Analisis pendanaan perusahaan jangka pen

TUGAS MAKALAH KELOMPOK PEMBELANJAAN PERUSAHAAN
Analisis Pembelanjaan Perusahaan – Sumber Pendanaan Jangka Pendek dan Jangka
Panjang

Dosen:
Dr. Ir. Trias Andati, MSc, MM.

Disusun Oleh:
M. Bobby Afif Nasution

P056163731.55

Nanda Yaumun Niam

P056163761.55

Sabilil Hakimi A

P056163851.55

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS

SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perusahaan
Pada tahun 1911 NV Hollandsch Amerikaanse Plantage Maatschappij membuka
perusahaan perkebunan di Kisaran, Sumatra Utara namun pada tahun 1986 perusahan ini
diakuisisi oleh Bakrie and Brothers dan kemudian diganti menjadi PT Bakrie Sumatera
Plantations. Sejak awal perusahaan bergerak diperkebunan karet, namun setelah diakuisisi
perusahaan mulai mengalihkan komoditi pada tahun 1993 ketika 6.200 ha dari lahan karet di
Kisaran di konversi menjadi kelapa sawit. Sejak itu, perusahaan melanjutkan untuk
memperluas usaha kelapa sawit, baik dengan pengembangan lahan baru dan akuisisi, hal
serupa juga dilakukan pada komoditi karet. Akuisisi yang dilakukan bakrie sampai saat ini,
yaitu PT Huma Indah Mekar (perkebunan karet), PT Agro Mitra Madani (Pabrik Kelapa
Sawit), PT Air Muring (Perkebunan dan Pabrik Karet), PT Nibung (Pabrik Karet), PT
Sumbertama Nusapertiwi (Perkebunan Kelapa Sawit), PT Grahadura Leidung Prima
(Perkebunan Kelapa Sawit), PT Guntung Idaman Nusa (Perkebunan Kelapa Sawit), Solegna

BV (Perkebunan Kelapa Sawit), Great Four BFI (Perkebunan Kelapa Sawit).
Dengan visi Menjadi Perusahaan Agrobisnis Terintregasi Nomor Satu dan Paling
dikagumi di Indonesia PT Bakrie Sumatera Plantations terus melakukan pengembangan,
salah satu pengembangan yang dapat dilaukan perusahaan adalah dengan mengakuisisi.
Untuk melakukan akuisisi PT Bakrie Sumatera Plantations memerlukan dana investasi yang
besar oleh karena itu pada tahun 1990 perusahaan berhasil menuaikan sejarah yakni dengan
berhasilnya PT Bakrie Sumatera Plantations tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya. Hingga tahun 2015 lahan perkebunan yang dimiliki adalah 130.000 Ha mayoritas
perkebunan saat ini berada di pulau Sumatera. Perusahaan telah memulai memperluas ke
provinsi Kalimantan sejak awal 2007 dan tetap melakukan pengembangan. Sertifikasi
perusahaan yang juga membantu PT Bakrie Sumatera Plantations dalam menjaga harga
sahamnya di pasar juga tetap di jaga dan diperbarui. Seperti sertifikasi ISO 9002:1994 ISO
9001:2000. ISO 14001, serta yang terbaru adalah RSPO.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kinerja perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantation menggunakan rasiorasio keuangan seperti rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas.
2. Mengidentifikasi komposisi sumber pendanaan perusahaan untuk jangka pendek serta
dampaknya terhadap pertumbuhan perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantation.
3. Mengidentifikasi komposisi sumber pendanaan perusahaan untuk jangka panjang serta
dampaknya terhadap pertumbuhan perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantation.

