PENGERTIAN ARSITEKTUR and SKALA PERANCAN

PENGERTIAN ARSITEKTUR & SKALA PERANCANGAN
ARSITEKTUR
Arsitektur adalah menyangkut suatu masalah penataan suatu kota
dimana pada permulaannya, yakni arsitek tersebut mengerahkan semua
ambisinya untuk mendapatkan suatu jarak panjang yang paling baik dari
suatu struktur bangunan yang dibuatnya, serta dilihat dari segala sudut
pandang.(Nursuina Rahma, 2007)
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Arsitektur
tidak akan pernah lepas dari karya arsitektur itu sendiri. Karya arsitektur
berbeda dengan bangunan gedung. Menurut Nicolaus Pavsner, segala jenis
naungan yang memberi keleluasaan kepada manusia untuk bergerak bebas
di dalamnya adalah sebuah bangunan gedung, sedangkan karya arsitektur
adalah bangunan gedung yang dibuat dengan keterarahan estetik. Sehingga
sebuah karya arsitektur sesungguhnya adalah bangunan gedung yang
ditingkatkan kualitasnya. Katerarahan estetik ini menurut Vitruvius dapat
diwujudkan dengan 3 syarat, yaitu Firmitas,Utilitas, dan Venustas.
Firmitas adalah kekuatan, kekokohan dan daya tahan sebuah karya
arsitektur terhadap gangguan fisik dan teknis dalam konteks waktu. Artinya,
sebuah karya arsitektur itu bukan saja harus tidak mudah roboh akibat
terlalu berat, terlalu ringan, juga tidak mudah roboh ketika terkena tiupan
angin, goncangan gempa dan tidak lekas lapuk dimakan usia.

Utilitas maksudnya kecocokan antara sebuah karya arsitektur ketika selesai
dibangun dan tujuan pemakaiannya. Faktor kecocokan tersebut bisanya
diukur dengan satuan yang disebut “fungsi” dan keberhasilannya bisa
dinyatakan

dengan

sebutan

“fungsional”.

Sebuah

dinyatakan fungsional apabila berfungsi dengan baik.

karya

arsitektur

Venustas adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan rasa. Rasa

yang dimaksud disini tidak hanya berkaitan dengan keindahannya bentuk
atau

nilai

estetika

semata

melainkan

juga

efek

psikologis

yang

ditimbulkannya, simbol yang tersirat dalam karya arsitektur tersebut,

kenyamanan, kesejarahan dan seterusnya.(Budi Sukada,2006).
Definisi jasa arsitektur menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI) 2005 adalah jasa konsultasi arsitek, yaitu mencakup usaha seperti:
desain bangunan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, dan
sebagainya.
Selain definisi di atas, terdapat beberapa definisi arsitektur berasal dari
sumber acuan lainnya, yaitu:
1. Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture ), berarti seni dan
ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya,
yaitu Archi = kepala, dan techton = adalah karya kepala tukang.
Arsitektur dapat pula diartikan tukang, maka architecture sebagai
suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung
keindahan.
2. Berdasarkan anggaran dasar Ikatan Arsitektur Indonesia,
arsitektur didefinisikan sebagai wujud hasil penerapan pengetahuan,
ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah ruang dan
lingkungan binaan, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban
manusia.
3. Berdasarkan wikipedia, arsitektur adalah aktivitas desain dan
membangun sebuah gedung serta struktur fisik lainnya, yang memiliki

tujuan utama untuk menyediakan tempat berteduh bagi kepentingan
sosial. Dalam definisi yang lebih luas, arsitektur juga meliputi desain
dari keseluruhan lingkungan bangunan, dari level makro, yaitu
bagaimana bangunan dapat bersatu dengan bentang di sekitarnya
sampai dengan tingkat mikro dari arsitektur atau detil konstruksi,
misal: furnitur.
Definisi asitektur sebenarnya sangatlah luas. Definisi arsitektur pun hingga
saat ini masih sering diperdebatkan. Tetapi dalam rangka pengembangan
peta jalan pengembangan industri arsitektur ini, maka arsitektur

didefinisikan sebagai wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi,
dan seni secara utuh dalam menggubah ruang dan lingkungan binaan,
sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia, sehingga dapat
menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang dari tingkat makro sampai
dengan tingkat mikro.
Pada skala makro, arsitektur berkaitan dengan perencanaan tata kota (town
planning, hingga perencanaan transportasi, urban/rural planning ), landscape
planning, urban design. Sedangkan dalam skala mikro dimulai dari
perencanaan interior ruangan hingga bangunan termasuk eksterior maupun
taman.


