Askep Ispa Anak.docx

  

  September 20th, 2010

  

Asuhan Keperawatan Pada Neonatus

Dengan Infeksi Saluran Pernafasan

Pengertian dalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,

  pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel

  & Ian Roberts; 1990; 450).

  Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and

  Wong; 1991; 1418).

  Angka kejadian dan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan

  Pada rumah sakit umum yang telah menjadi rumah sakit rujukan terdapat 8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih mengalami infeksi dengan angka kematian mencapai 11,56%- 49,9%. Pengembangan perawatan yang canggih mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya diakhiri dengan keadaan septisemia yang berakhir dengan kematian (Victor dan Hans; 1997; 220). Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman) dengan swab sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalamada hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung jenis ini tidak dapat membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal dari virus atau streptokokus karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya leukositosis polimorfonuklear (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;

  Etiologi Dan Karakteristik Infeksi Saluran Pernafasan

  Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu;n dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley

  and Wong; 1991; 1419).

  Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A b-hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.

  Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh di dalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi,erta kongesti paru. Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

  Manifestasi klinis ISPA

  Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanyadanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).

  Terapi dan Penatalaksanaan ISPA

  Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin

hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik.

  Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.

  Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

  Diagnosis banding

  Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu difteri, manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akuta yang sering disertai dengan muntah (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;

  454).

  Tanda dan gejala yang muncul

  1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapiuncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai

  O O

  tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5 C-40,5 C.

  2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

  3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum.

  4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit.

  5. ild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.

  6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.

  7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

  8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

  9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

  Fokus utama padani adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.

  Pola, cepat (tachynea) atau normal.

Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui

pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

  Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

  

ainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu

  tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum (Whaley and Wong; 1991; 1420).

  Pemeriksaan penunjang

  Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).

  Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, tujuan dan intervensi

  1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, nyeri.

  Tujuan:

  Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan meningkatnya paru-paru.

  Intervensi: a. Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.

  b. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.

  c. Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat.

  d. Berikan O dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.

  2 e. Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).

  f. Observasdanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.

  2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.

  Tujuan:

  Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret.

  Intervensi: a. Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan.

  b. Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.

  c. Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side lying position).

  d. Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter.

  e. Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea.

  f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.

  g. Berikan kelembaban udara yang cukup.

  h. Observasi pengeluaran sekret da

  3. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak

  Tujuan:

  Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria: keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.

  Intervensi:

  a. Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan).

  b. Berikan dorongan secara moril kepada orang tua.

  c. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.

  d. Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak jelas.

  e. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan f. Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.

  DAFTAR PUSTAKA Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr.

  yohanes gunawan. Jakarta: EGC. Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year book. Inc Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

  Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001- 2002,Philadelpia,USA Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.

  Artikel yang Berhubungan

  Tags:

  

  February 15th, 2010

  

Download Kumpulan Askep

Kabar baik buat teman-teman Download Kumpulan Askep Tugas membuat askep atauerutama bagi mahasiswa keperawatan memang CUKUP MENYITA WAKTU, bagaimana harus mencari definisi atau pengertian dari penyakit, patofisiologi, penatalaksanaan penyakit dan perawatannya, membuat asuhan keperawatannya dan lain-lain, belum selesai tugas yang satu, tugas lain sudah menyusul, yah..memang itu salah satu cara menuju perawat yang profesional.

  

Apakah teman-teman tidak ingin hemat waktu, biaya dan

tenaga dalam mendapatkan askep?

  Situs ini memberi kita solusi, Kita akan lebih siap dengan tugas – tugas yang akan kita hadapi, tidak lagi bingung saat kita banyak tugas. Sekarang kita tidak perlu lagi searching atau mencari dan mencari lagi askep untuk tugas- tugas kita, sehingga kita akan lebih menghemat waktu, biaya dan tenaga, sebab disini telah tersedia banyak sekali kumpulan askep dengan format doc (ms word document), waktu kita dapat lebih banyak lagi digunakan untuk belajar atau untuk kegiatan – kegiatan lainnya.

