BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit 2.1.1. Definisi Rumah Sakit - Analisis Keberadaan Bakteri Udara di Ruang Operasi Setelah Penggunaan Sinar Ultra Violet (UV) dan Fumigan Didecyl Dimethyl Ammonium Chloride (DDAC) Rumah Sakit Umum Ameta Sejahtera Med

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit

  2.1.1. Definisi Rumah Sakit

  Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Siregar, 2004).

  2.1.2. Fungsi Rumah Sakit

  Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi :

  1. Menyelenggarakan pelayanan medis, baik bersifat medis dasar maupun medis spesialistik yang meliputi pelayanan untuk proses penyembuhan penyakit yang diderita oleh pasien secara optimal melalui prosedur serta tindakan profesi yang seoptimal mungkin.

  2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis yang merupakan pelayanan professional yang mendukung diagnosa dan pengobatan yang diberikan oleh dokter.

  3. Menyelenggarakan asuhan keperawatan dengan memberikan pelayanan pasien rawat inap dengan prosedur dan standart pelayanan asuhan keperawatan yang berlaku dengan tetap memperhatikan dan menjaga mutu serta kualitas pelayanan pada pasien.

  4. Menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi dengan upaya pemulihan kecacatan yang dilakukan secara serasi dan terpadu dalam upaya peningkatan kesehatan.

  5. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dengan merujuk pasien yang tidak mampu ditangani oleh rumah sakit ke rumah sakit lainnya.

  6. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

  7. Sebagai tempat pendidikan dan latihan sumber daya manusia kesehatan baik petugas medik maupun para medis dan non medis.

2.1.3. Persyaratan Kesehatan Ruangan Bedah

  Sesuai dengan keputusan Direktur Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Pemukiman No. HK. 00.06.6.44. tahun 1993 tentang : Persyaratan Kesehatan Konstruksi Ruang Bedah di Rumah Sakit, meliputi : A.

  Konstruksi Bangunan 1.

  Dinding a.

  Dinding terbuat dari bahan porselin atau vynil setinggi langit-langit.

  b.

  Dicat dengan menggunakan cat tembok yang tidak luntur.

  c.

  Berwarna putih dan terang.

  2. Lantai a.

  Lantai terbuat dari bahan yang tidak menyerap/kedap air.

  b.

  Lantai harus berwarna terang.

  c.

  Mudah dibersihkan.

  3. Langit-langit a.

  Terbuat dari bahan multipleks dipasang rapat.

  b.

  Tinggi langit-langit antara 2,70-3,30 meter dari lantai.

  4. Pintu a.

  Semua pintu ruang bedah harus tetap dalam keadaan tertutup.

  b.

  Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter 5. Ventilasi a.

  Arah udara bersih yang masuk kedalam ruang bedah dari atas kebawah b.

  Ventilasi sebaiknya menggunakan AC Window untuk setiap ruang bedah dengan pemasangan minimal 2 meter dari lantai.

  c.

  Tekanan udara dalam kamar bedah sedikit lebih tinggi dari ruangan sekitarnya supaya bila pintu dibuka, kotoran yang dari ruangan lain tidak masuk keruang bedah.

  6. Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar untuk itu harus dibuat ruang antara.

  7. Hubungan dengan ruang Scrub-up untuk melihat kedalam ruang bedah perlu dipasang jendela kaca mati.

  8. Pemasangan gas medis secara sentral diusaha melalui bawah lantai atau diatas langit-langit.

  9. Dibawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir yang dipasang dibawah lantai.

2.1.4 Persiapan Lingkungan Kamar Bedah

  Sebelum bedah dilaksanakan perlu persiapan yang cukup matang seperti persiapan alat-alat, persiapan ruangan / kamar bedah sehingga proses bedah dapat berlangsung dengan baik.

  A.

  Persiapan alat-alat 1.

  Semua kebutuhan perlengkapan bedah dikemas / dibungkus dengan pembungkus steril yang memenuhi syarat.

2. Kemasan/bungkusan steril harus diperiksa terhadap : a.

  Keutuhan dari bungkusan / kemasan tersebut (tidak robek, tidak terbuka, tidak kotor).

  b.

