BAB I HPP KONVENSIONAL - MODUL PRAKTIKAN AM ATA 2017-2018
BAB I HPP KONVENSIONAL
Harga pokok produksi adalah biaya – biaya produksi yang dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk (total biaya yang bersangkutan dengan produk tersebut) yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah unit yang dihasilkan dalam periode bersangkutan. Unsur-unsur harga pokok produksi tersebut yakni terdiri dari :
1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Biaya Overhead Pabrik
Metode biaya Konvensional (tradisional) hanya membebankan biaya produk sebesar biaya produksinya. Oleh karena itu, dalam sistem Konvensional biaya produk terdiri atas 3 ( Tiga ) elemen, yaitu: (1) Biaya Bahan Baku / BBB, (2) Biaya Tenaga Kerja Langsung / BTKL, dan (3) Biaya Overhead Pabrik / BOP. Dan metode penentuan hpp konvensional ada dua yaitu full costing dan variabel costing, yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi manufaktur pada masa lalu.
Terdapat dua pendekatan dalam metode penentuan Harga Pokok Produksi yaitu :
1. FULL COSTING
Metode Full Costing => pendekatan FUNGSI Membebankan seluruh biaya produksi sebagai cost produk, baik biaya produksi yang berprilaku variabel maupun tetap. Biaya operasi adalah : Seluruh biaya untuk menawarkan dan menjual produk setelah keluar dari fungsi produksi, meliputi biaya operasi tetap dan variabel atau bisa dikelompokkan menjadi fungsi lebih terinci, seperti fungsi administrasi, fungsi penjualan dsb.
Jika perusahaan menggunakan pendekatan full costing dalam penentukan cost produk maka total biaya produksi (BBB + BTKL+ BOP variabel + BOP tetap) ditambah dengan total biaya nonproduksi (Biaya adm & umum + biaya pemasaran). Biaya produksi merupakan biaya penuh produk, sedangkan biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum diperlakukan sebagai biaya periode dalam full costing.
Full costing mengalokasikan suatu proporsi dari overhead pabrikasi tetap dan variabel kepada setiap unit yang dihasilkan dalam satu periode. Full costing terdiri atas biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrikasi tetap dan variabel. Dalam metode ini, biaya overhead pabrikasi tetap disertakan dalam persediaan, dan dimasukan sebagai beban hanya pada saat persediaan tadi dijual.
2. VARIABEL COSTING
Metode Variable Costing => pendekatan Tingkah Laku. Perhitungan harga pokok dan penyajian laporan laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi. Pendekatan ini digunakan karena dianggap produksi yang berubah-ubah saja layak dibebankan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pembebanan. Demikian pula pada Biaya Operasi. Biaya Operasi variabel dipisahkan dengan biaya operasi tetap karena biaya operasi variabel berubah sesuai dengan perubahan operasi perusahaan sedangkan biaya operasi tetap tidak dipengaruhi oleh operasi perusahaan.
Jika perusahan menggunakan variabel costing dalam menentukan harga pokok produksinya adalah total biaya variabel (BBB+BTKL+BOP variabel + biaya adm & umum variabel + biaya pemasaran variabel) ditambah dengan total biaya tetap (BOP tetap + biaya adm & umum tetap + biaya pemasaran tetap).
Dalam metode variabel costing hanya biaya produksi variabel saja yang diperhitungkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan. Ketika tingkat aktivasi diukur dalam unit produk yang dihasilkan, maka biaya variabel biasanya terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrikasi variabel. Biaya overhead pabrikasi tetap berkaitan dengan kapasitas produktif pabrik dan umunya tidak dipengaruhi oleh kuantitas produk yang diproduksi. Oleh karena itu, biaya overhead pabrikasi tetap tidak diperlakukan sebagai biaya produk, melainkan diperlakukan sebagai biaya periode, seperti halnya beban penjualan dan administratif.
Diperlakukan tiga langkah dalam aplikasi penentuan variabel costing : Semua biaya dianalis secara cermat guna menentukan mana yang berperilaku
variabel dan tetap. Biaya variabel dikenakan sebagai biaya produk.
Semua biaya overhead pabrikasi tetap serta beban penjualan dan administratif diperlakukan sebagai biaya periode.
Biaya produk ialah semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sebuah produk. Biaya periode ialah semua biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan untuk menjual produk, disebut juga noninventoriable cost karena biaya ini dikeluarkan selama periode berjalan untuk menunjang aktivitas perusahaan, tidak berhubungan dengan proses produksi. Biaya nonpabrikasi ialah biaya dikeluarkan yang tidak dapat dikaitkan atau dibebankan kepada sebuah produk manufaktur. Seperti biaya pemasaran, dan biaya adm & umum
Perbandingan metode variable costing dan metode full costing
1. Penentuan harga pokok produksi
Full costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang membebankan seluruh biaya produksi, baik biaya variable maupun biaya tetap ke produk. Dalam metode ini biaya overhead produk dibebankan dengan menggunakan tarif yang telah ditentukan dimuka. Biaya overhead pabrik tetap dianggap sebagai biaya produksi dan baru akan dilaporkan dalam laporan laba rugi apabila produk telah terjual.
Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang hanya memperhitungkan biaya variable, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik variable. Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai biaya produksi tapi dibebankan dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya (period cost).
2. Penyajian laporan laba rugi
Pada Metode variable costing, seluruh biaya overhead tetap yang terjadi dalam periode tersebut dilaporkan dalam laporan laba rugi perode tersebut sehingga akan mengurangi pendapatan pada periode tersebut.
Sedangkan metode full costing, biaya overhead tetap yang dilaporkan dalam laporan laba rugi hanya biaya overhead tetap produk yang telah terjual saja pada periode tersebut.
CONTOH KASUS HPP KONVENSIONAL
PT LABALA adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan bahan baku menjadi produk siap di jual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang dikumpulkan pada akhir periode 2015.
1. Biaya Produksi Biaya Bahan Baku (raw material)
Rp. 10.000 /unit Biaya Tenaga Kerja Langsung (direct labor cost) Rp. 6000 /unit Total Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Rp. 600.000.000 /th (Variabel : 70%, Tetap :30%) Total Biaya Administrasi & Umum
Rp. 50.000.000 /th (Variabel: 45%, Tetap : 55%) Total Biaya Pemasaran
Rp. 20.000.000 /th (Variabel : 60%, Tetap : 40%)
2. Harga jual produk jadi sebesar Rp 70.000 /unit
3. Data Penjualan dan Produksi Persediaan Awal
Persediaan Akhir
30.000 unit
Diminta:
1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variable costing !