PENGERTIAN KOTA
Menurut Bintarto, Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim
jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi
dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak
materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala
pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang
bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah
dibelakangnya.
Menurut Arnold Tonybee, Sebuah kota tidak hanya merupakan
pemukiman khusus tetapi merupakan suatu kekomplekan yang khusus dan
setiap kota menunjukkan perwujudan pribadinya masing-masing.
Menurut Max Weber, Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat
memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar local.
Menurut Louis Wirth, Kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat
dan permanent, dihuni oleh orang-orang yang hetrogen kedudukan
sosialnya.
Secara Umum, Kota merupakan tempat bermukim warga kota , tempat
bekerja tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan dsb.


Berdasarkan istilah, Kota berasal dari kata urban yang mengandung
pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang
melekat pada kota dalam artian fisikal, social, ekonomi, budaya. Perkotaan
mengacu pada areal yang memiliki suasana penghidupan dan kehidupan
modern dan menjadi wewenang pemerintah kota.
Menurut UU No 22/ 1999 tentang otonomi daerah , Kawasan perkotaan
adalah kawasssssan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan social dan keegiatan ekonomi.
Menurut Peraturan Mendagri RI No. 4/ 1980, Kota adalah suatu wadah
yang memiliki batasaan administrasi wilayah seperti kotamadia dan kota
administratif. Kota juga berarati suatu lingkungan kehidupan perkotaan yang
mempunyai ciri non agraris , miiiissalnya ibukota kabupaen, ibukota
kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan.
sebelum merencanakan sebuah pembangunan kota, kita harus mengingat
bahwasanya
Kota yang telah berkemang maju mempunyai peranan yang lebih luas lagi
antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai pusat pemukiman penduduk.

2. Sebagai pusat kegiatan ekonomi
3. Sebagai pusat kegiatan social budaya
4. Pusat kegiatan politk dan administrasi
kedudukan
pemimpin

pemerintah

serta tempat
pemerintahan.

Cirri-ciri fisik dan kehidupan kota
Cirri fisik kota meliput hal sebagai berikut :
a. Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan
b. Tersedianya tempat-tempat untuk parker
c. Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga
Cirri kehidupan kota adalah sebagai berikut :
1.
Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat
penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.

2. Adanya jarak social dan kurangnya toleransi social diantara warganya
3. Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalahdengan
pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.

4. Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
5. Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan
berprinsip ekonomi.
6. Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan
social disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.
7. Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat
solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi.

TEORI KOTA


Central place theory dari Christaller

Teori ini lahir atas gagasan pertanyaan apakah sebenarnya yang
menentukan banyak, luas dan persebaran kota itu. Untuk menjawabnya
dikemukakan beberapa konsep diantaranya ialah range dan treshold. Di

mana range adalah jarak yang perlu ditempuh orang untuk mendapatkan
barang kebutuhannya. Sedangkan treshold ialah minimum penduduk yang
diperlukan untuk kelancaran atau berkesinambungnya suplai barang.Dalam
teorinya ini, Christaler juga mengemukakan sejumlah struktur hexagonal.
Yaitu yang meliputi :
1. Market optimising principle, yaitu bahwa struktur dari permukiman kota
akan mempengaruhi para konsumen dalam arti, mereka ingin sedekat

mungkin dengan setiap level hirarki. Tiap pusat tingkat atas melayani dua
pusat tingkat bawah dan dirinya sendiri.
2. Traffic-optimising prinxple, di sini sebenarnya tempat-tempat pusat tidak
hanya menyajikan barang dan jasa bagi pribadi. Namun juga mengandung
fungsi seperti menyajikan pendidikan, hiburan bagi umum seperti tempat
seni, taman, dan perpustakaan. Di sini lebih efisien karena rute yang
menghubungkan pusat tingkat atas melalui tempat tingkat bawah.
3. Administration-optimising principle, di sini Christaller menunujukan bahwa
pola pemukiman tersusun begitu rupa sehingga setiap tempat bertingkat
bawah terdapat di dalam batas wilayah dari tempat pusat tingkat atas.
Selain itu Christaler juga membuat indeks sentralitas yang digunakan
untuk menemukan bagaimana cara membandingkan suatu sistem tempat

pusat

nyata

dengan

teori.

Sehingga

diperoleh

suatu

ukuran

untuk

mengklarifikasi kota-kota yang ada dalam berbagai bagian dari tingkat
bawah dan atas.


