Pengaruh Tangibility, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Non Debt Tax Shields, Cash Holding dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2010-2012)

  

Pengaruh Tangibility, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Non Debt Tax Shields, Cash Holding dan Ukuran Perusahaan

Pengaruh Tangibility, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Non Debt

  Tax Shields , Cash Holding dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur

  

Modal Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listing

di BEI Tahun 2010-2012)

Moch. Wahyu Widodo

  Pascasajarna Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

  

Moeljadi

Achmad Helmy Djawahir

  Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya

  

Abstract: This study purposed to examine the effect of variable tangibility, profitability, growth, non-debt

tax shields, cash holding and firm size on their capital structure of manufacturing company in Indonesia.

  

The multiple regression analysis is used to analyze the data in this study. Data analysis are implied on

manufacturing company which listed on Indonesia Stock Exchange in periode 2010-2012. A total of 72

companies met the criteria as population of study, all members of the population used as sample. The results

of this study indicate that the increasing of tangibility will increase the company’s capital structure, the

high level of profit company has low levels of debt, and company size affect the size of the company’s capital

structure, while, there no significant effect was found between the company growth, non-debt tax shields

and cash holdings to their capital structure.

  Keywords: capital structure, manufacturing companies

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel tangibility, profitabilitas, pertumbuhan

perusahaan, non debt tax shields, cash holding dan ukuruan perusahaan terhadap struktur modal perusahaan

manufaktur di Indonesia. Alat analisis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis

data dilakukan pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI pada tahun 2010–2012. Sebanyak 72 perusahaan

memenuhi kriteria sebagai anggota populasi penelitian, seluruh anggota populasi digunakan menjadi sampel

penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan tangibility yang meningkat akan meningkatkan struktur modal

dan perusahaan yang tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, ukuran perusahaan

mempengaruhi besar kecilnya struktur modal perusahaan, sementara tidak ditemukan pengaruh yang signifikan

antara pertumbuhan perusahaan, non debt tax shields dan cash holding terhadap struktur modal perusahaan.

  Kata Kunci: struktur modal, perusahaan manufaktur

  Masalah pendanaan menjadi tombak dalam dunia masalah pendanaan. Salah satu keputusan penting usaha dan perekonomian. Banyak hambatan yang yang dihadapi manajer, terutama manajer keuangan dialami oleh dunia usaha, dan salah satunya adalah dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi peru- sahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal.

  Alamat Korespondensi:

  Besar kecilnya dana yang dibutuhkan setiap pe-

  Moch. Wahyu Widodo, Pascasajarna Fakultas Ekonomi

  rusahaan tidak sama disesuaikan dengan kondisi

  & Bisnis Universitas Brawijaya

  perusahaan atau besar kecilnya perusahaan. Apabila

  Moch. Wahyu Widodo, Moeljadi, Achmad Helmy Djawahir

  Titik optimal ini terjadi karena adanya pajak, sebagai faktor yang mendorong perusahaan mening- katkan hutangnya dan biaya kebangkrutan yang men- dorong perusahaan untuk membatasi tingkat hutang- nya. Tingkat keuntungan dan pajak suatu perusahan mempunyai hubungan yang positif, sehingga peru- sahaan tersebut memiliki motivasi untuk mengurangi pajak perusahaan, yang antara lain dapat dilakukan dengan meningkatkan hutangnya. Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan pe- rusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam pecking order

  untuk menjelaskan koefisien rendahnya defisit. Sheikh ( 2011) juga menemukan bahwa non debt tax shields dan pertumbuhan tidak muncul secara signifikan ber- hubungan dengan rasio utang, temuan ini juga didukung oleh temuan Karandeniz, et al. (2009).

  leverage perusahaan dan model pecking order gagal

  menjelaskan korelasi negatif antara profitabilitas dan

  al. (2007) menemukan teori trade of statis gagal

  Penelitian yang dilakukan oleh Sheikh (2011) me- nunjukan bahwa profitabilitas, likuiditas, volatilitas laba, dan tangibility berhubungan negatif dengan rasio utang, penelitian ini juga didukung temuan dari Karadeniz, et al. (2009) dan penelitian dari Zhang, et

