Penanggulangan Kemiskinan di daerah terpencil

  Penanggulangan Kemiskinan Pengampu: Ahmad Chafid Alwi S.Pd., M.Pd.

  Disusun Oleh: Arindra Nugraha 18808141015 Annisa Hapsari 18808141050 Dewi Kusumaningrum 18808114005 Muhammad Daffa Pradana 18808144022

MANAJEMEN S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2019

  

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga kami selaku kelompok 5 mata kuliah ekonomi kerakyatan dengan judul bahasan “Penanggulangan kemiskinan” dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih pada dosen pengampu yang telah membimbing penyelesaian makalah ini. Makalah kami dibuat sebagai pelengkap nilai tugas mata kuliah dan sebagai bahan pembelajaran tentang pembangunan pedesaan yang ada di Indonesia.

  Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami, masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini serta masih jauh dari kata sempurna.

  Oleh karena itu kami sangat terbuka dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap dengan ditulisnya makalah ini dapat memberikan kebermanfaatan bagi ilmu pengetahuan dan para pembaca pada umumnya.

  Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

  

Daftar Isi

  

  

  

  

  

  

   BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya meliputi : sandang, pangan, papan dan wisata yang bisa menghasilkan nilai tambah bagi Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang rajin bekerja, namun ternyata pendapatan kita hanya cukup untuk membayar hutang. Dampak sosial bagi masalahan tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran, usaha yang menjadi tumpuan masyarakat merosot dan kualitas produktivitas tenaga

  kerja di Indonesia menurun. Dengan kata lain untuk memenuhi kebutuhan pokok kita masih sangat sulit. Dengan hal tersebut meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia masih sangat tinggi.

  Mengungkapkan jika sistem kapitalisme menghasilkan pembagian pendapatan yang sangat tidak merata, maka meskipun ekonomi tumbuh dengan cepat akan selalu ada penduduk/warga masyarakat tetap miskin dan dalam jangka panjang dapat menjadi jauh lebih miskin dan dalam jangka panjang dapat menjadi jauh lebih miskin dibanding kaya yang makin kaya. Diakui juga pendapatan nasional tidak tumbuh, kondisi perekonomian akan tidak stabil. Namun, pertumbuhan ekonomi positif tanpa memperhatikan upaya pemerataan dan keadilan secara sungguh- sungguh akan tidak dapat dijamin tingkat kemiskinan akan menurun ( Mubyarto:2017)

  Filipina sebagai negara berkembang yang terang – terangan menerapkan sistem kapitalisme, ternyata kurang berhasil mengatasi kemiskinan penduduknya, Kondisi kehidupan ekonomi amat konras antara Metro Manila dengan daerah pedesaan yang berjarak 50km dari Manila. Gini ratio pengeluaran penduduk hasil survey sosial ekonomi antara 0,45- 0,49 selama 30 tahun terakhir. Jika dibandingkan dengan Gini ratio di Indonesia hanya sebesar 0,36 pada tahun 1996 sudah dianggap serius yang ikut menyulut krisis ekonomi 1997.

  Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas mengenai Penanggulan Kemiskinan yang mungkin cocok diterakpkan di Indonesia. Dengan penanggulangan tersebut diharapkan dapat terealisasikan kedepannya untuk membangun Indonesia.

  B. Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian dari kemiskinan ?

  2. Bagaimana kebijakaan pemerataan pembangunan ?

  3. Bagaimana penanggulangan kemiskinan di Indonesia ?

  C. Tujuan

  Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai kemiskinan di Indonesia dan cara menanggulangi kemiskinan di Indonesia yang bisa terealisasikan sehingga bisa membangun Indonesia serta memberi solusi dari permasalahan – permasalahan yang terjadi di Indonesia.

BAB II PENELITIAN TERDAHULU PELAKSANAAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN OLEH DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA TANJUNGPINANG

  (Studi Pada Bantuan Pendidikan dalam Program Keluarga Harapan) Kasimah 1 ; Dian Prima Safitri 2 ; Edison 3

  Program studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

  A. Kebijakan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjung Pinang

  Kemiskinan merupakan persoalan penting bagi Pemerintah Provinsi Riau, khususnya Tanjung Pinang. Untuk itu, pemerintah setempat telah melakukan berbagai strategi, kebijakan, dan program untuk menanggulangi kemiskinan yang ada. Namun, pada kenyataannya menurut PBDT angka kemiskinan di Kota Tanjung Pinang meningkat tiap tahunnya, bahkan pada 2016, angka kemiskinan yang ada mencapai 10.196 rumah tangga. Oleh karena hal tersebut, upaya penanggulangan kemiskinan masih terus diupayakan serta ditingkatkan oleh Pemerintah Tanjung Pinang.