TEORI LOSCH
Pada tahun 1954 Losch melalui bukunya berjudul The economic of
location,mempertegas teori dari christaler tentang pemetaan kota.Dia juga
menggunakan konsep pemetaan penduduk berbentuk heksagonal milik
christaler

namun

tidak

dapat

memetakanya

secara

merata.Dalam

konsepnya,losch tidak hanya memperhatiakn pemetaan wilayah masalah
kebutuhan dari golongan menengah hingga yan kaya saja,melainkan juga
pemetaan pemenuhan kebutuhan untuk wilayah pemukiman miskin.Dalam
konsep losch digambarkan bahwa lokasi perumahan menengah hingga yang

kaya berlokasi di samping pemukiman miskin,begitu terus lokasinya hingga
diibaratkan membentuk pola heksagonal,di samping pinggiran pemukiman
tersebut

ditempatkan

jalur

utama

transportasi,adapaun

semakin

ke

pinngiran kota maka semakin menyebar jalaur utamanya,jaringan seperti itu
disebut

bentang

ekonomi

Losch.Meskipun

tidak

menempatkan

faktor

kepadatan dan jumalah penduduk,konsep pemetaan kota Losch sebenarnya
bertujuan untuk adanya faktor ketergantungan ataupun timbul balik
sehingga sedikit demi sedikit perekonomian wilayah marginal tersebut dapat
berkembang.


Teori Kota Regional

Dalam teori ini luas dan tidaknya pengaruh suatu kota tergantung adanya
lima faktor yaitu : 1) faktor historis, 2) faktor lokasi, 3) faktor aksesibilitas, 4)
faktor lingkungan fisikal, 5) faktor transportasi dan komunikasi.
Faktor historis terkait dengan umur kota serta perjalanan politik, sosial,
ekonomi,

dari

waktu

ke

waktu.

Faktor

lokasi

sangat

menunjang

berkembangnya kota, misal kota yang terletak di tepi perairan yang dapat
dilayari

akan

berbeda

dengan

kota

pedalaman.

Faktor

aksesibilitas

menjanjikan terciptanya frekuensi hubungan antar kota maupun dengan
wilayah lain yang lebih baik. Hal ini berkaitan dengan makin tingginya
aksesibilitas yang dimiliki kota dengan daerah luar makin tinggi mobilitas
barang, orang, jasa, dan informasi antara kota yang bersangkutan. Faktor
lingkungan fisikal sangat terkait dengan aksesibilitas dan ketersediaan ruang
untuk perkembangan selanjutnya.Yang terakhir, faktor transportasi dan
komunikasi berpengaruh terhadap kemampuan jangkau dari pengangkutan
barang, orang, jasa dan informasi.

TIPE-TIPE KOTA

Kota dapat terbentuk sejak terbentuknya kerumunan tempat tinggal
manusia yang relatif padat pada suatu kawasan tertentu dibanding kawasan
di sekitarnya. Idealnya, kawasan yang disebut kota, penduduknya bukan
bermata pencaharian yang berkaitan langsung dengan alam, seperti petani
atau peternak, melainkan di bidang pemerintahan, perdagangan, kerajinan,
pengolahan bahan mentah, industri dan jasa. Dari sifat awal yang sederhana
hingga kompleks, menunjukkan bahwa kota terbentuk melalui suatu proses.
Apabila kota diberi pengertian dengan sifatnya yang masih sederhana,
maka dapat dikatakan kota terbentuk jauh 3000 tahun sebelum abad
Masehi. Sedangkan kota dengan sifat yang kompleks, baru ada beberapa
abad terakhir ini. Untuk mengetahui lebih jauh kota yang sederhana hingga
kompleks seperti sekarang dan yang akan datang akan diuraikan tipe kota
yang tampak, seperti kota kuno, kota pra-industri, kota industri, kota
modern, kota post-modern, kota global, dan kosmopolitan.
1.

Kota Kuno.

a. Terbentuknya Kota
Beberapa literatur menyebutkan mula-mula sekali kota didapati pada guagua, di lembah-lembah atau tempat-tempat terlindung. Disebutkan pula,
beberapa jalur tepi sungai atau di kawasan tertentu yang letaknya strategis
menjadi cikal bakal terbentuknya kota. Ciri utama kota adalah mata
pencaharian

penduduknya

nonagraris

dan

penduduknya

mempunyai

pekerjaan dan kebutuhan yang relatif heterogen. Dari beberapa unsur,
seperti jumlah penduduk, ragam pekerjaan, ragam kebutuhan, fasilitas
umumnya dan biasanya terdapat pimpinan yang kuat yang biasa bermain
politik (untuk membentuk sistem pemerintahan), akan mempengaruhi suatu
kawasan itu disebut kota atau tidak.

Jaman dahulu masyarakat Jawa, khususnya masyarakat desa, menyebut kota
dengan istilah nagari (bahasa Jawa) yang artinya kota atau keraton. Pada
awalnya, kota dapat diidentikkan dengan keraton. Tampaknya istilah ini
memiliki keterkaitan asal usul kata sehingga akan semakin jelas bahwa kota
terbentuk karena menonjol sistem pemerintahannya. Menurut J. Gonta dalam
bahasa Sansekerta, kota dapat diartikan sebagai benteng atau pertanahan.
Dalam bahasa Melayu, kota diartikan sebagai desa yang dipertahankan, atau
desa sebagai kesatuan politik. Dengan demikian, ciri khas kota yang
menonjol sebenarnya adalah peran politiknya. Ciri ini khususnya terdapat
pada kota kuno yang penduduknya masih sedikit dan rentan akan serangan
dari luar.
b. Kota Kuno dan Falsafahnya
Kota sebagai hasil karya manusia seringkali mengekspresikan falsafah hidup
orang

atau

masyarakatnya.