  Secara teoritis, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan struktur pendanaan sulit untuk diukur. Ber- bagai penelitian empiris telah dilakukan untuk meng- identifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan perusahaan. Hasil penelitian tersebut tidak dapat menentukan faktor-faktor yang secara tepat dapat mempengaruhi keputusan pen- danaan perusahaan, karena hasilnya tidak konsisten.

  yang optimal perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana.

  theory ini secara spesifik tidak terdapat struktur modal

  Stiglitz (1969) menjelaskan bahwa suatu perusahaan mempunyai tingkat hutang yang optimal dan berusaha untuk menyesuaikan tingkat hutang ke arah titik optimal tersebut ketika perusahaan tersebut berada pada tingkat hutang yang terlalu tinggi (overlevered) atau terlalu rendah (underlevered). Pada kondisi yang stabil, perusahaan akan menyesuaikan tingkat hutangnya kepada tingkat rata-rata hutangnya dalam jangka panjang. Oleh karena itu, teori ini disebut juga mean reverting theory.

  perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan modalnya semakin meningkat sedangkan dana yang dimiliki terbatas, maka perusahaan tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar, baik dalam bentuk hutang maupun dengan mengeluarkan obligasi untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Proporsi peng- gunaan hutang jangka panjang dan modal sendiri atau- pun hutang jangka panjang dan aktiva yang didanai dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan yang selanjutnya disebut dengan struktur modal menjadi sangat penting dalam manajemen keuangan perusa- haan. Struktur modal pun merupakan masalah penting karena keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditang- gung pemegang saham serta besarnya tingkat pe- ngembalian atau keuntungan yang diharapkan.

  Static Trade off Theory yang dikemukakan oleh

  mum tercapai apabila biaya modal rata-rata tertim- bang adalah rendah. Karena biaya modal ini berhubungan dengan profitabilitas, maka pada saat struktur modal optimum diperhitungkan pula tingkat profitabilitas dengan cara ROA dan ROE. (Ninik Suprihati, 2003).

  rage cost of capital . Dan struktur modal yang opti-

  biasa, cost of capital laba ditahan, dan weighted ave-

  capital emisi saham baru, cost of capital saham

  Perusahaan dalam pemenuhan pendanaan ber- usaha untuk menyesuaikan tingkat hutang ke arah titik optimal. Untuk menentukan struktur modal yang optimum, digunakan konsep cost of capital. Dengan perhitungan cost of capital hutang obligasi, cost of

  penyertaan kepemilikan neraca tersebut dengan sebaik-baiknya. Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal aktif (debet) dan modal pasif (kredit).

  finansial neraca yang dibutuhkan serta mencari susunan

  Pada dasarnya tugas seorang manajer keuangan perusahaan adalah berusaha mencari keseimbangan

  Sedangkan penelitian yang dilakukan Amidu (2007) menemukan hasil yang berbeda hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, pajak perusa- haan, pertumbuhan, struktur aktiva dan ukuran mem- pengaruhi keputusan struktur modal, temuan ini juga didukung oleh penelitian Eidomiaty, et al. (1988), Ooi (1998), Serrasqueiro dan Rogao (2009). Tetapi te- muan dari Serrasqueiro dan Rogao (2009) juga mene- mukan keputusan struktur modal perusahaan di

  

Pengaruh Tangibility, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Non Debt Tax Shields, Cash Holding dan Ukuran Perusahaan

  Negara Portugis yang terdaftar dapat dijelaskan oleh

  trade off teori dan pecking order teori dan tidak

  sesuai dengan apa yang diperkirakan oleh teori market timing .

  Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa penelitian empiris seperti yang dilakukan oleh Masulis dan Korwar (1986) yang menemukan bukti bahwa jika harga saham perusahaan terlalu tinggi maka perusahaan akan menurunkan harga saham dengan cara menerbitkan saham, sehingga pendanaan yang berasal dari hutang akan turun dengan adanya penambahan dana dari penerbitan saham. Titman dan Wessels (1988) menemukan bukti bahwa setelah perusahaan mendapatkan laba, perusahaan akan menggunakan labanya untuk mengurangi hutang, sehingga penggunaan hutang dalam pendanaannya menjadi turun. Seorang manajer yang mempunyai jumlah kepemilikan saham paling banyak akan lebih memilih mendanai perusahaannya dengan hutang dibanding menerbitkan saham, karena akan menye- babkan penurunan kepemilikan sahamnya.

  Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Per- kembangan perusahaan manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat dari aspek kualitas produk yang diha- silkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.

  Industri manufaktur semasa krisis global lalu (2008–2009) termasuk salah satu dari beberapa indus- tri yang paling merasakan pahitnya krisis ekonomi global. Industri manufaktur terutama yang berorien- tasi ekspor terpuruk cukup tajam seiring rendahnya permintaan dari negara-negara lain, membumbungnya harga bahan baku seiring melemahnya nilai tukar rupiah, dan sulitnya likuiditas pinjaman terutama dari dana perbankan.

  Krisis ekonomi global menjadi kendala berkem- bangnya sektor industri manufaktur di seluruh dunia. Lesunya perekonomian di Amerika Serikat dan Eropa yang merupakan kiblat perekonomian dunia berdam- pak pada berbagai sektor termasuk perindustrian ma- nufaktur. Dampak dari itu semua adalah perekonomi- an dunia pun ikut lesu karena sektor industri manu- faktur termasuk sektor yang paling basah. Tingginya konsumsi masyarakat berakibat pada pengutan kinerja impor. Namun, di sisi lain kinerja ekspor relatif melemah akibat rendahnya permintaan di dunia yang menye- babkan neraca perdagangan defisit. Krisis ekonomi di dunia juga berdampak pada melemahnya nilai tukar berbagai mata uang negara, sehingga sektor industri manufaktur pun semakin lesu.

  Di tahun 2013 ini, banyak pihak yang lebih merasa optimistis dengan perkembangan industri manufaktur dunia. Selain kondisi perekonomian Amerika dan Ero- pa yang makin membaik, sektor industri manufaktur di negara berkembang juga semakin pesat perkem- bangannya. Sementara di Indonesia ini, prospek per- kembangan industri manufaktur begitu pesat. Opti- misme itu merujuk pada krisis moneter pada tahun 1998 yang lalu saat perekonomian Indonesia hancur lebur.

  Khusus negara Indonesia, perkembangan sektor manufaktur harus diperhatikan secara khsus meng- ingat perdagangan bebas ASEAN-China semakin marak. Hal itu tentu membawa dampak positif dengan tuntutan industri manufaktur nasional harus makin kreatif dalam memproduksi barangnya.

  Begitu pula halnya fenomena keuangan seperti tingginya tingkat hutang pada perusahaan-perusahaan di Indonesia merupakan hal yang cukup menarik untuk dikaji meskipun Indonesia merupakan negara dengan biaya kredit yang sangat mahal, karena pada umumnya penelitian-penelitian terdahulu dilakukan pada negara maju. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keputusan pendanaan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang ter- daftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut mempertimbangkan berbagai faktor dalam memutuskan sumber pendanaannnya, serta memper- hatikan manfaat dan biaya dari sumber pendanaan yang ditentukan.

  Peneliti menganggap terjadinya krisis global 2008 yang dampaknya sampai ke Indonesia merupakan fenomena yang menarik untuk meneliti kembali faktor- faktor yang mempengaruhi pendanaan perusahaan manufaktur di Indonesia. Selain itu di Indonesia meru- pakan negara berkembang yang kebijakan pemerin- tahannya mengenai perekonomian sering terjadi peru- bahan. Terutama mengenai suku bunga Bank Indonesia, tarif dasar listrik, harga BBM yang secara langsung memepengaruhi kondisi perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia.