2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing !
3. Buat analisis persediaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya !
JAWABAN CONTOH KASUS :
1. BiayaProduksi per unit
30% X Rp. 600.000.000
BOP Tetap /unit
= Rp. 2.250/unit
80.000 unit 70% X Rp. 600.000.000
BOP Variabel /unit = = Rp. 5.250/unit
80.000 unit
BiayaProduksi /Unit Metode Full Costing MetodeVariabel Costing
BOP Variabel
Rp. 5.250
Rp. 5.250
BOP Tetap
Rp. 2.250
Total BiayaProduksi
Rp. 23.500
Rp. 21.250
2. Laporan Laba Rugi
a. Full Costing INCOME STATEMENT
Penjualan (70.000 x Rp. 70.000) Rp.4.900.000.000 HPP Persediaan Awal (20.000 x Rp. 23.500)
Rp. 470.000.000 BBB (80.000 x Rp. 10.000)
Rp. 800.000.000
BTKL (80.000 x Rp. 6.000)
Rp. 480.000.000
BOP Variabel (80.000xRp. 5.250) Rp. 420.000.000 BOP Tetap (80.000 x Rp. 2.250)
Rp. 180.000.000 +
Biaya Produksi
Persediaan Akhir (30.000 x Rp. 23.500) (Rp. 705.000.000) HPP
(Rp.1.645.000.000) Laba Kotor
Rp. 3.255.000.000
Biaya Operasi Biaya Administrasi dan Umum
Variabel (45% x Rp. 50.000.000) = Rp. 22.500.000 Tetap (55% x Rp. 50.000.000) =
Rp. 27.500.000
Rp. 50.000.000
Biaya Pemasaran
Variabel (60% x Rp. 20.000.000) = Rp. 12.000.000 Tetap (55% x Rp. 20.000.000) =
Rp. 8.000.000
Rp. 20.000.000
Total Biaya Operasi (Rp. 70.000.000) Laba Bersih
Rp.3.185.000.000 Rp.3.185.000.000
Penjualan (70.000 x Rp. 70.000) Rp. 4.900.000.000 HPP Persediaan Awal (20.000 x Rp. 21.250)
Rp. 425.000.000 BBB (80.000 x Rp. 10.000)
Rp. 800.000.000
BTKL (80.000 x Rp. 6.000)
Rp. 480.000.000
BOP Variabel (80.000xRp. 6.000) Rp. 420.000.000 Biaya Produksi
Rp.1.700.000.000 BTUD
Rp. 2.125.000.000 Persediaan Akhir (30.000 x Rp. 21.250)
(Rp.637.000.000) HPP
Rp. 1.487.500.000 Biaya Adm & Umum Var (45% x Rp. 50.000.000) Rp. 22.500.000
Biaya Pemasaran Var (60% x Rp. 20.000.000) Rp. 12.000.000 Total Biaya Variabel
(Rp. 1.552.000.000) Laba Kontribusi
Rp. 3.378.000.000
Biaya Tetap
BOP Tetap (80.000 x Rp 2.250) Rp. 180.000.000 Biaya Adm & Umum Tetap
Rp. 27.500.000 (55% x Rp. 50.000.000) Biaya Pemasaran Tetap (40% x Rp. 20.000.000)
Rp. 8.000.000 Total Biaya Tetap
(Rp. 215.500.000) Laba Bersih
Rp. 3.162.500.000
3. Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa laba usaha dengan metode full costing sebesar Rp. 3.185.000.000, lebih kecil dari pada menggunakan metode variabel costing sebesar Rp. 3.223.500.000. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan dalam penentuan biaya produksi per unit dimana dalam metode full costing biaya produksi per unit sebesar Rp. 23.500, dan pada metode variabel costing sebesar Rp. 21.250, sehingga berpengaruh pada nilai persediaan awal dan persediaan akhir pada kedua metode tersebut, yang pada akhirnya menyebabkan perbedaan pada besarnya laba usaha.
FORM 1
FORM 2
FORM 3
BAB II PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
Metode ABC (Activity Based Costing) merupakan alternatif lain terhadap metode pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini muncul karena dianggap metode tradisional tidak tepat dalam mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan mengandalkan dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja.
Activity Based Costing merupakan penentuan harga pokok produk (cost good of manufactured) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat untuk kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Metode ABC (Activity Based Cost) menurut Mulyadi (2003:25) merupakan sebuah sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Oleh karena itu, informasi akuntansi yang dirancang atas dasar aktivitas (activity-based cost system) merupakan sistem akuntansi yang relevan dengan kebutuhan manajemen saat sekarang (Mulyadi:35)
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk. Full Costing dan Variable Costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada fase produksi saja, sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :
1. Fase design dan pengembangan produk
Biaya design (design expenses) Biaya pengujian (testing expenses)
2. Fase produksi
Unit level activity cost Batch level activity cost Product sustaining activity cost Facility sustaining activity cost
3. Fase dukungan logistik
Biaya iklan (advertising expenses) Biaya distribusi (distribution expenses) Biaya garansi produk (product guarantee expenses)
Manfaat metode ABC :
1. Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
2. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas (activity-based budget).
3. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan biaya.
4. Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
Keunggulan dari ABC :
1. Dapat mengatasi diversitas (perbedaan) volume dan produk sehingga pelaporan biaya produknya lebih akurat.
2. Mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut.
3. Dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasi aktivitas yang tidak bernilai tambah.
4. Memberikan kemudahan kepada manajemen dalam melakukan pengambilan keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas sehingga dapat menigkatkan efisiensi dan efektivitas usaha..
Kelemahan dari ABC:
1. Mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai biaya, yang pada awalnya sulit bagi manajer untuk memahami ABC.
2. Tidak menunjukkan biaya yang akan dihindari meskipun memproduksi lebih sedikit produk.
3. Memerlukan upaya pengumpulan data yang diperlukan guna keperluan persyaratan laporan keuangan.
4. Implementasi sistem ABC belum dikenal dengan baik sehingga prosentase penolakan terhadap sistem ini cukup besar.
CONTOH KASUS PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
PT. VICTORY OFFSET memproduksi 4 jenisprodukyaitu : A, B, C, D dan dengan data sebagai berikut:
Keterangan
A B C D Total
Unit Keluaran
700 unit 3.500 unit Biaya Material
Rp 160.000 Rp140.000 Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 650.000 (Material Cost) Jam Inspeksi
150 jam 700 jam (Inspection Hours) Kilowatt
1.500 kwh 1.800kwh 5.525 kwh (Kilowatt Hours)
1.225 kwh
1.000kwh
Jam Mesin
880 jam 3.250 jam (Machine Hours) Putaran Produksi
85 75 55 70 285 (Production Cycle) Jam Kerja Langsung
85 jam 310 jam (Direct Labour Hours) Biaya Tenaga Kerja
: Rp 1.250/jam Biaya Overhead Pabrik
• Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense) : Rp 185.000 • Biaya Listrik
: Rp 100.000 • Biaya Perawatan Mesin (Machine Maintenance Cost)
: Rp 120.000 • Biaya Persiapan Produksi (Product Preparation Cost)
: Rp 120.000 Rp 525.000
Hitunglah Harga Pokok per unit :
a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam mesin!
b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut : Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi.