  Kelembapan dari bungkusan / kemasan.

  c.

  Tanggal sterilisasi harus tercantum dibagian luar pembungkus, bila lewat dari 6 x 24 jam harus disterilisasi ulang.

  3. Perlengkapan bedah yang akan dipergunakan harus segera diamankan agar tidak menyebabkan kontaminasi.

  4. Alat-alat besar seperti : alat-alat anastesi, lampu operasi, tempat tidur operasi dicoba apakah berfungsi dengan baik kemudian dibersihkan dengaan desinfektan yang mampu membunuh kuman.

  B.

  Persiapan Ruangan / Kamar Bedah 1.

  Sebelum dilakukan pembedahan ruangan difogging (pengabutan) yaitu penyemprotan larutan desinfektan dengan suatu alat semprot sehingga tercapai kontak optimal.

  2. Dengan menggunakan radiasi sinar Ultra Violet / sinar Infra merah, penyinaran harus sesuai dengan luas ruangan, lama penyinaran dan besarnya watt.

  3. Dinding dan lantai dicuci dengan desinfektan.

2.2. Kuman Patogen

  Mikroorganisme yang terdapat di lingkungan rumah sakit terdiri atas kuman patogen dan non patogen, jenis kuman yang dapat menyebabkan infeksi adalah jenis kuman patogen. Sesuai dengan Permenkes Republik Indonesia No. 986 Tahun 1992, disebutkan bahwa di lingkungan rumah sakit jenis kuman yang perlu mendapat perhatian adalah Staphylococcus aureus, alpa Streptococcus viridians dan clostridium .

2.2.1. Bakteri Staphilococcus

  Staphilococcus adalah parasit manusia yang terdapat dimana-mana, sumber

  utama infeksi dapat diperoleh dari lesi-lesi manusia, benda-benda yang terkontaminasi, saluran pernafasan dan kulit manusia.

  a.

  Ciri-ciri Staphylococcus :

  1. Berbentuk bola / bulat

  2. Gram positif

  3. Dapat menghemolisis darah

  4. Flora normal kulit dan selaput lendir 5. Tidak bergerak dan tidak membentuk spora.

  6. Mudah tumbuh pada kebanyakan pembenahan bakteriologik dalam keadaan aerobik atau mikroaerobik.

  o

  7. Tumbuh cepat pada suhu 37 C dan dapat membentuk pigmen pada suhu kamar.

  o 8. Tahan terhadap pengeringan, terhadap panas 50 C selama 30 detik.

  Gambar 1. Staphylococcus

  Sumber : buku Mikrobiologi dan Parasitologi (Entjang,I) b. Ciri-ciri pada pembenihan plat blood agar : 1.

  Warna koloni : kuning aurum 2. Ukuran : 1-3 mm 3. Sifat : Alpa haemolisa, Beta haemolisa 4. Meragikan media MSA (Manitosa Agar) yang dapat menyebabkan perubahan warna dari merah menjadi kuning.

  c.

  Epidemiologi Staphylococcus

  

Staphylococcus adalah parasit yang terdapat dimana-mana sumber infeksi

  melalui kontak, di rumah sakit sebagian besar Staphylococcus dapat berasal dari perawat dan penderita yang ada dilingkungan rumah sakit. Pada kebanyakan rumah sakit umumnya Staphylococcus resisten terhadap obat- obatan anti jasad renik yang biasa digunakan untuk mencegah penyebaran, hanya sedikit cara pencegahan yaitu dengan menggunakan glikol dan penyinaran ultra ungu. Daerah paling berbahaya di rumah sakit adalah ruang bayi dan persalinan, ruang operasi, ICU, dan kemoterapi kanker, bila masuk

  Staphylococcus secara besar-besaran kedalam ruangan akan menyebabkan penyakit klinik yang berbahaya.

2.2.2. Bakteri Streptococcus

  Streptococcus adalah mikroorganisme bulat tersusun secara khas dalam rantai dan tersebar luas dalam alam, beberapa diantaranya adalah anggota flora normal.

  berhubungan dengan penyakit-penyakit infeksi penting pada manusia.