  Moch. Wahyu Widodo, Moeljadi, Achmad Helmy Djawahir

  H4 : Membaiknya non-debt tax shields akan mampu memperbaiki struktur modal.

  Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai

  METODE

  Menurut teori pecking order, ukuran perusahaan diprediksikan memiliki hubungan negatif terhadap struktur modal. Selain itu menurut Titman dan Wessel (1988), penerbitan ekuitas pada perusahaan kecil lebih banyak mengeluarkan biaya daripada perusahaan besar. Dengan kata lain, semakin besar ukuran perusahaan, biaya penerbitan ekuitas menjadi lebih murah. Berdasarkan dukungan dari pernyataan yang dikemukakan oleh Smith dan Warner (1979) maupun Titman dan Wessel (1998), maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H6 : Meningkatnya ukuran perusahaan akan mam- pu memperbaiki struktur modal.

  H5 : Membaiknya cash holding akan mampu memperbaiki struktur modal.

  cash holding dengan struktur modal adalah:

  Asimetri informasi yang dinyatakan oleh Myers dan Majluf (1984) menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih pertama dengan pendanaan internal (laba ditahan) kemudian pendanaan eksternal dengan resi- ko paling rendah. Jika cash holding yang dimiliki oleh perusahaan tinggi, maka perusahaan tersebut cende- rung mempunyai tingkat hutang yang rendah. Hipo- tesis yang diajukan untuk menguji hubungan antara

  non-debt tax shields dengan struktur modal adalah:

  Perusahaan-perusahaan manufaktur yang ter- daftar di Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai objek penelitian karena: (1) adanya peraturan yang mengha- ruskan perusahaan-perusahaan tersebut untuk mem- berikan informasi yang jelas dibandingkan dengan perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangannya kepada Bapepam dan dipu- blikasikan, (2) jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia lebih banyak diban- ding sektor-sektor lain, karena kemampuan analisis dalam suatu sektor diharapkan dapat menghasilkan simpulan yang dapat dibandingkan antara satu peru- sahaan dengan perusahaan lainnya, (3) perusahaan manufaktur mempunyai kriteria pengungkapan yang lebih sederhana dibandingkan dengan perusahaan per- bankan, selain itu perusahaan perbankan cenderung mempunyai rasio hutang atas modal yang relatif sangat tinggi.

  kan keuntungan dalam bentuk pengurangan pajak yang berhubungan dengan pembayaran bunga atas hutang. Perusahaan dengan non-debt tax shields yang tinggi relatif mengharapkan arus kas meliputi pengurangan hutang dalam struktur modalnya. Hipo- tesis yang diajukan untuk menguji hubungan antara

  al. (1991) menyatakan bahwa perusahaan mendapat-

  Modigliani dan Miller (1963) dalam Chiarella et

  Titman dan Wessels (1988) menyatakan bahwa kesempatan pertumbuhan merupakan modal assets yang menambah nilai bagi perusahaan, tetapi tidak dapat dijaminkan dan tidak menghasilkan pajak peng- hasilan. Fama dan French (2002) berpendapat bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan cenderung mempunyai rasio hutang pada level yang rendah. Hipotesis yang diajukan untuk menguji hubung- an antara pertumbuhan dengan struktur modal adalah: H3 : Membaiknya pertumbuhan perusahaan akan mampu memperbaiki struktur modal.

  Menurut teori static trade off dalam struktur modal menyatakan bahwa struktur modal yang opti- mal dicapai pada saat keuntungan hutang tersebut seimbang dengan biaya leverage seperti biaya ke- bangkrutan. Titman dan Wessels (1988) menyatakan bahwa profitabilitas masa lalu dan jumlah laba yang ditahan menjadi hal penting yang menentukan struktur pendanaan. Hipotesis yang diajukan untuk menguji hubungan antara profitabilitas dengan struktur modal adalah: H2 : Meningkatnya profitabilitas perusahaan akan mampu menurunkan struktur modal.