Fungsi

patron-client

menjadi

tolak

ukur

ketahanan dan kehancuran suatu kota bahkan negara. Di Asia, raja sering
dianggap sebagai representasi dewa sekaligus penguasa kota. Kepercayaan
ini membawa pengaruh konsep kosmogoni untuk merancang kotanya.Konsep
kosmogoni adalah suatu pemahaman tentang kesejajaran antara alam
makrokosmos dan mikrokosmos dalam suatu pertautan di muka bumi.Dalam
konsep kosmogoni disebutkan bahwa kemakmuran dan ketentraman dunia
dapat dicapai dengan menyusun dunia manusia sebagai replika alam
semesta.
Sebagai konsekuensinya kota kerajaan harus dirancang sesuai dengan
gambaran bagian-bagian alam semesta yang dihayati. Ibukota atau istana
raja tidak hanya sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan, melainkan
juga sebagai pusat kekuatan magis dari seluruh wilayah kerajaan. Petilasan
kota kuno di Indonesia banyak yang hilang. Hal ini disebabkan karena unsur
politis, bahwa setiap pemerintahan yang baru berusaha melenyapkan jejak

pemerintahan yang lama. Akibatnya, sulit dianalisis konsep replika alam
jagat raya pada kota dan bangunan kuno kerajaan-kerajaan di Indonesia.
c. Gaya Arsitektur
Masyarakat

lapisan

bawah

pada

zaman

kuno,

karena

keterbatasan

kemampuan finansial dan lebih sederhana pemikirannya selain dari setia
kepada raja dan menyembah dewa, tidak memberikan dekorasi rumahnya
secara khusus.Bahkan tempat tinggalnmya sangat sederhana.Tetapi pada
masyarakat golongan menengah, bagian-bagian tertentu dari rumahnya
diberikan dekorasi tertentu yang bercorak alam di sekitarnya, seperti
binatang, tumbuh-tumbuhan, aktivitas manusia, patung dan dewa.Pada
bangunan masyarakat golongan lebih atas lagi ilustrasi yang bersifat
dekoratif tersebut lebih memiliki nilai seni yang lebih tinggi dan tidak
sevulgar dekorasi pada bangunan masyarakat kelas menengah.
2.

Kota Praindustri

Kota praindustri telah memiliki ciri setiap tahap agricultural yang menonjol,
saat orang mengenal teknik menanam tanaman dan berternak binatang
pada sebidang tanah yang luas. Pada kota praindustri heterogenitas
masyarakat dan profesi mulai tampak menonjol dibandingkan dengan
masyarakat kuno.
a. Pola Perkotaan
Gejala yang terjadi pada kota-kota praindustri biasa ditemui empat pusat
kegiatan, yaitu: 1) pusat pemerintahan, 2) ruang publik, tempat masyarakat
berinteraksi sosial, 3) tempat beribadat, 4) pasara tardisional. Di Jawa, ciri
kota praindustri itu meliputi: 1) keraton (pusat pemerintahan), 2) alun-alun
yang terletak di depan keraton, 3) masjid di sebelah kiri alun-alun, 4) pasar
tradisional di depan alun-alun keraton. Secara sosial, di Jawa, ciri-ciri lokasi

pusat-pusat kegiatan cenderung memiliki lokasi yang berdekatan, karena
kebiasaan masyarakat Jawa hidup secara komunal.
b. Gaya Arsitektur
Masyarakat

praindustri

telah

mengalami

perkembangann

filosofi

dari

politheisme ke monotheisme.Jika masyarakat kuno melakukan penyembahan
dewa tertentu pada satu tempat tertentu secara monoton dan cenderung
bersifat publik atau komunal, maka masyarakat praindustri memiliki konsep
kepercayaan

yang

bersifat

privat.Penerapan

konsep

kosmologi

dan

kosmogoni pada bangunan lebih jelas.Bangunan-bangunan masih diberi
snetuhan gambar tentang binatang, tumbuh-tumbuhan, dan dewa atau mitis
tertentu, namun penggambarannya lebih abstrak dan dikerjakan dengan
lebih halus, tidak lagi garang seperti pada arsitektur kuno.Penggambaran
yang halus, rapi, dan lembut dikenal sebagai bersifat klasik.
3.