Biaya Listrik dialokasikan berdasarkan kilowatt jam. Biaya Perawatan Mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin. Biaya Persiapan Produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi.
c. Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut!
JAWABAN CONTOH KASUS
a. Metode Konvensional :
Tarif BOP :Rp 525.000 / 3.250 JM = Rp161,54 / Jam Mesin
Keterangan
Biaya Material
Rp 200.000 BTKL
Rp 106.250 BiayaUtama
Rp 306.250 BOP
Rp 132.462,8 Rp 142.155,2 @ Rp 161,54 HPP
Rp 129.232
Rp 121.155
Rp 369.962,8 Rp 448.405,2 Unit yg diproduksi 1300 unit
HPP/Unit
Perhitungan : - BTKL = Jam Kerja Langsung x Biaya Tenaga Kerja
- Biaya Utama = Biaya Material + BTKL - BOP = Jam Mesin x Tarif BOP - HPP = Biaya Utama + BOP - HPP/Unit = HPP : Unit yg diproduksi - Biaya Utama = Biaya Material + BTKL - BOP = Jam Mesin x Tarif BOP - HPP = Biaya Utama + BOP - HPP/Unit = HPP : Unit yg diproduksi
Tarif BOP : Biaya Inspeksi Pabrik
: Rp 185.000/ 700 Jam = Rp264,29 / Jam inspeksi Biaya Listrik
: Rp100.000 / 5.525 kwh = Rp 18,10 / kwh Biaya Perawatan Mesin : Rp120.000 / 3250 = Rp 36,92 / Jam Mesin Biaya Persiapan Produksi : Rp 120.000 / 285 =Rp 421,05 / Putaran
Keterangan
Biaya Utama
Rp 237.500 Rp 306.250 Biaya Inspeksi
Rp 260.000
Rp 233.750
Rp 46.250,75 Rp 39.643,5 @ Rp264,29 / jam Biaya Listrik
Rp 33.036,25 Rp 66.072,5
Rp 32.580 @ Rp18,09 / kwh Biaya Perawatan
Rp30.274,4 Rp32.489,6 @ Rp36,92/ jam Biaya Persiapan
Rp29.536
Rp27.690
Rp23.157,75 Rp 29.473,5 @ Rp421,05 / putaran HPP
Rp35.789,25
Rp31.578,75
Rp 377.191,25 Rp 364.332,9 Rp 440.436,6 Unit yg Diproduksi
HPP / Unit
Rp 292,72
Rp 377,19
Rp 728,67
Rp 629,20 Rp 629,20
Keterangan
HPP / Unit Konvensional
Rp 299,41 Rp 354,91
Rp 739,93 Rp 640,58
HPP / Unit ABC
Rp 728,67 Rp 629,20 % Perubahan Pemakaian
Rp 292,72 Rp 377,19
-1,55% -1,81% ABC
% Perubahan Pemakaian ABC = x 100
𝑯𝑷𝑷 𝒑𝒆𝒓 𝑼𝒏𝒊𝒕 𝑨𝑩𝑪
Metode ABC membebankan BOP lebih besar terhadap produksi dengan volume lebih rendah sehingga HPP / unit yang menjadi lebih mahal dan membebankan BOP lebih kecil terhadap produksi dengan volume yang lebih tinggi sehingga HPP/unit lebih murah.
KASUS PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
PT. HOPE memproduksi 4 jenis produk yaitu : M, I, N, E dan dengan data sebagai berikut:
Keterangan
E Total
Unit Keluaran
550 unit 4.000 unit Biaya Material
Rp 325.000 Rp 350.000 Rp 350.000 Rp 145.000 Rp 1.170.000 (Material Cost) Jam Inspeksi
100 jam 685 jam (Inspection Hours) Kilowatt
1.000 kwh 985kwh 5.450kwh (Kilowatt Hours) Jam Mesin
1.465 kwh
2000 kwh
750 jam 4.250 jam (Machine Hours)
Putaran Produksi
85 90 75 60 310 (Production Cycle) Jam Kerja Langsung
65 jam 300 jam (Direct Labour Hours) Biaya Tenaga Kerja
: Rp 1.200 / jam Biaya Overhead Pabrik • Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense)
: Rp 125.000 • Biaya Listrik
: Rp 120.000 • Biaya Perawatan Mesin (Machine Maintenance Cost)
: Rp150.000 • Biaya Persiapan Produksi (Product Preparation Cost)
: Rp125.000 Rp 520.000
Hitunglah Harga Pokok per unit :
a. Menggunakan Metode Konvensional dengan memakai tarif overhead jam mesin!
b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut : Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi.
Biaya Listrik dialokasikan berdasarkan kilowatt jam. Biaya perawatan mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin. Biaya persiapan produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi.
c. Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut!
FORM 1
FORM 2
FORM 3
BAB III ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
Perilaku biaya merupakan pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan kegiatan perusahaan, seperti volume produksi, volume penjualan dan sebagainya. Dimana kegiatan yang dapat mempengaruhi biaya disebut dengan pemicu biaya.
Mempelajari dan mengetahui bagaimana perilaku biaya dapat bermafaat bagi manajer untuk memprediksi laba bisnis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan penaksiran biaya dimana hal tersebut dapat mempengaruhi beragam keputusan.
Estimasi tingkah laku biaya bertujuan untuk menguraikan berbagai macam sifat dan cara penetapan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volumen kegiatan. Pengetahuan mengenai bagaimana suatu biaya akan berubah di bawah berbagai macam pengaruh merupakan hal yang penting dalam pengambilan keputusan, estimasi biaya di masa yang akan datang, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan.
