INTEGRASI NUMERIK DENGAN METODE KUADRATUR GAUSS-LEGENDRE MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTERPOLASI HERMITE DAN POLINOMIAL LEGENDRE

  Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 148 – 153

  ISSN : 2303–2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND

  

INTEGRASI NUMERIK DENGAN METODE

KUADRATUR GAUSS-LEGENDRE MENGGUNAKAN

PENDEKATAN INTERPOLASI HERMITE DAN

POLINOMIAL LEGENDRE

  

Aulia Radesa, Narwen, Bukti Ginting

Program Studi Matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas,

  

Kampus UNAND Limau Manis Padang, Indonesia.

Abstrak.

email : auliaradesa@gmail.com

Integrasi Numerik merupakan metode aproksimasi untuk memperoleh nilai

integral suatu fungsi secara numerik. Metode ini digunakan pada fungsi-fungsi yang

diintegralkan secara analitik agak sulit. Salah satu metode aproksimasi integral menggu-

nakan Metode Kuadratur Gauss-Legendre, karena metode ini memiliki error yang kecil

dan perumusan yang sederhana. Untuk mendapatkan perumusan tersebut diperlukan

fungsi pembobot dengan pendekatan Interpolasi Hermite. Interpolasi Hermite memben-

tuk polinomial yang berderajat 2n−1 dan titik yang digunakan sebanyak n titik, dimana

n

setiap titik-titik tersebut merupakan pembuat nol pada polinomial Legendre (p (x) = 0)

dan terletak pada interval [−1, 1].

  Kata Kunci : Kuadratur Gauss, Interpolasi Hermite, Polinomial Legendre, Interpolasi Lagrange

  1. Pendahuluan Aproksimasi integrasi dalam metode numerik dapat terbagi menjadi dua bagian

  [2]

  besar berdasarkan cara pengambilan panjang interval . Kedua macam metode aproksimasi tersebut bertujuan untuk memperoleh ketelitian yang lebih mendekati nilai sebenarnya dan kedua metode tersebut yaitu: (1) Metode Newton-Cotes

  Dalam pendekatan metode numerik dengan aturan Newton Cotes, fungsi in- n tegral f (x) dihampiri dengan polinom p (x). Selanjutnya integrasi dilakukan n terhadap p (x) karena suku-suku polinom lebih mudah untuk diintegrasikan.

  Adapun perumusan dengan metode Newton-Cotes yaitu: Rumus trapesium, Rumus Simpson 1/3, Rumus Simpson 3/8, Rumus Boole. (2) Metode Kuadratur Gauss

  Pendekatan lain dengan metode Kuadratur Gaus, nilai integrasi numerik cukup diperoleh dengan menghitung nilai fungsi f (x) pada beberapa titik ter- tentu. Pada Metode Kuadratur Gaus terdapat dua perumusan untuk mendap- atkan nilai integrasi numerik, yaitu: Kuadratur Gaus-Legendre dan Kuadratur Clenshaw-Curtis. Metode Kuadratur Gauss-Legendre dan Metode Kuadratur

  Integrasi Numerik dengan Metode Kuadratur Gauss-Legendre

  yang hampir sama, namun Metode Gaus-Legendre cenderung lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti [3]. Perumusan dengan Kuadratur Gaus pada aproksimasi integrasi f (x) dengan interval [−1, 1] untuk n titik yang besar (n ≥ 3) membutuhkan perhitungan yang rumit. Oleh karena itu perlu cara lain untuk perhitungannya, yaitu dengan menggu- nakan rumus interpolasi Hermite. Interpolasi tersebut membentuk polinomial yang berderajat 2n − 1 dengan menggunakan n titik, dengan memisalkan n titik tersebut adalah titik-titik pembuat nol pada polinomial Legendre. Kemudian dengan meng- gunakan titik-titik pembuat nol polinomial Legendre maka diperoleh perumusan yang dinamakan Integrasi Kuadratur Gaus-Legendre.