  Menurut teori trade off perusahaan dengan ting- kat asset berwujud yang tinggi maka dapat disediakan sebagai jaminan untuk hutang. Titman dan Wessels (1988) menyatakan bahwa semakin banyak asset ber- wujud yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin banyak jaminan asset yang dapat digunakan untuk mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang. Hipotesis yang diajukan untuk menguji hubungan antara tangibility dengan struktur modal adalah: H1 : Membaiknya tangibility perusahaan akan mampu memperbaiki struktur modal.

  Hipotesis Penelitian

  Explanatory Research dengan prosedur pengujian

  

Pengaruh Tangibility, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Non Debt Tax Shields, Cash Holding dan Ukuran Perusahaan

  X 2 = profitabilitas,

  dapat ditulis persamaan:

  shield dan cash holding. Berdasarkan tabel di atas

  Dari Tabel Coefficients dan Model Summary diketahui bahwa variabel-variabel independen mem- punyai pengaruh yang cukup besar terhadap variable dependen. Di antara keenam variabel independen, tiga variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal yaitu: tangibility, profitabilitas dan ukuran perusahaan, sedangkan tiga sisanya tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal yang meliputi pertumbuhan, non debt tax

  haan sebagai variabel independen terhadap struktur modal sebagai variabel dependent. Setelah dilakukan uji asumsi klasik, maka didapatkan bahwa variabel yang diteliti telah memenuhi syarat uji asumsi klasik.

  debt tax shileds , cash holding, dan ukuran perusa-

  Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Re- gresi berganda dilakukan untuk mengetahui nilai dari variabel tangibility, profitabilitas, pertumbuhan, non

  HASIL

  e = Koefisien error (variabel pengganggu)

  X 6 = ukuran perusahaan,

  X 5 = cash holding ,

  X 4 = non debt tax shields ,

  X 3 = pertumbuhan,

  X 1 = tangibility ,

  hipotesis (hypothesis testing) untuk menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melihat fenomena yang terjadi, dan dari fenomena yang ada dapat dikembangkan model yang baru untuk melengkapi penelitian yang bersangkutan (Sekaran, 1992:95).

  = koefisien regresidari masing-masing variabel,

   = koefisien konstanta,

  Di mana: Y = Struktur Modal,

   6 X 6 +e

   4 X 4 +  5 X 5 +

   2 X 2 +  b 3 X 3 +

  Y t =a+  1 X 1 +

  struktur modal. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan model regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  holding dan ukuran perusahaan terhadap variabel

  Analisis tersebut dilakukan untuk mengukur ke- kuatan hubungan antara variabel tangibility, profita- bilitas, pertumbuhan, non-debt tax shields, cash

  Metode Analisis Data

  Populasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sensus dengan kriteria sebagai berikut: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan dengan periode penga- matan, perusahaan yang memiliki profitabilitas positif pada periode pengamatan, Perusahaan manufaktur tersebut mempunyai hutang jangka panjang selama periode penelitian, perusahaan manufaktur tersebut menerbitkan laporan keuangan dengan nilai mata uang rupiah. Berdasarkan kriteria di atas maka perusahaan yang dapat dijadikan anggota populasi dalam penelitain ini adalah 72 perusahaan.

  Penelitian ini dilakukan di Indonesia menggu- nakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan akhir tahun pembukuan pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 dan 2012. Sumber data dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.

  Tabel 1. Coefficients dan Model Summary Variabel B Beta T Sig t Keterangan Konstant a -0,554 -1,898 0,059

Tangibility (X1) 0,002 0,155 2,301 0,022 Berpengaruh

Profi tabilitas (X2) -0,003 -0,238 -2,387 0,018 Berpengaruh

Pertumbuhan (X3) 0,001 0,061 0,908 0,365 Tidak Berpengaruh

Non-Debt Tax Shield (X4) 0,001 0,148 1,500 0,135 Tidak Berpengaruh

Cash Holding (X5) -0,023 -0,020 -0,269 0,788 Tidak Berpengaruh

Ukuran/Size (X6) 0,059 0,172 2,471 0,014 Berpengaruh

  Moch. Wahyu Widodo, Moeljadi, Achmad Helmy Djawahir

  Pengaruh Pertumbuhan terhadap Struktur Modal Perusahaan

  holding tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan manufaktur di Indonesia.