4. Menganalisis kebijakan pendanaan perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantation.

2

PEMBAHASAN
A. Analisis Rasio-Rasio Keuangan
1. Analisis rasio profitabilitas
Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba secara periode tertentu. Analisis profitabilitas terdiri dari
Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE),
Return On Asset (ROA), Profit Margin On Sales, dan Gross Profit Margin. NPM
menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang
dilakukan perusahaan. Selama tiga tahun pengamatan yang dilakukan pada PT Bakrie
Sumatera Plantation. Menunjukkan bahwa NPM tinggi di tahun 2013 sebesar 23,79%,
dan menurun di tahun 2014 sebesar 12,85% serta naik di tahun 2015 sebesar 15,05%.
Return On Investment (ROI) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola
aset yang dimiliki. Selama tiga tahun pengamatan yang dilakukan pada PT Bakrie
Sumatera Plantation. Menunjukkan bahwa ROI mengalami penurunan dari tahun
2013 (2,85%), dan meningkat di tahun 2014 (4,26%) lalu mengalami penurunan
drastic di tahun 2015 (1,17%). Return On Equity (ROE) bertujuan untuk

menggambarkan seberapa besar kemampuan pendapatan bersih perusahaan yang
dapat diperoleh para pemegang saham atas modal disetor selama tiga tahun
pengamatan yang di lakukan di tahun 2013 sebesar 8,78% dan menurun di tahun 2014
sebesar 6,02% dan menurun lagi di tahun 5,41%.
Return On Assets (ROA) dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on assets merupakan
perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang
dimiliki perusahaan, Return On Asset pada pengamatan yang dilakukan selama tiga
tahun menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun 2013 sebesar 6,59%, tahun
2014 sebesar 4,60% dan tahun 2013 sebesar 4,15%. Profit Margin On Sales
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan penjualan. Dari
pengamatan yang dilakukan selama tiga tahun menunjukkan bahwa di tahun 2013
Profit margin on sales berada pada 10,28% meningkat di tahun 2014 selama 11,89%
dan menurun drastis di tahun 2015 sebesar 4,23%. Gross Profit Margin merupakan
persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin
semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga
pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula
sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi
perusahaan (Syamsuddin, 2009:61). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama
3 tahun menunjukkan bahwa dr tahun 2013 (28,46%), 2014 (27,71%) dan 2015

(25,41%) mengalami penurunan. Kesimpulan yang di dapat dari seluruh rasio
profitabilitas ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami penurunan profit,
terlebih ditahun 2014. Hal tersebut mungkin karena tanaman perkebunan masih
banyak yang belum menghasilkan atau buruknya system manajerial di perusahaan
tersebut yang berdampak pada penurunan laba.

3

2. Analisis rasio likiuditas
Analisis Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan
perusahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh
tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya
berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan
dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Analisis
likuiditas terdiri dari Current Ratio dan Quick Ratio. Quick Ratio digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 3 tahun menunjukkan
bahwa di tahun 2013-2015 mengalami penurunan ditunjukkan dengan 2013 (0,1%),
2014 (0,09%) dan 2015 (0,06%) hal ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan
semakin buruk, karena semakin sulit suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban

jangka pendeknya (semakin tidak likuid). Current Ratio digunakan untuk
menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar maka semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadi penurunan pada Current
Ratio hal ini terlihat pada data di tahun 2013 sebesar 0,25%, di tahun 2014 sebesar
0,16% dan di tahun 2015 sebesar 0,14%. Artinya perusahaan mengalami masalah
dalam likuidasi.
3. Analisis rasio solvabilitas
Analisis Rasio Solvabilitas merupakan analisis yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan di likuidasi. Perusahaan yang
memiliki aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut
perusahaan yang solvable, sedangkan yang tidak disebut insovable. Analisis rasio
Solvabilitas terdiri dari Debt to assets ratio (DAR) dan Debt to equity ratio (DER).
debt to Assets Ratio merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur
prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. DAR menunjukkan banyaknya
hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan (Keown, 2004)
berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 3 tahun di perusahaan PT Bakrie
Sumatera Plantation menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan. Hal

tersebut terbukti pada tahun 2013 sebesar 24,98%, 2014 sebesar 28,53% dan 2015
sebesar 37,52%. Semakin tinggi nilai DAR mengindikasikan bahwa semakin besar
juga jumlah aset yang dibiayai oleh hutang dan semakin kecil jumlah aset yang
dibiayai oleh modal oleh karena itu perusahaan ini memiliki resiko yang tinggi untuk
menyelesaikan kewajiban jangka panjang karena semakin banyak hutang perusahaan
tersebut. Debt to equity ratio (DER) digunakan untuk melihat seberapa besar hutang
perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa DER mengalami peningkatan yang
signifikan. Yaitu pada tahun 2013 sebesar 33%, di tahun 2014 sebesar 37% dan di
tahun 2015 sebesar 49%. Hal ini menunjukkan semakin tinggi angka DER maka
4

perusahaan memiliki resiko yang semakin tinggi terhadap kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban-kewajibannya.

