1 BAHAN AJAR PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN Konsepsi, pengertian DekonTP

  

BAHAN AJAR BAHAN AJAR BAHAN AJAR

PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN

Konsepsi, pengertian Dekon on/TP

  Seiring dengan terus rus bergeraknya laju reformasi disegala bida idang maka, dalam

menjalankan pemerintahan, pe , pemerintah menganut beberapa asas yaitu 1) 1) Desentrasilasi, 2)

Dekonsentrasi (Dekon), dan n 3) Tugas Pembantuan (TP). Luas wilaya yah Indonesia yang

membentang dari Sabang sa sampai Merauke, dengan gugus pulau besa esar dan kecil yang

tersebar-sebar hingga ratusan san ribu jumlahnya, membutuhkan mekanisme e pengelolaan yang

memadai.

  Terutama untuk kewen enangan dan tugas yang masih menjadi kewe wenangan dan tugas

Pemerintah pusat. Untuk itu tu mekanisme Dekonsentrasi dan Tugas Pe Pembantuan adalah

mekanisme yang dipilih oleh p h pemerintah untuk saat ini.

  Urusan pemerintahan an antara pusat dan daerah dapat dijelaska skan dengan bagan sebagai berikut :

  Untuk itu pemerintah menganut asas desentralisasi berupa penyerahan wewenang

pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dalam sistem NKRI. Kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib dan

urusan pilihan. Urusan wajib terkait dengan pemenuhan pelayanan dasar seperti

pendidikan, kesehatan, infrastruktur daerah dan lain-lain. Sedangkan urusan pilihan,

merupakan urusan yang terkait dengan urusan keunggulan daerah masing-masing,

misalnya daerah pesisir dengan perikanan lautnya, daerah dataran dengan pertaniaanya

dan sebagainya.

  Pembagian kewenangan pelaksanaan ini diharapkan dapat menjadi jembatan dan

memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah termasuk

didalamnya pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintah di

daerah kabupaten maupun kota.

  Disamping itu kewenangan yang masih menjadi tanggungjawab Pemerintah yang

pelaksanaanya terdapat di daerah-daerah maka pemerintah melaksanakannya dengan

mekanisme Dekonsentrasi, yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah

kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau instansi vertikal di wilayah tertentu.

  Mekanisme selanjutnya adalah Tugas Pembantuan, yaitu penugasan dari

Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota

dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan

tugas tertentu.

  Selanjutnya dalam bahan ajar ini akan diuraikan tentang pengelolaan Dekonsentrasi

dan Tugas Pembantuan secara garis besar, dengan harapan dapat memberikan gambaran

tentang bagaimana pengelolaan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

  Pola Hubungan Antar Isntansi Terkait dengan DekonTP Mekanisme pola hubungan antar instansi perlu untuk dipahami agar dapat

memberikan gambaran secara menyeluruh bagaimana keterkaitan yang ada, sehugungan

dengan pengelolaan DekonTP.

  Hubungan antar lembaga diawali dari tahap perencanaan ditingkat pusat.

Sebagaimana diketahui bagi K/L yang memiliki kewenangan untuk urusan yang menjadi

tugasnya dan pelaksanaan kegiatan berada di daerah, maka sudah memasukkan

perencanaan beserta rencana pendanaan dalam draf Renja K/L nya.

  Dari Renja K/L tersebut selanjutnya dikoordinasikan dengan Bappenas, Kementerian

Keuangan serta Menteri Dalam Negeri dalam Musrenbang tingkat Nasional maupun

  

koordinasi-koordinasi sebelum Musrenbang. Pada tahap ini sudah mulai dibicarakan

kegiatan/program apa yang akan dilaksanakan dengan mekanisme Dekon maupun TP.

  Proses tersebut terus bergulir ditingkat pemerintah pusat dan DPR. Namun juga

diikuti dengan koordinasi dengan daerah calon peneriman pelaksanaan kegiatan Dekon-TP.

Langkah-langkah persiapan mulai dilakukan mulai penandatanganan kesediaan

melaksanakan kegiatan Dekon-TP hingga penunjukan SKPD yang menjadi pelaksana.

  Setelah proses pembahasan dengan DPR mencapai kesepakatan maka

ditindaklanjuti dengan proses penganggaran di Kementerian Keuangan (DJA + KL

  • +BAPPENAS). Selanjutnya RKA-KL yang sudah dibahas menjadi dokumen DHP (Daftar

    Hasil Penelaahan) RKA-KL dan sekaligus menjadi lampiran UU APBN. DHP RKA-KL

    disampaikan ke K/L dan dijadikan dasar untuk penyusunan dan penerbitan DIPA oleh DJA.