Atas dasar hal tersebut biaya digolongkan atas :
1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak berubah (konstan) terhadap perubahan volume kegiatan. Contoh : biaya penyusutan, biaya gaji pimpinan,pajak bumi dan bangunan pabrik dsb. Didalam biaya tetap terdapat dua tipe biaya, diantaranya:
a. Biaya tetap terikat (committed fixed cost) yaitu biaya tetap untuk mempertahankan kapasitas produksi saat ini atau untuk memenuhi komitmen hukum sebelumnya.
b. Biaya tetap kebijakan atau diskresioner (discretionary fixed cost) yaitu biaya tetap yang berasal dari keputusan-keputusan tahunan management untuk dibelanjakan dalam bidang biaya tetap tertentu.
2. Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
3. Biaya campuran atau semi variabel (mixed cost) yaitu biaya yang mengandung unsur- undur biaya variabel dan tetap. Contoh : biaya listrik, biaya telepon, gaji wiraniaga.
Pada umumnya, klasifikasi dan estimasi biaya yang lebih dapat diandalkan diperoleh dengan menggunakan pendekatan analisis biaya masa lalu, dengan beberapa metode yaitu:
1) Metode titik tertinggi dan titik terendah (High and Low Point Method)
Maksud dari titik tertinggi dan terendah disini adalah Titik tertinggi adalah suatu titik dengan tingkat output atau aktivitas tertinggi sedangkan titik terendah adalah titik dengan tingkat output atau aktivitas yang terendah. Jadi, metode ini merupakan teknik pemisahan biaya variabel dengan cara membandingkan biaya pada tingkat kegiatan yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan terendah di masa lalu. Selisih biaya yang di hitung merupakan unsur biaya variabel dalam biaya tersebut. Sedangkan biaya tetap mengurangi biaya semi variabel dengan biaya variabelnya.
2) Metode biaya berjaga (Stand by Cost Method)
Metode ini mencoba menghitung beberapa biaya yang harus tetap dikeluarkan andaikata perusahaan di tutup untuk sementara, jadi produknya sama dengan nol. Biaya ini di sebut biaya terjaga, dan biaya terjaga ini merupakan bagian yang tetap.
3) Metode Kuadrat Terkecil (Least-square Method)
Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dan volume kegiatan berbentuk garis lurus dengan persamaan.
Y=a+bx
Dimana : Y = Total biaya semi variabel
n = Jumlah data
a = Biaya tetap x = Volume kegiatan
b = Biaya variabel satuan
Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah sebagai berikut : 𝑛.∑ 𝑋𝑌−∑ 𝑋.∑ 𝑌
∑ 𝑌−𝑏.∑ 𝑋
b= 2 2 a=
𝑛.∑ 𝑋 −(∑ 𝑋)
Dimana:
a = Biaya tetap y = Biaya sesungguhnya yang diamati
b = Biaya variable
x = Tingkat kegiatan
n = Jumlah data
CONTOH KASUS ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
PT JAMAN NOW adalah sebuah pabrik sepatu masa kini yang menggunakan mesinjahit merk KIDS. Berikut ini adalah data biaya pemeliharaan mesin selama bulan Januari sampai Juli 2017.
Jumlah Biaya Pemeliharaan (Month)
Bulan
Jam Mesin
(Machine Hour)
(Total Maintenance Expense)
Rp 10.000 Februari
Januari
Rp 30.000 Maret
Rp 10.000 April
Rp 44.000 Mei
Rp 20.000 Juni
Rp 20.000 Juli
1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah (high and low point method) jika dalam anggaran bulan Januari-Juli 2017 perusahaan merencanakan menaikkan 50jam mesin (machine hour). Berapakah jumlah biaya pemeliharaan (total maintenance expense) yang harus dikeluarkan ?
2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method), jika diketahui biaya yang dikeluarkan pada tingkat sebesar 400 jam mesin adalah Rp 44.000 dengan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp 20.000 per bulan. Berapakah jumlah biaya pemeliharaan (total maintenance expense) yang harus dikeluarkan jika perusahaan menaikkan 600 jam mesin (machine hour)?
3. Hitunglah perhitungan biaya variabel, dan biaya tetap dengan menggunakan metode kuadrat terkecil!
JAWABAN CONTOH KASUS
1. METODE HIGH ANDLOW POINT
Selisih Jam Mesin (Machine Hour)
Titik Tertinggi Titik Terendah
Biaya Pemeliharaan
(Maintenance Expense)
Biaya variable (variable cost) = selisih biaya pemeliharaan / selisih unit per jam mesin = Rp 36.000 / 360= Rp 100 per jam mesin TITIK KEGIATAN
Terendah Biaya pemeliharaan yang terjadi
Biaya pemeliharaan variable 100 x 400
Biaya pemeliharaan tetap
Rp 4.000 Persamaan garis linear :
Rp 4.000
Y=a+bX ,
dimana a = biaya tetap
b = biaya variabel
Y = Rp 4.000+ 100 X Kenaikan jam mesin sebesar 50 maka : Y = Rp 4.000 + 100 (50) = Rp 9.000 Jadi, biaya pemeliharaan yang dikeluarkan PT JAMAN NOW jika jam mesin dinaikkan
menjadi 50 jam mesin adalah sebesar Rp9.000
2. METODE BERJAGA-JAGA
Biaya yang dikeluarkan pada tingkat 400
Rp44.000
Biaya tetap (fixedcost)
Rp20.000 -
Selisih (variance)
Rp24.000
Biaya variable = Rp 24.000 / 400 = Rp 60 per jam mesin
Persamaan garis linear : Y=a+bX
Y = Rp 20.000 + 60X
Kenaikan jam mesin sebesar 600 :
Y = Rp 20.000 + 60(600) Y = Rp 56.000
Jadi, biayapemeliharaan yang dikeluarkan PT JAMAN NOW jika jam mesin dinaikkan menjadi 600 jam mesin adalah sebesar Rp56.000
3. Metode Kuadrat Terkecil Bulan
Biaya Pemeliharaan dan Reparasi
Jam Mesin
Rp.1.000
100 2.Februari
1.Januari
Rp 10.000
300 3.Maret
Rp 30.000
Rp 10.000
4. April
Rp 44.000
5. Mei
Rp 20.000
6. Juni
Rp 20.000
7. Juli
Rp 8.000
Jawaban
Bulan
X” Pemeliharaan dan
Mesin(X)
Reparasi (Y)
𝑛.∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥) 2 7 x 36.920.000 −1.340 x 142.000
Jadi masing-masing hasil biaya variabel dan biaya
A=
tetap sbb:
7 142.000−(102)(1.340) -Biaya variabel= 102jam mesin
A=
-Biaya tetap= Rp 760
A= = 760
FORM 1
FORM 2
FORM 3
BAB IV LAPORAN SEGMENTASI
A. PELAPORAN YANG DISEGMEN
Dalam sebuah perusahaan, agar kegiatan didalamnya dapat beroperasi secara efektif, manajer harus mempunyai informasi sebanyak-banyaknya mengenai kondisi perusahaan tersebut. Bukan hanya melihat dari beberapa jenis produk yang dapat menguntungkan atau yang tidak dapat memberikan keuntungan, beberapa daerah penjualan dengan komposisi penjualan yang buruk atau mungkin mengabaikan kesempatan penjualan, atau beberapa divisi produksi yang mungkin tidak efektif menggunakan kapasitas dan sumber daya mereka. Oleh karena itu manajer membutuhkan laporan yang memfokuskan pada segmen perusahaan.