5

B. Analisis Sumber Pendanaan Jangka Pendek
1. Analisis komposisi sumber dana jangka pendek serta perubahannya.
Sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, PT Bakrie Sumatera Plantation

mengalami penurunan nilai perusahaan. Jika dilihat dari banyaknya aset, aset yang
dimiliki PT Bakrie Sumatera Plantation pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 18,1 Triliun
kemudian mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi Rp. 17,4 Triliun dan turun lagi
pada tahun 2015 menjadi Rp. 16,9 Triliun. Komponen aset terbesar perusahaan ini ada
pada aset tetap, piutang jangka panjang,dan tanaman menghasilkan serta tanaman belum
menghasilkan. Berikut ini adalah rincian aset perusahaan dari tahun 2013 sampai tahun
2015:
Tabel 1. Rincian aktiva PT Bakrie Sumatera Plantation dari tahun 2013 sampai tahun 2015
Jenis Aktiva
Tahun 2013 (dalam
Tahun 2014 (dalam
Tahun 2015 (dalam
ribu rupiah)
ribu rupiah)
ribu rupiah)
Aktiva Lancar
Kas
117.017.409
55.595.947
43.967.471

Piutang usaha
154.507.483
124.158.769
149.652.889
Piutang pihak ketiga
141.854.455
138.874.108
147.364.090
Piutang pihak
178.159.411
156.824.668
146.008.520
berelasi
Persediaan
163.506.574
134.447.132
146.882.913
Uang muka
21.587.654
19.440.873

24.476.613
operasional
Pajak dibayar
36.120.876
31.210.046
31.589.899
dimuka
Aset lancar lain
114.112.113
100.725.979
140.261.840
Aset tidak lancar
2.533.027.154
1.836.219.228
643.040.156
yang bisa dijual
Total aktiva lancar
3.459.897.865
2.597.496.750
1.473.246.391

Aktiva Tetap
Piutang jk. panjang
2.356.130.453
2.582.551.071
2.942.176.453
Piutang plasma
168.655.413
202.938.376
212.123.546
Aset pajak
948.522.833
929.551.253
1.260.435.957
tangguhan
Investasi
302.535.339
302.472.184
302.472.184
Tanaman
1.525.598.428
1.530.620.590
1.523.458.612
menghasilkan
Tanaman Belum
1.090.877.941
1.100.970.883
1.084.065.447
Menghasilkan
Aset Tetap
7.029.250.096
7.013.865.676
6.958.069.122
Goodwill
815.585.613
815.585.613
815.585.613
Proyek usaha
226.987.657
249.171.520
253.466.975
Aset tetap lain
51.829.098
85.445.371
88.700.819
Total aktiva tetap
14.560.748.214
14.852.892.726
15.453.370.478
Total aktiva
18.020.640.490
17.450.389.476
16.926.616.869

