PENGUKURAN KINERJA BANK UMUM SYARIAH SUA (1)

PENGUKURAN KINERJA BANK UMUM SYARIAH: SUATU KAJIAN MENGGUNAKAN INDEKS MAQASID DAN PROFITABILITAS

Salman Al Parisi 1 Smart Consulting Bogor

Jl. Ahmad Adna Wijaya (Pandu Raya) No. 7 KM. 1, Bogor Utara, Jawa Barat

Abstrak

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengukur Indeks Maqasid Syariah (IMS) dan Indeks Profitabilitas (IP) Bank Umum Syariah, 2) perbandingan IMS dan IP BUS selama periode 2011-2014, 3) mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi profitabilitas (ROA) BUS di Indonesia tahun 2011-2014. Metode : Terdiri dari 3 metode yaitu: Metode sekaran pembobotan indeks maqasid syariah, Comparative Performance Index (CP I), dan Regresi Data Panel (Panel Data ). Objek penelitian terdiri dari Bank Umum Syariah di Indonesia dengan data tahunan 2011 sampai 2014. Adapun variabel dependen (Y) yang digunakan dalam data panel yaitu ROA dan variabel independen (X) terdiri dari CAR, NPF, FDR, BOPO, dan NOM. Hasil : Nilai Indeks Maqasid Syariah BUS selama periode 2011-2014 dari tertinggi hingga terendah yaitu Panin Syariah (0.254), BCAS (0.212), BMI (0.208), BRIS (0.207), BSM (0.202), BSB (0.2008), BJBS (0.2006), Victoria Syariah (0.199), Maybank Syariah (0.197), BNIS (0.195), bank Mega Syariah (0.172). Kemudian Indeks Profitabilitas BUS tahun 2011- 2014 yaitu Maybank Syariah (628.5), Bank Mega Syariah (472.1), BSM (459.9), Panin Syariah (395.5), Victoria Syariah (355.4), BNIS (252.6), BMI (218.2), BCAS (155.4), BSB (150.9), BRIS (135.3), dan BJBS (122.3). Adapun variabel- variabel yang mempengaruhi profitabilitas (ROA) BUS selama tahun 2011-2014 yaitu CAR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA, sedangkan FDR, BOPO dan NOM berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA. Dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Kesimpulan : Bank Panin Syariah memiliki IMS tertinggi dalam kurun waktu 2011-2014, sedangkan Bank Maybank Syariah memiliki IP tertinggi dalam kurun waktu 2011-2014. Dan CAR, NPF, FDR, BOPO, NOM berpengaruh secara simultan terhadap ROA Bank Umum Syariah tahun 2011-2014.

Kata Kunci : Bank Umum Syariah, Indeks Maqasid Syariah, Indeks Profitabilitas, Panel Data

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki peranan vital dan pengaruh terhadap perekonomian baik secara makro maupun mikro. Perkembangan industri perbankan dapat mendukung kelangsungan perekonomian suatu negara. Maka dari itu diperlukan adanya perkembangan sistem perbankan yang kokoh, sehat, dan terpercaya. Dalam meningkatkan ketahanan sistem perbankan, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai lembaga yang memiliki wewenang mengawasi perbankan yaitu dengan penyempurnaan segi pengaturan perbankan. Di Indonesia bank mempunyai pangsa pasar sebesar 80% dari semua lembaga keuangan yang ada. Mengingat begitu besarnya peranan

1 Peneliti Junior Smart Consulting. Email: salman.al.farisi.tazkia@gmail.com 1 Peneliti Junior Smart Consulting. Email: salman.al.farisi.tazkia@gmail.com

Hal tersebut senada dengan Qurniawati (2013) dinyatakan bahwa pentingnya peranan bank dalam perekonomian dan besarnya tingkat kepercayaan masyarakat yang harus dijaga dalam industri ini menyebabkan perbankan menjadi industri yang paling banyak dan ketat diatur. Setiap ketentuan yang dibuat di industri perbankan pada akhirnya akan bermuara pada satu tujuan, yakni menghasilkan sistem perbankan yang sehat, kuat dan stabil. Dengan demikian bank dapat menjalankan fungsi financial intermediary dengan optimal. Beberapa prinsip dapat dijadikan landasan dalam menyusun peraturan perbankan yaitu: efisiensi, keadilan sosial, pengembangan sistem, dan pemeliharaan institusi. Tujuannya adalah untuk menciptakan perbankan yang aman dan sehat.

Perbankan Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim, menjadikan perbankan syariah lebih mudah untuk berkembang pesat. Selain itu, perbankan syariah memiliki imunitas yang lebih tinggi terhadap krisis dan potensi keuntungan yang berbasis profit loss sharing (sistem bagi hasil). Akan tetapi perkembangan industri perbankan syariah Indonesia yang pesat pada tahun 2011 berbanding terbalik dengan akhir- akhir tahun ini, di mana dapat dilihat pada beberapa rasio keuangan bank syariah selama tahun 2012 sampai 2014 yang cenderung mengalami tren menurun. Sebagaimana dapat diketahui pada tabel 1 di bawah ini, bahwa terjadi peningkatan pada besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR). Sedangkan cenderung terjadi tren negatif pada nilai Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) bank syariah. Selain itu, Non Performing Financing (NPF) dan Financing Deposit Ratio (FDR) juga mengindikasikan adanya penurunan kinerja yang secara otomatis juga menggambarkan lesunya industri perbankan syariah di Indonesia pada akhir- akhir tahun ini.

Indikasi penurunan kinerja bank syariah tersebut didukung oleh kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat pada tahun 2015. Sebagai entitas bisnis di sektor jasa keuangan, bank syariah terdampak secara langsung dari tantangan kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat. Tantangan itu berupa masih tingginya suku bunga acuan, melemahnya nilai tukar rupiah, melemahnya harga beberapa komoditas utama yang berdampak pada aktivitas bisnis perusahaan dan mitra bisnis perusahaan.