Untuk menghasilkan laporan tersegmentasi, sebuah organisasi bisnis terlebih dahulu dibagi dalam segmen-segmen. Segmen ini dapat berupa bagian atau aktivitas dalam sebuah organisasi yang selanjutnya untuk segmen ini para manajer kemudian mengumpulkan data biaya, pendapatan, dan laba.
Berdasarkan pendekatan manajemen, segmen yang digunakan untuk pelaporan eksternal ditentukan melalui strktur internal bisnis. Jika pelaporan internal berdasar wilayah maka laporan segmen harus berdasarkan geografis. Jika pelaporan internal berdasar lini produk industri, maka laporan segmen harus memakai dasar yang sama. Hal ini dapat disimpulkan segmen adalah bukti dari struktur suatu organisasi internal perusahaan, dan pembuat laporan keuangan harus bisa menyediakan informasi yang diperlukan secara efektif
dan tepat waktu.
B. KONSEP ALOKASI DASAR
Laporan yang disegmen untuk kegiatan intern disajikan secara khusus dalam bentuk kontribusi. Pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian laporan ini adalah sama seperti pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian laporan jenis kontribusi pada umumnya, kecuali satu hal yang tidak sama yaitu terletak padapenanganan biaya tetap. Dimana biaya tetap dibagi ke dalam dua bagian pada laporan yang disegmen yaitu Direct Fixed Cost dan Common Fixed Cost.
Direct Fixed Cost yaitu biaya tetap yang dapat dikaitkan langsung pada segmen tertentu dan yang timbul karena adanya segmen sedangkan Common Fixed Cost yaitu biaya tetap yang tidak dapat dikaitkan langsung pada setiap segmen tertentu, tetapi timbul karena Direct Fixed Cost yaitu biaya tetap yang dapat dikaitkan langsung pada segmen tertentu dan yang timbul karena adanya segmen sedangkan Common Fixed Cost yaitu biaya tetap yang tidak dapat dikaitkan langsung pada setiap segmen tertentu, tetapi timbul karena
Pada perilaku biaya sehingga semua biaya dikelompokkan sebagai biaya variabel dan biaya tetap. Penyajian biaya berdasarkan karakteristik ini digunakan untuk menghitung marjin kontribusi. Informasi yang dihasilkannya bermanfaat dalam mengevaluasi pentingnya keberadaan suatu produk sebagai segmen dalam menghasilkan laba.
Dapat atau tidaknya suatu biaya secara langsung ditelusuri hubungannya dengan segmen dimana biaya tersebut terjadi. Penyajian biaya menurut karakteristik ini dimaksudkan untuk melihat keterkaitan suatu biaya dengan segmen yang dihitung laba ruginya. Dalam kenyataannya, terdapat biaya-biaya tetap yang terjadi karena adanya suatu segmen bisnis sehngga penutupan suatu segmen mislanya dapat menyebabkan hilangnya sekelompok biaya tertentu.
Terdapat beberapa alternatif untuk menetapkan segmen-segmen suatu perusahaan guna menghasilkan informasi yang signifikan kepada investor. Tiga alternatif yang penting adalah
Divisi geografis (segmentasi yang didasarkan pada letak geografis mungkin sangat informatif bagi perusahaan, terutama dalam membedakan opersi domestik dan luar negeri).
Divisi Lini produk atau industrial (memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan profitabilitas, tingkay risiko, dan peluang pertumbuhan)
Divisi berdasarkan struktur intern pengendalian manajemen (mengumpulkan data akurat yang diperlukan dengan biaya tambahan terkecil).
Penyajian dalam Pelaporan Segmen :
a. Perusahaan harus menggambarkan aktivitas masing-masing segmen industri dan menunjukkan komposisi masing- masing segmen tersebut.
b. Untuk setiap segmen industri dan geografis yang dilaporkan, informasi keuangan berikut iniharus di ungkapkan :“Penjualan atau pendapatan operasi lainnya, dibedakan antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan dari segmen lain, hasil segmen, aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan dalam jumlah uang atau sebagai persentase dari jumlah yang dikonsolidasikan.
c. Perusahaan harus menyajikan rekonsiliasi antara informasi segmen-segmen individual dan informasi keseluruhan dalam laporan keuangan.
C. TUJUAN PELAPORAN SEGMEN
Tujuan dari pelaporan segmen adalah untuk menetapkan prinsip-prinsip pelaporan informasi keuangan berdasarkan segmen, yaitu informasi tentang berbagai jenis produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan berbagai jenis produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan berbagai wilayah geografis operasi perusahaan dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam :
Memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik Menilai risiko dan imbalan perusahaan secara lebih baik Menilai perusahaan secara keseluruhan secara lebih memadai
D. KEBIJAKAN AKUNTANSI SEGMEN
Informasi segmen harus disusun dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi atau perusahaan. Kebijakan akuntansi yang dipilih manajemen untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi atau perusahaan dianggap sebagai kebijakan akuntansi yang diyakini manajemen paling sesuai untuk pelaporan keuangan eksternal. Karena tujuan informasi segmen ialah untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan membuat penilaian yang lebih memadai mengenai perusahaan secara keseluruhan, pernyataan ini mensyaratkan bahwa kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam pelaporan informasi segmen sama dengan kebijakan akuntansi yang telah dipilih manajemen.