6

Untuk mendanai aktivitas usahanya, PT Bakrie Plantation menggunakan sumber
pendanaan yang bersifat jangka pendek. Berikut ini adalah informasi yang dapat diberikan
untuk menjelaskan komposisi sumber dana jangka pendeknya :
Tabel 2. Komposisi sumber pendanaan jangka pendek PT Bakrie Sumatera Plantation
Sumber Pendanaan
Tahun 2013 (dalam
Tahun 2014 (dalam
Tahun 2015 (dalam
ribu rupiah)
ribu rupiah)
ribu rupiah)
Pinjaman Bank Jk.
40.000.000
40.000.000
85.000.000
Pendek
Utang usaha pihak
333.129.793
328.471.264
323.858.639
ketiga
Beban Akrual
646.810.762
948.678.003
1.615.155.072
Utang Dividen
1.616.268
1.616.268
1.616.268
Uang Muka
600.660.963
652.446.473
443.291.153
Penjualan
Utang lain-lain dari
161.322.579
132.918.788
217.045.523
pihak ketiga
Utang jk. panjang
3.675.885.709
4.764.960.975
4.455.960.252
yang jatuh tempo
Total
6.359.394.322
7.699.735.962
7.965.667.450
Pada tahun 2015, PT Bakrie Sumatera Plantation meperoleh fasilitas pinjaman baru
dari PT Bank Capital Indonesia Tbk. (“BACA”) sejumlah Rp. 45 Miliar dengan bunga
16% pa. sehingga meningkatkan utang jangka pendeknya menjadi Rp. 85 Miliar
dibandingkan dengan tahun 2014 dan 2013 yaitu sebeesar Rp. 40 Miliar. Pinjaman jangka
pendek ini digunakan untuk mendanai modal kerja Entitas anak perusahan PT Bakrie
Sumatera Plantation. Selain dari pinjaman bank, perusahaan ini juga menahan pembagian
deviden untuk menambah dana operasional perusahaan.
Utang usaha juga dilakukan oleh perusahaan sebagai sumber pendanaan untuk
membiayai pembelian bahan baku, bahan kimia, pupuk,suku cadang dan peralatan lainnya.
Besar utang usaha dari tahun 2013 sampai 2015 tidak ada perubahan yang signifikan
cenderung sama dari tahun ke tahun. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa PT. Bakrie
Sumatra Plantation memiliki kewajiban untuk membayar utang jangka panjang yang telah
jatuh tempo yang besarnya tidak sebanding dengan aset lancar yang dimilikinya, sehingga
hal ini harus diwaspadai oleh perusahaan agar tidak dipailitkan oleh pemberi pinjaman
ketika telah dikategorikan dengan perusahaan gagal bayar. Hal ini dikarenakan pada PT.
Bakrie Sumatra Plantation pendanaan untuk aktivitas produksi perusahaan pada 3 tahun
sebelumnya lebih dominan dibiayai dengan pendanaan jangka panjang namun tidak
diimbangi dengan likuiditas perusahaan yang baik sehingga perusahaan harus melakukan
restrukturisai utang jangka panjangnya.

2. Analisis aktiva lancar dan utang lancar dari segi umur dan perputaran
7

Salah satu sumber pendanaan jangka pendek yang dilakukan perusahaan PT. Bakrie
Sumatra Plantation adalah dengan menggunakan fasilitas utang usaha untuuk membiayai
produksi seperti pembelian bahan baku, bahan kimia, pupuk,suku cadang dan peralatan
lainnya. Namun agar perusahaan dapat menjamin utang usahanya bisa terbayarkan harus
ada sinkronisasi terhadap piutang dan persedian pada aktiva lancar perusahaan.
Sinkronisasi ini dilihat dari umur dan perputaran antarapiutang dan utang usaha. Informasi
terkait umur piutang dan utang usaha serta persediaan perusahaaan dapat dilihat pada
Tabel 3 berdasarkan dari laporan keuangan PT. Bakrie Sumatra Plantation.
Sebagai contoh pada tahun 2015, total piutang usaha dari pihak ketiga adalah sebesar
Rp. 538.587.547.000 Namun besar piutang tersebut dikurangi dengaan penyisihan
kerugian penurunan nilai akibat resiko tidak tertagih sebesar Rp.388.934.658.000 sehingga
besar neto piutang usaha PT. Bakrie Sumatra Plantation adalah Rp.149.652.889.000
Komposisi piutang perusahaan didominasi oleh piutang dengan umur lebih dari 90 hri
yaitu sebesar Rp. 508.046.892.000. Adapun nilai persediaan yang dimiliki perusahaan
pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 146.882.913.000.
Tabel 3. Umur piutang usaha dan utang usaha PT. Bakrie Sumatra Plantation
Umur
Tahun 2013 (dalam
Tahun 2014 (dalam
Tahun 2015 (dalam
ribu rupiah)
ribu rupiah)
ribu rupiah)
Piutang
30 hari
17.377.238
46.628.043
22.814.075
31 hari – 60 hari
3.903.462
2.615.412
7.726.580
60 hari – 90 hari
5.595.665
9.663.246
Lebih dari 90 hari
505.643.313
448.920.379
508.046.892
Dikurangi
(353.484.819)
(383.668.311)
(388.934.658)
penyesuaian
kerugian tak tertagih
Total setelah
154.507.483
124.158.769
149.652.889
penyesuaian
Utang
30 hari
19.893.250
21.744.073
18.816.778
31 hari – 60 hari
5.716.933
10.642.062
6.669.656
60 hari – 90 hari
9.946.372
19.873.649
19.114.408
Lebih dari 90 hari
297.573.238
276.211.480
279.257.797
Total
333.129.793
328.471.264
323.858.639
Berdasarkan tabel diatas, PT. Bakrie Sumatra Plantation memiliki potensi yang cukup
untuk melunasi utang usahanya pada pihak ketiga. Bahkan perusahaan ini menggunakan
potensi total piutangnya sebesar Rp. 1,26 triliun dan Rp. 1,29 triliun masing-masing untuk
tahun 2015 dan 2014 sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman jangka panjang dari
Credit Suisse AG, Cabang Singapura dengan fasilitas sampai dengan USD250 juta.
Namun perusahaan juga harus mewaspadai potensi tak tertagihnya piutang sehingga dapat
menurunkan nilai piutang dan meningkatkan kerugian.
3. Analisis pertumbuhan pendapatan perusahaan