Tabel 1.1 Rasio Keuangan Bank Syariah Rasio Keuangan Bank Syariah (%)

Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014

Salah satu cara untuk mengetahui prospek suatu bank di masa yang akan datang yaitu dapat dilihat dari kinerjanya dalam menghasilkan laba. Menurut Leopold A. Bernstein dinyatakan bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi posisi keuangan pada masa lalu dan saat ini dari hasil operasi perusahaan, dengan tujuan utama untuk memberikan kemungkinan estimasi dan prediksi tentang kinerja di masa yang akan datang. Kinerja bank dapat diamati dari kemampuannya dalam menghasilkan laba atau profitabilitas yang dapat diukur dengan ROE maupun ROA (Kasmir: 2010).

Adapun perbedaan antara ROE dan ROA. ROE hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis bank, sedangkan ROA memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan (Dendawijaya: 2003). Sehingga nilai ROA dapat memberikan gambaran umum tingkat profitabilitas atau kinerja suatu perbankan.

Perkembangan Bank Syariah hingga saat ini, bagaimanapun telah memberikan dampak yang positif secara ekonomi. Namun sebagai sebuah lembaga usaha yang berlandaskan syariah, tentu tidak hanya cukup sebatas keuntungan secara ekonomi. Ada tanggung jawab moral yang ditanggung oleh perbankan syariah sebagai konsekuensi dari kata “syariah” yang tersemat di dalamnya. Hal tersebut menjadi bukti otentik yang dapat membedakan sekaligus merupakan keunggulan bank syariah dari bank konvensional secara keseluruhan.

Dari latar belakang tersebut, dapat diketahui bahwa terjadi tren penurunan kinerja bank syariah yang dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi di akhir- akhir tahun ini, sehingga penulis mencoba menggagas suatu kajian kinerja Bank Syariah (Bank Umum Syariah) dengan

pendekatan indeks maqasid syariah dan profitabilitas, dan apa saja variabel yang mempengaruhi profitabilitas BUS sebagai estimasi pengukuran keuntungan secara ekonomi dengan menggunakan regresi data panel. Kemudian, bagaimana aspek ‘syariah’ BUS yang diukur dengan pendekatan indeks maqasid metode sekaran.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan dibahas adalah:

 Bagaimana Indeks Maqasid Syariah dan Indeks Profitabilitas dari masing- masing Bank Umum Syariah di Indonesia?

 Bagaimana perbandingan kuadran profitabilitas dan indeks maqasid masing- masing Bank Umum Syariah di Indonesia?

 Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, adapun tujuan penelitian yang akan dibahas adalah: 

Mengetahui Indeks Maqasid Syariah dan Indeks Profitabilitas dari masing- masing Bank Umum Syariah di Indonesia.

 Mengetahui perbandingan kuadran profitabilitas dan indeks maqasid antar Bank Umum Syariah di Indonesia.

 Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.

1.4. Batasan Penelitian

Terdapat banyak faktor- faktor yang mempengaruhi Return on Asset (ROA). Penelitian ini dibatasi pada beberapa rasio keuangan yang mempengaruhi ROA yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) , NonPerforming Financing (NPF) , dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Operating Margin (NOM). Dalam penelitian ini populasi juga dibatasi hanya pada Bank Umum Syariah periode 2011- 2014. Selain itu pengukuran Indeks Maqasid dengan metode sekaran (pembobotan), dan pengukuran Indeks Profitabilitas dilihat dari rata- rata ROA, ROE, dan PER BUS.

1.5. Landasan Teori

1.5.1. Bank Syariah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bank adalah badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dalam masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Pengertian bank menurut UU RI No.10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dan Bank Syariah merupakan lembaga yang menghimpun dana dari pihak yang surplus kemudian disalurkan kepada pihak yang defisit dengan prinsip syariah.

1.5.2. Profitabilitas

Konsep profitabilitas digunakan sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan yang mewakili kinerja manajemen. Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan memperoleh laba perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional dan permodalan (Rivai, dkk: 2007). Profitabilitas merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Rasio keuntungan dapat diukur dengan beberapa indikator yakni (Sutrisno, 2012):

 Profit Margin Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan

dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. 

Return on Asset (ROA)

Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomi merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau earning before interest a nd tax (EBIT).

Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) ini sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE disebut juga sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau earning after tax (EAT).

Return on Investment (ROI)

Return on Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT.

Earning per Share (EPS)

Earning per Share (EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik atau EAT.

1.5.3. Maqasid Syariah

Secara bahasa maqāshid syarī’ah terdiri dari dua kata yaitu maqāshid dan syarī’ah. Maqāshid berarti kesengajaan atau tujuan, maqāshid merupakan bentuk jama’ dari maqshad

atau maqshid yang berasal dari suku kata qashada yang berarti menghendaki, memaksudkan atau tujuan, maqāshid berarti hal-hal yang dikehendaki dan dimaksudkan. Sedangkan syarī’ah secara bahasa berarti jalan menuju sumber air dapat juga diartikan sebagai jalan menuju sumber kehidupan (Elahi: 2010). Menurut Ismail (2014) pengertian maqāshid syarī’ah dapat diartikan dengan dua cara yaitu dari sisi kata majemuk ( murakkab al-idhafi ) dan dari sisi keilmuan ( ‘ilm). Dari sisi kata majemuk terdiri dari dua suku kata yaitu maqshad dan syarī’ah. Secara bahasa al maqshad berasal dari kata qashada- yaqshidu- maqshidan yang berarti jalan yang lurus, tengah- tengah dan keadilan. Dan kemudian syarī’ah secara bahasa berarti jalan yang terang atau suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara langsung.

Menurut Ilal al-Fasiy, maqāshid syarī’ah adalah tujuan yang dikehendaki syara’ dan rahasia-rahasia yang ditetapkan oleh Syari’ (Allah) pada setiap hukum. Adapun inti dari maqāshid syarī’ah adalah untuk mencapai kemashlahatan karena tujuan penetapan hukum dalam Islam adalah untuk menciptakan kemashlahatan dalam rangka memelihara tujuan- tujuan syara’ (Khalaifī: 2004).