Kota Industri

Kelahiran dunia industri membutuhkan banyak tenaga kerja, baik tenaga
terampil tingkat atas, menengah, maupun tenaga kasar.Sementara teknologi
medis juga berkembang yang berakibat pertambahan penduduk alami
menonjol.Lembaga-lembaga perekonomian, perbankan, koperasi, pusatpusat perbelanjaan mulai hadir.Kebutuhan akan tenaga kerja di dunia
industri diikuti dengan proses urbanisasi yang tinggi. Penduduk kota semakin
padat dengan segala problematikanya. Pusat-pusat industri yang bertebaran
di kota menunjukkan adanya surplus kapital pada masyarakat kota industri,
sehingga mereka memiliki kemampuan dalam pengumpulan modal untuk
mendirikan suatu industri.
Sementara disisi lain terdapat potensi masyarakat sebagai pasar. Dengan
demikian, kota industri lahir karena masyarakat kuno memiliki surplus
tertentu. Surplus di sini tidak sekadar surplus kapital, tetapi juga teknologi,

sumber daya manusia, dan pemasaran. Gaya arsitektur masa industri
bersifat simpel, efisien, dan fungsional yang merupakan embrio gaya
arsitektur modern.
4.

Kota Modern

Masa industrialisasi berlangsung mulai abad ke-17 setelah mulai banyak
ditemukan berbagai macam temuan teknologi.Namun pada abad ke-17 dan
ke-18 industrialisasi diabdikan kepada segelintir kelompok penguasa yang
absolut dan kaum borjuis.Teknologi tidak digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.Akibatnya banyak ditemui rakyat-rakyat yang hidup
menderita.Sistem pemerintahan berubah dari sistem kekuasaan mutlak
absolut ke bentuk baru yang berpihak pada rakyat, seperti sistem demokrasi
sistem pemerintahan republik, federal, dan lain-lain.tidak seperti zaman rajaraja, kepala negara memisahkan antara aktivitas politik dan agama.

a. Persoalan Kota Modern
Ciri-ciri kota modern adalah pertama, penggunaan teknologi sebagai sarana
untuk

mempermudah

mewujudkan

kebutuhan

manusia.

Kedua,

masyarakatnya memberikan perhatian pada persoalan lingkungan, dengan
mengenal sistem daur ulang dan sumber energi nonreguler sebagai
alternatif untuk memenuhi kebutuhan manusia.Ketiga, pemanfaatan tenaga
listrik dan komputerisasi sebagai sumber vital untuk menggerakkan roda
legiatan manusia.
b. Gaya Arsitektur
Arsitektur modern dirancang secara efisien, berusaha menggugah rasa
kekaguman

atas

kemajuan

teknologi

dan

penyelesaian

yang

telah

dicapainya.Seni arsitektur modern mencoba untuk memasuki penemuan-

penemuan di bidang sains.Hal ini didorong oleh perkembangan seni murni
yang mulai mempertimbangkan faktor-faktor ekonomis-industrial sehingga
arsitektur modern gandrung dengan bentuk-bentuk dan hiasan geometris,
teknologis, dan sains.
5.

Kota Post-Modern

Pada kota psot modern ciri-ciri modernisasinya berkembang lebih lanjut.
Teknologi dan ilmu pengetahuan seperti komputerisasi dan elektronisasi
berkembang lebih canggih, beragam, dan digunakan untuk kegiatan seolah
di luar akal pikir masyarakat awam sebelumnya, seperti teknologi daur ulang
air seni sebagai kebutuhan air minum, penyediaan bahan makanan dalam
kapsul dan aktivitas manusia di luar angkasa.
Arsitektur Post Modern
Evaluasi atas modernisasi melahirkan dua aliran.Aliran Pertama adalah post
modernisme yang berorientasi pada kritik arsitektur yang memiliki konteks
kebudayaan, sejarah, dan komunikasi. Aliran Kedua, yang disebut dengan
neo modernisasi dan dekonstruksi. Aliran ini justru mengkritik aliran yang
pertama (post-modern).Aliran pertama dianggap melakukan kemunduran
dengan

menengok

masa

lalu

melalui

sejarah.Sebaliknya,

aliran

neo

modernisasi ingin mengatakan bahwa modernisasi belumlah selesai.Perlu
didekonstruksi dan diperbarui menjadi sesuatu yang lebih baru lagi.Neo
modernisasi ingin bergerak secara linier.
6.