CONTOH KASUS LAPORAN SEGMENTASI
BALABALA CAKE adalah perusahaan yang memproduksikue berkualitas di Indonesia. Salah satu produk andalan mereka yaitu kue bolu gulung. Perusahaan ini menjual dua macam kue bolu gulung yaitu Bogul Klepon dan Bogul Putu dimana produk tersebut dijual di daerah Yogyakarta dan Surabaya. Berikut adalah data biaya dan pendapatan masing- masing produk dan daerah penjualan:
1. Harga jual, biaya variabel dan kontribusi margin:
Bogul Klepon
Bogul Putu
Harga jual per satuan
Rp 8.000,00 Biaya variabel per satuan
Rp 10.000,00
Rp 5.000,00 Kontribusi margin
2. Selama tahun 2017,produk kue Bogul Klepon terjual sebanyak 50.000 unit satuan dan produk kue Bogul Putu sebanyak 15.000 unit satuan. Produk kue Bogul Klepon terjual sebanyak 70% dari total penjualannya untuk daerah Yogyakarta dan sisanya untuk daerah Surabaya. Sedangkan untuk produk kue Bogul Putu terjual sebanyak 45% dari total penjualannya untuk daerah Yogyakarta dan sisanya untuk daerah Bandung.
1. Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2014 Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk :
Bogul Klepon
Bogul Putu
Biaya Produksi Tetap
Rp 30.000.000,00 Biaya Administrasi Tetap
Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :
Yogyakarta
Bandung
Biaya Penjualan Tetap
Rp 40.000.000,00 Biaya Administrasi Tetap
Rp 55.000.000,00
Rp 7.500.000,00
Rp 7.500.000,00
Diminta :
1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah penjualan (Territorial Segmen)
2. Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk (Produk Line)
JAWABAN CONTOH KASUS
1. Berdasarkan Daerah Penjualan
Penjualan - Bogul Klepon
Rp 500.000.000,00 - Bogul Putu
Rp 350.000.000,00
Rp 150.000.000,00
Rp 120.000.000,00 Total Penjualan
Rp 54.000.000,00
Rp 66.000.000,00
Rp 620.000.000,00 Biaya Variabel : - Bogul Klepon
Rp 404.000.000,00
Rp 216.000.000,00
(Rp 210.000.000,00) (Rp 90.000.000,00) (Rp 300.000.000,00) - Bogul Putu
(Rp 33.750.000,00) (Rp 41.250.000,00) (Rp 75.000.000,00) Total Biaya Variabel
(Rp 243.750.000,00) (Rp 131.250.000,00) (Rp 375.000.000,00) Contribution Margin
Rp 245.000.000,00 Direct Fixed Expenses : - Biaya Penjualan
Rp 160.250.000,00
Rp 84.750.000,00
(Rp 55.000.000,00) (Rp 40.000.000,00) (Rp 95.000.000,00) - Biaya Administrasi
(Rp 7.500.000,00) (Rp 7.500.000,00) (Rp 15.000.000,00) Territorial Margin Segmen Rp 97.750.000,00
Rp 135.000.000,00 Common Fixed Expenses : - Biaya Produksi
Rp 37.250.000,00
(Rp 95.000.000,00) - Biaya Administrasi
(Rp 13.000.000,00)
Penghasilan Netto Rp 27.000.000,00
2. Berdasarkan Lini Produk
Bogul Klepon
Bogul Putu
Jumlah
Penjualan
Rp 620.000.000,00 Biaya Variabel
Rp 500.000.000,00
Rp 120.000.000,00
(Rp 300.000.000,00) (Rp 75.000.000,00) (Rp 375.000.000,00) Contribution Margin
Rp 245.000.000,00 Direct Fixed Expenses : - Biaya Produksi
Rp 200.000.000,00
Rp 45.000.000,00
(Rp 65.000.000,00) (Rp 30.000.000,00) (Rp 95.000.000,00) - Biaya Administrasi
(Rp 8.500.000,00) (Rp 4.500.000,00) (Rp 13.000.000,00) Product Line Fixed Margin Rp 126.500.000,00
Rp 137.000.000,00 Comon Fixed Expenses : - Biaya Penjualan
Rp 10.5000.000,00
(Rp 95.000.000,00) - Biaya Administrasi
(Rp 15.000.000,00)
Penghasilan Netto Rp 27.000.000,00
KASUS LAPORAN SEGMENTASI
Sporty Shoes Company adalah perusahaan yang memproduksisepatu olahraga berkualitas yang ada di Indonesia. Salah satu produk andalan mereka yaitu Adadas dan Convirse dimana produk tersebut dijual di daerah Jakarta dan Tangerang. Berikut adalah data biaya dan pendapatan masing-masing produk dan daerah penjualan:
1. Harga jual,biaya variabel dan kontribusi margin :
Adadas
Convirse
Harga jual per unit
Rp 850.000,00 Biaya variabel per satuan
Rp1.500.000,00
Rp 175.000,00 Kontribusi margin
2. Selama tahun 2015,produk sepatu Adadas terjual sebanyak 25.000 unit satuan dan produk sepatu Convirse sebanyak 12.500 unit satuan. Produk sepatu Adadas terjual sebanyak 85% dari total penjualannya untuk daerah Jakarta dan sisanya untuk daerah Tangerang. Sedangkan untuk produk sepatu Convirse terjual sebanyak 40% dari total penjualannya untuk daerah Jakarta dan sisanya untuk daerah Tangerang.Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2015 yaitu :
Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk :
Adadas
Convirse
Biaya Produksi Tetap
Rp 185.750.000 Biaya Administrasi Tetap
Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :
Jakarta
Tangerang
Biaya Penjualan Tetap
Rp 85.000.000 Biaya Administrasi Tetap
Rp 75.000.000
Rp 5.500.000
Rp 5.500.000
Diminta :
1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah penjualan (Territorial Segmen)
2. Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk (Produk Line)
FORM 1
FORM 2
BAB V ANALISIS CPV
Analisis CPV adalah suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan serta laba yang diperoleh pada suatu periode tertentu. Analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba atau Cost Profit Volume (CPV) merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk menyusun perencanaan laba jangka pendek. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk, dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan. Harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengaruhi biaya.(Mulyadi,2015:225-226)
ANALISIS IMPAS
Titik impas adalah suatu keadaan dimana suatu perusahaan dalam kondisi tidak mendapatkan laba atau menderita rugi. Kondisi ini biasa dinyatakan sebagai :
Total penjualan sama besar dengan total biaya atas penjualan tersebut. Laba perusahaan sama dengan nol.
Kondisi ini sangat penting untuk diketahui perusahaan. Mengingat,dengan mengetahui titik impas perusahaan bisa merencanakan operasinya dengan baik atau bahkan untuk tidak meneruskan operasinya.
Manfaat atau kegunaan analisis break even point (BEP)
Analisis break even point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran atau tujuan perusahaan, kegunaannya antara lain :
1. Sebagai dasar/landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha dan dapat digunakan untuk perencanaan laba/pofit planning.
2. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan, yaitu untuk alat mencocokan antara realisasi biaya dengan angka-angka dalam perhitungan break even point sebagai pengendalian atau controlling.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungan menurut analisa break even point dan laba yang ditargetkan.
4. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputasan yang harus dilakukan seorang manager, misalnya seorang manager akan mengambil suatu keputusan tertentu terlebih dahulu menanyakan titik break even point.
Break Even Point (BEP)
a. Pendekatan Persamaan
Seperti pada artian titik impas bahwa : • Perusahaan tidak memperoleh laba atau menderita rugi
• Total penjualan sama dengan total biaya • Laba sama dengan nol
Maka persamaan titik impas bisa disajikan sebagai berikut:
Penjualan = Total Biaya
Dalam persamaan ini, total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel, dengan demikian persaman yang lengkap adalah:
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap
Dalam kondisi ini laba sama dengan nol dan untuk perencanaan lebih lanjut persamaan bisa di jadikan:
Penjualan TI*) = Biaya Variabel TI*) + Biaya Tetap Laba**)
*) TI = Titik Impas ** ) Dimana laba adalah nol.
b. Pendekatan Margin Contribusi
Margin kontribusi (contribution margin) adalah sisa hasil penjualan setelah dikurangi dengan biaya variable. Jumlah margin kontribusi akan bisa digunakan untuk menutup biaya tetap dan membentuk laba.
Titik impas yang dicari dengan metode marginkontribusi menetapkan, seberapa besar margin kontribusiuntuk menutup biaya tetap dan untuk menghasilkan laba.Semakin besar margin kontribusi yang diperoleh perusahaan dari setiap unit produk yang dijualnya, semakin cepat pula perusahaan tersebut menutup biaya tetapnya dan mencapai laba yang diinginkan.Dengan pendekatan ini, titik impas bisa disajikan dalam bentuk unit atau dalam rupiah.
Unit Titik impas dalam unit dicari dengan formula:
Biaya Tetap Total
Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit
Rupiah Titik impas dalam rupiah dicari dengan formula:
Biaya Tetap Total
Ratio Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit
Margin Kontribusi
*) Ratio margin kontribusi
X 100%
Penjualan
c. Margin of Safety (Margin Pengamanan Penjualan)
Margin of safety (MOS) adalah hasil penjualan pada tingkat titik impas dihubungkan dengan penjualan yang dianggarkan atau penjualan pada tingkat tertentu, maka akan di dapat informasi tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita kerugian..Perusahaan dengan margin pengaman yang besar kurang rentan terhadap imbas kemerosotan permintaan penjualan yang disebabkan suramnya ekonomi, perubahan prilaku ekonomi ataupun kondisi persaingan bisnis.Konsekuensinya, ketentuan yang dipakai untuk menerapkan margin pengaman dalam sebuah perusahaan adalah semakin besar margin pengaman, semakin rendah resiko bisnis.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Margin of Safety adalah:
a. Margin of Safety dalam rupiah (Rp)
MOS = Penjualan – Penjualan Pada Titik impas
b. Margin of Safety dalam persen (%)
% Mos =
MOS dalam rupiah
Penjualan
Angka Margin of safety ini memberikan informasi sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun agar supaya perusahan tidak menderita kerugian atau dengan kata lain, angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan volume yang direnanakan, yang tidak mengakibatkan kerugian.
d. Tuasan Operasi (Operating Leverage)
Bagi akuntan manajemen, tuasan operasi mengacu pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kenaikan laba bersih manakala volume penjualan melonjak. Karena perbandingan margin kontribusi dengan laba bersih adalah biaya tetap, maka perusahaan dengan biaya tetap yang tinggi akan mempunyai tuasan operasi yang tinggi pula. Tuasan operasi akan paling tinggi dalam suatu perusahaan jika biaya tetapnya lebih besar dibandingkan dengan biaya variabelnya. Demikian sebaliknya apabila perusahaan memiliki tuasan operasi yang terbilang tinggi, maka keuntungannya akan sangat peka terhadap perubahan penjualan. Presentase kenaikan atau penurunan yang kecil dalam penjualan dapat mengakibatkan presentase kenaikan atau penurunan yang besar dalam keuntungan yang diraih.
Faktor Tuasan Operasi
Faktor tuasan operasi adalah suatu ukuran pada tingkat penjualan tertentu, seberapa besar presentase perubahan volume penjualan akan mempengaruhi laba. Semakin laba bersih mendekati nol, maka semakin dekat perusahan ke titik impas. Hal ini akan menyebabkan faktor tuasan operasi yang tinggi. Pada saat volume penjualan menggelembung, margin kontribusi dan laba bersih akan membengkak pula, konsekuensinya adalah faktor tuasan operasi secara progresif menjadi lebih kecil.
Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat dikur dengan menggunakan rumus berikut:
Margin Kontribusi
Faktor tuasan Operasi =
Laba Bersih
Dalam pengukuran operating leverage, manajemen berupaya menentukan seberapa sensitif laba terhadap perubahan penjualan.Para manajer berupaya menjauhi risiko dengan mempertahankan kondisi operating leverage pada posisi rendah, bahkan meskipun hal ini menyebabkan berkurangnya laba perusahaan.