    Untuk kegiatan Dekon-TP mulai Tahun 2013 pengesahan DIPA nya dilakukan di DJA

    dengan jenis DIPA petikan. Sedangkan DIPA induknya pada Unit Eselon I K/L yang men-

    Dekon/TP-kan.

  Selanjutnya atas dasar DIPA tersebut SKPD menjalankan kegiatan Dekon-TP, asset-

aset yang dihasilkan dari kegiatan Dekon TP pada awalnya merupakan asset K/L asset

pusat. Terkait dengan pengelolaan asset maka DJKN merupakan unit pembinanya.

  Pola Hubungan Penyelenggaraan Dekon/TP Antar Instansi Terkait DJPK

  DEPDAGRI BAPPENAS Pengelolaan I nform asi,

  ( UU 32/ 2004) ( UU 25/ 2004)

  Evaluasi dan Rekom endasi Pendanaan Penat aan Penet apan &

  ( PP 7/ 2008, PMK 156/ 2008 Urusan Sinkronisasi n

  PMK/ 248/ 2010) Pem erint ahan Program a a

  Koordinasi n a

  Kebij akan, DJA d n Penelaahan RKA- K/ L, Perencanaan dan e

  Penerbit an RABPP, Evaluasi

  P s , dan DI PA lu

  ( PP 90/ 2010, PMK St andard Penet apan ik

  Biaya) S

  Kegiat an, Lokasi dan Alokasi Pendanaan

  DJPB Pencairan, Sanksi, SAI dan

  DEPKEU DEP.TEKNI S

  Pelaporan (UU 17/2003, UU 1/2004

  ( UU Sekt oral) ( PP 71/ 2010, PP 8/ 2006, PMK

  UU 33/2004) 171/ 2007 ( SAPKPP)

  Pelim pahan Penyaluran

  Pelaporan dan ( Dekon) / dan Monev

  Penugasan ( TP) Pert anggungj awaban

  DJKN Pelaporan BMN/ D

  Pem erint ah Daerah ( PP 6/ 2006/ PP 38/ 2008/

  ( Pelaksanaan Kegiat an Dekon/ TP) PMK 125/ 2011)

  Sumber : DJPK diolah Dasar Hukum

  

Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, mendasarkan pada regulasi-

regulasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah bersama DPR maupun regulasi-regulasi turunannya baik dalam bentuk PP maupun Peraturan Menteri. Berikut disajikan dasar hukum penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

  1. UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

  2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

  3. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

  4. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

  5. PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;

  6. PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;

  7. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 8. PP No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

  9. PP No. 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewengan serta

Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi

  10. PMK 156 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan

  11. PMK 248/PMK.07/2010 Tentang Perubahan atas PMK 156/PMK.07/2008 Disamping referensi tersebut diatas dianjurkan pula untuk membaca peraturan

yang terkait dengan pencairan dana APBN dan pelaporan dan pertanggungjawaban terkait

dengan pelaksanaan APBN.

  Pengertian Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Sebelum lebih lanjut diuraikan tentang pengelolaan dana dekonsentrasi dan tugas

pembantuan, terlebih dahulu perlu dipahami tentang pengertian Dekonsentrasi dan Tugas

  Pembantuan.

  Sebagaimana diuraikan di awal bahan ajar ini bahwa terdapat kewenangan Pusat

yang berada di daerah (Provinsi), dan dalam pelaksanaanya kewenangan ini dijalankan

dengan mekanisme dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada

gubernur sebagai wakil Pemerintah.

  Disamping dekonsentrasi kewenangan pusat yang berada di daerah (Provinsi,

Kab/Kota dan Desa) dalam pelaksanaanya dilaksanakan dengan mekanisme Tugas

Pembantuan. Tugas Pembantuan yaitu penugasan dari Pemerintah kepada daerah

dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan

mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

  Selanjutnya dalam rangka pendanaan kegiatan dekonsentrasi maka

pendanaannya berasal dari dana APBN, dana inilah yang disebut dengan dana

Dekonsentrasi. Pengertian dana dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN

yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua

  

penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak

1 termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

  Sedangkan dana yang digunakan untuk mendanai kegiatan Tugas Pembantuan

disebut dengan Dana Tugas Pembantuan. Dana tugas pembantuan seperti dana

Dekonsentrasi sama-sama bersumber dari APBN. Secara utuh pengertian Dana Tugas

Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan

desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan

Tugas Pembantuan.

  Perlu diperhatikan bahwa dana dari APBN terkait dengan pendanaan atas kegiatan

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tersebut pengalokasiaanya tetap melalui

Kementerian/Lembaga, tidak sebagaimana dana perimbangan, Otsus dan Penyesuaian.