Secara umum, para ulama mendefinisikan maqāshid syarī’ah dengan mendatangkan manfaat-manfaat ( jalb al- mashālih) dan meninggalkan kerusakan-kerusakan ( al- mafāsid). Kemudian Al- Ghazali menjelaskan al- maqāshid al khamsah bagi manusia adalah menjaga agamanya, dirinya, akalnya, keturunannya dan hartanya (Ismail: 2014). Zahrah (2008) adapun urutan yang harus dipelihara dalam maqāshid syarī’ah yaitu agama, jiwa, harta, akal dan keturunan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang mukallaf akan bisa memperoleh mashlahah jika ia memiliki kemampuan untuk menjaga lima prinsip di atas, dan sebaliknya ia akan mendapatkan mafsadah jika ia tidak bisa menjaga lima hal tersebut.

1.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kinerja perbankan baik perbankan konvensional dan perbankan syariah telah banyak dilakukan. Salah satu metode untuk mengukur kinerja perbankan yaitu dapat ditinjau dari profitabilitas yang dapat diukur melalui ROA, ROE dan PER perbankan.

Sudiyatno dan Suroso (2010), yang berjudul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2005- 2008)”. Penelitian ini menggunakan metode Regresi Linear Berganda. Disimpulkan bahwa Dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Berarti semakin banyak dana pihak ketiga yang bisa dihimpun bank, maka semakin tinggi kinerja bank (ROA). Biaya operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Berarti semakin tinggi biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank, maka akan menurunkan pendapatan operasional bank, sehingga kinerja bank (ROA) turun. Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh positif Sudiyatno dan Suroso (2010), yang berjudul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2005- 2008)”. Penelitian ini menggunakan metode Regresi Linear Berganda. Disimpulkan bahwa Dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Berarti semakin banyak dana pihak ketiga yang bisa dihimpun bank, maka semakin tinggi kinerja bank (ROA). Biaya operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Berarti semakin tinggi biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank, maka akan menurunkan pendapatan operasional bank, sehingga kinerja bank (ROA) turun. Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh positif

Ranianti dan Ratnawati (2014) yang berj udul “Pengaruh Pembiayaan, DPK, NPF terhadap ROA Perbankan Syariah di Indonesia 2009-2013: Pe nerapan Model Simultan”. Disimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh variabel Retun on Assets , Pembiayaan yang disalurkan, Dana pihak ketiga dan Non P erforming Financing terhadap satu sama lain maka dapat diambil kesimpulan bahwa masing-masing variabel mempengaruhi satu sama lain. Dalam persamaan ROA variabel yang mempengaruhi adalah faktor pembiayaan yang disalurkan, dana pihak ketiga dan NPF. Secara bersamaan mempengaruhi ROA secara signifikan.

Dasih (2014) yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap ROA Perbankan (Studi Pada Bank Umum yang Terdaftar di BEI 2007- 2013)”. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis data menggunakan regresi data panel dengan model random effect . Data yang digunakan adalah data sekunder berupa rasio keuangan triwulan dengan jumlah 308 observasi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah 11 bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. NPL berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Secara simultan CAR, LDR, NPL, dan BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA bank umum yang terdaftar di BEI tahun 2007-2013.

Analisis kinerja perbankan dengan pendekatan maqasid syariah index pernah dilakukan oleh Mohammed (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “ The Performance of Islamic Banking: A Maqasid Approach ”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi

tujuan ideal IB dari teori Maqasid al- syari'ah dan mengusulkan sebuah model ukuran kinerja IB didasarkan pada tujuan tersebut.

Afrinaldi (2013) tentang “Analisa Kinerja Perbankan Syariah Indonesia Ditinjau dari Maqasid Syariah: Pendekatan Syariah Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”,

bertujuan untuk menganalisa kinerja perbankan syariah di Indonesia dilihat dari aspek maqasid syariah dengan menggunakan pendekatan Indeks Maqasid Syariah (IMS) dan profitabilitas bank syariah. Objek penelitian yang digunakan adalah 5 Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia antara lain: Bank Muamalat Indonesia(BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS), Bank BRI Syariah (BRIS), dan Bank Bukopin Syariah (BSB). Data yang digunakan berdasarkan laporan tahunan kelima bank tersebut pada periode 2009-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran kinerja maqasid syariah dapat dilakukan dengan pendekatan model IMS. Hasil penelitian juga menunjukkan kinerja setiap bank syariah dalam diagram perbandingan sebagai hasil dari perbandingan antara kinerja profitabilitasnya dengan pelaksanaan maqasid syariah yang telah dilakukan oleh bank syariah.

Antonio et al (2012) berjudul “ An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania ”. Tulisan ini menerapkan pendekatan maqasid index untuk pengukuran kinerja industri perbankan syariah di Indonesia (Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia) dan Jordan (Jordan Islamic Bank dan

Islamic International Arab Bank Jordan). Dengan menggunakan pendekatan maqasid index dengan metode SAW ( Simple Additive The Weighted ), dapat disimpulkan bahwa industri perbankan syariah di Indonesia yang diwakili oleh BMI ( 0,17839 ) dan BSM ( 0,16190 ) menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan industri perbankan syariah di Yordania , yaitu IIABJ ( 0,10295 ) dan JIB ( 0,08152 ) .

