Makalah Kegunaan Vitamin A untuk Kesehat

MAKALAH TUGAS
ILMU GIZI KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

Disusun Oleh :
LISA PRIHASTARI (1406505140)

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN GIGI KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
2014

VITAMIN A UNTUK KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Vitamin A (Retinoid dan Karotenoid)
Vitamin A berwarna kuning pucat, dan merupakan bahan yang kurang berwarna yang bersifat
larut dalam lemak atau fat solvent dan tidak larut dalam air. Karena derajat tidak jenuh nya yang
sangat tinggi, vitamin A berisi lemak dan minyak yang mudah dipecah dengan oksidasi menjadi
lemak dan minyak yang rusak. Perlindungan dengan antioksidan seperti vitamin E atau penyimpanan
disuhu dingin, tempat gelap akan mencegah proses oksidasi dan kerusakan (menjadi tengik).
Vitamin A yang ditemukan pada sumber makanan hewani memiliki dua bentuk, yaitu vitamin
A1 dan Vitamin A2. Vitamin A1 ditemukan pada liver dan lemak tubuh ikan, butter, kuning telur, dan

susu. Vitamin A2 yang tidak terlalu penting untuk nutrisi manusia, pada ikan air tawar.
Vitamin A adalah kelompok yang tesusun dari 2 senyawa utama yaitu retinoid (bentuk awal
vitamin A/pre formed yang ditemukan didalam makanan hewani) dan karotenoid (prekusor vitamin
A yang ditemukan terutama pada sayur dan buah-buahan). Retinoid tersedia dalam tubuh sebagai
retinal (Vitamin A aldehid), retinol (Vitamin A alkohol), dan asam retinoid ( Vitamin A acid).
Ada 4 jenis karotenoid yaitu alfa karotenoid, beta karotenoid, gamma karotenoid dan betacryptoxanthin, yang semuanya disebut juga dengan pro-vitamin A karena mereka dapat diubah
menjadi retinol didalam tubuh. Likopen, lutein, dan zeaxanthin, juga merupakan karotenoid, tapi
tidak dapat diubah menjad vitamin A di dalam tubuh. Untuk manusia, beta karoten adalah yang
paling penting karena mengandung aktivitas vitamin A yang paling tinggi dan lebih mudah diperoleh.

Fungsi
Vitamin A berperan sangat besar dalam proliferasi dan diferensiasi sel, sehingga ia sangat
esensial untuk reproduksi, pertumbuhan, perkembangan tulang dan gigi, sintesis dan perawatan dari
kesehatan sel-sel epitel dan membran, dan integritas dari sistem imun. Sel-sel epitel adalah
pertahanan awal dari invasi bakteri dan mikro organism yang lain, tetapi tanpa vitamin A, sel-sel
epitel akan mengalami perubahan degenerative. Karena itu vitamin A sangat penting untuk proses
epitelisasi jaringan, maka ia juga sangat penting untuk integritas rongga mulut. Tanpa adanya
vitamin A sel-sel epitel yang menghasilkan tau mensekresi mucus akan megalami degenerasi dan
menghasilkan keratin daripada mucus. Vitamin A berperan dalam produksi glikoprotein, yaitu
subtansi yang dibentuk didalam mucus.


