BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pemakaian sistem pasak dan inti sebagai retensi intra-radikular merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk memberikan kekuatan tambahan pada rekontruksi mahkota setelah perawatan saluran akar (endodonti). Restorasi akhir pada gigi setelah perawatan endodonti sering menggunakan sistem pasak dan inti. Tujuan penggunaan pasak didalam saluran akar adalah menjadi fondasi restorasi diatasnya sedangkan inti dapat meningkatkan retensi pada mahkota gigi. Banyaknya kehilangan struktur gigi karena karies yang luas, pembukaan akses dan pelebaran saluran akar pada perawatan saluran akar gigi juga menjadi salah satu indikasi pemasangan sistem pasak (Torabi dan Fattahi, 2009).

  Sistem pasak dan inti sudah digunakan sebagai restorasi perawatan endodonti lebih dari 100 tahun yang lalu pada kasus kehilangan lebih dari setengah bagian korona gigi. Sistem pasak yang ideal haruslah dapat menggantikan struktur gigi yang hilang, biokompatibel, memiliki modulus elastisitas yang menyerupai dentin, mudah dikeluarkan dari saluran akar jika diperlukan perawatan ulang, memiliki dukungan retensi cukup, mampu mendistribusi tekanan oklusal pada saat aktivitas fungsional dan parafungsional sehingga dapat mencegah terjadinya fraktur akar. Akan tetapi masih banyak dilaporkan pemasangan pasak pada restorasi akhir yang akhirnya

  1 mengakibatkan fraktur pada akar. Hal ini merupakan salah satu kegagalan yang sering terjadi pada perawatan endodonti (Le Bell-Rönnlöf, 2007).

  Oleh sebab itu banyak hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan pasak. Pertimbangan untuk mencapai stabilitas dan retensi menjadi faktor penting untuk mencegah kegagalan restorasi akhir setelah perawatan endodonti (Terry, 2003). Pasak dapat dibedakan berdasarkan cara pembuatannya dan jenis bahannya. Berdasarkan cara pembuatannya pasak terdiri dari pasak buatan pabrik (prefabricated) dan dibuat sendiri (customized). Sedangkan berdasarkan jenis bahan terbagi menjadi pasak metal dan pasak non metal (Cheung, 2005).

  Selama ini pemakaian pasak metal tuang masih menjadi pilihan untuk memperbaiki kerusakan mahkota gigi setelah perawatan endodonti. Pasak metal tuang adalah restorasi dari bahan metal yang dimasukkan ke dalam saluran akar yang proses pembuatannya tidak dilakukan di dalam rongga mulut tetapi melalui proses

  

casting/ tuang di laboratorium. Karena prosedur pada pemasangan pasak metal tuang

sedikit lebih rumit maka mulai dikembangkan penggunaan pasak metal buatan pabrik.

  Saat itu banyak yang berpendapat bahwa pemakaian sistem pasak metal dapat memperkuat gigi yang dirawat endodonti (Glazer, 2002).

  Beberapa penelitian untuk menganalisa pemakaian pasak metal dalam waktu jangka panjang mulai dilaporkan. Permasalahan yang sering dijumpai pada penggunaan sistem pasak metal antara lain masalah estetis karena terjadinya korosi, pergeseran antara pasak dengan dinding struktur gigi karena hanya mengandalkan retensi mekanis, sulit melakukan pembongkaran pada kasus perawatan ulang dan terjadinya fraktur pada akar gigi (Terry, 2003).

  Pemakaian pasak metal tuang membutuhkan pembuangan stuktur gigi lebih banyak disebabkan prosedur pembuatannya diperlukan pembuangan undercut lebih banyak pula untuk mempermudah masuknya pasak. Padahal ketika prosedur preparasi saluran akar dalam perawatan endodonti, saluran akar gigi sebelumnya sudah ada pelebaran. Akibatnya penggunaan pasak metal tuang dapat memperlemah akar gigi dan mempunyai resiko yang tinggi akan terjadinya fraktur akar. (Glazer, 2002; Sadeghi, 2006).

  Kivan dkk.(2009) menunjukkan bahwa dari 165 gigi insisivus sentralis rahang atas dengan jenis bahan pasak dan ketebalan saluran akar yang berbeda, hasilnya kelompok gigi dengan pasak metal tuang menunjukkan fracture resistance tertinggi dibandingkan pasak bahan non metal. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Torabi dan Fattahi (2009) dalam penelitiannya melaporkan fracture resistance dari 50 gigi premolar pertama mandibula yang menggunakan beberapa jenis bahan pasak dan inti, hasilnya ditemukan pasak metal tuang juga memiliki fracture resistance tertinggi dibandingkan pasak lainnya akan tetapi pola faktur yang terjadi tidak dapat diperbaiki didaerah bagian akar (irrepairable).