  Untuk mengatasi kemiskinan, Pemerintah Daerah Tanjung Pinang mengeluarkan Perda yang menjadi acuan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Perda tersebut merupakan Perda no. 6 Tahun 2015 yang berisi bahwa kemiskinan merupakan masalah multi dimensi dan multisector dengan beragam karakteristik serta masalah yang harus dihadapi. Hal ini menyangkut harkat dan martabat kitasebagai manusia. Oleh karena itu, diperlukan sinkronisasi serta koordinasi guna menanggulangi kemiskinan yang ada.

  Sasaran dari program penanggulangan kemiskinan ini merupakan keluarga miskin yang telah terdata dengan kriteria yang telah ditetapkan dan disepakati. Strategi program yang dijalankan yaitu berupa strategi untuk menunjang biaya pendidikan, kesehatan, keterampilan, modal usaha ekonomi produktif, pembangunan infrastruktur pedesaan, bantuan rehabilitasi sarana prasarana, dan pemungutan dana

  

B. Metode Pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan di Tanjung Pinang

  PKH merupakan sarana untuk mengentaskan kemiskinan yang digulirkan pemerintah daerah setempat khususnya kementrian di Kota Tanjung Pinang. Program ini merupakan program bantuan dan perlindungan sosial yang memfokuskan pada pengentasan kemiskinan dibidang kesehatan dan Pendidikan dengan cara pemberian tunai bersyarat. Dengan adanya program ini diharapkan masyarakat anggota PKH dapat dengan mudah mendapatkan akses untuk kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi sebagai upaya untuk meningkatkan kulaitas SDM demi mengurangi kemiskinan.

  Bentuk- bentuk implementasi dari PKH yang telah diterapkan adalah:

  a. Bantuan Tunai Bersyarat yang diberikan untuk ibu yang mengasuh anak usia 0-15 tahun guna membiayai Pendidikan serta kebutuhan anak.

  b. Dilaksanakannya Program Beasiswa Indonesia Pintar sebagai sebagai upaya untuk menekan angka putus sekolah bagi anak tidak mampu.

  Dalam menjalankan programnya, pemerintah Kota Tanjung pinang pasti melakukan peninjauan secara rutin. Peninjaian dilakukan dari mulai tahap validasi, penyaluran bantuan, verifikasi, dan sosialisasi. Pemantauan ini dilakukan agar program yang diharapkan berjalan dengan baik serta tapat pada sasarannya yaitu anggota PKH.

C. Dampak Pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan di Tanjung Pinang

  Program penanggulangan kemiskinan di Tanjung pinang sudah berjalan dengan baik.Jumlah keluarga yang telah mendapatkan bantuan adalah sebanyak 1.432 dan masih terus berjalan. Sebagai imbalan, keluarga miskin yang diberikan bantuan wajib ikut serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu pendidikan dan kesehatan.

  Walaupun program ini telah terlaksana dengan baik, namun perlu ada perbaikan dalam hal sosialisasi, koordinasi, strategi, dan pendataan agar bantuan yang diberikan serta dampaknya dapat lebih maksimal.selain perbaikan, pemerintah setempat hendaknya berkomitmen untuk terus menjalankan program ini serta terus melakukan perbaikan untuk kekurangan- kekurangan yang masih ada.

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Kemiskinan Menurut BPS, Kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana terjadi

  ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, baik berupa makanan atau yang bukan makanan. Sehinggi penduduk miskin merupakan penduduk dengan rata-rata pengeluaran perkapita/bulan dibawah garis kemiskinan.

a. Jenis-jenis Kemiskinan

  1. Kemiskinan Relatif

  Kemiskinan ini terjadi ketika pembangunan yang ada belum merata sehingga proses distribusi belum berjalan dengan lancer dan menyebabkan ketimpangan.