Tanpa vitamin A, lapisan epitel sclera an corneal pada mata akan mengalami keratinisasi, selsel epitel yang memiliki cilia seperti dihidung, nasofaring dan saluran pernafasan akan berubah
menjadi sel epitel yang tidak bersilia, dan menganggu pembentukan folikel pada rambut.
Fungsi yang paling sering diketahui dari vitamin A adalah mencegah rabun mata. Retina
manusia berisi sel batang dan sel kerucut yang berfungsi sebagai sistem fotoreseptor. Sel batang
berisi pigmen ungu yang disebut dengan rhodopsin yang sensitif terhadap cahaya dengan intensitas
rendah. Vitamin A adalah komponen essensial dari Rhodopsin, yang merupakan pigmen mata yang
sensitif terhadap cahaya. Saat cahaya diserap oleh rhodopsin, ia akan memecah rhodopsin menjadi
fragmen protein yaitu opsin dan retinal (vitamin A). Dalam gelap, komponen ini akan kembali
bergabung jika kebutuhan vitamin A tersedia dan terpenuhi secara terus-menerus lewat suplai
darah. Jika terdapat kekurangan vitamin A, proses regenerasi rhodopsin melambat dan mata tidak
dapat beradaptasi terhadap kegelapan (rabun senja). Gambar 1. Menunjukkan Kinerja Vitamin a
terhadap penglihatan.
Vitamin A juga terbukti secara eksperimental mempengaruhi formasi tulang, pada binatang
muda yang kekurangan vitamin A, mengalami gangguan pertumbuhan tulang. Tulang gagal untuk
bertambah panjang, dan remodeling tulang menjadi abnormal dan berhenti. Gangguan
pertumbuhan tulang sebagai hasil dari kegagalan perubahan konversi dari osteoblast ke osteoclast.
Yang menyebabkan kerusakan tulang selama proses remodeling. Tulang dari binatang muda yang
kekurangan vitamin A menjadi rapat/tebal. Ketebalan tulang kemungkinan menekan jaringan syaraf
menyebabkan lesi pada syaraf.

Vitamin A dan karotenoid juga berperan sebagai antioksidan. Mereka berperan penting
dalam pencegahan kanker, termasuk kanker mulut, juga katarak.

Opsin

GELAP

Rhodopsin di
sel Batang
Retina

Opsin

Retinal
Gambar
Retinol

Otak

Vitamin A

Dari cadangan liver
Produk degradasi
Gambar 1. Fungsi Vitamin A pada proses penglihatan

Metabolisme
Adanya lemak, garam empedu dan campuran zat pancreas sangat esensial untuk melengkapi
proses absorbsi vitamin A. Penyakit yang menyebabkan gangguan metabolism lemak,
memungkinkan terjadinya defisiensi vitamin A, karena menganggu proses penyerapannya.
Preformed vitamin A lebih bioavailabel dan lebih baik diserap dibandingkan karotenoid. Konsumsi
sejumlah kecil karotenoid diubah menjadi vitamin A di dalam dinding usus halus. Untuk setiap
konsumsi 12µg of beta karoten dalam makanan, 1 µg dari retinol disintesis. Akibatnya, efisiensi
konversi dari beta karoten menjadi vitamin A adalah 12: 1 berdasarkan beratnya.
Sekitar 90% penyimpanan vitamin A di tubuh ada dalam liver. Karotenoid disimpan dalam
lemak tubuh. Mayoritas preformed vitamin A dan karotenoid di eksresi ke dalam empedu dan
dibuang dari tubuh melalui feces. Ginjal juga mengeksresi beberapa vitamin A.
Saat vitamin A dilepas dari liver untuk memenuhi kebutuhan tubuh, ia akan berikatan
dengan protein spesifik, retinol binding protein (RBP) dan transthyretin (TTR). Hal ini membuat
vitamin A menjadi larut dalam lemak dan di edarkan di dalam darah. Level RBP di pelihara secara
terus menerus di dalam darah dan mencegah retinol bebas terdapat dalam sirkulasi. Hal ini sangat
penting, karena retinol bebas sangat berbahaya.


Nutrisi vitamin A yang adekuat ditentukan dengan menilai level darah dari vitamin baik
secara langsung atau protein pembawa. Level serum karoten, lebih menunjukkan intake diet vitamin
A yang baru masuk ketimbang penyimpanan dalam tubuh, dan kurang baik untuk memonitor status
vitamin A.