  Prinsip Penyelenggaraaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pemerintah dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tentunya memiliki dasar-dasar. Dasar diselenggarakannya asas Dekonsentrasi diantaranya adalah :

  1. Terpeliharanya keutuhan NKRI;

  

2. Terwujudnya pelaksanaan kebijakan nasional dalam mengurangi kesenjangan antar

daerah;

  

3. Terwujudnya keserasian hubungan antar susunan pemerintahan dan antarpemerintahan

di daerah;

  4. Teridentifikasinya potensi dan terpeliharanya keanekaragaman sosial budaya daerah;

  

5. Tercapainya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, serta pengelolaan

pembangunan dan pelayanan terhadap kepentingan umum masyarakat ; dan

  

6. Terciptanya komunikasi sosial kemasyarakatan dan sosial budaya dalam sistem

administrasi NKRI

Sementara itu dasar diselenggarakannya asas Tugas Pembantuan adalah :

  

1. Tidak semua wewenang dan tugas pemerintah dapat dilaksanakan dengan

menggunakan asas desentralisasi dan dekonsentrasi.

  1 PMK 248/PMK.07/2010 Tentang Perubahan PMK Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (PMK 156/PMK.07/2008)

  

2. Dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan

pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan umum.

  

3. Ditujukan untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian permasalahan,

serta membantu penyelenggaraan pemerintahan dan pengembangan pembangunan bagi daerah dan desa.

  Kementerian/Lembaga yang menyelenggarakan asas Dekon/TP menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan TP. Dalam pelaksanaan Dekon/TP pendanaanya berasal dari APBN melalui K/L

yang menjadi pembinannya. Selanjutnya pengelolaan anggaran untuk Dekon/TP harus

dilakukan secara tertib, taat, pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien,

ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab, dengan memperhatikan rasa keadilan

dan kepatutan.

  Pelimpahan wewenang ke Gubernur dilaksanakamn oleh SKPD Provinsi,

penugasan kepada Provinsi/Kab//Kota dilaksanaka oleh SKPD Provinsi/Kab/Kota

sedangkan penugasan kepada desa dilaksanakan oleh Kepada Desa. Pelimpahan

wewenang, dan penugasan tidak diperkenankan dilimpahkan/ditugaskan kembali kepada

pemerintahan dibawahnya atau desa.

  Pemerintah dapat memberikan penugasan kepada desa, setelah ada persetujuan

dari Presiden dengan terlebih dahulu mendapatkan pertimbangan dari Menteri Keuangan,

Mendagri dan Bappenas. Selanjutnya menteri/pimpinan lembaga menetapkan peraturan

untuk penugasan kepada Desa setelah mendapat persetujuan Presiden.

  Prinsip Pendanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Berbicara mengenai prinsip pendanaan Dekonsentrasi maupun Tugas

Pembantuan, tidak lepas dari jenis kewenangan yang diemban oleh pemerintah (Pusat)

yang selanjutnya di Dekon dan di TP-kan ke Daerah.

  Dengan adanya pelimpahan kewenangan dan tugas kepada SKPD tersebut maka

tentu diikuti dengan pendanaanya. Dalam pendanaan DK/TP terdapat kebijakan umum

pendanaan DK/TP yaitu :

  

1. Urusan pemerintahan yang dapat di-Dekonsentrasikan atau di-Tugas Pembantuankan dan

didanai dari APBN merupakan urusan pemerintah pusat

  

2. Pendanaan Dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan nonfisik, seperti koordinasi, perencanaan, fasilitasi, pelatihan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Sebagian kecil dapat digunakan untuk kegiatan penunjang berupa pengadaan barang/jasa dan penunjang lainnya

  

3. Pendanaan Tugas Pembantuan dialokasikan untuk kegiatan fisik, seperti kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana, pengadaan peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan dan kegiatan fisik lain yang menghasilkan keluaran dan menambah nilai aset pemerintah. Sebagian kecil dapat digunakan sebagai belanja penunjang pengadaan barang/jasa dan penunjang lainnya

  

4. Kegiatan Dekon/TP yang didanai mengacu pada RKP dan Prioritas Nasional dalam rangka

mendukung penguatan triple track strategy (pro growth, pro job, pro poor, pro environment )

  

5. Pendanaan Dekon/TP memperhatikan keseimbangan pendanaan di daerah dan kebutuhan

pembangunan daerah agar tepat sasaran dan tidak terkonsentrasi pada daerah tertentu

6. K/L wajib memberitahukan kegiatan Dekon/TP kepada Gubernur/Bupati/Walikota sebelum

  

pelimpahan/penugasan dalam rangka mendukung terwujudnya sinergisitas pusat dan daerah