  2. Kemiskinan Absolut Kemiskinan ini terjadi ketika masyarakat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti sandang, pangan,papan, dan kebutuhan lain seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

  3. Kemiskinan Struktural Kemiskinan yang disebabkan oleh tatanan kehidupan yang kurang mendukung/kurang menguntungkan sehingga kondisi masyarakat susah untuk berubah maupun berkembang.

  4. Kemiskinan Kultural Kemiskinan ini terjadi karena adanya faktor kebudayaan yang membatasi aktivitas masyarakat serta pola pikir yang tidak maju.

B. Kebijakan Pemerataan Pembangunan

  Dalam rangka memeratakan pembangunan tiap wilayah, pemerintah telah menetapkan beberapa program, yaitu: a. Inpres mengenai bantuan pembangunan daerah tingat I, daerah tingkat II, dan daerah tertinggal (IDT)

  Yaitu program yang bertujuan untuk memajukan desa desa tertinggal dengan cara pemberian dana bergulir yang nantinya akan digunakan sebagai modal usaha.

  b. PMDKE Program ini dijalankan dalam rangka mengatasi krisis ekonomi. Program yang dijalankan antara lain adalah pembangunan lingkungan dengan melibatkan masyarakat serta dana bergulir. c. P2KP Salah satu program PNPM-Mandiri adalah P2KP, P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan local lainnya, termasuk pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun “gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan’, yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal.

  Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani.Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu.

  Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik , social, ekonomi, asset dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi-dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuk , seperti antara lain :

  a. Dimensi politik Sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar- benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak, termasuk akses informasi.

  b. Dimensi social Sering muncul dalam bentuk tidak terintergrasikan warga miskin ke dalam institusi social yang ada, terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai capital social.

  c. Dimensi lingkungan Sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku dan cara pandang yang tidak berorientasi pada pembnagunan berkelanjutan sehingga cenderung memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta permukiman

  d. Dimensi ekonomi Muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak

  e. Dimensi asset Ditandai dengan rendahnya kemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk asset kualitas sumberdaya manusia, peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan dan sebagainya.

  Karateristik kemiskinan seperti tersebut di atas dan krisis ekonomi yang terjadi telah menyadarkan semua pihak bahan pendekatan dan cara yang dipilih dalam penaggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu kearah pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembanggaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masnyarakat warga yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan public di tingkat local, baik aspek social, ekonomi maupun lingkungan termasuk perumahan dan pemukiman.

  Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititikberatkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam “melembangakan” dan “membudayakan” kembali nilai- nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan (nilai-nilai dan prinsip-prinsip di P2KP), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penangguangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Melalui kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain di harapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsive, dan dengan sisitem social masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

  Kepada kelembagaan masyrakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulant atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan pemukiman. Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan structural, khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, social, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan asset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan dan pemukiman mereka maupun menyuarakan aspirasinya dalamproses pengambilan keputusan untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan pendampingan intensif di tiap kelurahan sasaran.

  Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, P2KP cukup mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya, program penangulangan kemisikinan berpotensial sebagai “gerakan masyarakat”’ yakni; dari, oleh dan untuk masyarakat.

  Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala- gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, social, ekonomi, asset dan lain-lain. Orientasi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang hanya menitikberatkan pada salah satu dimensi dari gejala-gejala kemiskinan ini, pada dasarnya mencerminkan pendekatan program yang bersifat persial, sektoral, charity dan tidak menyentuh akar penyebab kemiskinan itu sendiri. Akibatnya program-program dimaksud tidak mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat

  Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala- gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, social, ekonomi, asset dan lain-lain.

  Orientasi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang hanya mentitikberatkan pada salah satu dimensi dari gejala-gejala kemiskinan ini, pada dasaranya mencerminkan pendekatan program yang bersifat persial, sektoral, charity dan tidak menyentuh akar penyebab kemiskinan itu sendiri. Akibatnya program-program dimaksud tidak mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat yang pada akhirnya tidak akan mampu mewujudkan aspek keberlanjutan (sustainability) dari program-program penanggulangan kemiskinan tersebut a. Akar Akar Penyebab Kemiskinan

  Berbagai program kemiskinan yang pernah dilaksanakan, tidak dapat dipungkiri, sering menghadapai kondisi yang kurang menguntungkan. Misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih perpecahan social, dan melemahkan nilai-nilai capital social yang ada di masyarakat (gotong royong, musyawarah, keswadayaan, dll), lemahnya nilai-nilai capital social pada gilirannya juga mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara bersama.