Jumlah kebutuhan dan rentang keamanan konsumsi
Recommend Dietary Allowances (RDAs) didasarkan pada diet yang bervariasi dari preformed
vitamin A dan karoten. Dalam diet orang amerika, karoten merupakan sumber konsumsi vitamin A
yang utama, selain dengan suplemen diet. Tidak ada rekomendasi spesifik untuk persentasi dari
vitamin A yang berasal dari karotenoid. RDAs memberikan saran konsumsi retinol equivalent (RE)
yaitu dengan 1 mikrogram (µg) dari retinol, atau 6 µg dari betakaroten. Dan satuan internasional (IU)
setara dengan 0.3 µg retinol atau 0.6 µg dari betakaroten, adapun pembagiannya :
-

RDA untuk anak-anak dengan rentang 300-600 µg/hari tergantung pada usia

-

RDA untuk laki-laki diatas 14 tahun adalah 900µg/ hari; 1000 RE atau 5000 IU


-

RDA untuk wanita diatas 14 tahun adalah 700 µg/hari; 800 RE atau 4000 IU

-

Batas atas aman (UL) untk vitamin A adalah 600-3000 µg/ hari (0,6-3mg/hari) disesuaikan
dengan usia
Untuk orang sehat yang memperoleh nutrisi vitamin A yang adekuat dari diet makanan

mereka, memiliki cadangan yang cukup didalam tubuh mereka. Orang dewasa mempunyai
kemampuan penyimpanan untuk menyesuaikan kebutuhan tubuh selama beberapa bulan atau
tahunan. Sedangkan pada bayi dan anak-anak belum memiliki sistem penyimpanan dan lebih mudah
mengalami efek dari defisiensi diet.

Sumber Vitamin A
Dalam diet di USA dan kanada, sumber utama makanan untuk vitamin A berasal dari padi
dan sayur. Sebagian besar suplai berasal dari karotenoid dalam sayur dan buah-buahan. Vitamin A
stabil dalam proses pengolahan dan suhu memasak. Makanan beku dan diawetkan dapat

mempertahankan kadar vitamin A selama 9 bulan lamanya. Absorbs vitamin A lebih baik dalam
bentuk sudah dimasak ketimbang dalam bentuk mentah.
Sumber terbaik dari karoten adalah buah dan sayur yang berwarna kuning gelap-orange,
merah, dan hijau tua seperti kentang manis, wortel, bayam, mangga, dan lain-lain. Organisasi
kesehtaan menyarankan konsumsi buah-buahan dan sayur ketimbang suplemen, karena hal ini
mungkin saja Karen ada faktor yang tidak diketahui yang ada pada buah dan sayur yang memberikan
efek lebih baik terutama efek antioksidan.

Preformed vitamin A ditemukan pada sumber hewani seperti susu, susu skim, liver, ikan,
krim, butter, margarine dan kuning telur. Pemberian suplementasi vitamin A yang lebih besar dari
level RDA akan memungkinkan resiko terjadinya keracunan/toksisitas. Pasien seharusnya diminta
untuk mendapat sumber vitamin A dari makanan bukan dari suplemen.

Efek dan implikasi kekurangan Vitamin A terhadap kesehatan Mulut
Pada kondisi Kekurangan vitamin A, jaringan gagal untuk berekembang atau beregenerasi
dengan sempurna, sehingga menyebabkan terganggunya proses penyembuhan. Jika defisiensi
semakin parah, gejalanya adalah kekeringan pada kulit, kesulitan adaptasi dalam gelap, dan
keruskan mata.
Tanda-tanda yang sering berupa keratinisasi atau kering, mengelupas, dan kasar pada kulit,
terutama pada sekitar folikel rambut (follicular hyperkeratosis). Kehalusan, dan kelembutan epitel