  

7. Pengelolaan Dana Dekon/TP dilakukan secara tertib, transparan dan akuntabel guna

mewujudkan LKPP yang Wajar Tanpa Pengecualian (tidak disclaimer) Lebih rinci prinsip pendanaan dapat di bagi menjadi 2 kelompok yaitu untuk Dekon dan TP. Prinsip Pendanaan Dekon :

  1. Pendanaan dari APBN BA. K/L melalui dana dekonsentrasi

  2. Dialokasikan setelah adanya pelimpahan wewenang

  3. Dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat non-fisik Prinsip Pendanaan TP :

  1. Pendanaan berasal dari APBN BA K/L

  2. TP Dati I/II berasal dari APBD diatur dengan Permendagari

  3. Dialokasikan setelah adanya penugasan 4. Pendanaan dalam rangka tugas pembantuan dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat fisik.

  Sedangkan secara umum Kegiatan Dekon dan TP memiliki karakteristik sebagai berikut : Karakteristik Kegiatan Dekonsentrasi :

  1. Dialokasikan untuk kegiatan bersifat non-fisik (Belanja Barang)

  2. Sebagian kecil Dana Dekon dapat dialokasikan sebagai dana penunjang

  3. Dilaksanakan oleh Gubernur (SKPD) TK I

  4. Kewenangan tetap melekat pada institusi/lembaga

  5. Dana berasal dari APBN (Dana K/L) 6. Barang yang diperoleh dari Dana Dekonsentrasi merupakan BMN.

  7. Pengawasan dan Pemeriksaan di lakukan pengawas internal pemerintah dan eksternal yaitu BPK.

  Karakteristik Kegiatan Tugas Pembantuan : 1. Kegiatan bersifat fisik, fisik lainnya dan penunjang kegiatan.

  2. Dilaksanakan oleh Daerah TK I/Daerah TK II/Desa

  3. Kewenangan tetap melekat pada K/L

  4. Dana berasal dari APBN (Dana K/L)

  

5. Barang yang diperoleh dari Dana Tugas Pembantuan merupakan BMN, kecuali ditentukan

lain.

  

6. Pengawasan dan Pemeriksaan kegiatan TP dilakukan pengawas internal pemerintah dan

eksternal yaitu BPK Penganggaran Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

  Kegiatan Dekon dan TP merupakan kegiatan yang menjadi kewenangan pusat,

maka pagu dana yang akan dilimpahkan/ditugaskan merupakan pagu dari K/L. Karena

pagu K/L APBN maka Penganggaran dana dekosentrasi/tugas pembantuan dilakukan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN.

  Segala keperluan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan Dekon dan TP harus

disediakan danannya dari APBN. Hal-hal yang harus diperhatikan terkait penganggaran

Dekon/TP berdasarkan PMK 112/PMK.05/2012 tentang pentunjuk penyusunan RKA-KL

2013 yaitu :

  1. Program dan kegiatan yang didanai tertuang dalam RKA-K/L (merupakan kegiatan dari eselon I dan sesuai dengan rumusan hasil restrukturisasi program/kegiatan), dan sepenuhnya dari APBN melalui RKA-K/L/DIPA

  2. Target Kinerja (jenis, volume, dan satuan output) dan besarnya alokasi anggaran yang menjadi tanggung jawab masing-masing SKPD dituangkan dengan jelas dalam

RKA-K/L

3. K/L tidak diperkenankan mensyaratkan dana pendamping

  

4. Pembebanan APBD hanya digunakan untuk mendanai urusan daerah yang

disinergikan dengan program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan dan/atau ditugaskan

  

5. Dana DK dilaksanakan setelah adanya pelimpahan wewenang Pemerintah melalui

K/L kepada Gubernur;

  

6. Dana TP dilaksanakan setelah adanya penugasan wewenang Pemerintah melalui

K/L kepada Gubernur/Bupati/Walikota;

  

7. Untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan, K/L juga harus

memperhitungkan kebutuhan anggaran: (a) Biaya penyusunan dan pengiriman laporan oleh SKPD; (b) Biaya operasional dan pemeliharaan atas hasil pelaksanaan kegiatan yang belum dihibahkan; (c) Honorarium pejabat pengelola keuangan dana dekonsentrasi dan/atau dana tugas pembantuan; dan (d) Biaya lainnya dalam rangka pencapaian target pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

  

8. Pengalokasian Dana DK dan Dana TP memperhatikan kemampuan keuangan

negara, keseimbangan pendanaan di daerah (besarnya transfer ke daerah dan kemampuan keuangan daerah), dan kebutuhan pembangunan di daerah Terkait dengan keseimbangan pendanaan setiap tahun Menteri Keuangan mengeluarkan surat rekomendasi tentang keseimbangan pendanaan tersebut. Untuk TA 2013 secara garis besar keseimbangan pendanaan untuk dijadikan referensi dalam pengalokasian dana DK/ TP dapat disajikan sebagai berikut : (a) Kelompok daerah Prioritas I adalah daerah yang terdapat pada Kuadran III dengan jumlah daerah sebanyak 147 daerah terdiri dari 14 Provinsi dan 133 Kabupaten/Kota.