  2. Pembahasan 2.1.

  Kuadratur Gauss-Legendre dengan n titik Misalkan diberikan sebuah fungsi f (x). Fungsi f (x) ini dapat dihampiri dengan menggunakan definisi sebagai berikut f n n

  (x) = H (x) + ε (x), (2.1) dengan X n n X ˜

  H n y i h i y h i (x) = (x) + i (x), (2.2) i i

  =1 =1

  2

  ˜ h i i i , )[l (x)] (2.3)

  (x) = (x − x

  2

  h i i i i , i (x )][l (x)] (2.4) (x) = [1 − 2l )(x − x i ψ n (x) l (x) = , (2.5) i i

  )ψ n (x ) (x − x

  (2n)

  f (ξ)

  2

  ε n n (x) = [ψ (x)]

  (2.6) ; ξ ∈ [−1, 1],

  (2n)! ψ n i n i− ). (2.7)

  (x) = (x − x )(x − x

  1 ) · · · (x − x 1 )(x − x +1 ) · · · (x − x

  Untuk mendapatkan rumus integrasi pada interval [−1, 1] maka kedua ruas pada persamaan (2.1) diintegrasikan menjadi Z

1 Z

  1 Z n n

  1 − − − f (x)dx = H (x)dx + ε (x)dx. (2.8)

  1

  1

  1

  h i (x) dengan batas

  Dari persamaan (2.3), dengan i = 1, · · · , n diperoleh integral ˜ [−1, 1]. Z Z

  1

  

1

n

  ψ (x) ˜ h i l i

  (x)dx = (x)dx. ψ i n (x )

  1 −

  

1

Diketahui bahwa polinomial Legendre yang berderajat n adalah sebagai berikut n d

  1 n

  2

  Aulia Radesa, Narwen, Bukti Ginting n

  2

  dengan (x polinom berderajat 2n sehingga − 1) n

  2

  2 (n!) ψ n p n (x) = (x).

  (2n)! Jadi Z Z

  1

  1

  1 ˜ h i p n i

  (x)dx = (x)l (x)dx. (2.9) p i n (x )

  1 −

  1 Teorema 2.1.

  Dua polinomial Legendre yang berbeda akan saling tegak lurus ( orthogonal) pada interval −1 < x < 1, jika R

1 P m n

  (1) (x)P (x)dx = 0; m 6= n, R

  1

  1

  2

  2 (2) P (x)dx = . l

  1

  2l + 1 i Dari persamaan (2.9) menunjukkan bahwa l (x) adalah polinomial berderajat

  (n − 1). Dengan menggunakan Teorema 2.1 maka Z

  1

  1 ˜ h i

  (x)dx = (2.10) · 0 = 0. p i n (x )

1 Dengan sifat ortogonalitas polinomial Legendre maka persamaan (2.8) menjadi

  Z n n

  1 Z

  1 Z X

  1 Z X

  1 i i i i n 2 ′ − − − − f (x)dx = f (x )[l (x)] dx + 2 f (x )l i (x) ˜ h (x)dx + ε (x)dx.

  1

  1 i i

  1

  1 R =1 =1

  1

  ˜ h i Karena (x)dx = 0 maka

  1 Z Z n

1 X

  1 + f f i i ε n

  (x)dx = (x )w (x)dx, (2.11)

  1 − i

  1 =1 R

  2 1 [ψ(x)] 2 2n

  dengan w i = [l i (x)] dx dan ε n (x) = f (ξ), ξ ∈ [−1, 1]. Persamaan

  1

  (2n)! (2.11) dinamakan rumus integrasi Kuadratur Gauss-Legendre.

  2.2. Rumus Bobot i Untuk menyederhanakan fungsi bobot (w ) pada persamaan (2.11), maka dapat dituliskan Z

  

1

w i = l i (x)dx. i

  

1

Rumus bobot (w ) pada persamaan (2.11) dapat disederhanakan menjadi rumus yang mudah dikerjakan untuk n yang lebih besar.

  Diketahui bahwa salah satu persamaan rekursif polinomial Legendre adalah i i (2i + 1)xp (x) = (i + 1)p +1 (x)ip i−

  1 (x) (2.12) Akibat 2.2.