  Streptococcus Kuman ini dapat menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim-enzim.

  a.

  Ciri-ciri Streptococcus

  1. Kokus yang sendirian berbentuk bola / bulat

  2. Mampu menghemolisis darah

  3. Flora normal pada manusia

  4. Tumbuh dalam media padat sebagai koloni discoid

  o

  5. Tumbuh cepat pada suhu 37 C

  6. Peka terhadap penisilin G, eritromisin, tetrasiklin

  Gambar 2. Streptococcus

  Sumber : buku Mikrobiologi dan Parasitologi (Entjang,I) b. Ciri-ciri pembenihan pada blood agar 1.

  Warna koloni : putih / abu-abu 2. Ukuran : 0,1-0,5 mm 3. Sifat : Alpa haemolisa, Beta haemolisa, Gamma haemolisa.

  c.

  Epidemiologi Streptococcus

  

Streptococcus ini dapat menyebabkan penyakit bila berada pada bagian-

  bagian tubuh, obat anti jasad renik (antibiotik) sering diberikan sebagai pencegahan pada orang-orang yang diketahui memiliki katub jantung yang ada kelainan. Streptococcus ini dapat menyebar dari orang ke orang lain melalui droplet, saluran pernafasan atau kulit.

2.2.3.Clostridium

  Clostridium adalah batang, gram positif yang berbentuk spora, dapat merusak

  protein atau membentuk toksin dan ada beberapa yang melakukan keduanya, hidupnya ditanah, usus manusia dan binatang. Banyak spesies dari patogenik dan bentuk eksotoksin organism pengganggu yang memberikan reaksi gangrene adalah : Clostridium welchii, Clostridium septikum dan Clostridium odematin .

  Tetanus dihasilkan dari toksin yang bersikulasi ketika Clostridium tetani berkembang biak pada suatu daerah luka dan Clostridium botulinum dapat mengakibatkan keracunan makanan pada orang yang memakan makananyang telah mengandung toksin yang dihasilkannya, organisme-organisme diatas bersama-sama dengan pengganggu luka.

  a.

  Ciri-ciri Clostridium

  1. Batang besar

  2. Gram positif

  3. Dapat menghasilkan spora

  4. Spora terletak pada salah satu ujung batang dan ada berbagai spesies spora terletak pada central sub terminal/terminal

  5. Kebanyakan spesies dapat bergerak dan mempunyai flage peritin

  6. Hidup pada keadaan anaerobic

  7. Peka terhadap penisilin G, eritromisin, tetrasiklin

  

Gambar 3. Clostridium

  Sumber : buku Mikrobiologi dan Parasitologi (Entjang,I)

2.3. Cara Meminimalisasi Kuman Patogen

  a. Antisepsis dan Asepsis

  1. Antisepsis Antisepsis adalah segala usaha untuk membunuh semua mikroorganisme dengan bahan kimia. Dalam tindakan asepsis, dikenal pemakaian bahan-bahan kimia seperti asam karbol, iodine tingtur, alcohol dsb. Zat yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme tanpa perlu memusnahkannya disebut zat antiseptik. Sedangkan yang dapat membunuh mikroorganisme disebut germisida.

  2. Asepsis Asepsis adalah penghindaran atau pencegahan penularan dengan cara meniadakan mikroorganisme secara potensial berbahaya, biasanya digunakan dua konsep yaitu asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis meliputi segala praktek yang digunakan untuk menjaga agar petugas, penderita dan lingkungan terhindar dari penyebab infeksi misalnya : hygiene petugas rumah sakit, pengawasan kebersihan pasien termasuk pengucilan pasien dan pencucian tangan. Asepsis bedah meliputi cara kerja untuk mencegah masuknya kuman kedalam luka dan jaringan penderita dengan melakukan pengawasan kebersihan dan kesterilan peralatan yang akan digunakan petugas seperti sarung tangan, benang bedah, gunting, pisau.pinset dan peralatan lainnya yang berhubungan dengan perawatan pasien.

  b.

  Sterilisasi Yang dimaksud dengan sterilisasi adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap alat dan bahan yang digunakan dalam proses perawatan pasien sehingga pada akhir proses tidak dijumpai mikroorganisme patogen, apatogen, beserta sporanya (Depkes RI, 2000).