  Daerah tersebut mempunyai Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) rendah, dan Indeks Pembangunan Manusia-nya (IPM) juga rendah. (b) Kelompok daerah Prioritas II adalah daerah yang terdapat pada Kuadran II dengan jumlah daerah sebanyak 234 daerah terdiri dari 12 Provinsi dan 222 Kabupaten/Kota.

  Daerah tersebut mempunyai Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) rendah, namun Indeks Pembangunan Manusia-nya (IPM) tinggi. (c) Sedangkan Daerah yang berada pada Kuadran 1 dan Kuadran 4 merupakan daerah non prioritas yaitu sebanyak 143 daerah yang terdiri dari 64 daerah pada kuadran 1 dan 79 daerah pada kuadran 4.

  

9. Dokumen pendukung yang harus dilampirkan oleh SKPD harus sudah dilengkapi pada saat

penelaahan RKA-K/L;

  Terkait penuangan dana didalam dokumen anggaran dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut : Pada pengalokasian dana untuk kegiatan Dekonsentrasi :

  

1. Komponen Utama; yang bersifat non-fisik. Alokasi anggarannya menggunakan akun

Belanja Barang sesuai peruntukannya.

  

2. Komponen Penunjang; untuk pelaksanaan tugas administrative dan/atau pengadaan

input berupa pengadaan barang/jasa dan penunjang lainnya, dialokasikan dengan menggunakan akun belanja barang sesuai peruntukannya.

  

3. Dalam hal Komponen Penunjang digunakan untuk pengadaan barang berupa aset tetap,

pengalokasian anggarannya menggunakan akun Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi Untuk Diserahkan Ke Pemerintah Daerah (526211).

  Pada pengalokasian dana untuk kegiatan Tugas Pembantuan :

  

1. Komponen Utama; yang bersifat fisik. Alokasi anggarannya menggunakan akun Belanja

Modal sesuai peruntukannya.

  

2. Komponen Utama; yang bersifat fisik lain. Alokasi anggarannya menggunakan akun

Belanja Barang Fisik Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526115).

  

3. Komponen Penunjang; untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan

input berupa pengadaan barang/jasa dan penunjang lainnya, dialokasikan dengan menggunakan akun Belanja Barang sesuai peruntukannya.

  

4. Dalam hal Komponen Penunjang digunakan untuk pengadaan barang berupa aset tetap,

pengalokasian anggarannya menggunakan akun Belanja Barang Penunjang Kegiatan Tugas Pembantuan Untuk Diserahkan Ke Pemerintah Daerah (526212).

  Secara ringkas mekani anisme penganggaran untuk kegiatan dekonse sentrasi dilakukan sebagai berikut : Setelah ditetapkan d dalam RKP hingga Renja K/L dan sud sudah mendapatkan

kesepakatan dari daerah (Gub ubernur) untuk bersedia melaksanakan kegiat iatan Dekonsentrasi,

maka ditindaklanjuti dengan n jenjang penganggaran. Pengalokasian dan ana dalam RKA-KL

dengan memperhatikan prog rogram dan kegiatan yang telah ditetapkan. n. Atas dasar data

dukung dan RKA-KL maka ka K/L mengajukan pembahasan RKA-KL KL ke Kementerian

Keuangan untuk dilakukan pe penelaahan. Setelah RKA-KL disetujui hingga ga terbitnya SAPSK

maka dokumen tersebut disa isampaikan ke SKPD sebagai bahan untuk m k menyusun konsep

DIPA yang diajukan kepada K Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat.

  Atas dasar usulan D DIPA tersebut Kanwil Perbendaharaan me meneliti kesesuaian

dengan Perpres Rincian APB PBN dan SAPSK untuk dasar pengesahan DI DIPA. Setelah DIPA

ditetapkan maka SKPD dapat at menjalankan kegiatan Dekonsentrasi terhitu itung mulai 1 Januari

tahun berjalan. Perlu diperha rhatikan pula bahwa apabila daerah (Gubern ernur) mendapatkan

alokasi dana Dekon, maka har harus memberitahukan adanya kegiatan terseb sebut kepada DPRD.