8

Setelah menganalisis komposisi pendanaan jangka pendek perusahaan, selanjutnya
akan dianalisis perkembangan laba perusahaan selama 3 tahun terakhir. Pertumbuhan
pendapatan yang dapat dilihat adalah dari laporan laba-rugi perusahaan. Berdasarkan
laporan laba-rugi perusahaan, selama 3 tahun terakhir ini perusahaan selalu mengalami
kerugian. Berikut ini adalah informasi mengenai laba/rugi PT. Bakrie Sumatra Plantation
selama 3 tahun terakhir.
Tabel 4. Perkembangan ekuitas & laba-rugi neto tahun berjalan PT. Bakrie Sumatra
Plantation
Keterangan
Tahun 2013 (dalam
Tahun 2014 (dalam
Tahun 2015 (dalam
ribu rupiah)
ribu rupiah)
ribu rupiah)
Total Ekuitas
4.845.570.431
4.120.453.140
3.356.805.612
Total Laba/Rugi neto
(2.766.719.041)
(682.944.002)
(517.534.093)
Fenomena ini terjadi karena masih banyaknya tanaman perkebunan yang belum
menghasilkan sedangkan perusahaan terus mengeluarkan biaya untuk pekerja dan
perawatan tanaman sehingga membengkakan biaya operasional. Pada tahun 2013, terjadi
banyaknya piutang yang tidak tertagih dari prediksi manajemen perusahaan yaitu sebesar
(1.2 Triliun) dan kerugian yang disebabkan selisih kurs yaitu sebesar (1.1 Triiun).
Meskipun demikian, kerugian perusahaan terus mengalami penurunan dari tahun 2013
hingga tahun 2015 hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya tanaman pekerbunan
yang sudah mulai menghasilkan dan mengecilnya besar piutang yang tidak tertagih.
4. Analisis perbandingan umur piutang dan umur utang usaha serta dampaknya
terhadap kebujakan modal kerja perusahaan.
Berdasarkan Tabel 3, sebenarnya perusahaan memiliki potensi yaang cukup untuk
menyeimbangkan umur utang usahanya dengan umur piutang usaha yang dimilikinya.
Namun dengan adanya penyesuaian terhadap potensi tidak tertagihnya piutang usaha,
dengan umur utang usaha yang dibebankan kepada perusahaan hanya dapat diamankan
sekitar 50% dari total utang usaha yang dimilikinya. Adapun kebijakan yang dikeluarkan
perusahaan untuk memenuhi modal kerjanya adalah dengan menggunakan factoring yaitu
menjaminkan potensi piutang usahanya untuk mendapatkan pinjaman kredit modal kerja.
PT. Bakrie Sumatra Plantation terus mengalami kerugian dari tahun 2013 sampai
2015 oleh sebab itu perusahaan harus dapat memulihkan keadaan salah satunya dengan
mengumpulkan piutang-piutang yang tertahan pada pihak ketiga. Jika tidak maka
perusahaan akan terus merugi seiring dengan meningkatnya beban bunga pinjaman dan
semakin banyaknya pinjaman-pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo pada tahuntahun tersebut. Selain itu perusahaan juga dapat meningkatkan kemampuan likuidasinya
dengan cara menjual aset lancar maupun aset tetap.