  Hasil dari penelitian ini menunjukkan cash

  Pengaruh Cash Holding terhadap Struktur Modal

  signfikan terhadap struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini konsiesten dengan penelitian yang dilaku- kan oleh Titman dan Wessels (1988), Sheikh (2011). Menandakan bahwa nilaidepresiasi dan amortisasi perusahaan manufaktur di Indonesia tidak cukup ber- makna menambah cash flow perusahaan sebagai pengganti sumber pendanaan dari hutang, sehingga tidak diperhitungkan dalampengurangan proporsi hutang perusahaan.

  Pengaruh Non Debt Tax Shields terhadap Struktur Modal Non debt tax shields tidak berpengaruh secara

  Pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terha- dap struktur modal perusahaan. Pertumbuhan aset dalam penelitian dihitung sebagai persentase perubah- an asset pada tahun tertentu terhadap tahun sebe- lumnya. Untuk mengukur pertumbuhan perusahaan dengan menggunakan perubahan rasio aktiva tetap terhadap total asset. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian dari Ooi Joseph (1998),Chen dan Jiang (2001), Karadeniz, et al. (2009) dan Titman dan Wessels (1988)anggapan bahwa yang mempengaruhi perusahaan untuk menerbitkan ekuitas adalah ukuran perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa perusahaan- perusahaan properti yang lebih kecil mungkin tidak memilikibanyak pilihan selain mengandalkan pinjaman bank.

  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa profita- bilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan jadi hipotesis 2 (H2) diteri- ma yang artinya profitabilitas yang meningkat akan menurunkan struktur modal atau tingkat hutang peru- sahaan. Hasil penelitian ini konsesten dengan peneli- tian Titman dan Wessels (1988), Zhang dan Kanazaki (2007), Seppa (2007), Sheikh (2011), Amidu (2007), dan Karadeniz, et al. (2009). Teori pecking order, menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profi- tabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah. Dalam teoripecking order ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana.

  Y = -0,554 + 0,002 X 1 - 0,003X 2 + 0,001 X 3 + 0,001 X4 - 0,023 X5 + 0,059 X6

  Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

  faktur di Indonesia lebih banyak menggunakan hutang untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya. Hal ini sesuai dengan teori trade off yang menyatakan bah- wa perusahaan dengan tangibility yang besar dapat dijaminkan (collateral) yang dapat menurunkan resi- ko pemberi pinjaman ketika memberikan hutang. Ketika perusahaan mempunyai jaminan yang tinggi, maka akan lebih mudah memperoleh pinjaman kredit dalam jumlah yang lebih besar pula.

  tangibilty perusahaan tinggi maka perusahaan manu-

  Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa jika

  terhadap struktur modal perusahaan. Yang dengan membaiknya tangibility akan mampu memperbaiki struktur modal perusahaan hasil ini sesuai dengan hipotesis 1 (H1). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Serrasqueiro dan Roga˜o (2009), Omran (2009), Amidu (2007), Titman dan Wessels (1988), Seppa (2007), Zhang dan Kanazaki (2007). Hasil penelitian Joseph (1998) menemukan bahwa struktur aktiva merupakan faktor penentu penting dari struktur modal perusahaan properti. Bukti menunjukkan bahwa perusahaan dengan Intensitas aset properti yang lebih tinggi menggunakan lebih banyak utang dalam struktur modal mereka.

  PEMBAHASAN Pengaruh Tangibility terhadap Struktur Modal Tangibility berpengaruh positif dan signifikan

  Hasil ini sesuai teori trade off yang dikemukan oleh Stiglitz (1969) menjelaskan bahwa suatu perusahaan mempunyai tingkat hutang yang optimal dan berusaha untuk menyesuaikan tingkat hutang kearah titik optimal tersebut ketika perusahaan tersebut berada pada ting- kat hutang yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Pada

  

Pengaruh Tangibility, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Non Debt Tax Shields, Cash Holding dan Ukuran Perusahaan

  an dari hutang, sehingga tidak diperhitungkan dalam pengurangan proporsi hutang perusahaan.