Sedangkan mekanisme penga ganggaran untuk Tugas Pembantuan dapat di t digambarkan dalam

bagan berikut ini :

  

Mekanisme penganggaran d dana untuk kegiatan TP sebenarnya tidak ak berbeda dengan

penganggaran dana Dekonse sentrasi. Yang paling prinsip perbedaanya disi disini adalah, bahwa

penganggaran TP untuk men endanai kegiatan yang sifatnya fisik sedang ngkan kalau Dekon

untuk kegiatan non fisik.

  

SKPD penerimannyapun berb erbeda, kalau Dekon hanya SKPD dilingkung ngan provinsi, maka

kegiatan TP dapat dilaksanaka akan oleh SKPD pada Kabupaten/Kota, Provinsi insi maupun Desa.

  • PPKF dan KEM;
  • RKP; • Rincian Belanja.
  • RUU APBN; • NK.

  Penyusunan :

  Jan- Apr Mei - Jul Agu- Okt Nov– Des DPR Kabinet/ Presiden Kementerian Perencanaan Kementerian Keuangan K/L SIKLUS PENYUSUNANdan PENETAPAN APBN MENURUT PP 90/2010

  Pembcran pendhluan :

  Penetapan UU APBN Pengesahan konsep DIPA

  Pagu Indikatif/ Rancangan RKP Himp RKA-KL

  Nota Keu Penlhan RKA-KL 16a

  11 14 7 Penetpn

RKA-KL

10 RUU APBN,

  • PPKF dan KEM;
  • Pagu awal APBN; • Rincian Belanja.

  9 Pembahasan :

  Pagu Sementara

  Finalisasi :

  • PPKF dan KEM;
  • RKP dan RB;
  • Kbijk umum; • Prtas angg.
  • 1

      RUU APBN, Nota Keu 2

    K/L

      18 SP RKA-K/L Kerpres Alokasi Anggaran K/L

      3 4 5 6 8 12 13 15 16 16b

    Rekonslsi

    RKA-KL

      New Initiatives proposal Pembhsan proposal K/L

      Renstra KL Renja KL Penetapan Prioritas Pembangunan

      Konsep DIPA DIPA RKA-KL

      17 17 Penyaluran Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Penyaluran dana Dekon/ TP, karena menjadi kewenangan K/L dan dialokasikan dari

    dana APBN maka Penyaluran Dana Dekon/TP dilakukan melalui Rekening Kas Umum

      Negara yaitu melalui KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara).

      Proses pencairan dana Dekon/TP persis seperti mekanisme pencairan dana APBN,

    DIPA yang telah disahkan disampaikan kepada SKPD penerima dana Dekon/TP sebagai

    dasar dalam pengusulan SPP. SPP yang telah diajukan selanjutnya oleh bagian pengujian

    SPM dilakukan penelitian. Apabila sudah memenuhi syarat maka diterbitkanlah SPM.

    Penerbitan SPM oleh SKPD selaku KPA didasarkan pada alokasi dana yang tersedia dalam

    DIPA. Kepala SKPD penerima Dana Dekon/TP menerbitkan dan menyampaikan SPM

    kepada KPPN, Setelah menerima SPM dari SKPD, KPPN setempat menerbitkan Surat

    Perintah Pencairan Dana (SP2D).

      Apabila terdapat penerimaan sebagai akibat pelaksanaan Dekon/TP merupakan

    penerimaan negara dan wajib disetor ke Rekening Kas Umum Negara. Dalam hal

      19 BA Hasil Pembahasan

      

    pelaksanaan Dekon/TP terdapat saldo kas pada akhir tahun anggaran harus disetor ke

    Rekening Kas Umum Negara.

    MEKANISME PENCAIRAN

      

    KPPN

    SP2D DI PA SPM

    DK/ TP

      

    SKPD

    (DK/TP)

    BUKTI 2 SPP

      Pengelolaan BMN Sedangkan terkait dengan pengelolaan BMN, maka barang yang diperoleh dari hasil

    pelaksanaan Dekon/TP merupakan BMN. BMN tersebut dapat dihibahkan kepada Daerah.

      

    BMN yang akan dihibahkan terlebih dahulu harus ditatausahakan dalam Sistem Informasi

    Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). Status BMN yang akan

    dihibahkan kepada daerah harus jelas dan dalam kondisi baik. Penetapan BMN yang akan

    dihibahkan kepada daerah dilakukan atas kesepakatan bersama antara K/L dan daerah.

    BMN yang akan dihibahkan terlebih dahulu harus diusulkan oleh K/L kepada Menkeu c.q.