9

C. Analisis Sumber Pendanaan Jangka Panjang
1. Analisis komposisi sumber dana jangka panjang serta perubahannya
PT. Bakrie Sumatra Plantation memiliki sumber pinjaman jangka panjang sebanyak
lima perusahaan sebagai pihak ketiga dan satu wesel bayar. Sumber pendanaan jangka
panjang tersebut diantaranya adalah (1) pinjaman dari Credit Suisse AG, (2) Verdant
Capital, (3) PT Bank Mandiri (Persero), (4) PT Bank Capital Indonesia, (5) Fillni
Invesment Inc., dan (6) Wesel bayar yang pelunasannya terhubung dengan harga saham.
Berikut ini adalah komposisi sumber dana jangka panjang beserta perubahannya dari tahun
2013 hingga 2015.
Tabel 5 Komposisi sumber pinjaman jangka panjang PT Bakrie Sumatera Plantation
Sumber Pinjaman
Tahun 2013 (dalam
Tahun 2014 (dalam
Tahun 2015 (dalam
ribu rupiah)
ribu rupiah)
ribu rupiah)
USD
Credit Suisse
4.986.225.989
5.141.503.867
5.765.659.458
Verdant Capital
2.444.248.298
2.072.781.748
879.300.533
PT Bank Mandiri
872.832.653
890.806.317
987.835.454
Wesel Bayar
926.944.046
965.775.313
1.091.473.821
PT Bank Capital
3.628.333
Rupiah
Filini Investment
1.169.651.102
1.169.651.102
1.169.651.102
PT. Bank Capital
17.728.955
53.043.646
29.282.274
Total
10.418.614.587
10.297.619.360
9.923.319.388
Komposisi terbesar pinjaman jangka panjang untuk perusahaan ini adalah pinjamaan
dari Credit Suisse dengan persentase sebesar 48,2% pada tahun 2013, meningkat menjadi
50,5 % pada tahun 2014, dan bertambah lagi menjadi 59,7% pada tahun 2015 dari total
pinjaman jangka panjangnya. Pinjaman dari Credit Suisse ini memberikan tiga klasifikasi
fasilitas kredit yaitu, pinjaman Tranche A dengan bunga 6% pa , pinjaman Tranche B
dengan bunga 8% pa, dan pinjaman Tranche C dengan bunga 10% pa. Jangka waktu kredit
ini selama 7 tahun sejak tahun 2011 yang dibayarkan secara bertahap. Pinjaman credit
suisse ini dijamin oleh piutang usaha, persediaan, aset tetap, dan aset bergerak milik
perusahaan. Saat ini PT. Bakrie Sumatra Plantation telah menerima surat pemberitahuan
dari Credit Suisse AG agar perusahaan melukan pelunasan pokokyang sudah jatuh tempo
dan bunga tertunggak yang apabila tidak dilakukan dapat mengakibatkan timbul kondisi
gagal bayar.
Selain menggunakan pinjaman jangka panjang perusahaan juga menerbitkan wesel
bayar sejak tahun 2010. Wesel bayar ini digunakan untuk membiayai peningkatan
investaasi pada saham Agri International Resources Pte.,Ltd., sebagai entitas anak. PT.
Bakrie Sumatra Plantation menunjuk Bank of New York sebagai wali Amanat, agen
pencatatan dan pembayaaran kupon. Sejak tanggal 4 September 2014 perusahaan
mengaalami kegagalaan atas pembayaran bunga. Namun belum ada tindakan lanjut atas
gagal bayar tersebut yang dilakukan oleh Noteholders melalui Bank of New York sebagai
wali amanat. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan melakukan pembahasan secara
10