  ”Determinants of Corporate Capital Structure : Aus- tralian Evidence”. Working Paper Series The Uni- versity of Technology Sydney.

  Chiarella, C., Pham, T.M., Sim, A.B., Tan, M.M.L. 1991.

  Amidu, M. 2007. ”Determinants of capital structure of banks in Ghana: an empirical approach”. Baltic Jour- nal of Management Vol. 2 No. 1, 2007 pp. 67–79.

  Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk penelitian tentang struktur modal perusahaan.

  Perusahaan manufaktur harus siap dalam meng- hadapi persaingan global. Terutama dengan dibukanya perdagangan bebas negara-negara ASIA tenggara dengan negara China. Pemerintah harus berperan ak- tif demi melindungi pengusaha lokal agar mampu bersaing dalam pasar global.

  Perusahaan manufaktur di Indonesia hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.

  Saran

  Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struk- tur modal perusahaan. Ini berarti bahwa manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan pendanaan memperhatikan besar kecilnya perusahaan. Hasil ini konsisten dengan teori trade off dan teori pecking order .

  tur modal perusahaan manufaktur di Indonesia. Men- jelaskan bahwa perusahaan di Indonesia dalam penda- naannya berusaha untuk menyesuaikan tingkat hutang kearah titik optimal tersebut ketika perusahaan terse- but berada pada tingkat hutang yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.

  Cash holding tidak berpengaruh terhadap struk-

  flow perusahaan sebagai pengganti sumber pendana-

  kondisi yang stabil, perusahaan akan menyesuaikan tingkat hutangnya kepada tingkat rata-rata hutangnya dalam jangka panjang. Titik optimal ini terjadi karena adanya pajak, sebagai faktor yang mendorong perusahaan meningkatkan hutangnya dan biaya kebangkrutan yang mendorong perusahaan untuk membatasi tingkat hutangnya.

  struktur modal perusahaan. Menandakan bahwa nilai depresiasi dan amortisasi perusahaan manufaktur di Indonesia tidak cukup bermakna menambah cash

  Non debt tax shields tidak berpengaruh terhadap

  Pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi kebijakan struktur modal perusahaan. ini dikarenakan kondisi perusahaan manufaktur di Indonesia pada periode pengamatan yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2012 sangat berfluktuasi karena terjadi krisis global pada tahun 2008. Industri manufaktur terutama yang berorientasi ekspor terpuruk cukup tajam seiring rendahnya permintaan dari negara-negara lain, mem- bumbungnya harga bahan baku seiring melemahnya nilai tukar rupiah, dan sulitnya likuiditas pinjaman terutama dari dana perbankan.

  Profitabilitas yang meningkat dapat menurunkan utang atau struktur modal perusahaan. Hal ini dikare- nakan perusahaan dengan laba yang tinggi dapat melakukan pendanaan dari internal melalui laba di tahan.

  struktur modal perusahaan. Perusahaan dengan ting- kat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitas- nya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlim- pah yaitu dapat menggunakan pembiayaan dari laba ditahan sebelum menggunakan hutang atau menerbit- kan saham baru dengan mengesampingkan efisiensi. Menurut teori trade off perusahaan dengan tingkat aset berwujud yang dimilikinya tinggi, maka semakin banyak jaminan aset yang dapat digunakan untuk mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tangibility yang meningkat akan meningkatkan

  takan penerbitan ekuitas pada perusahaan kecil lebih banyak mengeluarkan biaya dari pada perusahaan besar. Dengan kata lain, semakin besar ukuran peru- sahaan, biaya penerbitan ekuitas menjadi lebih murah.

  value of assets ). Titman dan Wessels (1988) menya-

  Penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran peru- sahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusa- haan. Ukuran perusahaan menggambarkan sebagian jumlah asset yang dapat dijadikan jaminan ( collateral

  Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Perusahaan

DAFTAR RUJUKAN

  Moch. Wahyu Widodo, Moeljadi, Achmad Helmy Djawahir Eldomiaty, T.I. 2007. ”Determinants Of Corporate Capital Structure: Evidence From An Emerging Economy ”.In- ternational Journal of Commerce and Management Vol. 17 No. 1/2, 2007 pp. 25–43 .