e. Laba Sasaran
Tatkala melakukan investasi dalam sebuah proyek, manajemen tentunya berharap dapat meraup tingkat keuntungan tertentu. Besarnya keuntungan yang diharapkan oleh pemodal sering disebut laba sasaran. Ada beberapa manfaat penentuan titik impas, Tatkala melakukan investasi dalam sebuah proyek, manajemen tentunya berharap dapat meraup tingkat keuntungan tertentu. Besarnya keuntungan yang diharapkan oleh pemodal sering disebut laba sasaran. Ada beberapa manfaat penentuan titik impas,
Dengan pendekataan persamaan maupun pendekatan margin kontribusi, jumlah penjualan untuk mencapai laba diinginkan bisa dicari dengan menambahkan laba pada unsur biaya tetap. Sehingga persamaan atau formulanya akan menjadi sebagai berikut :
a. Pendekataan Persamaan
Penjualan = Biaya Variabel +Biaya Tetap + Laba
b. Pendekataan Margin Kontribusi
Biaya Tetap + Laba
Penjualan= =
Margin Kontribusi
CONTOH KASUS ANALISA CPV
PT. SERIBU DUA RIBU memproduksi Radio. Berikut ini adalah proyeksi laporan Penghasilan Usaha perusahaan PT. SERIBU DUA RIBU
PT. SERIBU DUARIBU Laporan Penghasilan Usaha Kontribusi
31 Maret 2017
Persentase Penjualan Penjualan (500 Unit )
Keterangan
Total ( Rp )
Per Unit
100 % Biaya Variabel
Rp. 400.000.000
Rp. 800.000
60% Margin Kontribusi
(Rp. 320.000.000)
(Rp. 640.000)
40% Biaya Tetap
Laba Bersih
Rp. 20.000.000
Hitunglah :
1. Rasio margin kontribusi
2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah
3. Margin Of Safety (MOS) apabila terdapat perusahaan PT. GOCAP dengan L/R sebagai berikut :
Persentase Penjualan Penjualan (500 Unit )
Keterangan
Total ( Rp )
100 % Biaya Variabel
Rp. 400.000.000
50% Margin Kontribusi
(Rp. 280.000.000)
50% Biaya Tetap
Rp. 120.000.000
(Rp. 100.000.000)
Laba Bersih
Rp. 20.000.000
4. Tuasan operasi apabila diasumsikan kenaikan laba sebesar 10%
5. Laba sasaran yang diharapkan Rp. 19.000.000
JAWABAN CONTOH KASUS
1. Rasio Margin Kontribusi =
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
× 100 %
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑝.400.000.000 𝑥 100% = 20%
𝑅𝑝.80.000.000
2. Titik Impas dalam Unit yang Terjual =
𝑅𝑝.160.000 = 375 𝑈𝑛𝑖𝑡
Titik Impas Dalam Rupiah =
Biaya Tetap Total Ratio Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit
= Rp. 60.000.000 = Rp. 150.000.000
Rp. 40%
PT. SERIBU DUARIBU
PT. GOCAP Perse
Jumlah
Persen
Jumlah n
Penjualan
Rp. 400.000.000 100 Biaya Variabel
Rp. 400.000.000
(Rp. 280.000.000) (50) Margin Kontribusi
(Rp. 320.000.000)
50 Biaya Tetap
Rp. 80.000.000
40 Rp. 120.000.000
(Rp. 100.000.000) Laba Bersih
Titik Impas : Rp. 60.000.000 / 40%
Rp. 150.000.000
Rp. 100.000.000 / 50% Rp. 200.000.000
Margin pengaman dalam rupiah (Jumlah Penjualan – Titik Impas ) : Rp. 400.000.000 – Rp.
Rp. 250.000.000
Rp. 400.000.000 – Rp. Rp. 200.000.000 200.000.000
Margin pengamanan dalam
persentase Rp. 250.000.000 / Rp. 400.000.000
Rp. 200.000.000 / Rp400.000.000 50%
PT. SERIBU DUARIBU
PT. GOCAP
Jumlah Persen Penjualan
Jumlah
Persen
Rp. 400.000.000 100 Biaya Variabel
Rp. 400.000.000
(Rp. 280.000.000) (50) Margin Kontribusi
(Rp. 320.000.000)
50 Biaya Tetap
Rp. 80.000.000
40 Rp. 120.000.000
(Rp. 100.000.000) Laba Bersih
PT. SERIBU DUARIBU mempunyai proporsi biaya tetap yang lebih tinggi dari segi biaya variabelnya dibandingkan dengan PT. GOCAP. Walaupun demikian jumlah biaya kedua perusahaan tersebut sama yaitu Rp. 380.000.000 ( Rp. 400.000.000 – Rp. 20.000.000 ) pada tingkat penjualan Rp. 400.000.000. jika penjualan masing – masing pengusaha dinaikkan sebesar 10% ( dari Rp. 400.000.000 menjadi 440.000.000 pada setiap pengusaha). Hal ini tercermin dalam perhitungan di bawahini :
PT. SERIBU DUARIBU
PT. GOCAP
Jumlah Persen Penjualan
Jumlah
Persen
Rp. 440.000.000 100 Biaya Variabel
Rp. 440.000.000
(Rp. 308.000.000) (50) Margin Kontribusi
(Rp. 352.000.000)
50 Biaya Tetap
Rp. 88.000.000
40 Rp. 132.000.000
(Rp. 90.000.000) Laba Bersih
(Rp. 70.000.000)
Rp. 18.000.000
Rp. 42.000.000
Faktor Tuasan Operasi = Margin Kontribusi
Laba Bersih
PT. SERIBU DUARIBU =
PT. GOCAP
Dengan mencermati faktor tuasan operasi diatas, dapatdiketahui bahwa suatu perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan empat kali lipat laba bersih pada PT. SERIBU DUARIBU danp erubahan enam kali lipat laba bersih pada PT. GOCAP. Dengan demikian, apabila penjualan meningkat 10 persen, maka laba bersih PT. SERIBU DUARIBU akan melonjak sebesar 40 persen; laba bersih PT. GOCAP akan melonjak 60 persen. Hal ini dibuktikan melalui komputerisasi berikut :
Persentase Kenaikan
Faktor Tuasan
Persentase Kenaikan
Laba Bersih (A) X (B) PT. SERIBU
PT. GOCAP
Komputerisasi diatas menjelaskan mengapa kenaikan penjualan sebesar 10 % menyebabkan kenaikan laba bersih PT. SERIBU DUARIBU dari Rp. 20.000.000 menjadi Rp. 28.000.000 ( Kenaikan 40 persen ) dan laba bersih PT. GOCAP melonjak tinggi dari Rp. 20.000.000 menjadi Rp. 32.000.000 (Kenaikan 60 persen ).
3. Laba Sasaran Harga jual perunit Rp. 800.000 per unit Biaya Variabel Rp. 640.000 per unit Biaya Tetap Rp. 60.000.000
Untuk menentukan laba sasaran terdapat 2 metode yang dapat digunakan yaitu :
1) MetodePersamaan Penjualan = BebanVariabel + BebanTetap + Laba 800.000 X = Rp. 640.000 X + Rp. 60.000.000 + Rp. 19.000.000 160.000 X = Rp. 79.000.000
X = 494
2) Metode Margin Kontribusi Unit PenjualanuntukMencapai Target = BebanTetap + Target Laba Margin Kontribusi per Unit = Rp. 60.000.000 + Rp. 19.000.000
Rp. 160.000 = Rp. 494 unit
Dari komposisi itu diketahui bahwa PT. SERIBU DUARIBU harus menjual sebanyak 494 unit radio supaya meraih laba sasaran Rp. 19.000.000. Apabila dinyatakan dalam rupiah, maka besarnya nilai penjualan haruslah Rp. 395.200.000 (Rp. 800.000 X 494).
FORM 1
FORM 2
FORM 3
FORM 4