  Persamaan identitas Cristoffel polinomial Legendre didefinisikan se- bagai berikut X n n n n n (n + 1)[p (t)p (x)p (t) i i +1 (x) − p +1

  (2i + 1)p (t)p (x) = (2.13)

  Integrasi Numerik dengan Metode Kuadratur Gauss-Legendre i

  Bukti. Kalikan persamaan (2.12) dengan p (t) sehingga i i i i i (2i + 1)xp (x)p (t) = (i + 1)p (x)p (t) + ip i− (x)p (t) (2.14)

  • 1

  1 Misalkan terdapat persamaan lain yang sama dengan persamaan (2.14) sebagai

  berikut i i i i i (2i + 1)tp (x)p (t) = (i + 1)p (t)p (x) + ip i− (t)p (x) (2.15)

  • +1

  1 Kurangi persamaan (2.15) dengan persamaan (2.14) i i i i i i i i

  (x)p (t) = (i+1)[p (t)p (t)p (t)p i− i− (t)p (x)] (2i+1)(t−x)p +1 (x)−p +1 (x)]−i[p

  1 (x)−p

  1

  (2.16) Dengan persamaan (2.16) jumlahkan untuk i = 1 sampai dengan i = n, diperoleh X n X n

  (i + 1)[p i (t)p i i (t)p i (2i + 1)p i (x)p i (t) i +1 (x) − p +1 (x)] = (t − x) i =1 =1 X n i i i

  [p (t)p i−

  1 i− 1 (t)p (x)].

  − (x) − p i

  =1

  Dengan metode telescoping maka ruas kiri menjadi n n n n i i X n (n + 1)[p (t)p (t)p (2i + 1)p (x)p (t).

  • 1 (x) − p +1 (x)] − (t − x) = (t − x) i =0

  Suku terakhir pada ruas kiri dapat dipindahkan ke ruas kanan sehingga penjumla- han dimulai dari i = 0 sampai i = n. Maka persamaan dibawah ini dapat didefin- isikan sebagai Identitas Cristoffel n n n n X n

  (n + 1)[p (t)p (x)p (t)

  • 1 (x) − p +1 i i

  = (2i + 1)p (t)p (x). (2.17) (t − x) i n k =0

  Diberikan pembuat nol dari polinomial p (x) adalah x k , k = 1, 2, · · · , n, dengan mengganti t dengan x pada persamaan (2.17), X n n k n n n k (n + 1)[p +1 (x )p +1 (x)p (x ) i k i (x) − p

  (2i + 1)p (x )p (x) = . (2.18) k (x i − x)

  =0

  Integralkan pada interval [−1, 1] diperoleh n Z X

1 Z

  1

  (n + 1)[p n (x k )p n n (x)p n (x k ) i k p i +1 (x) − p +1 dx

  (2i + 1)p (x ) (x)dx = k (x i 1 − 1 − x) =0 Z

  1

  p n (x)

  = (n + 1) p n (x k ) dx

  • 1 − k
  • − − x) (x Z

      1

      

    1

    n

      p (x)

    • 1

      p n k dx (x ) k (x k n n k 1 − x)

      Karena x adalah pembuat nol pada p (x) maka p (x ) = 0, sehingga n Z Z X

      1

      1

      p n i k p i n k dx. (x) (2i + 1)p (x ) (x )

      (x)dx = −(n + 1)p +1

      Aulia Radesa, Narwen, Bukti Ginting R

      1

      p n Dengan menggunakan kasus khusus pada Teorema 2.1 dimana (x)dx = 0

      1

      dengan n 6= 0, maka n Z X

    i k i

      1 (2i + 1)p (x ) p (x)dx = 2. i

      1 =0

      Maka Z

      1 n n k dx p (x)

      (x ) = 2 −(n + 1)p +1 x k Z 1 − x

      1

      p n (x)

      −2 k n k dx = . − − x +1 x (n + 1)p (x )

    1 Sehingga didapatkan rumus bobot sebagai berikut

      −2 w i . = (2.19) i n i

      (n + 1)p n (x )p +1 (x )

      2.3. Rumus Galat ( Error) Kuadratur Gauss-Legendre Dari persamaan (2.8), galat (error ) untuk interpolasi Hermite adalah Z Z

      1 (2n)

      1

      f

      2 E n (f ) = ε n (x)dx = (ξ) [ψ(x)] dx, ξ (2.20)

      ∈ [−1, 1], − − (2n)!