  H. DeAngelo, and R. Masulis. 1980. ”Optimal Capital Struc- ture under Corporate and Personal Taxation”. Jour- nal of Financial Economics, Vol.8 pp.3–29.

  Karadeniz, E., Kandir, S.Y., Balcilar, M., dan Onal, Y.B. 2009 ”Determinants of Capital Structure: Evidence from Turkish Lodging Companies ”. International Jour- nal of Contemporary Hospitality Management Vol.

  Krishnan, V., Sivarama, and R. Charles Moyer. 1996. ”De- terminants of Capital Structure: An Empirical Ana- lysis of Firms in Industrialized Countries”, Manage- rial Finance , 22, 2, p. 39. Masulis, R., and Korwar, A. 1986. ”Seasoned Equity Offer- ings : An Empirical Investigation. Journal of Finan- cial Economics, Vol.15 pp.91–118.

  Modigliani, F., and M.H. Miller. 1963. ”Corporate Income Taxes and The Cost of Capital: a correction”. Ameri- can Economic Review, pp.433–443.

  Myers, S.C., and Majluf, N.S. 1984. ”Corporate Financing and Investment Decission When Firms Have Infor- mation Investor Do Not Have”. Journal of Financial Economics , 13. 187–221. Omran, M.M. 2009. ”Capital structure and firm characteris- tics: an empirical analysis from Egypt”. Review of

  Accounting and Finance Vol. 8 No. 4, 2009 pp. 454– 474.

  Ooi, J. 1999. ”The Determinants Of Capital Structure Evi- dence On Uk Property Companies”. Journal of Prop- erty Investment & Finance, Vol. 17 No. 5, 1999.

  Rajan, R., and Zingales, L. 1995. ”What Do We Know about Capital Structure? Some Evidence from International Data”. Journal of Finance, Vol 50 pp. 1421–1460. Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE. Sekaran, U. 2006.”Metodologi Penelitian Untuk Bisinis”.

  Jilid 1 dan 2 . Edisi 4. , Jakarta: Salemba Empat. Seppa, R. 2007. ”Capital Structure Decisions: Research In Estonian Non-financial Companies ”. Nordea Fi- nance Estonia AS, Tallinn, Estonia.

  Serrasqueiro, Z.M.S., dan Roga˜o, M.C.R. 2009. ”Capital Structure of Listed Portuguese Companies Determi- nants of Debt Adjustment”. Review of Accounting and Finance Vol. 8 No. 1, 2009 pp. 54–75. Sheikh, N.A. 2011. ”Determinants of Capital Structure an Empirical Study of Firms In Manufacturing Industry of Pakistan”. Managerial Finance Vol. 37 No. 2, 2011 pp. 117–133. Stiglitz, J.E. 1969. ”A-Re Examination of The Modigliani- Miller Theorem”. Review of Economics and Statis- tics, Vol.59 pp.784–793.

21 No. 5, 2009 pp. 594–609.

  Titman, S., and Wessels, R. 1988. ”The Determinants of Capital Structure Choice”. Journal of Finance ,Vol 43 pp. 1–19.

  Weston, J.F., Thomas, E.C. 1999. Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid 2, Jakarta: Binarupa Aksara. www.idx.co.id Yamin, S., dkk. 2011. Regresi dan Kolerasi dalam Geng- gaman Anda. Aplikasi dengan Software SPSS, EVIEW dan STATGRAPHICS. Jakarta: Salemba Empat. Zhang, R., dan Kanazaki, Y. 2007. ”Testing Static Tradeoff Against Pecking Order Models of Capital Structure in Japanese Firms ”. International Journal of Ac- counting and Information Management Vol. 15 No. 2, 2007 pp. 24–36.