  Silahkan klik link ini

  Tags:

  

  October 15th, 2009

  

Askep Parkinson

( Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Penyakit Parkinson ) Pengertian dalah penyakit saraf progresif yang berdampak terhadap respon

  Askep Parkinson mesenfalon dan pergerakan regulasi.

  Etiologi

  Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak dan faktor- faktor lainnya seperti :

  1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson,

  2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.

  Gejala Klinis

  Penyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut:

  1. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan,

  2. Tremor yang menetap ,

  3. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol,

  4. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik,

  5. Depresi, demensia, 6. Wajah seperti topeng.

  Pemeriksaan Diagnostik Observasi gejala klinis dilakukan dengan mempelajari hasil foto untuk mengetahui gangguan. Komplikasi

  Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.

  Penatalaksanaan Medis

  4. Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.

   Mandikan klien dengan air hangat dan lakukan pengurutan untuk membantu relaksasi otot.  Instruksikan klien untuk istirahat secara teratur agar menghindari kelemahan dan frustasi.

   Anjurkan klien untuk merentangkan dan olah raga postural sesuai petunjuk terapis.

   Bantu klien melakukan olah raga setiap hari seperti berjalan, bersepeda, berenang, atau berkebun.

  Intervensi: Tujuan : meningkatkan mobilitas.

  1. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan bradikinesia, regiditas otot dan tremor ditandai dengan DS: klien mengatakan sulit melakukan kegiatan, DO: tremor saat beraktivitas.

  Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

  5. Kaji tanda depresi.

  3. Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.

  Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:

  2. Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.

  Penatalaksanaan Keperawatan Pengkajian 1. Kajii serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.

  5. Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.

  4. Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.

  3. Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.

  2. Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.

  1. Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin.

   Ajarkan untuk melakukan olah raga postural dan teknik berjalan untuk mengurangi kekakuan saat berjalan dan kemungkinan belajar terus.

  Instruksikan klien berjalan dengan posisi kaki terbuka.  Buat klien mengangkat tangan dengan kesadaran, mengangkat kaki saat

   berjalan, menggunakan sepatu untuk berjalan, dan berjalan dengan langkah memanjang.

  Beritahu klien berjalan mengikuti irama musik untuk membantu memperbaiki  sensorik.

  Evaluasi : klien mengikuti sesi terapi fisik, melakukan latihan wajah 10 menit 2 kali sehari.

  2. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kesulitan: menggerakkan makanan, mengunyah, dan menelan, ditandai dengan DS: klien mengatakan sulit makan, berat badan berkurang DO: kurus, berat badan kurang dari 20% berat badan ideal, konjungtiva pucat, dan membran mukosa pucat.

  Intervensi: Tujuan : mengoptimalkan status nutrisi.

  Ajarkan klien untuk berpikir saat menelan-menutup bibir dan gigi bersama-  sama, mengangkat lidah dengan makanan di atasnya, kemudian menggerakkan lidah ke belakang dan menelan sambil mengangkat kepala ke belakang. Instruksikan klien untuk mengunyah dan menelan, menggunakan kedua

   dinding mulut.

  Beritahu klien untuk mengontrol akumulasi saliva secara sadar dengan  memegang kepala dan menelan secara periodik. Berikan rasa aman pada klien, makan dengan stabil dan menggunakan

   peralatan.

  Anjurkan makan dalam porsi kecil dan tambahkan makanan selingan (snack).

   Monitor berat badan. 

  Evaluasi : klien dapat makan 3 kali dalam porsi kecil dan dua kali snack, tidak ada penurunan berat badan.

  3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah ditandai dengan : DS: klien/keluarga mengatakan adanya kesulitan dalam berbicara DO: kata-kata sulit dipahami, pelo, wajah kaku.

  Intervensi: Tujuan: memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.

   Jaga komplikasi pengobatan.

   Rujuk ke terapi wicara.

   Ajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas untuk memperbaiki kata-kata, volume, dan intonasi. o

  Nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara dan jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas. o

  Latih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk memonitor kemajuan.

  Evaluasi : tidak adanya kesulitan dalam berbicara, kata-kata dapat dipahami