1. Cara pemanasan Fisika a.

  Flamberen / bakar

  o

  b. C

  • – 15 menit Rebus 100 c.

  Steam / uap bertekan atm 2. Cara Kimia a.

  Tablet formalin b.

  Larutan antiseptic (bahan-bahan kimia) 3. Cara radiasi sinar (chemical) a.

  Sinar ultraviolet b.

  Sinar Infra merah c. Sinar pengion d.

  Laser, nuklir 4. Cara penyaringan (filtrasi) digunakan dalam industri obat-obatan dan makanan c.

  Desinfeksi Desinfeksi adalah suatu cara untuk mematikan bakteri vegetative, virus dan jamur tetapi tidak mematikan spora. Bahan yang biasa digunakan sebagi desinfektan ada yang berbentuk padat, cair dan butiran.

  Proses desinfektan dimulai dengan mengeluarkan alat/bahan yang tidak dipergunakan di dalam ruang kemudian dilakukan pembersihan yang meliputi lantai, dinding dan alat-alat yang terdapat di ruangan dengan menggunakan detergen/antiseptik. Di ruang bedah setelah selesai pembersihan ruangan kemudian

2.4. Fumigasi

2.4.1. Fumigan Didecyl Dimethyl Ammonium Chloride (DDAC)

1. Nama kimia

  : 2,33 x 10

  C

  o

  : 0.76 ppm pada 20

  C 8. Tidak mudah terbakar 9. Daya larut dalam air

  o

  pada 25

  3

  : 0,9216 g/cm

  : 362,08 g / mol 7. Massa Jenis

  mm Hg 6. Berat Molekul

  C 5. Tekanan uap

  dilakukan proses fogging yaitu dengan cara pengabutan/pengasapan dengan menggunakan bahan resiguard concentration keseluruh ruangan. Kemudian ruangan siap untuk disterilisasi dan ruangan ditutup rapat.

  o

  : - 2

  F) 4. Titik beku

  o

  C (212

  o

  Titik didih : 100

  Bau (odour) : Tidak berbau 3.

  48 ClN 2.

  22 H

  : C

  Fumigan Didesil Dimetil Amonium Klorida mempunyai sifat fisik sebagai berikut :

  Fumigasi adalah pengendalian hama dengan jalan memasukkan atau melepaskan fumigan kedalam ruangan tertutup/kedap udara selama beberapa waktu yang diperlukan dengan dosis dan konsentrasi tertentu, dapat mematikan hama di gudang, bangunan, pesawat udara dan kapal laut (Siswanto. H, 2003).

  • 11

  

2.4.2. Keuntungan Pemakaian Fumigan Didecyl Dimethyl Amonium Chloride

(DDAC)

  a.

  Tidak menimbulkan iritasi b.

  Efektifitas lebih lama dibandingkan dengan zat aktif alkohol c. Tidak korosif / tidak merusak peralatan logam dan plastik d.

  Aman karena tidak mudah terbakar e. Zat aktif relatif stabil dalam suhu ruangan

  

2.4.3. Kerugian Pemakaian Fumigan Didecyl Dimethyil Amonium Chloride

(DDAC)

  a.

  Pelaksanaan Fumigasi membutuhkan waktu yang lama b.

  Membutuhkan peralatan yang banyak c. Kemasan bahan fumigan yang besar / berat

2.5 Sinar Ultra Violet (UV)

  Sinar Ultra violet adalah bagian dari radiasi matahari, memilik panjang gelombang antara sinar X dan cahaya tampak, dan dinamai ultraviolet karena

  , frekuensinya lebih tinggi dari pada sinar ungu (violet) (Susanto,2005).

  Menurut Susanto (2005), karakteristik sinar UV adalah bersifat linear (menyebar), refraktif (dapat dipantulkan), diserap oleh beberapa objek. Untuk mengetahui efek dari radiasi pada bakteri diperlukan sejumlah faktor yang harus diperhatikan, antara lain: panjang gelombang, intensitas radiasi, jenis organisme, medium dimana organisme berada dan lamanya paparan,(Merchant dan Parker,I96I ).