proaktif dan intensif dengan pemegang wesel bayar agar tercapainya hasil win-win
solution.
Dalam pembiayaan kebutuhan modal kerja, perusahaan ini menggunakan pinjaman
jangka panjang dari PT Bank Capital Indonesia (“BACA”). Pinjaman dari BACA ini
dikenakan suku bunga sebesar 16% pa dan kan jatuh tempo dalam jamgka 2 tahun sejak
18 November 2014. Selain digunakan untuk membiayai modal kerja pinjaman dari BACA
juga digunakan untuk membiayai pinjaman yang bersifat angsuran berjangka. Pinjaman
tersebut dikenakan suku bunga sebesar 12% pa. Dengan kondisi tersebut untuk sementara
dapat disimpulkan bahwa perusahaan sedang mengalami kinerja profitabilitas dan
likuiditas yang mengkhawatirkan sehingga perlu tindakan cepat dari perusahaan untuk
merestrukturisasi utang-utangnya.
2. Analisis kelebihan dan kekurangan dari setiap sumber dana jangka panjang
PT. Bakrie Sumatera Plantation dalam memenuhi kebutuhan pendanaan jangka
panjangnya sekurang-kurangnya ada 3 sumber pendanaan diantaranya adalah, pinjaman
jangka panjang, wesel bayar/obligasi, dan saham. Berikut ini adalah tabel yang
menjelaskan komposisi dari 3 jenis sumber pendanaan jangka panjang tersebut.
Tabel 6. Komposisi 3 jenis pendanaan jangka panjang PT. Bakrie Sumatera Plantation
Jenis Pendanaan
Wesel Bayar
Pinjaman Jangka
Panjang
Saham

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

6,73%

6,70%

7,40%

68,90%
24,37%

64,72%
28,58%

59,88%
32,72%

Dari setiap jenis sumber pendanaan memiliki kelebihan beserta kekurangannya.
Adapun kelebihan dari pinjaman jangka panjang yang memiliki komposisi terbesar dari
struktur pendanaan jangka panjang adalah akses untuk mendapatkan pinjaman lebih
mudah, jika terjadi tunggakan kredit dapat dilakukan perjanjian kembali untuk
penghapusan bunga, jika sudah mencapai jatuh tempo maka perusahaan dapat
memperpanjang kembali pinjamannya. Adapun kekurangannya adalah biaya pinjaman
yang tinggi dibandingkan dengan saham dan wesel bayar.
Kemudian diposisi kedua komposisi pendanaan terbesar adalah melalui penerbitan
saham. Pengumpulan modal melalui saham juga memliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan yang didapatkan perusahaan dari pendanaan melalui saham adalah perusahaan
dapat menahan atau mengurangi deviden yang akan dibagikan kepada pemegang saham
tergantung kepada kebijakan perusahaan. Pada perusahaan ini tidak ada deviden yang
dibagikan sejak tahun 2013 sampai 2015 karena selama kurun waktu tersebut perusahaan
telah mengalami kerugian berturut-turut sehingga tidak ada kewajiban perusahaan untuk
membagikan deviden. Namun kelemahaan dari saham adalah pemegang saham dapat
menjual belikan sahamnya sewaktu-waktu sehingga perusahaan tidak bisa
mempertahankan pendanaan tersebut. Selain itu kelemahan yang lain adalah dengan