  Kondisi capital social serta perilaku masyarakat yang melemah serta memudar tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan tindakan dari pengelola program kemiskinan dari pemimpin-pemimpin masyarakat yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan dan tidak tanggung gugat (tidak pro prro dan good governance oriented).Sehingga menimbulkan kecurigaan, stereotype dan skeptusme di masyarakat. Keputusan, kebijakan dan tindakan yang tidak adil ini biasanya terjadi pada situasi tatanan masyarakat yang belum madani, dengan salah satu indikasinya dapat dilihat dari kondisi kelembagaan masyarakat yang belum berdaya, yang tidak berorientasi pada keadilan, tidak dikelola dengan jujur dan tidak ikhlas berjuang bagi kepentingan masyarakat.

  Kelembagaan masyrakat yang belum berdaya pada dasarnya disebabkan oleh karateristik lembaga masyarakat tersebut yang cenderung tidak mangakar, dan tidak representative. Disamping itu, ditengarai pula bahwa berbagai lembaga masyarakat yang ada saat ini, dalam beberapa hal, lebih berorientasi pada kepentingan pihak luar masyarakat atau bahkan untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, sehingga mereka kurang memiliki komitmen dan kepedulian pada masyarakat di wilayahnya, terutama masyarakat miskin. Dalam kondisi ini akan semakin mendalam krisis kepercayaan masyarakat terhadap berbagai lembaga masyarakat yang ada di wilayahnya.

  Kondisi kelembagaan masyarakat yang tidak mengakar, tidak representative dan tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnyatumbuh subur dalam situasi perilaku/sikap masyarakat yang belum berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat dalam menyikapi dan menghadapi situasi yang ada di lingkungannya, yang serta akhirnya mendorong sikap masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar untuk mengatasi masalahnya, tidak mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, yakni terutama keikhlasan keadilan dan kejujuran.

  Oleh karena itu, P2KP memahami bahwa akar penyebab dari persoalan kemiskinan yang sebenarnya adalah karena kondisi masyarakat yang belum berdaya dengan indikasi kuat yang dicerminkan oleh perilaku/sikap/cara pandang masyarakat yang tidak dilandasi pada nilai-nilai universal kemanusiaan (jujur, dapat di percaya, ikhlas, dll) dan tidak bertumpu pada prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (transparansi, akuntabilitas, partisipasi, demokrasi, dll) b. Penanganan Akar Penyebab Kemiskinan

  Pemahaman akar penyebab persoalan kemiskinan perlu diperbaiki, yaitu dengan perubahan perilaku serta sikap dan cara pandang masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai universal kemanusiaan (moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (good governance), dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Perubahan ini menjadi pondasi kuat bagi terbangunnya lembaga masyarakat yang mandiri, melalui pemberdayaan para pelaku- pelakunya, agar mampu bertindak sebagai manusia yang luhur serta mampu menerapkan pada kehidupan sehari-hari.

  Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun lembaga yang mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin. Lembaga ini diharapkan untuk dapat menyuarakan aspirasi serta kebutuhan kaum miskin dan mampu mempengaruhi proses terkait kebijakan public di tingkat local, tujuannya agar lebih berorientasi ke masyarakat miskin (pro poor) dan mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance).

  P2KP memahami bahwa edukasi serta penguatan kapasitas untuk mengedepankan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakat adalah pendekatan yang efektif untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat.

  Kedua substansi P2KP yang disebutkan diatas sangat penting sebagai upaya transformasi dari ‘tataran proyek’ menjadi ‘tataran program’ oleh masyarakat bersama pemerintah daerah setempat. Perlu disadari bahwa upaya penanggulangan kemiskinan tidak hanya menjadi perhatian pemerintah pusat, melainkan menjadi prioritas perhatian dan kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah itu sendiri.

  Substansi P2KP sebagai proses pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan terus menerus untuk mengembangkan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan serta prinsip-prinsip kemasyarakatan dan pembangunan berkelanjutan, sebagai landansan membangun masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Proses pembelajaran ini dilakukan secara langnsung dengan membangun Komunitas Belajar Kelurahan (KBK).