secara normal sebagai perlindungan terhadap bakteri, tapi pada kasus kekeringan, infeksi pada
mata, mulut dan saluran pernafasan dan pencernaan mudah terjadi. Xerophthalmia (kekeringan
pada bola mata) berkembang dalam beberapa tahap, tahap awal berupa rabun senja. Ini diikuti
dengan xerosis (kekeringan dan menurunnya daya transparan) dari kornea. Jika pada tahap ini dapat
dirawat, kondisi dapat kembali seperti semula. Bagaimanapun, xerosis yang tidak tertangani akan
berkembang cepat ke lapisan yang lebih dalam dari kornea meninggalkan luka dan kebutaan yang
permanen. Sebanyak 10 juta anak, terutama di Negara berkembang,mengalami defisiensi vitamin A
dan 500,000 menjadi buta.
Defisiensi vitamin A berhubungan dengan peningkatan infeksi pada kelahiran dan kematian.
Anak-anak yang mengalami defisiensi vitamin A mempunyai insidens yang lebih tinggi terjadinya
infeksi pernafasan dan diare, dan mild xerophthalmia 4 kali lebih besar menyebakan kematian
daripada yang tidak kekurangan.
Pada Jaringan periodonsium, pada penelitian eksperimental di hewan, kekurangan vitamin A
menyebabkan terjadinya hyperkeratosis dan hyperplasia di jaringan gingival. Dan adanya
kemungkinan terjadinya poket periodontal sebagai hasil proliferasi dari basal sel dari epitel ginggiva
dan menyebabkan berkurangnya infiltasi seluler dari lamina propia.
Sedangkan pada gigi, diketahui dari penelitian pada hewan pengerat, defisiensi vitamin A
dapat memperlambat dan bahkan menghentikan pertumbuhan dari gigi insisiv. Penyebab gangguan
dan keterbelakangan ini adalah adanya hambatan pada diferensiasi dan fungsi dari ameloblast,
sehingga pembentukan enamel pun mengalami kegagalan. Gangguan ini menyebabkan terjadinya

hipoplastik (perkembangan yang tidak sempurna) dan perubahan warna yang pucat pada gigi insisif
dan kehilangan pigmen orange. Juga terjadi kelainan dari odontoblast di permukaan lingual dan

labial, sehingga labial dentin terbentuk dengan rongga interglobular dan sempit juga atubular lingual
dentin. Gigi yang berantakan, dan akar yang mengecil dan lebih tebal juga terlihat pada binatang
yang mengalami defisiensi vitamin A. namun pada manusia, gigi tidak sensitive terhadap kekurangan
vitamin A. Tidak ada korelasi yang jelas antara karies gigi dan enamel hipoplasia terhadap defisiensi
vitamin A. Kemungkinan dikarenakan defisiensi harus sangat parah yang mana merupakan hal yang
jarang terjadi.
Pada kelenjar saliva, kekurangan vitamin A menyebabkan terjadi atrofi kelenjar saliva yang
menyebabkan berkurangnya flow saliva dan berakibat pada meningkatkanya kemungkinan karies.
Pada membran mucus mulut, karena defisiensi vitamin A berhubungan dengan metaplasia
epitel (perubahan reversible dimana sel yang satu digantikan oleh sel yang lain) dan
hiperkeratinisasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa oral leukoplakia mungkin sebagai respon dosis
yang berlebihan dari vitamin A. Tetapi terapi jenis ini belum dapat diterima secara luas karena
prosesnya yang tidak dapat secara jelas di jabarkan. Pada penelitian oleh Waranun Buajeeb et al,
2008 diperoleh hasil bahwa suplementasi dengan beta karoten berpengaruh ( P < 0.01) terhadap
penurunan micronucleated exfoliated cells (MEC) yang merupakan fragmen sitoplasmik pada DNA
yang biasanya meningkat pada lesi oral pre malignant dalam hal ini pada OLP (Oral lichen planus)
tipe atropik dan erosive.