Kota Global

Istilah global semula dapat dijumpai di bidang ekonomi. Apabila tingkat
aktivitas ekonomi meningkat, berarti telah terjadi surplus yang mendorong
penduduk kota melakukan aktivitas ekonominya ke luar negeri. Ekonomi
dunia dikuasai oleh sejumlah kecil kekuatan yang bersifat transnasional dan
mendominasi jaringan dunia di bidang produksi dan konsumsi.Kota global

memiliki sejumlah perusahaan yang bersifat transnasional dan pusat
pelayanan

jasa

yang

berkelas.Kondisi

ini

berpengaruh

pada

tingkat

kesempatan kerja, tingkat penghasilan penduduk, dan pandangan hidup
penduduk.
Pola berpikir global akan berpengaruh pada desain arsitektur kota, baik itu
bangunan-bangunan komersial maupun tempat tinggal, sebagai misal
beberapa kota besar di Indonesia telah mengenal gaya bangunan minimalis
dan pewarnaan kasual pada bangunan. Arsitektur lokal ada kecenderungan
mulai ditinggalkan, kecuali dengan melakukan perpaduan antara arsitektur
lokal dan arsitektur modern. Arsitektur lokal yang memiliki local genius saja
yang akan bertahan.
7.

Kota Kosmopolitan

Coamopolitan

dalam

bahasa

Inggris,

merupakan

kata

sifat

dari

internasional.Kata bendanya adalah cosmopolite, orang yang berpandangan
internasional, warga dunia.Cosmos dalam bahasa Yunani berarti, dunia,
alam, dan polis berarti kota atau warga. Kota kosmopolitan berarti kota yang
masyarakatnya memiliki pandangan alam secara utuh menyeluruh. Gejala
kosmopolitan tampak pada dominasi individu-individu penduduk kota yang
memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi dan pemilikan industri berskala
besar, minimal industri di tingkat provinsi. Dengan kondisi sosial ekonomis
eperti ini, masyarakat kosmopolitan memiliki status sosial ekonomi tinggi
yang memungkinkan mereka establish dalam finansial.
Pada akhirnya mereka akan memiliki gaya hidup

perfectionist yang

dicurahkan dalam bentuk aktualisasi diri, sepeti membangun citra diri
sebagai

figur

masyarakat

yang

banyak

memberikan

perhatian

pada

lingkungan. Penampilan, perilaku, dan aktualita akan dijaga. Masyarakat ini
mngkritisi kembali ear post-modern yang dianggap norak untuk mencari
perhatian untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, masyarakat kosmopolitan akan

menjaga secara seimbang antara kepentingan dirinya dengan kepentingan
masyarakat. Ada kecenderungan masyarakat kosmopolitan merupakan
kelompok bangsawan baru, dalam pengertian memiliki tujuan hidup yang
mapan serta menjaga citra.
Arsitektur kosmopolitan pun dirancang secara megah dan kembali ke era
modern dengan penambahan unsur-unsur yang lebih kreatif. Kosmopolitan
merupakan kelanjutan dari post-modern yang ingin memperbaiki apa yang
kurang memuaskan bagi masyarakat kosmopolitan. Hal yang masih dihargai
dalam post-modern adalah kreativitasnya. Kota kosmopolitan sebagai
megacity menyadari pentingnya sustainability untuk masa depan generasi
yang akan datang. Kesadaran ini melahirkan “lomba” pesta penghijauan di
banyak negara berkembang dan menuntut banyak komitmen dalam
perdebatan

politik.Fakta

bahwa

lapisan

ozon

menipis

menunjukkan

kebutuhan mendesak untuk mencegah degradasi lingkungan berikutnya.
Struktur kota
Pada siang hari kota betul-betul merupakan roda penghidupan penduduk
kota dan sekitarnya, sedang pada malam hari kota menjadi sunyi dan
tenang. Jenis kelamin atau seks mempunyai arti yang penting, karena semua
kehidupan

sosial

dipengaruhi

oleh

propinsi

atau

perbandingan

jenis

kelamin.Suatu kenyataan ialah bahwa pada umumnya kota-kota sedang dan
kota-kota besar lebih banyak dihuni oleh wanita daripada oleh pria, tetapi
tidak demikian halnya untuk kota-kota kecil.
Elektrifikasi belum banyak didapat di daerah pedesaan, terutama di daerah
pedesaan di negara-negara belum maju yang bersifat agraris. Di daerah
seperti ini yang memiliki sifat agraris lebih banyak menggambarkan
pekerjaan