  Substansi P2KP sebagai penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam rangka mengedepankan peran dan tanggung jawab pemerintah daerah dilakukan melalui berbagai program.

  Perubahan perilaku individu yang secara kumulatif menimbulkan perubahan kolektif masyarakat inilah yang menjadi inti pendekatan TRIDAYA, yaitu Daya social sehingga tercipta masyarakat efektif, daya ekonomi shingga tercipta masyarakat produktif dan daya pembangunan sehingga tercipta masyarakat pembangunan yang peduli lingkungan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

  Visi program ini adalah : Terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari. Yang melandasi pelaksanaan P2KP adalah sebagai berikut :

  a. Nilai-Nilai Universal Kemanusiaan (Gerakan Moral) 1. Jujur.

  2. Dapat dipercaya.

  3. Ikhlas/kerelawanan.

  4. Adil.

  5. Kesetaraan.

  6. Kesatuan dan Keragaman.

  b. Prinsip-Prinsip Universal kemasyarakatan (Good Governance).

  1. Demokrasi.

  2. Partisipasi.

  3. Transparansi dan Akuntabilitas.

  4. Desentralisasi.

  c. Prinsip-Prinsip Universal Pembangunan Berkelanjutan (Tridaya)

  1. Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection).

  2. Pengembangan Masyarakat (Social Development).

  3. Pengembangan Ekonomi (Economic Development).

  c. Tujuan P2KP Adalah :

  a. Terbangunnya lembaga dengan nilai-nilai kemanusiaan b. Meningkatnya akses bagi masyarakat miskin.

  c. Mengedepankan peran pemerintah kota/kabupaten.

  d. Kelompok Sasaran 1. Masyarakat.

  2. Pemerintah Daerah.

  3. Kelompok Peduli Setempat.

  4. Pihak Terkait (Stakeholders).

  STRATEGI PELAKSANAAN

  1. Mendorong Proses Transformasi Sosial dari Masyarakat Tidak Berdaya/Miskin Menuju Masyarakat Berdaya.

  a. Internalisasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal.

  b. Penguatan Lembaga Masyarakat melalui pendekatan pembangunan bertumpu pada kelompok (Community based Development).

  c. Pembelajaran Penerapan Konsep Tridaya dalam Penanggulangan Kemiskinan.

  d. Penguatan Akuntabilitas Masyarakat.

  2. Mendorong Proses Transformasi Sosial dari Masyarakat Berdaya Menuju Masyarakat Mandiri.

  a. Pembelajaran Kemitraan antar Stakeholders Strategis

  b. Penguatan Jaringan antar Pelaku Pembangunan

  3. Mendorong Proses Transformasi Sosial dari Masyarakat Mandiri Menuju Masyarakat Madani. Intervensi P2KP dititikberatkan pada proses penyiapan landasan yang kokoh melalui penciptaan situasi dan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh berkembangnya masyarakat madani, melalui intervensi komponen Pembangunan Lingkungan Permukiman Kelurahan Terpadu (Neighborhood Development). yaitu proses menuju lingkungan pemukiman yang tertata, sehat, produktif dan lestari. d. PPK Merupakan program penanggulangan kemiskinan pada tiap kecamatan dengan cara melibatkan masyarakat dalam pengalokasian sumber daya yang di daerah mereka.

  e. PNPM Mandiri

  1. Pengertian PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah sebuah program penanggulangan kemiskinan nasional terutama berbasis memberdayakan masyarakat. PNPM Mandiri juga mengandung beberapa pengertian, yaitu:

  1. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan pedoman pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat yang merupakan basis untuk menanggulangi kemiskinan.

  2. Upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, untuk individu maupun kelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya dilakukan dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang ingin dicapai tentunya pemberdayaan masyarakat diperlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak.

  2. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri terbuka untuk semua kegiatan penanggulangan kemiskinan dan diusulkan kemudian disepakati masyarakat, diantaranya:

  1. Penyediaan dan perbaikan pasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial dan ekonomi secara kegiatan padat karya.

  2. Penyediaan sumberdaya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar diberikan bagi kaum perempuan untuk memanfaatkan dana bergulir ini.

  3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs.

  4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.