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder selama periode 2011-2014 yang sudah dipublikasikan sebagai data pokok, seperti laporan keuangan, neraca, dan laporan arus kas. Data pokok tersebut dapat diperoleh dari publikasi yang diterbitkan oleh masing-masing Bank Umum Syariah.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Bank Umum Syariah kecuali Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah, disebabkan bank tersebut tergabung ke dalam BUS di akhir tahun 2014 (untuk memenuhi asumsi apple to apple ). Sebelas Bank Umum Syariah tersebut terdiri dari Bank Muammalat Indonesia, Bank Victoria Syariah, Bank BRI Syariah, BJB Syariah, BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, BCA Syariah, dan Maybank Syariah Indonesia.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah, 1) metode sekaran untuk mengukur performa dari setiap Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian dengan pendekatan indeks maqasid , 2) Comparative P erformance Index (CPI) untuk mengukur kinerja profitabilitas bank syariah, 3) metode regresi data panel untuk mengetahui faktor atau variabel apa saja yang mempengaruhi profitabilitas (ROA) BUS, dan 4) perbandingan kuadran antara Indeks Maqasid Syariah dan Indeks Profitabilitas BUS. Penelitian ini diolah dengan menggunakan software Stata 12, SPSS 18 dan Ms. Excel.

2.2. Metode Sekaran

Penelitian ini menggunakan metode sekaran untuk mengukur performa dari setiap BUS yang menjadi objek penelitian. Metode ini mengukur suatu konsep yang masih bersifat abstrak (belum dapat diukur) dengan memecahkan konsep tersebut menjadi suatu karakter yang dapat diteliti yang disebut dengan dimensi. Dimensi ini kemudian dipecah kembali menjadi sesuatu yang dapat diukur yang disebut dengan elemen.

Untuk mengetahui variabel-variabel yang harus dihitung dalam penelitian ini, penulis

merujuk pada paper Mohammed (2008), “The Performance of Islamic Banking: A Maqashid Approach”. Dalam teorinya, Musatafa Omar Mohammed menggunakan tiga objek atau

konsep utama untuk menenetukan tingkat Maqasid Syariah suatu bank. Konsep adalah tiga tujuan syariah yang diambil dari konsep maqasid syariah oleh Zahrah (2008), yaitu pendidikan, keadilan dan maslahah, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Model Pengukuran Kinerja Maqasid Syariah

Concepts (Objectives) Dimensions Elements Performance Ratios Sources of Data E1.Education grant R1. Education grant/total income Annual Report

D1.Advancement

R 2. Research expense/total expense Annual Report

1. Educating Individual

Of Knowledge E2.Research

D2. Instilling new skills and

R 3. Training Expense/total expense Annual Report

improvements E3.training

D3. Crea ting Awareness of

R 4. Publicity expense/total expense Islamic banking E4.Publicity Annual Report D4. Fair dealings R 5. profit/ total income Annual Report

E5. Fair Returns

D5.Affordable products and

E6. Affordable price R 6. Bad debt/ total investment Annual Report

2. Establishing Justice services

D6. Elimination of injustices E7. Interest free

R 7. Interest free income/ total

Annual Report

Product income

D7. Profitability E8. Profit ratios R 8.Net profit/ total asset Annual Report

D8. Redistribution of

E9. personal income R 9. Zakah/ Net Income Annual Report

3. Public Interest income & wealth

D9. Investment in vital real

E10. Investment

R 10. Investment in real economic sector

Annual Report

sector ratios in

/ Total Investment

real sector

Sumber: Mohammed (2008)

Untuk mengetahui tingkat Maqasid Syariah dari BUS yang menjadi objek penelitian, maka diperlukan pembobotan atas konsep dan elemen yang digunakan dalam penelitian. Nilai pembobotan dimensi dan masing- masing elemen telah ditentukan oleh Mohammed (2008) yang diperoleh dari wawancara dengan 16 pakar syariah di Asia. Pembobotan tersebut dapat dilihat melalui tabel dibawah

Tabel 2.2 Pembobotan Kriteria Pengukuran Indeks Maqasid Syariah

Object Average Weight Elements Average Weight (Out of 100%) (Out of 100%) E1. Education Grants/Donations 24 E2. Research 27

O1. Education

30 E3. Training 26 (Tahdhib al-Fard) E4. P ublicity 23

Total 100

O2. Justice

E5. Fair Returns 30 (Al- „Adl) 41 E6. Fair Price 32

E7. Interest free product 38 Total 100

O3. Welfare

E8. Bank ’s Profit Ratios 33 (Al-Maslaha h) 29 E9. P ersonal Income Transfer s 30

E10. Investment Ratios in real sector 37

Total 100 Sumber: Mohammed (2008) dan Afrinaldi (2013)

Total

2.2.1. Tahapan Pengukuran Kinerja Maqasid Syariah

Tahapan yang akan dilakukan untuk mengukur kinerja maqasid syariah Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2014, terdiri dari:

Menilai setiap rasio kinerja maqasid syariah yang terdiri dari 10 rasio kinerja yaitu:

1. Education Grant/Total Expense (R1.1)

2. Research expense/Total Expense (R2.1)

3. Training expense/Total Expense (R3.1)

4. Publicity expense/ Total Expense (R4.1)

5. P r ofit / Total Income (R1.2)

6. Bad Debt/total Investment (R2.2)

7. Interest Free Income/Total Income (R3.2)

8. Net Profit/ Total Asset (R1.3)

9. Zakah paid / Net Income (R2.3)

10. Investment in Real Economic Sectors / Total Investment (R3.3)

 Menentukan peringkat dari BUS di Indonesia tahun 2011-2014 berdasarkan Indikator Kinerja (IK) dengan menggunakan metode CPI ( Comparative Performance Indeks )

Para decision maker menentukan bobot setiap atribut dan intra –atribut. Bobot dari 3 tujuan maqasid syariah dan 10 elemen (intra-atribut) telah diberikan bobot oleh pakar syariah. Evaluasi dari 10 rasio kinerja diperoleh dari laporan keuangan tahun 2011-2014 dari masing- masing BUS yang menjadi objek penelitian. Kemudian akan diperoleh skor total untuk setiap BUS dengan cara mengalikan setiap rasio skala setiap atribut. Secara matematis, proses menentukan indikator kinerja dan tingkat indeks maqasid syariah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Tahzib al-Fard (Mendidik Individu) = Tujuan 1 (T1) Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 1 sebagai berikut:

IK (T1) = W 11 xE 11 xR 11 +W 11 xE 21 xR 21 +W 11 xE 31 xR 31 +W 11 xE 41 xR 41 (1) Dimana: T1 = Tujuan pertama dari Maqashid Syariah

W 11 = Bobot rata-rata untuk tujuan pertama

E 11 = Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan 1 (E1 Education Grant )

E 21 = Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan 1 (E2. Research )

E 31 = Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan 1 (E3. Training )

E 41 = Bobot rata-rata untuk elemen ke empat tujuan 1 (E4. Publicity ) R 11 = Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan 1 R 21 = Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan 1

R 31 = Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan 1 R 41 = Rasio kinerja untuk elemen ke empat tujuan 1

Sehingga, IK (T1) = IK 11 + IK 21 + IK 31 + IK 41 (2) Dimana, IK 11 =W 11 xE 11 xR 11 (3) IK 21 =W 11 xE 21 xR 21 (4) IK 31 =W 11 xE 31 xR 31 (5) IK 41 =W 11 xE 41 xR 41 (6)

B. (Menegakkan Keadilan) = Tujuan 2 (T2) Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 2 sebagai berikut: IK (T2) = W 22 xE 12 xR 12 +W 22 xE 22 xR 22 +W 22 xE 32 xR 32 (7)

Sehingga, IK (T2) = IK 12 + IK 22 + IK 32 (8) Dimana, IK 12 =W 22 xE 12 xR 12 (9) IK 22 =W 22 xE 22 xR 22 (10) IK 32 =W 22 xE 32 xR 32 (11)

C . Jalb al Maslahah (Public Interest) = Tujuan 3 (T3) Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 3 sebagai berikut:

IK (T3) = W 33 xE 13 xR 13 +W 33 xE 23 xR 23 +W 33 xE 33 xR 33 (12) Sehingga, IK (T3) = IK 13 + IK 23 + IK 33 (13)

Dimana, IK 13 =W 33 xE 13 xR 13 (14) IK 23 =W 33 xE 23 xR 23 (15) IK 33 =W 33 xE 33 xR 33 (16)

Keterangan di atas merupakan contoh penghitungan indeks kinerja (IK) dari tujuan 1 yaitu pendidikan. Begitu pula penghitungan untuk menentukan IK Keadilan dan Kepentingan Publik ( maslahah ).

Menentukan Indeks Maqasid Syariah (IMS) setiap Bank Umum Syariah (BUS)

Indeks Maqasid Syariah (IMS) untuk setiap BUS merupakan total semua kinerja indikator dari 3 tujuan maqasid syariah. Sehingga IMS setiap BUS dapat dirumuskan sebagai berikut:

IMS = IK(T1) + IK(T2) + IK(T3)

Dengan kata lain IMS untuk setiap Bank Umum Syariah (BUS) adalah jumlah total dari indikator kinerja maqasid syariah Tujuan 1, Tujuan 2 dan Tujuan 3.

2.3. Metode Pengukuran Kinerja

Pengukuran profitabilitas bank syariah dalam penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Profit Expense Ratio (PER).

 ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar nilai ROA, maka semakin baik bank tersebut

dalam mengelola aset. Rumus ROA adalah:

 ROE digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas bank dalam mengelola modal yang diberikan oleh shareholders. Rumus ROE adalah:

 PER digunakan untuk mengetahui perbandingan antara laba yang didapat bank dengan biaya yang harus dikeluarkan. PER yang tinggi mengindikasikan bahwa bank

syariah cost efficient dan mendapatkan laba yang lebih tinggi dengan tingkat biaya tersebut. Rumus PER adalah:

Marimin (2002) ada 2 tahap yang akan dilakukan dalam mengukur kinerja profitabilitas Bank Umum Syariah, yaitu: 1. Menjelaskan rasio kinerja profitabilitas Bank Umum Syariah secara rata-rata dan per periode laporan tahunan bank. 2. Menentukan peringkat Bank Umum Syariah dengan menggunakan metode Comparative Performance Index (CPI). Untuk dapat membandingkan kinerja profitabilitas Bank Umum Syariah dengan indeks maqasid syariahnya, maka proses yang akan dilakukan adalah dengan menghitung nilai masing- masing pengukuran profitabilitas Bank Umum Syariah dan menentukan peringkat dari kinerja Bank Umum Syariah tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode Comparative Performance Index (CPI). Comparative Performance Index (CPI) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan berbasis indeks kinerja. CPI adalah indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif. CPI mentransformasi nilai dari variabel dengan jangkauan berbeda menjadi suatu indeks gabungan yang dapat dibandingkan (Afrinaldi: 2013).

Marimin (2004) teknik CPI merupakan teknik gabungan ( composite index ) yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif ke-i berdasarkan beberapa kriteria j (Afrinaldi: 2013). Formula yang dipergunakan dalam teknik CPI ( Comparative Performance Index ) adalah sebagai berikut.

Aij = Xij (min) x 100 / Xij (min) A(i + 1.j) = (X(i + 1.j))/Xij(min) x 100 1ij = Aij x Pj ∑ � �=1 Iij

Keterangan: Aij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke-j Xij (min) = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke-j A(i + 1.j) = nilai alternatif ke-i +1 pada kriteria ke-j

(X(l + 1.j) = nilai alternatif ke-i +1 pada kriteria awal ke-j Pj = bobot kepentingan kriteria ke – j Iij = indeks alternatif ke-I Ii = indeks gabungan kriteria pada alternatif ke-I i

= 1,2,3,…,n dan j = 1,2,3,…,m

Pembobotan menggunakan asumsi bobot rata-rata ( average assume ), hal ini dikarenakan semua kriteria (rasio kinerja) merupakan bagian terpenting dari pengukuran profitabilitas. Prosedur Penyelesaian CPI adalah sebagai berikut:

 Untuk tren (+), nilai terkecil dijadikan sebagai penyebut agar nilai yg lebih besar tetap lebih besar.  Untuk tren (-), nilai terkecil dijadikan sebagai pembilang agar nilai yg lebih besar akan relatif lebih kecil dari nilai terkecil.