      1

      1

      p n (x) dengan ψ(x) = . Dengan menggunakan Teorema 2.1 diketahui bahwa

      A n Z

      1

      2

      2 p . n (x)dx = (2.21) 2n + 1 n n

      1 n

      Karena A koefisien dari x pada polinomial Legendre (p (x)) maka

      2

      (2n)!

    n .

      2

      [A ] = (2.22) n

      2

      2 (n!) Substitusikan persamaan (2.21) dan persamaan (2.22) ke dalam persamaan (2.20) sehingga diperoleh galat Kuadratur Gauss-Legendre,

      2n+1 4 (2n

      f 2 (n!) (ξ) E n .

      (f ) = (2.23) ·

      2

      (2n + 1)[(2n)!] (2n)! Untuk membuat galat(error ) ke bentuk yang lebih mudah dipahami, misalkan

      

    2n+1

      4 n 2 (n!) e = , (2.24)

      2

      (2n + 1)[(2n)!] selanjutnya definisikan rumus Stirling sebagai berikut: −n n √ n n 2πn. (2.25)

      ! ≃ e Substitusi persamaan (2.25) ke persamaan (2.24) sehingga diperoleh n

      2n+1 −n 4 2n − 4n 4n

      2

      n . n 2 (e 2πn) 2 2 e (2πn) e n

      = = √

      2n − − 2n 4n 2n 4n

      2

      (2n + 1)e 4 n 4πn (2n + 1)[e (2n) 4πn]

      2

      π 2(2πn) 2πn

      ∼ = = .

      n Integrasi Numerik dengan Metode Kuadratur Gauss-Legendre Jika n → ∞, maka e → 0.

      Misalkan nilai maksimum fungsi f (x) pada turunan ke-2n sebagai

      2n

      |f (x)| M , n

      = max (2.26)

      

    2n ≥ 0,

    1≤x≤1

      (2n)! dengan f (x): fungsi yang dapat diturunkan tak terbatas pada [−1, 1], terdapat <

      2n

      supremum untuk n ≥ 0 maka M ∞. Sehingga didapatkan bentuk galat (error) yang lebih mudah dipahami sebagai berikut. n M . (2.27) π |E (f )| ≤ 2n n

      4

      3. Kesimpulan Perumusan Kuadratur Gauss-Legendre pada aproksimasi integrasi f (x) pada inter- val [−1, 1], didefinisikan sebagai berikut: Z n

    1 X

      f f i i n (x)dx = (x )w + E (f ),

      1 i i n i =1

      dengan x adalah titik-titik pembuat nol (p (x)), f (x ) adalah fungsi dengan vari- i i n abel x ; w adalah interval yang ditentukan (bobot); E (f ) adalah galat atau error aproksimasi sebagai berikut.

      −2 w i = i n i

      (n + 1)p n (x )p (x )

    • 1 2n+1

      4 (2n)

      2 (n!) f (ξ) E n , ξ

      (f ) = · ∈ [−1, 1].

      

    2

      (2n + 1)[(2n)!] (2n)! Dengan asumsi f (x) dapat diturunkan 2n kali dan kontinu pada [−1, 1]. Daftar Pustaka [1] Atkinson, E.Kendall. 1989. An Introduction to Numerical Analysis, Second Edi- tion. John Wiley. [2] Munir, Rinaldi. 2003. Metode Numerik, Edisi ke-5. Informatika. Bandung. nd [3] Scheid, Francis. 1988. Numerical Analysis, 2 Edition. McGraw-Hill. [4] Susatio, Yerri. 2005. Metode Numerik Berbasis MathCAD. Andi. Yogyakarta.