  3. Sejarah

a. Pra Kondisi

  Pada Bulan Agustus – Desember 2006 : Pemerintah mendapatkan tekanan yang berat dari publik yang mengatakan Presiden telah berbohong dengan menyatakan angka kemiskinan turun, yang dikutip dari naskah Pidato Kenegaraan Presiden pada tanggal 16 Agustus 2005 dan menuduh pemerintah sengaja menyembunyikan angka kemiskinan terbaru dari BPS.

  Presiden melakukan serangkaian Sidang Kabinet dan meminta untuk mengumumkan angka kemiskinan terbaru dari BPS pada Bulan Oktober 2006.

  Tanggal 15 Desember 2006, Presiden menegaskan agar data dasar kemiskinan adalah dengan menggunakan angka yang dikeluarkan BPS dan semua kementerian/ lembaga dilarang untuk melakukan survei sendiri-sendiri untuk menghindarkan perbedaan angka statistik mengenai kemiskinan.

  Menko Kesra pada waktu itu dijabat oleh Bapak Aburizal Bakrie menegaskan lebih lanjut dengan menghentikan seluruh proyek dan kegiatan survei yang akan dilakukan oleh K/L untuk Tahun Anggaran 2007 sebesar 850 milyar rupiah di 11 K/L.

b. Kronologis

  Tanggal 23 Mei 2006 : Rapat antara Menko Kesra, Menko Perekonomian, Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas beserta staf terkait memutuskan untuk melanjutkan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang mendekati closing date dalam pendanaannya melalui pinjaman Bank Dunia, namun perlu dintegrasikan dalam suatu Wadah Program Nasional dan akan di-scale up ke seluruh desa dan kecamatan miskin.

  Pada rapat tanggal 23 Mei 2006 tersebut tercapai kesepakatan di antara Menko dan Menteri terkait, bahwa Menko Perekonomian yang pada saat itu dijabat oleh Bapak Boediono akan berkonsentrasi untuk menjaga kestabilan makro ekonomi dan Menko Kesra ( Bapak Aburizal Bakrie) sepakat untuk mengkoordinasikan program-program yang sifatnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di semua K/L termasuk yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan.

  Sidang Kabinet tanggal 7 September 2006 khusus untuk Penanggulangan Kemiskinan: Presiden menetapkan kebijakan pemerintah untuk percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui pemberdayaan masyarakat.

  Tim yang diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kemenko Kesra bersama Deputi Bidang kemiskinan, UKM dan Ketenaga kerjaan Bappenas, Ditjen PMD, Depdagri, Ditjen Cipta Karya Dept. Pekerjaan Umum bekerja keras menggarap konsep, nama dan disain awal program nasional pemberdayaan masyarakat ini dan sepakat mengajukan nama program sebagai “Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

  12 September 2006 : Menko Kesra, Menko Perekonomian Menteri Keuangan, Kepala Bappenas dan menteri-menteri terkait menyetujui untuk menetapkan “Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)” sebagai instrumen dalam percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja berbasis pemberdayaan masyarakat.

  Menko Kesra menindak lanjuti mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk menambah alokasi dana BLM (Bantuan Langsung Mansyarakat), Mendagri minta Gub, Bupati/Walikota menyampaikan usulan lokasi, Bappenas merancang pendanaan PNPM pada TA 2007.

  Tanggal 14 September 2006 Presiden RI menyempurnakan nama PNPM menjadi PNPM-Mandiri. Logo PNPM Mandiri yang sekarang digunakan diciptakan oleh Tim yang dipimpin oleh Direktur

  Kemiskinan Bappenas pada saat itu dan pada rapat Tim Pelaksana PNPM Mandiri yang diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kemenko Kesra ditetapkan sebagai Logo Resmi PNPM Mandiri.

  Pada tanggal 30 April 2007 PNPM-Mandiri diluncurkan Presiden di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.

  Pada saat diluncurkan PNPM Mandiri terdiri dari : PNPM Mandiri Perdesaan yang merupakan pernyempurnaan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dikelola oleh Ditjen PMD Depdagri dan PNPM Mandiri Perkotaan yang merupakan penyempurnaan dari Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dikelola oleh Ditjen Cipta Karya Dept. Pekerjaan Umum.