2.4. Regresi Data Panel

2.4.1. Spesifikasi Model Empiris

Penelitian ini menggunakan variabel rasio keuangan masing- masing Bank Umum Syariah, untuk mengetahui pengaruh variabel CAR, NPF, FDR, BOPO, NOM terhadap variabel ROA, studi kasus Bank Umum Syariah di Indonesia yang bentuk model persamaannya sebagai berikut:

(18) Di mana:

ROA it =α 0 +α 1 CAR it +α 2 NPF it +α 3 FDR it +α 4 BOPO it +α 5 NOM it + μ it

 ROA = Return on Assets  CAR = Capital Adequacy Ratio  NPF = NonPerforming Financing  FDR = Financing to Deposit Ratio  BOPO = Biaya Operasional Pendapatan Operasional  NOM = Net Operating Margin

 α 0 = Intersep  α 1 α 2 …... α 5 = Koefisien regresi variabel bebas  μ it

= Komponen error di waktu t untuk unit cross section i  i

= 1, 2, 3, ……, 11 (data cross section , 11 Bank Umum Syariah)

 t = 1, 2, … 4 (data time series , tahun 2011-2014)

Adapun definisi variabel operasional sebagai berikut; 1) ROA merupakan kemampuan bank dalam mengelola asetnya secara keseluruhan untuk memperoleh keuntungan, 2) CAR merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal dalam menunjang aktiva yang mengandung risiko. 3) NPF atau kredit bermasalah adalah rasio yang menunjukkan kualitas aset bank umum. 4) FDR merupakan rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. 5) BOPO adalah rasio yang menggambarkan efisiensi biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional suatu bank. Dan 6) NOM, peningatan penyaluran pembiayaan kepada nasabah membuat pendapatan bank menjadi meningkat. Besarnya NOM menunjukkan bahwa pendapatan operasi dikurangi dana bagi hasil dikurangi biaya operasional lebih besar dari rata-rata aktiva produktif.

2.4.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dengan cara non participant observation ,

yaitu mencatat atau mengcopy data yang tercantum dalam “Laporan Keuangan Tahunan

Publikasi Bank Umum Syariah”.

2.4.3. Prosedur Analsis

Dalam sebuah penelitian data panel, diperlukan pemilihan kriteria model yang didasarkan pada pertimbangan statistik. Hal ini ditujukan untuk memperoleh dugaan yang efisien. Adapun penjelasan mengenai pemilihan kriteria model yang baik yang terdiri dari 3 uji sebagai berikut:

1. Uji Chow Uji Chow atau beberapa studi pustaka menyebutnya pengujian

F statistics adalah pengujian untuk memilih model yang digunakan Pooled Least Square atau Fixed Effect. Sebagaimana yang diketahui, terkadang asumsi bahwa setiap data cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap data cross F statistics adalah pengujian untuk memilih model yang digunakan Pooled Least Square atau Fixed Effect. Sebagaimana yang diketahui, terkadang asumsi bahwa setiap data cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap data cross

Hipotesis:

H 0 = Pooled Least Square (PLS)

H 1 = Fixed Effect Model (FEM)

2. Uji Hausman Pengujian statistik ini sebagai dasar pertimbangan dalam memilih penggunaan model

apakah random effect atau model fixed effect . Sebagaimana yang diketahui bahwa dalam menggunakan model fixed effect mengandung suatu unsur trade off yaitu hilangnya derajat bebas dengan memasukkan dummy variable . Akan tetapi, penggunaan model random effect pun diperlukan perhatian dalam hal ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Ide dasar dari uji Hausman adalah membandingkan dua penduga, yaitu penduga REM dan FEM.

Hipotesis:

H 0 = Fixed Effect Model (FEM)

H 1 = Random Effect Model (REM)

3. Uji LM Uji Lagrange Multiplier atau disebut the Breusch- Pagan LM Test digunakan sebagai

pertimbangan statistik dalam memilih model Random Effect atau Pooled Least Square .

Hipotesis:

H 0 = Pooled Least Square ( PLS )

H 1 = Random Effect Model ( REM )

Maka dasar penolakan terhadap H 0 , dengan menggunakan statistik LM yang mengikuti distribusi Chi- Square .

 Pengujian Signifikansi Sebagai pengujian secara statistik untuk melihat kekuatan dari suatu hasil perhitungan

digunakan pengujian statistik yang biasa digunakan secara umum yakni:

1. Koefisien Determinasi (R 2 )

Gujarati (1978: 98) dikatakan bahwa koefisien determinasi R 2 berfungsi untuk mengukur kebaikan suatu model ( 2 goodness of fit ), dengan melihat nilai R dapat diketahui

seberapa jauh variasi variabel independent dapat menerangkan dengan baik variasi variabel dependent

yang digunakan dalam suatu model persamaan regresi. Koefisien determinasi (R 2 ) merupakan angka yang memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel tak

bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (X). Nilai R 2 yang sempurna adalah satu, yaitu apabila keseluruhan variasi dependent dapat dijelaskan sepenuhnya oleh variabel independen

yang dimasukkan ke dalam model.

2. Uji Signifikansi (Uji Statistik t dan Uji F)

Gujarati (2006) uji statistik t atau uji parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independent secara individual dalam menerangkan variasi Gujarati (2006) uji statistik t atau uji parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independent secara individual dalam menerangkan variasi

H0: βi = 0, artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikatnya. H1: βi ≠ 0, artinya ada pengaruh yang nyata dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Kriteria Uji:

Jika t - hitung > t- tabel , maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Jika t - hitung <t - tabel , maka H 0 diterima dan H 1 ditolak.

Sedangkan uji F pada dasarnya dimaksudkan untuk membuktikan secara statistik bahwa seluruh variabel independent berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependent yaitu pertumbuhan ekonomi dengan hipotesis sebagai berikut:

H0: βi…. n = 0, semua variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.

