

dimana

individu

memerankan situasi yang imaginative dengan tujuan untuk membantu
tercapainya

pemahaman

diri

sendiri,meningkatkan

keterampilan-

keterampilan menganalisis perilaku atau menunjukkan pada oerang lain
bagai mana perilaku seseorang atau bagaimana seseorang harus
bertingkahlaku .( corsini,1966;shaw,E.M.dkk,1980)
Dalam pelaksanaan Bimbingan dan psikoterapi, permainan peran diartikan
seperti pada katagori ke empat. Pengertian yang serupa di kemukakaan oleh
Bennett (1963), yaitu “ permainan peranan adalah suatu alat belajar yang
mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian

mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi
yang pararel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.”

Menurut pendapat Moreno, salah satu faktor yang penting yang menentukan
dalam permainan peranan yang akan menghasilkan perubahan perilaku

adalah pengurangan hambatan-hambatan. Hambantan-hambatan yang biasa
timbul adalah perasaan takut dikritik, takut dihukum, atau di tertawakan.
Hambatan-hambatan ini harus dihilangkan supaya perubahan dapat terjadi.
Lewin ( dalam shaw, dkk .; 1980) menggolongkan perubahan ini dalam tiga
tahap, yaitu:
a. Pola-pola perilaku yang tidak kaku yang dimiliki sekarang.
b. Perubahan kearah pola-pola perilaku baru.
c. Melaksanakan pola-pola perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari.


Macam-macam Roleplaying (Permainan Peran )

Ada berbagai pendapat mengenai macam-macam permainan. Bennett (1963)
menyebutkan dua macam permainan peran yaitu sosiodrama dan psikodram.
Shaw dkk.(1980) membagi permainan peran menjadi dua, yaitu permainan
peran yang terstruktur dan permainan peran yang tidak terstruktur.
Sedangkan Corey ( 1985) hanya mengemukakan satu istilah yaitu
psikodrama.


Sosiodrama
Sosiodrama adalah permainan peranan yang ditunjukan untuk
memecahkan masalah social yang timbul dalam hubungan antara
manusia. Social yang di sosiodrama adalah konflik-konflik yang tidak
mendalam yang tidak menyangkut gangguan kepribadian. Misalnya,
pertentangan antar kelompok sebaya, perbedaan nilai individu
dengan nilai lingkungan, perbedaan nilai antara anak dengan orang
tua, dan sebagainya. Sosiodrama lebih merupakan kehiatan yang
bertujuan untuk mendidik atau mendidik kembali dari pada kegiatan
penyembuhan. Sosiodrama dapat dilakukan oleh konselor atau guru
yang sudah dilatih untuk itu. Kegiatan sosiodrama dapat dilaksanakan
apabila sebagian besar anggota kelompok menghadapi masalah social
yang hapir sama, atau bila ingin melatih atau mengubah sikap-sikap
tertentu.



Psikodrama
Psikodrama merupakan permainan peranan yang dimaksudkan agar
individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih
baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan
kebutuhan-kebutuhannya,dan

menyatakan

reaksinya

terhadap

tekanan-tekanan terhadap dirinya (Corey, 1985). Dalam psikodrama
individu yang mempunyai masalah memerankan dirinya sendiri.
Psikodrama dilaksanakan untuk tujuan terapi atau penyembuhan.
Didalam psikodrama klien memerankan situasi-situasi dramatis yang
dialaminya pada waktu lalu, sekarang,dan yang diantisipasikan akan
dialami pada waktu yang akan datang,dengan tujuan untuk
memperoleh pengertian yang lebih mendalam mengenai dirinya dan
melepaskan tekanan-tekanan yang dialami atau katarsis.