  Fraktur akar pada pasak metal sering terjadi oleh karena modulus elastisitas bahan metal lebih tinggai dibandingkan dentin gigi sehingga tekanan yang diterima oleh pasak tertumpu pada satu titik yaitu pada daerah akar ujung pasak. Sehingga apabila ada tekanan oklusal yang berlebihan maka struktur akar gigi akan menjadi lemah dan rentan terhadap fraktur akar vertikal maupun horizontal yang irrepairable (Kishen, 2006).

  Fiber Reinforced Composite (FRC) mulai diperkenalkan di bidang kedokteran

  gigi sekitar tahun 1990an. Jenis bahan fiber reinforced terbagi atas empat kategori yaitu carbon, quartz, glass, dan polymer seperti polyethylene. Penggunaan bahan FRC pertama sekali digunakan sebagai reinforced bahan gigi tiruan polymethyl

  . Perkembangan FRC mulai meluas dan digunakan sebagai bahan untuk

  methacrylate restorasi prostodonti cekat ,retainer ortodonti dan splinting (Le Bell-Rönnlöf, 2007).

  Pada bidang konservasi penggunaan klinis Fiber Reinforced Composite sebagai pasak non metal setelah pasca perawatan endodonti menjadi mulai popular karena banyak kelebihannya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan pasak FRC memiliki perlekatan yang sangat baik dengan memanfaatkan sistem adhesif, memiliki modulus elastisitas menyerupai dentin sehingga dapat mendistribusikan tekanan secara merata sehingga mengurangi resiko terjadinya fraktur akar (Glazer, 2002; Bell-Rönnlöf, 2007; Ferrari, 2008; Belli,2008). Penelitian Torabi dan Fattahi (2009) menunjukkan gigi dengan pasak FRC memiliki pola fraktur pada daerah koronal sehingga mudah untuk direstorasi kembali (repairable).

  Pasak fiber reinforced composite (FRC) buatan pabrik (prefabricated) banyak digunakan para klinisi karena lebih estetis dan konservatif dibandingkan pasak metal. Namun prosedur pemasangan pasak FRC buatan pabrik tetap membutuhkan preparasi dentin radikular yang lebih banyak untuk adaptasi pasak masuk ke dalam saluran akar. Hal ini mengakibatkan struktur dentin lebih banyak dibuang sehingga dinding saluran akar menjadi lemah dan menjadi predisposisi terjadinya fraktur akar (Terry, 2003; Kishen, 2006; Le Bell-Rönnlöf, 2007).

  Perkembangan bahan fiber reinforced composite adalah fiber reinforced yang disusun membentuk sebuah pita dari bahan glass dan polyethelene. Pita fiber

  

reinforced composite dapat digunakan sebagai sistem pasak customized yang

  memanfaatkan perlekatan adhesif. Sistem ini dapat dikategorikan customized karena operator yang memasukkan pita anyaman fiber reinforced ke dalam saluran akar yang sudah ada semen luting resin dan sekaligus membangun inti dengan resin komposit direk (Belli dan Eskitascioglu, 2008).

  Susunan konfigurasi pita fiber reinforced dapat berupa mesh, weave,

  

unidirectional, braided dan locked stitched treads (Ferrari, 2008). Konfigurasi pola

  anyaman pita fiber reinforced yang berbeda dapat mempengaruhi perlekatan mekanikal dan kimiawi dari bahan pasak customized yang secara tidak langsung dapat menentukan keberhasilan pasak (Le Bell-Rönnlöf, 2007).

  Penggunaan pita polytethylene fiber reinforced sebagai pasak customized semakin populer karena tidak membutuhkan pelebaran saluran akar lebih banyak (Torabi dan Fattahi, 2009). Kombinasi pasak customized dari pita polytethylene fiber

  

reinforced dengan resin komposit direk sebagai restorasi akhir menunjukkan

  keberhasilan klinis yang sama dengan restorasi akhir mahkota penuh porcelain fused metal pada gigi premolar pasca perawatan endodonti (Schwartz dan Robbins, 2004).

  Penelitian survival rate yang dilakukan Piovesan dkk. (2007) pada 69 pasien yang direstorasi pasak customized dari pita polytethylene fiber reinforced selama obeservasi 97 bulan, hasilnya menunjukkan 90,2% gigi masih bertahan di rongga mulut. Dalam penelitiannya tersebut digunakan pita polytethylene fiber reinforced dengan konfigurasi anyaman locked sticthed threads sebagai pasak dengan restorasi resin komposit direk. Turker dkk. (2007) melakukan penelitian prospective clinical

  

trial pasak customized polytethylene fiber reinforced dengan anyaman pita locked

sticthed threads pada 42 gigi selama 10-73 bulan, hasilnya menunjukkan hanya 1 gigi

  yang mengalami kegagalan adhesif dentin dan semen sehingga pasaknya lepas.