  Rumah Sakit Umum Ameta Sejahtera menggunakan sinar ultra violet (UV) untuk mensterilkan ruang operasi. Rumah sakit ini memiliki 1 (satu) bola lampu pijar yang merupakan sumber dari sinar ultra violet (UV) tersebut. Secara fisik yang membedakan sinar UV dengan sinar infra merah hanya terdapat pada warnanya. Dan pada umumnya memiliki kelebihan dan kekurangan yang hampir sama karena sama- sama merupakan radiasi yang mampu membunuh bakteri di ruang operasi.

  2.5.1. Kelebihan Menggunakan Sinar Ultra Violet (UV)

  • Cara penggunaan lebih mudah
  • Efektif membunuh bakteri yang terjangkau oleh cahaya
  • Tahan dalam jangka waktu yang cukup lama
  • Tidak memerlukan banyak petugas untuk melakukan proses pencahayaan

  2.5.2. Kekurangan Menggunakan Sinar Ultra Violet (UV)

  • Cahaya tidak dapat menembus benda sehingga bakteri yang bersembunyi di celah-celah benda yang tidak terjangkau oleh cahaya tidak akan mati
  • Dapat merusak mata bila terjadi kontak langsung tanpa menggunakan APD
  • Mudah menimbulkan panas

2.6. Infeksi di Rumah Sakit

2.6.1. Pengertian Infeksi

  Penyakit Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu : 1.

  Faktor penyebab penyakit, yang sering disebut agen.

  2. Faktor manusia yang sering disebut pejamu (host).

  3. Faktor lingkungan.

2.6.2. Infeksi Nosokomial

  Nosokomial berasal dari bahasa Yunani dari kata nosos yang artinya penyakit, dan komeo yang artinya merawat. Jadi infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di Rumah Sakit. Penyebab infeksi nosokomial adalah kuman (bakteri,virus,fungi atau parasit), (Darmaji, 2008).

  Rumah Sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan, dan juga setiap orang yang berkunjung ke rumah sakit. Infeksi ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena kondisi rumah sakit, (Darmaji, 2008).

  Angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasional sebuah rumah sakit dapat dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosokomial.

2.6.3. Cara Penularan Infeksi Nosokomial

  1. Penularan secara kontak

  Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung, dan droplet. Kontak langsung terjadi apabila sumber infeksi berhubungan langsung degan pejamu. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.

  2. Penularan melalui common vehicle

  Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman, dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu pejamu,misalnya darah / produk darah, cairan intravena, obat-obatan.

  3. Penularan melalui udara dan inhalasi

  Penularan ini terjadi apabila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat mengenai pejamu yang cukup jauh, dan melalui saluran pernafasan.

  4. Penularan dengan perantara vektor

  Penularan ini dapat terjadi secara ekstrenal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal apabila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.

2.6.4. Infeksi Nosokomial dan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

  Beberapa faktor yang sering menjadi sumber infeksi nosokomial di rumah sakit antara lain sebagai berikut : a.

  Banyaknya pasien yang dirawat dan menjadi sumber infeksi bagi pasien lain maupun lingkungannya.

  b.

  Kontak langsung antara pasien yang menjadi sumber infeksi dengan pasien lainnya.

  c.

  Kontak langsung antara petugas rumah sakit yang terkontaminasi oleh kuman dengan yang dirawat.

  d.

  Penggunaan peralatan medis yang terkontaminasi oleh kuman.

  e.

  Kondisi pasien yang lemah akibat penyakit yang sedang dideritanya (Depkes RI, 1996).

2.7. Sumber Infeksi

  Sumber infeksi yaitu tempat bersarang kuman darimana kuman penyebab infeksi keluar / dikeluarkan untuk mencapai hospes baru yang rentan.

  Sumber infeksi dapat berasal dari : A. Animate (sesuatu yang bernyawa) 1.

  Manusia

  • Carier : Orang sehat yang mengandung kuman dimana ia tidak menunjukkan gejala penyakit.
  • Penderita : Penderita yang dalam tubuhnya mengandung kuman dan dapat menular pada orang lain, misalnya pada traktus espiratorius, penularan melalui secret hidung, dahak dan ludah (penyakit tbc, diptheri, pertusis).