H1: βi…. n ≠ 0, semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya. Kriteria Uji:

Jika F - hitung > F- tabel , maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Jika F - hitung <F - tabel , maka H 0 diterima dan H 1 ditolak.

 Pengujian Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis data maka data diuji sesuai asumsi klasik, jika terjadi

penyimpangan akan asumsi klasik digunakan pengujian statistik non parametrik sebaliknya jika asumsi klasik terpenuhi maka menggunakan statistik parametrik untuk mendapatkan model regresi yang baik, model regresi tersebut harus bebas dari multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas serta data yang dihasilkan harus berdistribusi normal. Cara yang digunakan untuk menguji penyimpangan asumsi klasik sebagai berikut:

1. Uji Heteroskedastisitas

Dalam uji ini, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dalam satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik yaitu di dalam pengujiannya terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas lebih sering terjadi pada data cross section. Ghozali (2005) untuk menguji ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas, maka dapat

White. dilakukan Uji 2 Secara manual, uji ini dilakukan dengan meregresi residual kuadrat (u )

2 2 2 dengan variabel bebas. Dapatkan nilai R 2 untuk menghitung χ , di mana χ = n*R . Kriteria yang digunakan adalah apabila χ 2 tabel lebih kecil dibandingkan dengan nilai Obs*R-Squared,

maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada heteroskedastisitas dalam model dapat ditolak.

2. Uji Autokorelasi

Ghozali (2005) dalam uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode waktu atau ruang dengan kesalahan pengganggu pada waktu atau ruang sebelumnya, ketika terjadi korelasi, maka dapat dikatakan adanya masalah autokorelasi. Hal ini sering muncul pada data time series . Salah satu pengujian gejala autokorelasi yaitu menggunakan uji Breusch Godfrey (Uji BG) .

Pengujian ini dilakukan dengan meregresi variabel pengganggu u i dengan menggunakan model autoregressive dengan orde ρ sebagai berikut: Dengan H 0 adalah ρ 1 =ρ 2 ….. ρ , ρ = 0, di mana koefisien autoregressive secara keseluruhan sama dengan nol, menunjukkan tidak

terdapat autokorelasi pada setiap orde. Secara manual jika χ 2 tabel lebih kecil dibandingkan dengan Obs*R 2 , maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam

model dapat ditolak.

3. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model yang baik, seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Jika

nilai koefisien determinasi R 2 sangat tinggi, tetapi secara individual variabel- variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat, maka hal tersebut

mengindikasikan adanya gejala multikolinearitas. Ghozali (2005) multikolinearitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan auxiliary regressions untuk mendeteksi

multikolinearitas. Kriteria pengujian tersebut yaitu jika R 2 regresi persamaan utama lebih besar dari R 2 regresi auxiliary, maka di dalam model tersebut dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.

4. Uji Normalitas

Dalam uji ini, bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Sebagaimana penjelasan sebelumnya, dikatakan bahwa pada uji t dan uji F mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak berlaku. Ghozali (2005) dalam mengetahui normal atau tidaknya distribusi residual, maka dapat dilakukan uji Jarque-Bera (Uji JB) dan metode grafik. Dalam penelitian ini, penulis akan

menggunakan Uji JB, jika J- 2 B hitung < nilai χ (Chi Square) tabel, maka nilai residual terdistribusi normal.

2.4.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, adapun hipotesis dari setiap variabel penelitian sebagai berikut:

 H 0 = CAR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap ROA

H 1 = CAR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA

 H 0 = NPF tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA

H 1 = NPF berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA

 H 0 = FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap ROA

H 1 = FDR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA

 H 0 = BOPO tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA

H 1 = BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA  H 0 = NOM tidak berpengaruh signifikan positif terhadap ROA

H 1 = NOM berpengaruh signifikan positif terhadap ROA

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kinerja Indeks Maqasid Syariah Bank Umum Syariah

Rasio kinerja maqasid syariah setiap bank merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana bank melaksanakan setiap tujuan-tujuan syariah yang telah ditentukan yaitu: Mendidik Manusia ( Tahzibul fard ), Menegakkan Keadilan ( Iqamah al Adl ) dan Kemaslahatan ( al Maslahah ). Berikut ini rasio kinerja maqasid syariah Bank Umum Syariah di Indonesia pada kurun waktu tahun 2011-2014 untuk setiap tujuannya yang didapatkan dari masing- masing persamaan (metode sekaran):

 Tujuan Pertama: Mendidik Individu

Tabel 3.1. Indikator Kinerja (T1) Maqasid Syariah BUS Periode 2011-2014

Bank Umum Syariah Indikator Kinerja (T1)

BMI

Victoria Sy

Panin Sy

Maybank Sy

 Tujuan Kedua: Menegakkan Keadilan

Tujuan kedua maqasid syariah adalah menegakkan keadilan. Ada tiga aspek pengukuran yang digunakan dalam mengukur sejauh mana bank melaksanakan tujuannya dalam menegakkan keadilan.

Tabel 3.2. Indikator Kinerja (T2) Maqasid Syariah BUS Periode 2011-2014

Bank Umum Syariah Indikator Kinerja (T2)

BMI

Victoria Sy

Panin Sy

Maybank Sy

 Tujuan Ketiga: Kepentingan Publik Ada tiga elemen pengukuran yang digunakan untuk menilai bank dalam mewujudkan

kemaslahatan umat yang tergambar dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.3. Indikator Kinerja (T3) Maqasid Syariah BUS Periode 2011-2014

Bank Umum Syariah Indikator Kinerja (T3)

BMI

Victoria Sy

Panin Sy

Maybank Sy

3.1.1. Indikator Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia Pada Tahun 2011-2014

Proses menentukan peringkat maqasid syariah dari setiap bank dilakukan melalui Indikator Kinerja (IK) setiap bank. Proses tersebut menggunakan cara pembobotan, agregat dan proses menentukan peringkat ( weighting, aggregating and ranking processes ) (Mohammed, 2008). Berikut ini indikator kinerja setiap bank syariah berdasarkan tujuan- tujuan maqasid syariah:

Tabel 3.4. Indeks Maqasid Syariah Bank Umum Syariah Periode 2011-2014

IK (T1)

IK (T2)

IK (T3)

IMS

BUS PERINGKAT

Victoria Sy

Bank Mega Sy

Panin Sy

Maybank Sy

9 Mean Indeks Maqasid Syariah BUS 2011-2014

Dari tabel indikator kinerja di atas dapat diketahui bahwa untuk tujuan mendidik individu, BNI Syariah lebih baik dalam memberikan bantuan yang menunjang pada edukasi selama tahun 2011-2014. Sedangkan untuk tujuan pemerataan keadilan, Maybank Syariah Indonesia lebih baik dibandingkan BUS lainnya pada periode 2011-2014. Kemudian untuk tujuan kemashlahatan masyarakat Bank Panin Syariah lebih baik dibandingkan dengan BUS lainnya selama periode 2011-2014. Dan secara akumulatif, Bank Syariah yang memiliki Indeks Maqasid Syariah lebih tinggi dibandingkan BUS lainnya selama tahun

2011-2014 adalah Bank Panin Syariah, disusul oleh BCA Syariah, BMI, BRIS, BSM, BSB, BJB Syariah, Victoria Syariah, Maybank Syariah, BNI Syariah dan Bank Mega Syariah.

3.2. Kinerja Profitabilitas Bank Umum Syariah

Bab ini menentukan peringkat dari rata- rata 3 rasio kinerja profitabilitas bank syariah menggunakan metode Comparative Performance Index (CP I) . Hal ini ditujukan untuk melihat kinerja bank syariah sesuai dengan peringkatnya. Berikut adalah rata-rata kinerja profitabilitas bank syariah dari tahun 2011 – 2014.

Rata- Rata Rasio Profitabilitas 2011-2014

BMI Victoria BRIS BJB Sy BNI Sy BSM BMS Panin Sy BSB BCA Sy Maybank Sy Sy ROA 0.0093 0.0175 0.0066 0.0057 0.0135 0.0148 0.0200 0.0202 0.0051 0.0089 0.0323 ROE 0.0605 0.0343 0.0556 0.0366 0.0984 0.1650 0.2590 0.0566 0.0588 0.0308 0.0543

PER 0.226 0.498 0.080 0.112 0.145 0.455 0.158 0.495 0.133 0.157 0.876

Gambar 3.1. Rata-Rata Rasio Profitabilitas Bank Syariah 2011 – 2014

Berdasarkan grafik diatas, maka dapat dihitung composit index setiap bank syariah serta menentukan peringkat dari masing-masing bank syariah dalam mencapai kinerja profitabilitasnya. Hasil CPI ke-11 Bank Umum Syariah sebagai berikut:

Tabel 3.5. Indeks Rasio Kinerja Profitabilitas Bank Umum Syariah 2011-2014

Kriteria

Bank Umum Syariah Nilai Alternatif Peringkat

Victoria Syariah

BJB Syariah

BNI Syariah

Bank Mega Syariah

Bank Panin Syariah

Bank Syariah Bukopin

BCA Syariah

Maybank Syariah Indonesia

1 BOBOT KRITERIA

Tabel di atas menunjukkan nilai Comparative Performance Index (CPI) berdasarkan rata-rata rasio profitabilitas setiap bank syariah, maka didapatkan hasil CPI untuk setiap Bank Umum Syariah. Dari tabel indeks rasio kinerja profitabilitas diatas, terlihat bahwa Maybank Syariah Indonesia menjadi Bank Syariah dengan CPI tertinggi yang kemudian diikuti berturut- turut oleh Bank Mega Syariah, BSM, Bank Panin Syariah, Victoria Syariah, BNI Syariah, BMI, BCA Syariah, BSB, BRIS dan terakhir BJB Syariah.

3.3. Perbandingan Profitabilitas dengan Indeks Maqasid Syariah Berdasarkan pembahasan di atas, maka didapatkan rata-rata profitabilitas yang

diambil dari nilai CPI dan indeks maqasid syariah BUS di Indonesia, berikut ini:

Tabel 3.6. Perbandingan Indeks Maqasid Syariah dan Indeks Profitabilitas

Bank Umum

2 Victoria Sy

8 Panin Sy

11 Maybank Sy

Nilai Rerata

Langkah berikutnya, untuk mengetahui kuadran perbandingan antara Indeks Maqasid Syariah dan Indeks Probabilitas dari masing- masing Bank Umum Syariah, maka dibuat diagram kartesius dengan menggunakan software SPSS 18 sebagai berikut:

Gambar 3.2. Diagram Kartesius Indeks Maqasid Syariah dan Indeks Profitabilitas BUS 2011 – 2014

Dari diagram diatas dapat diketahui bagaimana perbandingan antara kinerja profitabilitas dengan pelaksanaan maqasid syariah Bank Umum Syariah di Indonesia. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

 Kuadran I: Bank Panin Syariah (8).  Kuadran II: Bank Victoria Syariah (2), BSM (6), Bank Mega Syariah (7), Maybank

Syariah Indonesia (11).  Kuadran III: BJB Syariah (4), BNI Syariah (5), Bank Syariah Bukopin (9).

 Kuadran IV: BMI (1), BRIS (3), BCA Syariah (10).

3.4. Analisis Data Panel

Tabel. 3.2 Hasil Ekonometrika

CAR it 0.050***

NPF it -0.069

FDR it -0.015**

BOPO it -0.042***

NOM it -0.138

- F/ Wald Test

Chow- F Test

Hausman Test

LM Test

Modified Wald test for

Wooldridge test

***Signifikan pada taraf 1% **Signifikan pada taraf 5% *Signifikan pada taraf 10% ( ) Menyatakan P-Value