    Dirjen Kekayaan Negara untuk mendapat persetujuan.

      Khusus untuk aset Dekon/TP yang diperoleh sebelum TA 2011 diatur dalam PMK 125/PMK.06/2011.

      Pertanggungjawaban Dekon on-TP Dari bagan diatas dap apat difahami bahwa pertanggungjawaban ad ada dua aspek yaitu

    Aspek Manajerian dan Aspe spek Akuntabilitas. Aspek managerial lebih m h menyangkut pada

    masalah teknis pelaksanaa aan dan arah pertanggungjawabannya ke kepada K/L yang

    memberikan alokasi Dekon/T n/TP. Sedangkan aspek akuntabilitas lebih bih mengarah pada

    pertanggungjawaban atas lap laporan keuangan (akuntansi) disini yang m menjadi pelakunya

    adalah Kementerian Keuanga gan.

      Disamping itu atas tas laporan keuangan Dekon/TP Kepa pala daerah juga mempertanggungjawabkan ke kepada DPRD dengan ketentuan sebagai berik erikut :

      

    1. Kepala Daerah melamp mpirkan laporan tahunan Dana Dekon/TP TP dalam Laporan

    Pertanggungjawaban Pela elaksanaan APBD kepada DPRD;

      

    2. Laporan tahunan Dana De Dekon/TP bukan merupakan satu kesatuan da dari Dokumen LPJ –

    APBD,

    3. Mekanisme penyampaian ian lampiran laporan tahunan Dana Dekon/T n/TP kepada DPRD dapat dilakukan secara be bersama-sama atau terpisah dengan LPJ-APB PBD.

      Pembinaan Dekon-TP Pembinaan dan pengaw awasan terhadap penyelenggaraan DK/TP P dilakukan secara

    berkala. Menteri/Pimpinan le lembaga melakukan pembinaan dan peng ngawasan terhadap

    pengelolaan kegiatan DK/T /TP. Menteri Keuangan melakukan pem embinaan terhadap

    pengelolaan dana Dekon dan an TP dan pengawasan atas penyampaian lap aporan Dana DK/TP.

      

    Pembinaan meliputi pember erian pedoman, fasilitasi, pelatihan, bimbin bingan teknis, serta

    pemantauan dan evaluasi. si. Dalam melakukan pembinaan kementeri erian/lembaga wajib

    menetapkan norma, standar, ar, prosedur, dan kriteria pelaksanaan kegia giatan. Pembinaan

    dapat dilaksanakan secara te terpadu dalam rangka meningkatkan kinerja, ja, transparansi, dan

      

    akuntabilitas penyelenggaraan DK/TP di daerah. Pengawasan dilaksanakan dalam rangka

    peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan DK/TP di daerah.

      Sanksi

    Apabila dalam pelaksanaan Dekon/TP terdapat hal-hal yang mengindikasikan

    penyimpangan maka SKPD dapat dikenakan sanksi diantaranya diatur sebagai berikut :

      

    1. Sanksi penundaan pencairan apabila SKPD tidak melakukan rekonsiliasi laporan

    keuangan dengan KPPN setempat sesuai ketentuan PMK yang mengatur tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

      2. Penghentian pencairan dalam tahun berjalan dapat dilakukan apabila:

    • SKPD tidak menyampaikan laporan keuangan triwulanan secara berturut-turut 2

      (dua) kali dalam tahun anggaran berjalan

    • ditemukan adanya penyimpangan dari hasil pemeriksaan BPK, BPKP, aparat

      pemeriksa fungsional

      

    3. K/L tidak diperkenankan mengalokasikan Dana Dekon/TP untuk tahun berikutnya

    apabila SKPD penerima dana dimaksud:

    • tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya yang telah

      ditetapkan;

    • tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai ketentuan yang

      berlaku pada tahun anggaran sebelumnya;

    • melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksaan BPK, BPKP, Itjen K/L atau aparat pemeriksa fungsional lainnya Terimakasih Referensi :

      1. UU 32 2004

      2. UU 33 2004

      3. PP 7 2008

      4. PP 90/2010

      5. PMK No.248/PMK.07/2010

      6. PMK 112/PMK.05/2012

      7. Materi Sosialisasi Dekon/TP DJPK

      

    MENTERI KEUANGAN

    REPUBLIK INDONESIA

      SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 248/PMK.07/2010

      TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156/PMK.07/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

      DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

      Menimbang : a. bahwa pedoman pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008;

      b. bahwa dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan, dipandang perlu mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008;

      c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

      Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

      2. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010 ;

      3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

      MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN

      ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156/PMK.07/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA

      DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN.

      Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan diubah sebagai berikut:

      1. Ketentuan Pasal 1 diubah dengan menambahkan 5 (lima) angka baru setelah angka 20, yakni angka 21, angka 22, angka 23, angka 24, dan angka 25, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

      Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:

      1. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

      2. Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut Kementerian, adalah lembaga Pemerintah pelaksana kekuasaan pemerintahan yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

      3. Lembaga adalah organisasi non-kementerian negara dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya.

      4. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Dekonsentrasi/tugas pemerintahan di bidang tertentu di daerah provinsi.

      5. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah.

      6. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

      7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan ditetapkan dengan undang-undang.

      8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

      9. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

      10. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.

      11. Rencana Kerja Pemerintah, yang selanjutnya disingkat RKP, adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun.

      12. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut Renja-KL, adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun.

      13. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disingkat RKA-KL, adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu Kementerian/Lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

      14. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja, yang selanjutnya disingkat RKA Satker, adalah RKA-KL pada tingkat satuan kerja yang berisikan informasi mengenai rencana kerja, rincian belanja, target pendapatan, dan prakiraan maju.

      15. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, yang selanjutnya disebut DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA, adalah suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh menteri/pimpinan Lembaga serta disahkan oleh Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pendanaan kegiatan serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi Pemerintah.

      16. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan instansi Pemerintah/Lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi Pemerintah.

      17. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang bersifat personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan untuk menghasilkan keluaran dalam bentuk barang/jasa.

      18. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang- Wilayah Dekonsentrasi, yang selanjutnya disebut UAPPA/B-W Dekonsentrasi, adalah unit akuntansi yang berada di pemerintah daerah provinsi yang melakukan kegiatan penggabungan laporan keuangan/barang dari seluruh SKPD yang mendapatkan alokasi Dana Dekonsentrasi di wilayah kerjanya.

      19. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang- Wilayah Tugas Pembantuan, yang selanjutnya disebut UAPPA/B-W Tugas Pembantuan, adalah unit akuntansi yang berada di pemerintah daerah yang melakukan kegiatan penggabungan laporan keuangan/barang dari seluruh SKPD yang mendapatkan alokasi Dana Tugas Pembantuan di wilayah kerjanya.

      20. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut BMN, adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

      21. Hibah BMN adalah pengalihan kepemilikan barang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dari pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, atau dari pemerintah pusat/pemerintah daerah kepada pihak lain, tanpa memperoleh penggantian.

      22. Akun adalah daftar perkiraan/kodefikasi yang disusun dan ditetapkan secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran, serta pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan pemerintah pusat.

      23. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik negara/daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah.

      24. Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik negara/daerah dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna barang dan/atau pengelola barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

      25. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

      2. Ketentuan Pasal 2 diubah dengan menyisipkan 1 (satu) ayat di antara ayat (2) dan ayat (3) yakni ayat (2a) dan setelah ayat (4) ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (5), sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:

      Pasal 2 (1) Pendanaan dalam rangka Dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan bersifat non-fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset tetap. (2) Kegiatan yang bersifat non-fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain berupa sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan, supervisi, penelitian dan survey, pembinaan dan pengawasan, serta pengendalian. (2a)Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a) menggunakan akun Belanja Barang sesuai dengan peruntukannya.

      (3) Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagian kecil Dana Dekonsentrasi dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan input berupa pengadaan barang/jasa dan penunjang lainnya.

      (4) Penentuan besarnya alokasi dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis, dan efisiensi, serta disesuaikan dengan karakteristik kegiatan masing-masing Kementerian/Lembaga.

      (5) Dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam hal digunakan dalam Pengadaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan akun Belanja Barang penunjang kegiatan Dekonsentrasi dengan kode akun 521311.

      3. Ketentuan Pasal 3 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diubah, di antara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan 2 (dua) ayat yakni ayat (3a) dan ayat (3b), dan di antara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (4a), sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

      Pasal 3

      (1) Pendanaan dalam rangka Tugas Pembantuan dialokasikan untuk kegiatan bersifat fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang menambah nilai aset pemerintah. (2) Kegiatan yang bersifat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat

      (1) antara lain pengadaan tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan, serta kegiatan fisik lain yang menambah nilai aset pemerintah. (3) Kegiatan fisik lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain pengadaan barang habis pakai, seperti obat-obatan, vaksin, pengadaan bibit dan pupuk yang akan diserahkan kepada pemerintah daerah.

      (3a)Pengadaan aset sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan akun Belanja Modal sesuai dengan peruntukannya. (3b)Pengadaan aset sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan akun Belanja Barang fisik lainnya Tugas

      Pembantuan ( 521411). (4) Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan Tugas