  2. Binatang Binatang / hewan dapat merupakan sumber infeksi terutama dapat berperan sebagai vektor seperti golongan serangga.

  B.

  Inanimate (Sesuatu yang tak bernyawa) 1.

  Benda / bahan mati yang kering seperti : udara, debu, permukaan benda bisa menjadi tempat hidup kuman sampai berbulan-bulan (Coccus gram positif,

  Staphylococcus, Streptococcus ).

  2. Benda / bahan cair atau lembab seperti : air cuci tangan , desinfektan, lap tangan, handuk, dapat menjadi tempat hidup kuman sampai berbulan-bulan maupun tahunan (basillus gram negatif aerob).

  3. Pada sumber lingkungan bebas, dapat hidup seperti : Clostridium tetani, Listeria.

2.8. Infeksi Kuman Patogen

  Infeksi dapat terjadi pada pasien yang dirawat inap di rumah sakit, salah satu infeksi yang umum terjadi pada pasien diakibatkan kuman patogen. Salah satu penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah kuman patogen yang berasal dari kuman yang terdapat diruangan atau dari orang yang berhubungan dengan pasien termasuk petugas kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan harus menyadari bahwa terdapatnya masalah infeksi kuman patogen menimbulkan efek yang lebih berat bagi pasien, kemungkinan terjadinya kematian dan peningkatan biaya rumah sakit. Infeksi kuman patogen timbul secara mendadak, jadi perawat juga harus mengetahui jenis-jenis infeksi yang paling sering berjangkit, jenis kuman patogen, bagaimana penularannya, bagaimana cara pencegahannya dan usaha pengendaliannya yang diperlukan untuk mengurangi kasus.

  Infeksi terjadi karena masuknya mikroorganisme berbahaya kedalam tubuh. Mikroorganisme dapat berupa : bakteri, virus, fungi atau jamur serta parasit hewani seperti cacing dan protozoa.

  Faktor

  • – faktor yang mempengaruhi / memudahkan terjadinya infeksi : a.

  Adanya organisme yang menyerang dalam jumlah besar.

  b.

  Organisme dengan virulensi tinggi c. Cedera pada kulit atau membran mukosa yang utuh memungkinkan masuknya organisme.

  d.

  Kemungkinan terjadinya infeksi pada luka sangat meningkat dengan adanya jaringan mati serta rusak dan benda asing misalnya potongan tanah, robekan kain, dll.

2.9. Tinjauan Tentang Didecyl Dimethyl Ammonium Chloride (DDAC)

  Didecyl Dimethyl Ammonium Chloride (DDAC) adalah senyawa Quaternary Ammonium Chlorida yang merupakan garam amonium dengan substitusi gugus alkil

  pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya. Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif namun kurang efektif terhadap bakteri gram negatif kecuali bila ditambahkan dengan pengikat ion logam. Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap. Didesil Dimetil Amonium Klorida merupakan zat aktif yang biasa digunakan untuk pembuatan desinfektan dan detergen dan sering dijumpai pada zat aktif dalam pembuatan pestisida.

  Larutan quat merupakan desinfektan terbaik karena aman dan efektif dan tidak merusak permukaan lantai. Larutan ini sangat efektif membunuh mikroorganisme dan efektif untuk membunuh mikroba patogen seperti : 1.

  Bakteri gram negatif dan positif seperti salmonella typhi, staphylococcus aureus, streptococcus epidermis, pseudomonas , dan E-coli.

  2. Virus seperti HIV 1, Hepatitis B dan C, Herpes Simplex 1 dan 2, Influenza, Parvovirus.

  3. Jamur seperti thrichopyton interdigitale, fungi, candida albicans.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit - Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 20

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit - Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 20

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit - Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 23

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit - Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 22

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit - Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rumah Sakit - Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 25

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit - Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Judul 2.1.1. Definisi Rumah Sakit - Rumah Sakit Ibu dan Anak

0 2 66

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit - Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

0 0 20

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit - Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 23