Gambar 2. Grafik perbandingan MEC OLP sebelum dan sesudah suplementasi beta karoten

Tabel 1. Frekuensi MEC pada OLP sebelum dan sesudah suplementasi Beta karoten

Celah bibir dan langit-langit, baik kelebihan atau kekurangan vitamin A dilaporkan
menginduksi terjadinya celah bibir dan palatum(langit-langit mulut). Pada research reports oleh J.
Zhang et al, 2014 dilaporkan bahwa pada kelompok bayi yang baru lahir yang menderita NonSyndrome CLP (NSCLP) ketika dilakukan pemeriksaan level serum vitamin A-nya dalam hal ini RBP4
(Retinol Binding protein 4) diketahui mengalami penurunan dibandingkan bayi normal. Hal ini berarti
bahwa berkurangnya level RBP4 atau vitamin A berhubungan/ berpengaruh secara signifikan (P<
0.01) dengan bayi baru lahir yang mengalami NSCLP, sehingga suplementasi vitamin A sangat
penting pada masa awal kehamilan.

Gambar 3. Level plasma vitamin A pada CLP dan kontrol

Efek dan implikasi kelebihan vitamin A pada kesehatan rongga mulut
Keracunan vitamin A (hipervitaminosis A) umumnya terjadi pada kasus kelebihan
suplementasi dari preformed vitamin A. konsumsi beta-karoten yang tinggi tidak akan menyebabkan
hipervitaminosis A. Karoten disimpan di kulit dan jaringan lemak sehingga jika berlebihan dapat


membuat warna kulit dan jaringan mulut menjadi orange. Perubahan warna ini dapat dilihat pada
telapak tangan, dan sclera mata. Perubahan warna kulit ini dapat kembali normal dengan
mengurangi konsumsi karoten.
Seperti halnya pada defisiensi, toksisitas dapat juga menyebabkan gangguan proses
penyembuhan dan pertumbuhan. Kelebihan vitamin A dapat meyebabkan resorbsi tulang dan
menghambat formasi atau pembentukan tulang. Kelebihan vitamin A juga menjadi faktor resiko
untuk osteoporosis. Gejala toksisitas antara lain mual, muntah, nyeri abdominal, kegagalan
pertumbuhan pada anak atau penurunan berat badan pada orang dewasa, kekeringan dan
terkelupasnya kulit, rambut yang rapuh, tulang panjang yang lemah, nyeri sendi, sakit kepala, dan
pembesaran liver. Kondisi ini masih memungkinkan kembali normal jika suplementasi dihentikan,
tetapi membutukan waktu penyembuhan beberapa minggu.
Pada literature kedokteran gigi dan case report menunjukkan bahwa adanya kegagalan pada
penyembuhan luka pasca periodontal surgery pada pasien yang mengalami megadosis dari
suplemen vitamin A.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ehrlich, Ann. 2010. Nutrition and Dental Health, Second edition. USA : Delmar Cengage
Learning.
2. Palmer, Carole A. 2007. Diet and nutrition in oral health, second edition. New Jersey :
pearson education, inc.
3. Papas, Nizel. 1989. Nutrition in Clinical Dentistry third edition. Philadelphia, USA : WB
saunders company
4. Sroda, Rebecca. 2010. Nutrition For A Healthy Mouth, Second edition. USA: Wolters Kluwer
Health.
5. Siegenthaler G, Satnson J, Bertiard J-P, Fiore-Donno G, Saurat J-H. Retinoidbitiditig proteitis
iti human oral mucosa. J Oral Pathol 1987: 17: 106-112
6. Johansson I, Lumikari M, Ericson T: Effect of a moderate vitamin A deficieticy on saliva
secretion rate and some salivary gjycoproteins in adult rat. Scand J Dent Res 1989; 97: 263—
7,
7. J. Zhang et al Proteomic Analysis of RBP4/ Vitamin A in Children with Cleft Lip and/or Palate.
J Dent Res 93(6):547-552, 2014
8. Waranun Buajeeb, Petcharat Kraivaphan, Cholticha Amornchat and Kittisak Suthamajariya.
Reduction of micronuclei in oral lichen planus supplemented with beta-carotene. Journal of
Oral Science, Vol. 50, No. 4, 461-467, 2008