  4. Komponen Program Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen program sebagai berikut: a. Pengembangan masyarakat

  Komponen masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membagun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemfaatan sumber daya, pemantauan dan pemelihara hasil-hasil yang telah dicapai.Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dan pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitatot, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.

  b. Bantuan langsung masyarakat Komponen bantuan langsung masyarakat (BLM) adalah dana stimulant keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan terutama masyarakat miskin.

  c. Peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal Komponen peningkatan kapasitas pemerintah dan pelaku local adalah serangkaian kegiatan yang meningkatkan kapasitas pemerintah daerah atau pelaku local/kelompok perduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam penyelenggarakan hidupnya secara layak.Kegiatan terkait dalam komponen ini diantaranya seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif dan sebagainya.

  d. Bantuan dan pengelolaan dan pengembangan program Komponen ini meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi dan pengembangan program.

  5. Pendekatan Program PNPM Mandiri

  Pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyararakat dengan : a. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program untuk mengharmoniskan perencanaan, pelaksaan, dan pengendalian program.

  b. Meposisikan masyarakat sebagai penentu/pengamat kebijakan dan pelaku utama pembangunan pada tingkat local.

  c. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya local dalam proses pembangunan partisipasif d. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karateristik social, budaya, dan geografis

  e. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri dari atas pembelajaran, kemandirian dan keberlanjutan.

  6. Ruang Lingkup Kegiatan PNPM-Mandiri Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasaranya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi :

  a. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan pemukiman, social, ekonomi secara kegiatan padat karya.

  b. Penyediaan sumberdaya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar diberikan bagi kaum perempuan untuk memanfaatkan dana bergulir ini. c. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDCs

  d. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan local melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik. .

  

PENUTUP

Kesimpulan

  1. Masalah kemiskinan kemiskinan di Indonesia sudah menjadi masalah turun-temurun. Kemiskinan-kemiskinan di Indonesia terjadi tentunya karena banyak hal. Pembangunan yang belum merata, distribusi kebutuhan-kebutuhan pokok belum lancar, dan itu menyebabkan terjadinya ketimpangan.

  Sarana Pendidikan dan kesehatan tentunya juga sangat memengaruhi tingkat kemiskinan. Apabila saran Pendidikan Indonesia sudah bagus maka kebutuhan dasar akan ilmu dan juga pelajaran perilaku masyarakat Indonesia akan terpenuhi sehingga tidak banyak terjadi angkatan kerja yang menganggur. Lapangan pekerjaan juga harus lebih diperbanyak tetapi juga harus dibersamai etos kerja yang baik dari masyarakat Indonesia.

  2. Program pemerataan pembangunan di Indonesia sebenarnya sudah sangat banyak, mungkin dalam pelaksanaannya harus lebih di awasi dan di optimalkan. Saat ini pembangunan di Indonesia sangatlah pesat. Di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua pembangunan jalan trans pulau sangatlah patut di apresiasi. Karena dengan terhubungnya jalur darat maka distribusi kebutuhan- kebutuhan pokok masyarakat dapat terpenuhi.

  3. Penanggulangan kemiskinan di Indonesia di motori oleh PNPM Mandiri. Disini focus utamanya adalah Pemberdayaan masyarakat. Apabila masyarakat sudah mampu mengolah dan memberdayakan alam sekitarnya maka masyarakat tersebut bisa mandiri dan juga bisa terlepas dari belenggu kemiskinan. Kualitas sumber daya manusia sangatlah lebih dibutuhkan dibanding kuantitas sumber daya alam. Apabila kita sudah dapat mengolah seluruh potensi SDA dalam negeri kita secara optimal, maka kita dapat menjadi negara yang Makmur.

  

Daftar Pustaka

  Baroroh, kirorim.2017.Ekonomi Kerakyatan, Konsep dan Implementasi.Yogyakarta:Interclude. Kasimah, dkk. 2018. Pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan oleh

  Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang. Diambil pada 11 Maret 2019 dari

  Mulyanto. 2007. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE DRHI. 2008. Inpres Desa Tertinggal, Kilas Balik Masalah Kemiskinan. Diakses

  

pada 10 Maret 2019 dari

  Prayitno, Gunawan dan Aris Subagiyo. 2018. Membangun Desa: Merencanakan

  

Desa dengan Pendekatan Partisipatif dan Berkelanjutan. Malang: UB

Press.