keras

daripada

pekerjaan-pekerjaan

yang

diperlukan

dan

dijalankan oleh penduduk kota. Membajak, mencangkul dan pekerjaan yang

sejenis itu pada umumnya dikerjakan oleh kaum pria. Di kota, wanita dapat
bekerja dibidang jasa yang tidak banyak memeras tenaganya.
Struktur penduduk kota dari segi umur menunjukkan bahwa mereka lebih
banyak tergolong dalam umur produktif. Kemungkinan besar adalah bahwa
mereka yang berumur lebih dari 65 abad atau mereka yang sudah pensiun
lebih menyukai kehidupan dan suasana yang lebih tenang.Suasana ini
terdapat di daerah lokalisasi.
Struktur kota dapat dilihat dari jenis-jenis mata pecaharian penduduk. Sudah
jelas bahwa jenis mata pencaharian penduduk kota di bidang non agraris
seperti pekerjaan-pekerjaan di bidang kepegawaian, pengangkutan dan di
bidang jasa serta lain-lainnya. Dengan demikian struktur dari segi jenis-jenis
mata pencaharian akan mengikuti fungsi dari suatu kota, misalnya saja: kota
tang dibangun adalah kota industri, maka dapat dikatakan bahwa struktur
penduduk kota tersebut dari segi ini akan mengarah atau cenderung ke
jenis-jenis kegiatan industri, tetapi meskipun demikian jarang sekali suatu
kota mempunyai fungsi tunggal. Biasanya ada fungsi-fungsi lainnya juga
seperti kota dagang wanita, kota pemerintahan, kota kebudayaan, dan
sebagainya. Dalam keadaan tersebut struktur penduduk kota dari segi mata
pencaharian akan mengalami pelbagai variasi.
Segregasi dapat dianalogkan dengan pemisahan yang dapat menimbulkan
pelbagai

kompleks

atau

kelompok

(clusters),

sehingga

mendengar

adanya:

kompleks

perumahan

pegawai

perumahan

tentara,

kompleks

pertokoan,

kompleks

seterusnya.

kita

bank,

sering

kompleks

pecinaan,

dan

Pengertian Perancangan Kota
Ada suatu kesalahan persepsi, baik secara pendefinisian, maupun
secara pemaknaan terhadap Perancanan Kota (Urban Design), yaitu yang
selama ini dianggap suatu arsitektur besar, yang muncul sebagai akibat
dibangunnya proyek-proyek berskala besar oleh swasta, disamping itu juga
sering dianggap sebagai suatu usaha vpengindahan kota', seperti misalnya
penanaman pohon-pohon, penghias jalan, trotoarisasi, dan sejenisnya, yang
lebih cenderung bersifat sebagai dekorasi kota. Namun demikian, pada
dasarnya Urban Design berkaitan erat dengan kebijakan dalam perancangan
fisik kota, yang melibatkan sekelompok orang dalam suatu kurun waktu
tertentu, disamping juga berkaitan erat dengan rnanajemen pembangunan
fisik kota, baik dalam lingkungan alarni, maupun linakungan binaan
(Shirvani).
Menurut Catanese dan Snyder, pada hakekatnya Urban Design adalah
suatu jembatan antara profesi perencanaan kota dan arsitektur, yang
perhatian utamanya adalah pada bentuk fisik wilayah perkotaan. Dalam hai
in; Catanese dan Snyder menjelaskan posisi urban design dalam proses
perencanaan dan perancangan dalam skala makro.
Perancangan kota adalah sebutan yang diterima secara umum untuk
suatu proses yang ditujukan untuk menghasilkan arahan perancangan fisik
dari perkembangan kota, konservasi dan perubahan. Di dalamnya termasuk
pertimbangan lansekap lebih dari pada bangunannya, preservasi dan
pembangunan baru; perdesaan yang perkembangannya dipengaruhi kota,
rencana lokal, renovasi kota oieh pemerintah serta kepentingan lokal
(Barnet, 1982:12).
Menurut Pierre Merlin dan Francoise Choay (1988: 677 & 851)
perancangan kota adalah proses dari konsep dan realisasi arsitektur yang
memungkinkan penguasaan pengaturan formal dari perkembangan kota,
yang menyatukan perubahan dan kemapanan. la adalah pertengahan dari
praktek arsitek yang berkonsentrasi pada konsep formal dan realisasi
arsitektural dalam konstruksi bangunan dan perancang kota yang
berkonsentrasi pada pembagian dan penggunaan yang kurang sempurna
dari sumber-sumber kepemilikan dan penghancuran yang tidak perlu dari