Table Perbandingan Roleplaying (Permainan Peran ) Sosiodrama
dan Roleplaying (Permainan Peran ) Psikodrama
Roleplaying (Permainan Peran )
Sosiodrama
Psikodrama
Menurut pengertian dari sosiodrama ialah Menurut pengertian dari psikodrama
bahwa
peranan

sosidrama
yang

merupan

permainan ialah bahwa psikodrama merupakan

ditunjukan

untuk permainan peranan yang dimaksudkan

memecahkan masalah social yang timbul agar individu yang bersangkutan dapat
dalam hubungan antara manusia.

memperoleh pengertian yang lebih baik
tentang

dirinya,

dapat

menemukan

konsep dirinya, menyatakan kebutuhankebutuhannya,dan
reaksinya

terhadap

menyatakan
tekanan-tekanan

terhadap dirinya (Corey, 1985).
Contohnya pertentangan antar kelompok Contohnya dari pada hanya berdiskusi
sebaya, perbedaan nilai individu dengan “klien-klien yang sulit “ mahasiswa atau
nilai lingkungan, perbedaan nilai antara terapis dapat memerankan peranananak dengan orang tua, dan sebagainya.

peranan kliennya.

Langkah-langkah pelaksanan sosiodrama

Langkah-langkah pelaksanaan

secara umum mengikuti langkah-langkah

psikodrama. Pelaksanaan psikodrama

sebagai berikut:

terdiri dari 3 tahap yaitu:



Persiapan



Persiapan



Membuat scenario sosiodrama.



Pelaksanaan



Menentukan kelompok yang akan



Diskusi atau tahap berbagai

memainkan sesuai dengan
kebutuhan skanarionya.


Menentukan kelompok penonton
dan menjelaskan tugasnya.



Pelaksanaan sosiodrama



Evaluasi dan diskusi



Ulangan permainan.

pendapat dan perasaan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikodrama memberi kesempatan orang untuk berubah sesuai dengan apa yang
dimiliki sebelumnya. Dalam drama yang sebetulnya merupakan kehidupannya
sendiri, seseorang diminta untuk memerankan peran yang tidak biasa ia mainkan. Ia
akan mempunyai pengertian baru ketika memerankan peran tersebut. Ia akan
menggunakan spontanitasnya dalam peran yang dimainkannya. Kreativitasnya akan
membimbingnya mengerti apa yang sedang dihadapinya. Melalui pemanasan ia akan
menyadari apa yang dipikirkan dan dirasakan baik secara ragawi maupun sukmawi.
Pada dasarnya psikodrama dilakukan dalam kelompok. Kombinasi antara
psikodrama, pendekatan Gestalt dan pendekatan interaksional akan membantu
seseorang mengenal dirinya dalam hubungannya dengan orang lain. Pengertian
barunya ini akan membawanya pada kehidupan yang lebih menyenangkan. Ia akan
mempunyai konsep baru tentang dirinya yang sesuai dengan tuntutab dari dalam
dan luar dirinya. Secara spontan dan kreatif ia akan menghadapi kehidupan dengan
cara yang baru dan lebih adaptif. Hubungannya dengan orang lain juga akan lebih
terpenuhi karena ia tidak akan ragu-ragu lagi untuk lebih spontan.Akhir-akhir ini
psikodrama banyak yang diterapkan untuk anak muda yang bermasalah, keluarga,
anak muda yang dilecehkan secara seksual, orang muda yang diperkosa, dan masih
banyak lagi masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Holmes dan Karp (1991),
dengan psikodrama semua mungkin terjadi dan perubahan dapat dicapai
B. Saran
Kegiatan psikodrama membutuhkan keterampilan konselor dalam membawakan
psikodrama agar berjalan dengan baik, terutama untuk mengatur jalannya
psikodrama agar tidak terlalu lama, fokus pada permasalahan dan tidak
membosankan. Kegiatan psikodrama ini juga memerlukan tempat yang luas dan
cukup hening, agar tidak terganggu oleh keramaian yang dapat merusak suasana
psikodrama atau justru mengganggu kegiatan lain seperti kegiatan pembelajaran di
sekolah. Psikodrama juga membutuhkan keterlibatan dari anggota kelompok untuk
bermain peran dengan baik.

Daftar Pustaka
Prawitasari, Johana E . 2011. Psikologi Klinis: Pengantar Terapan Mikro dan Makro.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Adam Bletner, M.D. FAQ (Frequently Asked Questions) About Psychodrama.
http://www.blatner.com/
http://www.scribd.com/doc/95728125/PSIKODRAMA
http://lilikarlia.files.wordpress.com/2012/10/ringkasan-dan-tabel perbandingan
materi-roleplaying-sosiodrama-dan-psikodrama1.doc