1.2 Permasalahan

  Untuk mendapatkan perlekatan adhesif yang optimal secara mekanikal antara bahan pita polytethylene fiber dengan bahan matrik resin diperlukan wettability sebagai suatu usaha untuk meningkatkan energi permukaan bahan. Wettability yang baik akan menghasilkan mekanikal properti bahan yang kuat (Ferrari, 2008). Selama ini wettability untuk pita fiber resin reinforced dianjurkan dengan resin yang tidak memiliki filler (unfilled resin) seperti bahan wetting resin (Deliperi, 2005; Ferrari, 2008). Akan tetapi penggunaan di klinik, wettability pita fiber reinforced sering diganti dengan menggunakan flowable resin yang biasa digunakan untuk restorasi pit

  and fissure sealant (Ganesh dan Tandon, 2006).

  Fracture resistance dari pasak adhesif dipengaruhi oleh kekuatan perlekatan

  interfasial antara bahan dan dentin. Perlekatan interfasial yang adekuat antara permukaan tiap serat fiber reinforced dengan matrik resin memang sulit dicapai

  (Terry.,2003). Fracture resistance pada sistem pita polytethylene fiber reinforced juga dipengaruhi oleh susunan konfigurasi arah pita (Le Bell-Rönnlöf, 2007) Pita polytethylene fiber reinforced dengan pola anyaman braided dan locked

  

stiched threads memiliki interfasial permukaan yang berbeda disebabkan susunan

  konfigurasi polytethylene fiber nya juga berbeda. Pita dengan anyaman braided terdiri dari dua sumbu jalinan fiber membentuk anyaman seperti kepang yang mudah terurai (Ferrari, 2008). Sedangkan pita dengan anyaman locked stiched threads terdiri dari tiga sumbu jalinan dengan anyaman fiber yang terkunci (Belli, 2008). Sampai saat ini masih belum ada penelitian mengenai pemakaian pita polyethylene fiber

  

reinforced dengan pola anyaman dan wettability yang berbeda sebagai sistem pasak

customized .

  Dari uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat perbedaan fracture resistance sistem pasak customised dari bahan polyethylene fiber

  

reinforced dengan menggunakan bentuk anyaman pita braided dengan pita anyaman

locked sticthed threads pada restorasi pasca perawatan endodonti.

1.3 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian diatas maka timbul permasalahan sebagai berikut : 1.

  Apakah ada perbedaan fracture resistance sistem pasak customized dari bahan polyethylene fiber reinforced dengan menggunakan bentuk anyaman pita

  braided dan locked-sticthed threads pada restorasi pasca perawatan endodonti?

  2. Apakah ada perbedaan pola fraktur yang terjadi pada sistem pasak

  

customized dari bahan polyethylene fiber reinforced dengan menggunakan bentuk

  anyaman pita braided dan locked-sticthed threads pada restorasi pasca perawatan endodonti?

  3. Apakah ada perbedaan fracture resistance dan pola fraktur sistem pasak

  

customized dari bahan polyethylene fiber reinforced dengan menggunakan bentuk

  anyaman pita braided dan locked-sticthed threads bila menggunakan wettability

  wetting resin dan flowable resin?

1.4 Tujuan Penelitian 1.

  Mengetahui perbedaan fracture resistance sistem pasak customized dari bahan polyethylene fiber reinforced dengan menggunakan bentuk anyaman pita

  braided dan locked-sticthed threads pada restorasi pasca perawatan endodonti.

  2. Mengetahui perbedaan pola fraktur yang terjadi pada sistem pasak

  

customized dari bahan polyethylene fiber reinforced dengan menggunakan bentuk

  anyaman pita braided dan locked-sticthed threads pada restorasi pasca perawatan endodonti.

  3. Mengetahui perbedaan fracture resistance dan pola fraktur sistem pasak

  

customized dari bahan polyethylene fiber reinforced dengan menggunakan bentuk

  anyaman pita braided dan locked-sticthed threads bila menggunakan wettability wetting resin dan flowable resin.

1.5 Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang Kedokteran gigi mengenai perkembangan bahan sistem adhesif.

  2. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pasak customized dengan menggunakan bahan adhesif seperti fiber reinforced composite setelah pasca perawatan endodonti.

  3. Sebagai bahan pertimbangan dokter gigi dalam pemilihan bahan untuk penggunaan pasak adhesif customized pada restorasi pasca perawatan endodonti sehingga dapat meminimalkan resiko terjadinya fraktur gigi 4.

  Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi masyarakat dengan melindungi gigi yang rusak dengan menggunakan pasak adhesif sebagai salah satu usaha tindakan prefentif.

Dokumen yang terkait

Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

1 149 134

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator Pada Sistem Adhesif Untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 51 109

Perbedaan Celah Mikro Pasak Glass Prefabricated Fiber Reinforced Dan Pasak Pita Polyethylene Fiber Reinforced Dengan Menggunakan Sistem Adhesif Total- Etch (Penelitian In Vitro).

5 86 97

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

1 80 80

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

2 66 98

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 1 7

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 14

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

0 2 16

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

0 0 15

Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

0 0 37