11

semakin banyaknya saham perusahaan yang dipegang oleh pihak lain maka kemampuan
perusahaan untuk mengendalikan wewenang dan kebijakan semakin terbatas.
Selanjutnya jenis pendanaan yang digunakan perusahaan ini adalah melalui obligasi
atau wesel bayar. Kelebihan dari wesel bayar ini adalah perusahaan bisa memastikan besar
pendanaan jangka panjang yang dia inginkan dengan waktu jatuh tempo yang ditetapkan
oleh perusahaan. Adapun kelemahannya adalah apabila perusahaan tidak dapat membayar
kupon kepada bondholder maka perusahaan bisa dipailitkan melalui pengadilan niaga
sehingga beresiko akan kehilangan aset-aset berharga dan pemberhentian aktivitas usaha.
3. Hubungan antara jenis sumber dana jangka panjang dengan pertumbuhan
perusahaan
Jika dilihat dari perkembangan profitabilitas perusahaan dan kewajiban serta ekuitas
perusahaan selam tiga tahun terakhir, terdapat hubungan antara keduanya. Seiring dengan
menurunnya kewajiban jangka panjang perusahaan perusahaan mengalami penurunan
kerugian. Artinya perusahaan saat ini sedang berfokus bagaimana memulihkan kembali
perusahaan ke keadaan yang lebih baik dan berupaya mengembalikan kepercayaan para
pemodal dan investor.
Perusahaan harus segera melakukan pembenahan dengan berbagai cara agar dapat
meningkatkan kembali profitabilitas perusahaan. Cara tersebut diantaranya adalah
meningkatkan likuiditas perusahaan melalui penjual aset-aset lancar, mengurangi kerugian
dari penurunan piutang tak tertagih, melakukan efisiensi biaya dengan melakukan
pembiayaan leasing daripada membeli aset.
Perusahaan juga harus berupaya memprioritaskan pinjaman-pinjaman yang akan jatuh
tempo di waktu yang terdekat agar tidak terjadi gagal bayar yang berakibat kepada
penyitaan aset jaminan. Atau jika perusahaan dapat menyakinkan peminjam dana maka
perusahaan bisa membuat perjanjian baru untuk memperpanjang pinjaman karena adanya
potensi peningkatan penjualan yang signifikan dari aset tanaman belum menghasilkan
pada beberapa taahun kedepan.

12

KESIMPULAN
Berdasarkan neraca keuangan selama 3 tahun terakhir, komposisi pendanaan jangka
pendek, komposisi pendanaan jangkaa panjang, dan perkembangan pendapatan dan
pertumbuhan perusahaan, dapat dilihat kebijakan pendanaan perusahaan cenderung kepada
konservatif. Hal ini terbukti dari pembiayaan modal kerja perusahaan yang didanai oleh
pinjaman berjangka panjang. Namun pendanaan yang konservatif ini tidak diantisipasi
dengan peningkatan profitabilitas yang baik sehingga pada kurun waktu 2013-2015
dimana banyak pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo pada kurun waktu tersebut dan
diperparah lagi dengan likuiditas perusahaan yang rendah. Dampak dari hal ini, PT Bakrie
Sumatera Plantation sudah beberapa kali mendapatkan warning dari pemberi pinjaman
dan ancaman pailit apabila perusahaan mengalami gagal bayar.
PT Bakrie Sumatera Plantation pada kurun waktu tahun 2013 sampai 2015 sedang
mengalami masa-masa sulit dimana perusahaan saat ini sedang berfokus kepada
kemampuan untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo sambil
memperbaiki kinerja profitabilitas perusahaan. Pada tanggal 31 Desember 2015, PT Bakrie
Plantation mengalami defisit sebesar Rp. 2,8 Triliun dan total liabilitas jangka pendek
konsolidasian Kelompok Usaha telah melebihi total aset lancar konsolidasian sebesar Rp.
6,5 Triliun. Kondisi ini menimbulkan keraguan signifikan tentang kemampuan perusahaan
melanjutkan usahanya secara berkesinambungan.
Sehubungan dengan hal tersebut, sebaiknya perusahaan melakukan beberapa strategi
untuk mengatasi masalah kelangsungan usaha diantaranya adalah dengan (1) membentuk
kemitraan strategis, divestasi sebagian atau seluruhnya dan merestrukturisasi pinjaman
unit usaha hilir, (2) menata ulang pinjaman unit usaha downstream, (3) kembali fokus
kepada produktivitas, pengendalian biaya, dan manajemen kebun.

13

DAFTAR PUSTAKA
IDX. (2013). Laporan Keuangan Perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantation Tahun 2013.
Jakarta : Bursa Efek Jakarta.
IDX. (2014). Laporan Keuangan Perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantation Tahun 2014.
Jakarta : Bursa Efek Jakarta.
IDX. (2015). Laporan Keuangan Perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantation Tahun 2015.
Jakarta : Bursa Efek Jakarta.

Keown, A.J. 2004, Manajemen Keuangan, Terjemahan Haryandini, edisi 9, Indeks, Jakarta
Lukman Syamsuddin. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi dalam
Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan (Edisi Baru). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan rasio-rasio keuangan PT Bakrie Sumatera Plantation

14

Lampiran 2. Neraca keuangan PT Bakrie Sumatera Plantation Tahun 2013-2015

15

16

17

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22