bagian-bagian bersejarah sehingga terintegrasinya kesatuan dan keindahan
dalam lingkungan terbangun.
Kekeliruan yang sering dilakukan dalam urban planning menurut
Danisvvoro adalah melihat kota sebagai 'subyek fisik' bukan sebagai 'subyek
sosial'. Sebuah kota tidak hanya direncanakan, melainkan dirancang.
Berdasarkan ha! tersebut, beliau mendefinisikan urban design sebagai
berikut:
a. Urban Design merupakan jembatan yang diperlukan untuk
menghubungkan secara layak, berbagai kebijaksanaan perencanaan kota
dengan produk-produk perancangan fisiknya.
b. Urban Design merupakan suatu proses yang memberikan arahan,
bagi terwujudnya suatu lingkungan binaan fisik yang Iayak dan sesuai
dengan aspirasi masyarakat, kemarnpuan sumber daya setempat, serta
daya dukung lahannya.
Definisi dari Danisworo tersebut merupakan suatu gabungan definisi
antara Shirvani dengan Catanese & Snyder, yang menjelackan posisi urban
design dalam lingkup perancangan kota. Disamping itu, ia juga menjelaskan
arah dan tujuan dan proses tersebut.
Urban Design menurut Andy Siswanto sebenarnya adaiah sebuah
disiplin perancangan yang merupakan pertemuan dari arsitektur,
perencanaan dan pembangunan kota. Lebih jauh lagi, Urban Design adalah
menterjemahkan kedua bidang riset perkotaan dan arsitektural sedemikian
rupa, sehingga ruang dan bangunan perkotaan dapat dimanfaatkan, sosial,
artistik, berbudaya dan optimal secara teknis maupun ekonomis
Namun demikian, terkadang definisi Urban Design banyak disalahartikan,
dimana arsitek sendiri sering terkonsentrasi pada perancangan bangunan
sebagai sosok tunggal yang terisolasi dari kawasan, tidak merespon dan,
terintegrasi dengan tipologi morfologi arsitektur, serta struktur fisik
kawasan. Pendapat ini sama dengan Danisworc yang mendefinisikan urban
design berdasarkan posisinya dalam proses perancangan suatu kota, dan
menjelaskan fungsi clan tujuan dari proses tersebut
Disain kota atau Urban Design, dapat didefinisikan sebagai bagian dari
rangkaian perencanaan kota, yang rnenyangkut seal estetika, yang akan
mengatur dan menata bentuk serta penampilan dari suatu kota (Djoko

Sujarto). Pendapat ini berbeda dengan beberapa definisi diatas, Djoko Sujarto
lebih menekankan pandangannya pada segi estetika.
Berdasarkan atas beberapa analisa tersebut, banyak ditemui adanya
kesamaan-kesamaan pandangan persepsi, mengenai pengertian dan definisi
dari urban design, antara lain:
a. Lebih menekankan pada aspek perancangan secara fisik, daripada
perencanaan.
b. Lebih condong pada suatu nilsi estetis, daripada fungsi dan penampilan
fisiknya.
c. Sama-sama menekankan pada aspek saling keterkaitan dalam proses
perancangan, antara dampak yang satu dengan yang lainnya.
Disamping beberapa kesamaan pandangan tersebut, ada pula beberapa
perbedaan yang dapat ditemukan, terutama dalam hal penekanan masalah
yang rnenyangkut pengertian dan definisi Urban Design, yaitu antara lain:
a. Shirvani dan Danisworo, lebih menekankan pada kebijakan dan
manajemen pembangunan, dalam perancangan fisik kota.
b. Catanese dan Snyder dalam definisinya, lebih menekankan pada
kebijakan dan manajemen pembangunan, dalam perancangan fisik kota.
c. Andy Siswanto dan Djoko Sujarto iebih menekankan urban design
dalam posisinya, yaitu sebagai suatu penghubung antara dua disiplin ilmu,
yang menjadi bagian dari suatu proses perancangan kota.
d. Jo Santoso iebih menekankan pada latar belakang dari timbulnya
proses perancangan tersebut, dibandingkan dengan pembahasan tentang
proses itu sendiri.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
urban design adalah merupakan suatu disiplin perancangan, yang merupakan
suatu jembatan antara perencanaan kota dan arsitektur, dan berkaitan erat
dengan kebijakan dalam perancangan dan manajemen pembangunan fisik kota,
yang perhatian utamanya adalah pada bentuk fisik kota dan lingkungannya,
baik daiam bentuk lingkungan alami, maupun lingkungan binaan, yang sesuai
dengan aspirasi masyarakat, kernampuan sumberdaya setempat, serta daya
dukung lahannya, dan diatur sedemikian rupa, sehingga ruang dan bangunan
perkotaan tersebut dapat dimanfaatkan, sosial, artistik, berbudaya dan optimal,
secara teknis maupun ekonomis.

Pengertian Perencanaan Kota
Pengertian Umum tentang Perencanaan Kota
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan
fungsional.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan
ruang,
dan
pengendalian
pemanfaatan
ruang.
Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan
hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
penataan ruang. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk
meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan
ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan
penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana
tata ruang.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib
tata
ruang.
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.
Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang
mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi
daya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian
dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya

keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman
dan sistem agrobisnis.
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas
sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti
dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan
fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah
yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurangkurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.
Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau
lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan
membentuk
sebuah
sistem.
Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan
sebagai warisan dunia.
Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan.
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

The correlation intelligence quatient (IQ) and studenst achievement in learning english : a correlational study on tenth grade of man 19 jakarta

0 57 61

An analysis of moral values through the rewards and punishments on the script of The chronicles of Narnia : The Lion, the witch, and the wardrobe

1 59 47

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22